Pertama-tama saya harus mengakui bahwa DULU saya tidak berniat untuk meng-END kan cerita ini karena jujur saya waktu bikin cerita ini saya netral Vkook atau KookV. Dan ketika sekarang saya telah memantapkan diri dikubu #TeamTopTaehyung ini jadi susah banget feelnya. TETAPI desakan dan TEROR para reader, akhirnya saya berhasil menyelesaikannya. Hamdallah. Amin.

Padahal FF ini luar biasa abal-abal. Saya aja kemarin pass baca ulang jadi jijik sendiri macam "ini gue nulis apa?" hahaha tapi syukurnya banyak reader yang malah nagih-nagih. Saya tersentuh sekali *cry* terima kasih atas PM dan review TERORnya yang menyenangkan. SAYA CINTA KALIAN. Terornya di terima /Hahaha

.

.

SECRET LOVE

This is Boys love BXB/OOC/Chaptered

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Taehyung tidak pernah menyangka akan menemukan jungkook dalam kehancuran seperti malam ini. mata bulatnya yang selalu menyorot tegas dan kekanak-kanankan; garis rahangnya yang melekuk angkuh, juga sikap dominasinya yang menguar begitu kuat malam ini semua terasa berbeda tanpa sebab yang pasti.

Beberapa saat yang lalu dia hanya keluar untuk membeli beberapa makanan disebuah supermarket lalu kembali dengan langkah ceria ke apartemen jungkook Hingga di langkahnya yang kesekian melewati pintu kamar, ia berani bersumpah bahwa di bawah sana di samping ranjang saksi kisah cintanya bersama jungkook, ada seseorang yang tengah terisak dengan suara bergetar yang menakutkan

" J-jungkook..itu kau kan?" taehyung melirih. Kedua bola matanya berkilat takut namun kakinya tetap mendekat melawan ketakutannya sendiri pada sosok yang terduduk di lantai itu

Dan alangkah terkejutnya ia manakala yang ia dapati di tengah kegelapan adalah wajah jungkook yang berantakan, ada air mata mengalir di sepasang mata indahnya yang menyorot sendu dibawah cahaya rembulan yang mengintip dari jendela

"Jungkook-ah wae geureyo?"

Taehyung menjatuhkan tubuhnya dihadapan jungkook. Demi Tuhan, jungkook yang ia kenal tidak pernah terlihat sebegini lemah dihadapan siapapun, air mata pantang ia keluarkan tidak perduli bagaimanapun kondisinya dan siapapun tahu jiwa dominasi pemuda ini dengan sangat benar.

Namun dengan apa yang ia lihat sekarang seolah menghapus segalanya yang telah ia ketahui tentang jungkook. Taehyung merasa gagal oleh bagian penting yang ia lewatkan tentang seorang jeon jungkook dan itu benar-benar membuatnya marah pada dirinya sendiri.

Hening begitu panjang hingga lelaki itu bergeming dan langsung menghadapkan kepalanya tepat di manik coklat Taehyung yang sedaritadi mengamatinya. Keputusan yang tepat karena taehyung cukup tahu situasi untuk diam menutup mulut dan membiarkannya selesai dengan pergulatan batinnya.

"Kau tidak ingin bertanya?" suara jungkook terdengar parau.

Taehyung menghela nafas tanpa membuang pandangannya. Sebenarnya Ia hanya tidak cukup kuat untuk mendengarkan apa penyebab Jeon jungkooknya yang kuat menjadi begitu lemah. Bolehkah ia menolak?

Bahkan jika tangisan itu untuk dirinya, bolehkah ia berkata bahwa ia terlalu muak dengan semuanya? tentang jungkook dan semua ketidaktahuannya. Bagaimana mereka pernah tidak saling sapa hingga bertemu kembali kemudian lagi-lagi berakhir di atas ranjang; bercumbu seolah tidak ada hari esok.

Jungkook telah menariknya mendekat saat semua pikiran taehyung melayang, lelaki itu menggesekkan hidung tingginya di pipi taehyung yang dingin sampai taehyung tersadar lalu benar-benar memilih untuk mengakhiri semuanya.

"Mian, aku harus pulang sekarang.."

Bayangan taehyung telah menghilang dibalik pintu. menyisakan jungkook yang hanya diam terpaku ditempat. Ada yang berdenyut perih di dadanya melihat pemuda itu benar-benar menghilang dari pandangannya dan saat jungkook mendongak untuk mencari tahu, ia mengingatnya...

Bahwa ia telah gagal mengucapkan salam perpisahan

.

.

Seolah pagi memang datang begitu cepat bagi jungkook, saat membuka mata (masih dengan posisi yang sama sejak semalam), ia sudah disambut cahaya emas yang menyilaukan dari jendela kamarnya. tidak ada makan malam kecuali snack kesukaan taehyung yang terus menerus menjadi pusat perhatiannya di ambang pintu.

Jungkook merana

Bisa mendapatkan segalanya membuatnya lupa posisi,dan ia menyadari bahwa usia yang masih terlalu muda berpengaruh begitu banyak atas segala sikap yang diambilnya. Dia telah membuat seorang yang selama ini mati-matian ia lindungi kecewa dan juga membuat seorang yang lain secara bersamaan ikut terluka

Kim taehyung, wajah murungnya masih terpampang jelas di benak jungkook saat pemuda itu melangkah meninggalkannya dimalam kemarin. Dia pasti terluka, dan sikap jungkook yang cenderung mempermainkan lelaki itu bahkan tidak bisa di tolerir oleh kepalanya sendiri tatkala teringat semua kebejatannya atas taehyung.

Kenapa manusia sebaik taehyung bisa hadir dunia jungkook yang kejam? Dan kenapa lelaki itu bersedia merelakan segalanya untuk pecundang seperti dirinya yang hanya tahu bermain?

Pandangan jungkook berkabut kala suara bel apartemennya menginterupsi, sungguh kenapa ia jadi begitu lemah sekarang setelah segalanya berantakan oleh tangannya sendiri. Haruskah ia mengaku bahwa ia telah berada di limitnya?

Meninggalkan lamuanannya, jungkook meraih jaket dan sebuah ransel dari kamarnya untuk bergegas keluar dan bertemu dengan seseorang yang menunggunya didepan pintu.

"Tuan muda, apakah anda baik-baik saja?" suara supir lelaki itu membuyarkan lamunan jungkook didalam mobil yang kini membawanya pergi. Jungkook hanya menghela nafas dan terus menatap layar ponselnya dengan pikiran kosong.

"Nyonya besar tiba malam tadi dan langsung memerintahkan saya menjemput anda"

"aku tahu...cepat atau lambat wanita tua itu pasti akan menyeretku pergi"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pagi itu, pintu kamar Jimin terbuka ketika ia tertidur menunggu yoongi selesai dengan kegiatan mandinya. Lalu saat ia berusaha mencari tahu sang pelaku, keningnya di buat mengerut parah oleh sepupu semata wayang paling merepotkannya yang tiba-tiba melompat dan memeluknya hingga ia merasa tercekik.

"Jimin... apa yang harus aku lakukan?"

Taehyung tiba-tiba bertanya dengan nada sendu hingga jimin dibuat heran. Bukankah seharusnya lelaki ini berbahagia? Setelah berhasil merebut jungkook dari yoongi seharusnya ia puas sekarang.

"Wae? Apa yang sedang kau bicarakan?" jimin bertanya.

Taehyung melepaskan pelukannya dan melihat celana dan baju berbeda diujung ranjang jimin. Pikirnya jimin bersama seseorang disana tetapi sebelum ia bertanya, lelaki itu sudah lebih dulu menangkap kecurigaannya kemudian menariknya keluar dari sana.

"kenapa keluar? Kau menyembunyikan seseorang dariku kan? cepat beritahu kau bersama siapa didalam sana?" Tuntut taehyung. Namun Jimin berpura-pura tidak mendengarnya dan berlalu begitu saja menuju pantry untuk meneguk mineral tanpa melayani cerocosan tidak berguna milik taehyung.

"Kupikir kau kesini untuk sesuatu yang penting. Katakan sebelum aku menarikmu kedepan pintu!"

Jimin menatap taehyung. Santai namun tajam hingga taehyung melupakan segudang pertanyaan tentang pemilik pakaian di tempat tidur jimin. ia berdehem pelan sebelum mulai bercerita

"Aku meninggalkan jungkook semalam" raut ceria di wajah taehyung memudar seketika "Ada sesuatu dimatanya yang sama sekali tidak bisa kudeteksi seperti biasa. Dia menyimpan sesuatu dan entah kenapa aku jadi tidak tertarik dengan hubungan semacam itu lagi. Aku sudah lelah menjadi yang terbelakang dihatinya"

Segelas air diletakkan jimin di hadapan taehyung sebelum berjalan ke sisi kursi yang lain. Ia tampak tenang, berbeda dengan taehyung yang tampak bingung harus mengatakan bagian yang mana lagi hingga segelas air itu jadi pelampiasannya.

"Jadi, apa selanjutnya?" Tanya jimin memandangi taehyung selesai meneguk airnya.

"Entahlah. Yang ada dipikiranku sekarang adalah laki-laki itu. Min Yoongi"

"Apa?" tanpa sadar Jimin meninggikan suaranya membuat taehyung menatapnya dengan ekspresi jengah luar biasa.

"Kau berlebihan! Aku tahu kau sempat tidur dengannya karena menolongku merebut Jungkook. Tapi"

"—oke oke. Sekarang katakan dengan jelas. Apa yang akan kau lakukan pada Yoongi?"

Sekilas taehyung menangkap nada keakraban dari cara jimin menyebut nama lelaki itu. Pikirannya mulai meraba-raba ke tempat lain sampai suara keras dari dalam kamar jimin membuyarkan lamunannya.

Jimin spontan berdiri dan berlari kedalam kamarnya, disusul taehyung dengan muka penuh tanya sampai seorang lelaki mungil berdiri tepat dihadapan mereka membuat taehyung terbelalak kaget. simpanan Jimin benar-benar ada. Dan yang paling mengejutkan adalah lelaki itu Min Yoongi, saingan nomor satu Taehyung.

"Hyung.. apa yang terjadi?" Jimin bertanya lembut mencari-cari asal suara keras yang membuatnya terlonjak beberapa detik yang lalu namun matanya tidak menemukan sesuatu.

Baru ketika Yoongi mengangkat wajah dan memandang jimin. sesuatu yang buruk serasa tiba-tiba menghantam kepala jimin. pening. Ia berusaha mendekat tapi yoongi menolaknya dengan senyuman miris yang menyakitkan

"Jadi aku dan jungkook hanya korban permainan kalian berdua.. wah.. aku tidak tahu kalau kau sebegitu dendamnya denganku hingga melakukan perbuatan serendah itu" yoongi mendengus kecewa. "Kau bajingan sialan paling buruk yang pernah kutemui, Park jimin. Aku membencimu!"

Mata elang jimin menyorot tajam menyiratkan sebuah kemarahan dan ketakutan yang bercampur jadi satu, terlalu mendominasi hingga yoongi tidak berniat bersuara apapun lagi kecuali melangkah pergi dari sana secepat hembusan angin.

Kemudian saat yoongi benar-benar menghilang dari hadapannya, jimin bergeming menatap bekas darah dipermukaan lantai. Sepertinya ia mulai tahu asal suara keras yang tadi.

.

.

.

.

.

.

.

Taehyung melihat semuanya begitu cepat, layaknya cuplikan film pendek yang berlalu dalam sekejap mata dihadapannya. ia masih dibuat melongo tidak menyangka di belakang punggung jimin yang tidak berkata apa-apa selepas kepergian yoongi. semuanya terasa asing. Sikap jimin pada yoongi, yoongi yang berada di dalam kamar jimin, dan kesedihan dimata yoongi ketika menatap Jimin. Semuanya terputar seperti cuplikan bersambung-sambung dikepala taehyung. terlebih lagi mengingat Jimin tidak pernah membawa seseorang kedalam kamarnya adalah sesuatu yang mutlak diketahui taehyung dengan baik namun melihat sesuatu yang berbeda hari ini ia berani bersumpah bahwa Jimin telah berubah.

Manik taehyung bergerak mengikuti punggung jimin yang berjalan maju. sepupu berkepribadian dinginnya itu duduk di pinggiran ranjang dengan tenang namun kekhawatiran dimatanya menjelaskan semuanya pada taehyung.

Jimin tlah jatuh cinta.

Pada Min Yoongi. Lelaki yang pernah ditidurinya. Lelaki yang tlah ia rusak kepolosannya. Entah berapa waktu yang taehyung lewatkan hingga kini ia bisa berdiri dengan begitu yakin menyimpulkan bahwa saudara kesayangannya itu telah jatuh cinta. Ia ingin menanyakan semuanya tapi keadaan jimin tidak memungkinkan jadi perlahan ia pergi dari sana. Mungkin dengan membiarkan jimin sendiri adalah keputusan terbaik.

.

Di perjalanan pulang, Taehyung menemukan Yoongi termangu di sebuah taman. dengan rambut setengah basah dan kepala tertunduk lelaki itu seperti tenggelam oleh lamunannya sendiri hingga tidak menyadari kedatangan Taehyung. baru ketika ia mendongak dan melihat wajah lelaki dihadapannya, Yoongi spontan berlari sehingga taehyung yang tidak tahu apa-apa mengejarnya

"kau harus mendengarkanku dulu hyung! Ah jinjja kenapa larimu cepat sekali?" taehyung terengah memegangi lengan yoongi agar tidak lari lagi "Sumpah.. jimin tidak pernah membawa siapapun ke rumah apalagi ke kamarnya. Dia bukan tipe laki-laki seperti itu, sampai kau datang "

Ekspresi yoongi tidak berubah, tetapi Taehyung tetap dengan penjelasannya. Ia tidak tahu kenapa ia begitu yakin untuk menceritakan semuanya pada yoongi.

"Kalau ada yang harus disalahkan maka akulah orangnya. Jimin lelaki yang baik. Aku yang memaksanya menjebakmu tetapi sepertinya Jiminlah yang terjebak disini"

Sekejap Yoongi menatap taehyung dengan alis mengerut. Seperti menimang-nimang untuk bertanya lebih jauh tentang jimin tetapi hatinya sudah terlalu sakit untuk mengungkit semuanya kembali.

"Jimin telah jatuh cinta hyung! Dia bukan lelaki yang mudah jadi kupikir orang yang berhasil menembus pertahanannya adalah orang yang paling beruntung. Jangan berpikir kalau aku membuat semuanya untuk memisahkanmu dengan jungkook. Aku pikir kau hanya perlu tahu karena jimin bukan seorang yang baik dalam mengungkapkan perasaannya. "

Raut wajah yoongi berubah. Tidak terbaca hingga taehyung memutuskan untuk berhenti mengamati wajah lelaki bertubuh kecil itu

"Jungkookie, aku tahu maaf-pun tidak bisa merubah rasa kecewamu tapi izinkan aku tetap mengatakannya. Maaf... dan kembalilah dengannya. Jungkook lebih mencintaimu daripada aku. Kalian harus bahagia!"

Taehyung melepaskan pegangan dilengan yoongi. Ia sudah menjelaskan semuanya jadi jika yoongi ingin melarikan diri lagi ia sudah siap. Seridaknya dia lega sudah menceritakan kebenarannya

"Kau Kim taehyung itu?" tiba-tiba yoongi bertanya.

"Eh?" Tulang belakang taehyung lurus seketika. Kini ia bisa melihat raut yang lebih bersahabat di wajah yoongi dibandingkan beberapa saat yang lalu. Apa lelaki ini baru sadar? Tiba-tiba taehyung merasa rugi telah bercerita panjang lebar

"Sejujurnya, aku juga tidak tahu. Jungkook atau aku yang berhianat. Kami sama. Dia menyukaimu,nyaman denganmu sedangkan aku sering bersama jimin. Kupikir aku lebih jahat daripada Jungkook. Jimin membuatku melupakan Jungkook"

Kalimat terpanjang yang baru Taehyung dengarkan dari yoongi. Dan sepanjang yoongi bercerita taehyung bahkan lebih fokus dengan cara lelaki ini menggerakkan bibir. Lucu. Manis. Pantas jungkook dan Jimin begitu tergila-gila padanya. Yoongi memang pantas mendapatkan lelaki sebaik mreka berdua

"Jungkook lebih mencintaimu. Aku hanya kakak yang berusaha ia jaga hingga ia lupa kalau perasaannya lebih nyaman denganmu" yoongi berkata sambil tersenyum. Sangat kecil tapi taehyung cukup terperangah dengan wajah langka itu hingga lupa untuk menjawab apa.

Mereka masih berdiam di trotoar jalan berlatar lalu lalang kendaraan ketika salah satu mobil berhenti di sisi seberang jalan. Itu jungkook. Rambut dan wajah berantakannya membuat Taehyung dan yoongi menoleh spontan menatapnya.

Lelaki tinggi itu nekat menerobos jalan untuk mendekati mereka dengan wajah tidak terbaca hingga tidak menyadari sebuah mobil besar yang melaju kencang ke arahnya; siap menabraknya beberapa detik lagi ketika Yoongi melihat Taehyung melompat dan menarik jungkook hingga kap mobil itu malah menyerempet tubuh kurus taehyung yang langsung terpental kesisi jalan.

"KIM TAEHYUNG!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Selang pernafasan yang tersambung langsung ke tabung disisi ranjang, juga beberapa alat medis lain mengelilingi lelaki yang kini terbaring di atas ranjang pasien itu membuat Jimin bergetar takut. Dia baru tiba beberapa menit yang lalu ketika Yoongi menghubungi dan menyuruhnya bergegas kemari. Saking paniknya hingga begitu tiba didalam ruangan itu tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat tanpa bisa ia kendalikan. Beruntung Yoongi menyadarinya dengan cepat dan membawanya pergi dari sana

Jimin trauma terhadap selang pernapasan dan beberapa alat medis untuk pasien gawat yang lain. Kematian ibunya di ranjang rumah sakit benar-benar mengguncang jiwanya terlalu dalam hingga ia akan selalu berpikir berkali-kali untuk menginjak ruangan yang umumnya didominasi peralatan menakutkan itu.

Yoongi tahu dari sungwoon. Termasuk cerita kematian ibu jimin dan pernikahan ayahnya dengan wanita lain. Yoongi sudah menyimpannya sejak ketertarikannya pada jimin bertambah tanpa diketahui songwoon sekalipun.

"Kau baik?"Yoongi bertanya pelan ketika merasakan jemari besar milik jimin tidak lagi bergetar ditangannya. Mereka duduk di koridor didepan kamar taehyung. Sedangkan jungkook berada di ruangan sebelah. Hanya sedikit benturan di kepala tapi jungkook harus beristirahat untuk memulihkan traumanya.

Jimin mengangguk kecil memandang yoongi. Tangan mereka masih bertautan tanpa seseorangpun berniat melepasnya. "kau tahu traumaku?" tanya nya yang dibalas gumaman pelan oleh pemilik jemari kecil digenggamannya "Hm."

Sebenarnya Jimin sudah menebak sikap cerewet kakaknya yang tidak terkendalikan jika bersama sahabatnya termasuk yoongi. Jadi ia tidak menanggapi gumaman lelaki disampingnya melainkan memilih pembahasan lain setelah sempat melihat salah satu tangan Yoongi di bungkus perban. Itu penyebab suara keras dalam kamarnya pagi tadi. Tinju yoongi memang sangat keras dan kuat, ia pernah merasakannya.

"Bagaimana keadaan Jungkook?"

Yoongi menatap pintu kamar jungkook "Dia hanya butuh istirahat. Luka di kepalanya tidak begitu serius jadi dia akan sembuh secepatnya"

Genggaman tangan mereka mengerat. Terkejut,yoongi menatap tangan kurusnya yang menyatu sempurna dengan milik jimin sebelum berbalik menatap lelaki disampingnya. Penuh tanya.

"Mianhae..." bisik jimin. Wajah mereka terlampau dekat hingga ia bisa merasakan nafas dan detak jantung yoongi dengan jelas. "Taehyung satu-satunya saudaraku setelah sungwoon hyung. Aku hanya ingin menyenangkannya. Tapi kupikir aku sudah salah memilih cara karena membuat hubungan sepasang kekasih menjadi rumit"

Ada hening yang cukup lama sebelum yoongi melepas tautan tangan mereka. Lelaki mungil itu membalikkan badan hingga mereka berhadapan penuh. "Bukan rumit lagi. Kau membuat pasangan kekasih itu berpisah" katanya dengan nada sarkastik namun ketika kerutan di alis jimin terpampang ia terkikik puas. Makna tersirat dari ucapannya baru dipahami Jimin beberapa menit setelahnya.

"Jadi kau—"

"—hm. kami berpisah"

Persis seperti dugaan Yoongi. Jimin hanya menanggapi perkataannya dengan senyuman kecil. Mata tajam lelaki tirus itu menatap lurus sehingga yoongi dibuat terperangah ditempat sebelum menyadari sebuah lengan kekar melingkar cepat dipinggangnya dan sebuah kecupan mendarat di bibirnya.

"hadiah" sahut Jimin menertawai ekspresi malu-malu yoongi yang menggemaskan. "aku ingin memberi kesan terbaik di hari pertama Jadianku. Jadi kau boleh menganggap itu sebagai hadiah dariku" Tegas namun lembut. Nada dominasi bercambur kelembutan khas jimin selalu membuat yoongi terpana hingga lupa kata sakral yang dikatakan begitu jelas oleh jimin.

Ketika kembali dari keterpanaannya, yoongi memukul perut jimin dan bertanya tanpa henti tentang kata-kata yang baru saja ia lewatkan. Jimin punya rasa memiliki yang terlalu tinggi hingga berani mengklaim yoongi tanpa bertanya terlebih dahulu.

Mereka berakhir dengan saling tertawa ditempat itu.

"Ngomong-ngomong hadiahmu akan kutagih nanti, hyung!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Satu hari berlalu, selang pernafasan sudah dilepas dari Taehyung dan ruang perawatannya saat ini terlihat lebih seperti sebuah kamar biasa yang santai.

Jungkook adalah orang pertama yang ditemukan Taehyung ketika ia terbangun malam itu, sedang di sofa yang merapat ke dinding ia melihat yoongi tertidur dibahu jimin yang juga terlelap nyenyak dengan mulut terbuka. Tangan mereka bertautan erat. Aneh sekali, hingga kepala taehyung tiba-tiba berdenyut dan ringisan kecilnya berhasil membangunkan Jungkook yang juga terpejam disisinya.

"Hyung... "

Taehyung tersenyum. Denyutannya hilang entah kemana. Ini pertama kalinya jungkook memanggilnya dengan sebutan itu dan dengan nada yang lembut. Jungkook menatapnya khawatir namun ketika taehyung tersenyum makin lebar, raut jungkook berangsur lega.

Taehyung dan senyuman konyolnya adalah tanda bagi jungkook. Semuanya pasti akan baik-baik saja.

Alis jungkook menukik naik manakala gestur yang ditunjukkan taehyung mengarah ke sofa dalam ruangan itu. Ia kemudian berbalik, memastikan sebelum senyum kelincinya menikam taehyung tepat di dada.

" Ada apa dengan senyum itu? " taehyung akhirnya bersuara. Tapi jungkook memberinya sebuah gelengan. Pertanda ia tidak diperbolehkan berbica lebih banyak lagi.

"Semua orang akan menemukan belahan jiwanya bukan? Dan kupikirkita semua sudah menemukannya"

Senyum yang jungkook harapkan tidak terbit disana. Nampaknya taehyung butuh penjelasan lebih panjang tapi jungkook sudah sangat lelah untuk duduk tanpa bersandar disampingnya. ia tidak bisa menjelaskannya sekarang.

Taehyung menggeser badannya, membuat ruang disampingnya dan jungkook hanya mengamati dengan alis menukik. Bagaimana manusia ajaib ini bisa sembuh dengan cepat adalah tanda tanya.

"Kemari!" taehyung menunjuk area kosong di sisinya dengan dagu lancipnya. Cukup nekat memang tapi jangan lupakan sikap berani jungkook yang hampir menyamai tingginya langit. Tidak ada yang bisa membuat dua manusia nekat itu untuk tidak saling berpelukan di atas ranjang single pasien. Bahkan berciuman sampai suara kecupannya membangunkan dua pemuda lain diatas sofa.

Yoongi melotot tidak percaya sedangkan jimin menggeleng sambil menutup mata Yoongi dengan telapak tangan besarnya.

"Hyung! Tidur sekarang atau aku akan memesan satu ranjang yang lain untuk kita berdua!"

.

.

THE END

Sekarang giliran saya menagih kalian untuk mereview!

(Saya tidak keberatan buat bikin satu bonus chapter kalau memang ada yang mau)