- To Little To Late -
Chapter 1
Fem Naruto x Sasuke
Rated : M
©Masashi Kishimoto
Hurt, Drama, Romance
.
.
Mungkin abal, mungkin Gaje, Typo bertebaran dimana mana, gkk sesuai EYD, bahasa absurd, nyeleneh, seenaknya, alur kecepetan.
.
Dont Like, Dont Read!
.
.
Tahun ajaran baru di Konoha High School telah dimulai. Hari ini adalah hari pertama para siswa baru memulai masa orientasi. Banyak siswa yang sekedar duduk duduk santai di halaman sekolah. Menunggu waktu memang sangat membosankan. Begitu juga hari sudah semakin siang dan semakin panas.
"Heiii, hari ini begitu panas yah?", teriak seorang gadis bersurai blonde. Dengan tiga garis tipis dikedua pipinya menambahkan kesan imut dan terlihat kawaii.
"Yah mau bagaimana lagi Naru, para senpai menyuruh kita untuk menunggu. Masa orientasi itu sangat membosankan ya?", jawab gadis bersurai pink.
"Iya Sakura, mereka begitu menyebalkan!", jawab gadis blonde.
"Sudahlah Naruto, kita tunggu saja sampai kapan mereka membiarkan kita kepanasan seperti ini", sahut gadis blonde namun warna surainya lebih pucat.
"Baiklah Ino. Aku akan menunggu tapi ini membosankan", jawab Naruto.
"K-kita sabar saja Naru-chan, ini su-sudah hampir jam makan si-siang.", sahut gadis lavender.
"Siap, Hinata-chan", dengan senyum lima jarinya Naruto mengacungkan kedua jempolnya kearah gadis lavender a.k.a Hinata.
Naruto, Sakura, Ino dan Hinata adalah sahabat sejak mereka duduk disekolah dasar. Mereka juga satu sekolah di junior high school hingga akhirnya kembali bersama di Senior High School.
Waktu semakin siang, dan sudah waktunya untuk makan siang. Bel pun berbunyi menandakan waktu istirahat. Semua siswa KHS beristirahat, ada yang pergi ke kantin ada pula yang membawa bekal dan memakannya di taman sekolah.
Terlihat seorang pemuda menggunakan jaket kulit berwarna hitam sambil menenteng helm berwarna hitam sedang berjalan dikoridor sekolah. Wajahnya sangat tampan, kulitnya seputih porselen, tubuhnya tinggi terlihat tegap dan berisi. Berjalan dengan santai dengan menatap fokus kedepan tanpa melirik setiap siswi yang histeris karena melihat ketampanannya.
Naruto, Sakura, Ino dan Hinata berjalan dan berpapasan dengan sang pemuda. Hanya Naruto yang terhipnotis oleh ketampanan sang pemuda, sedangkan ketiga gadis lainnya terfokus pada apa yang tengah dibicarakan.
"Kau lihat pemuda itu?", tanya Naruto.
"Pemuda yang mana Naruto disini banyak pemuda!", ketus Ino.
"Itu yang dibelakang", jawab Naruto sambil terdiam dan terus mengikuti sang pemuda berlalu.
"Cepat jalannya Naruto!", bentak Sakura.
"Dia sangat tampan!"
Tanpa disadari Naruto salah melangkah, hingga terjatuh kedalam saluran pembuangan air di pinggir jalan.
"Ittaiiii... aduh tolong aku!", teriak Naruto.
"Makanya kalo jalan itu lihat lihat Naruto baka!", ketus Sakura.
"Ne Na-naruto kau meli-lihat apa hi-hingga terjatuh?", tanya Hinata.
"Pemuda itu sangat tampan, aku harus mencarinya dan berkenalan dengannya!", seru Naruto.
"Ck, kau ini sudah jatuh masih saja membicarakan pemuda tampan yang aku sendiri tidak melihatnya, baka Naruto!", keluh Ino.
"Sudahlah ayo sekarang kita ke kantin, aku sudah lapar!", sahut Sakura.
Pertemuan yang tak disadari sang pemuda, namun menjadi sebuah kenangan indah untuk Naruto. Karena disinilah awal dari benang merah yang akan menyatukan keduanya.
.
.
Skip Time ...
.
.
Naruto, ino, dan Hinata terlihat berjalan bersama. Sedangkan Sakura sudah semenjak dua bulan yang lalu sudah jarang sekali menghabiskan waktu bersama. Tak ada yang tahu kemana perginya Sakura. Sekolahpun dia sering membolos tanpa memberi kabar pada salah satu sahabatnya.
"Ne, sebenarnya apa yang terjadi pada Sakura?", tanya Ino.
"Dia sering ti-tidak masuk sekolah, membolos dan tak pe-pernah memberi ka-kabar pada ki-kita", sambung Hinata.
"Aku sendiri merasa aneh mengapa Sakura berubah ya?"
"Nanti kita tanyakan jika Sakura datang ya?", sahut Ino.
"Baiklah!", jawab Naruto.
Sakura memasuki kelas dengan raut wajah masam dan terlihat sedikit memar disudut bibirnya. Tak terlihat memang tapi bisa terlihat jelas jika itu dilihat dari dekat. Sakura duduk di samping Hinata, dan langsung menelungkupkan kepalanya diatas meja.
"Kau kenapa Sakura?", tanya Hinata.
"Ya kemana saja kau, ini sudah jam ke lima dan kau baru masuk?", tutur Ino.
"Aku cape, aku mau tidur saja!", jawab Sakura.
"Seharusnya kau diam saja dirumah, jika mau tidur!", sahut Naruto.
"Apa urusanmu?", ketus Sakura.
"Hey, santai saja Sakura. Kami menghawatirkanmu. Kau berubah tahu!"
"Lalu apa urusanmu Naruto mengurusi kehidupanku?"
"Kita berteman sejak kecil, sewajarnya jika Naruto menghawatirkanmu Sakura. Kau ini kenapa sih jadi berubah begitu? apa salah kami?", tanya Ino.
"Kalian jangan ikut campur!", teriak Sakura.
"Sa-sakura kenapa kau ja-jadi kasar se-seperti ini pada ka-kami?", tanya Hinata.
"Urusi saja hidup kalian sendiri jangan hidupku!"
Dengan cepat Sakura meninggalkan kelas sambil mengambil tasnya dengan kasar. Meninggalkan Naruto, Ino dan Hinata mematung terdiam melihat sikap Sakura yang sudah berubah.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengannya?", tanya Ino.
"Entahlah, sebaiknya kita tak usah memikirkannya untuk sekarang biarkan saja nanti juga jika dia butuh kita pasti baik lagi!", sahut Naruto.
"Ta-tapi ini sangat a-aneh. Wajahnya terluka dan di-dia tidak menceritakannya pa-pada kita", tutur Hinata terbata.
"Benar kata Naruto, kita jangan terlalu memikirkannya untuk sekarang Hinata. Kita lihat dan perhatikan saja Sakura. Nanti jika waktunya tepat pasti dia akan bicara pada kita", sahut Ino menimpali.
"Ba-baiklah"
.
.
Hari ini Naruto pulang sekolah bersama dengan Ino. Sedangkan Hinata sudah pulang duluan karena dijemput kakanya. Ino berencana untuk pergi ke butik pakaian, karena akan membeli beberapa pakaian.
"Hai Naruto, kau harus menemaniku pergi ke butik ya?"
"Ck, kau ini kebiasaan Ino. Sebenarnya kau punya lemari berapa sih, hampir setiap minggu kau membeli baju padahal tidak semuanya kau pakai. Merepotkan saja!"
"Naruto, aku kan tidak menggunakan uangmu. Jadi diamlah dan antar aku saja!"
"Baiklah baiklah nyonya besar!"
"Nah gitu dong!", sahut Ino.
"Kau tahu Naruto aku sudah punya kekasih, minggu ini aku akan berkencan dengannya!", tutur Ino.
"Kau punya pacar? kau curang Ino!", sahut Naruto.
"Curang apanya?"
"Kau sudah punya pacar, sedangkan aku dan Hinata belum!", sungut Naruto.
"Bukankah Gaara sudah menyatakan perasaannya padamu?", tanya Ino.
"Ya, tapi aku hanya menganggapnya sebagai teman!"
"Coba saja kau pacaran dengannya Naru, siapa tahu cinta tumbuh setelahnya!", tutur Ino bijaksana.
"Sok bijak kau Ino!", lalu tertawa setelahnya.
Terlihat Sakura sedang berdiri didepan sebuah toko. Seperti sedang menunggu seseorang. Sakura masih mengenakan seragam KHS. Namun tak menyadari kehadiran Naruto dan Ino yang berdiri diseberang jalan.
"Lihat Sakura sedang menunggu siapa ya?", tanya Ino.
"Aku tak tahu, tapi bukankah hari ini Sakura tidak masuk. Kok masih pakai seragam sih?", tanya Naruto.
"Entahlah, dia sering bolos sekarang", sahut Ino.
"Dia berubah ya, aku jadi khawatir padanya", sambung Naruto.
Terlihat sebuah motor Ducati berhenti didepan Sakura. Tak terlihat wajah sipengendara. Namun Sakura menghampirinya. Tanpa aba aba Sakura berciuman dipinggir jalan dengan pemuda itu. Tak lama setelahnya Sakura pergi berboncengan dengan si pemuda.
"Kau melihatnya Naruto?", tanya Ino.
"Aku tak percaya Sakura berani berciuman seperti itu."
"Kau lihat siapa pemuda yang membonceng Sakura?"
"Tidak", jawab Naruto. 'Tapi sepertinya aku pernah melihat jaket dan helm yang digunakan pemuda itu', lanjut Naruto dalam hati.
"Sudahlah ayo kita pergi"
"Baiklah"
.
.
Hari senin adalah hari yang sangat menyebalkan. Bukan hanya hari pertama di minggu ini. Tapi juga menjadi awal dari semua kegiatan setelah weekend kemarin. Naruto, Ino dan Hinata asyik mengobrol tentang segala hal. Apalagi Ino si ratu gosip dikelasnya. Ino sangat tahu hal hal apa saja yang sedang menjadi perbincanagn hangat di sekolahnya.
Namun pagi yang tenang ini terganggu karena suara ribut ribut dari arah luar kelas. Terdengar suara Sakura yang berteriak entah pada siapa. Namun begitu pintu kelas terbuka terlihat siapa yang sedang bertengkar dengan Sakura.
"Dasar gadis jalang, kau berani mendekati Sasuke? Dia itu milikku!"
"Hey Karin, Sasuke itu pacarku. Apa hakmu melarangku berhubungan dengannya?"
"Jelas saja, dia itu milikku. Kau bukan siapa siapa jadi jauhi Sasuke-kun!"
"Dasar mata empat, apa buktinya jika dia milikmu?", teriak Sakura.
"Aku pernah bercinta dengannya!"
"Jadi bukan aku yang jalang tapi kau!", tunjuk Sakura pada gadis bersurai merah dihadapannya a.k.a Karin.
"Apa kau bilang?", Karin mendesis.
"Kau gadis jalang, kau tidak tahu malu. Kau bilang kau bercinta dengan Sasuke? Kau tidak tahu malu!"
"Kau bilang apa?"
"Kau ga-dis ja-lang!", dengan penekanan dalam setiap kata.
Plaaaaaaaaak...
"Berani beraninya kau menamparku!", teriak Sakura.
"Itu pantas untuk mulutmu yang rombeng itu Pinkys!"
"Kau!"
Sakura menerjang Karin, saling jambak dan cakar berguling guling dilantai tanpa menghiraukan tatapan aneh siswa yang melihat kejadian yang tak tentu ujung pangkalnya. Sampai sampai seorang guru yang melintas harus melerai pertengkaran tak senonoh yang dilakukan Sakura juga Karin.
"Apa yang kalian lakukan, hah?", teriak guru bermasker a.k.a Kakashi.
Tak ada yang merespon. Hanya teriakan 'jalang, brengsek dan juga bajingan' yang keluar dari mulut kedua gadis yang sedang bertengkar. Tanpa pikir panjang, Kakashi sensei langsung menyiramkan air yang berada dalam botol minum yang dibawanya.
"Apa yang...", seketika Sakura dan Karin berteriak. Namun saat melihat siapa yang menyiram mereka ucapan mereka terhenti.
"Kalian ikut aku ke ruang guru, sekarang!"
"Ha'i sensei!"
"Dan kalian bubar!"
Dalam sekejap semua siswa yang bergerombol itu membubarkan diri. Naruto, Ino dan Hinata hanya terdiam melihat peristiwa yang baru saja terjadi menimpa sahabat mereka, Sakura.
"Sebenarnya siapa Sasuke itu?", tanya Naruto.
"Dia anak 10-7, yang kelasnya digedung sebelah. Kau tidak tahu Naruto?", tanya Ino.
"Aku baru saja mendengar namanya, apalagi orangnya aku tak tahu!", sambil menggendikkan bahunya Naruto kembali terdiam.
"Se-sebenarnya Sakura ke-kenapa ya?", tanya Hinata.
"Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya Sasuke itu pemuda yang kemarin berciuman dengan sakura!"
"A-apa?"
"Jadi pemuda itu Sasuke?", tanya Naruto.
"Mungkin saja, aku juga tidak tahu yang mana orangnya. Hanya saja nama itu begitu familiar ditelingaku. Karena dia teman kekasihku!", tutur Ino.
"Benarkah?", tanya Naruto.
"Iya, sudahlah. Jangan bahas Sakura, sekarang aku mau tanya gimana kabar kau dengan simata panda itu?", tanya Ino pada Naruto.
"Maksudmu Gaara?"
"Ya siapa lagi?"
"Me-memangnya Naruto pu-punya hubungan apa dengan Ga-Gaara?", tanya Hinata.
"Dia ditembak Gaara, jadi gimana?", tanya Ino lagi.
"Aku berteman dengannya Ino, tidak lebih. Lagi pula aku mencari pemuda tampan yang dulu sempat membuatku terjatuh."
"Apa maksudmu Naruto?"
"Kau ingat saat pertama kali kita masuk kesini aku terjatuh saat melihat pemuda tampan?", tanya Naruto.
"Ya, memangnya kenapa?"
"Aku masih mencarinya sampai sekarang!"
"Ka-kau mengenalnya?"
"Tidak"
"Kau tahu wajahnya?", sambung Ino.
"Tidak."
"Ya ampun Naruto, baka!"
"Kenapa kau mengataiku baka?"
"Kau ti-tidak tahu namanya dan ti-tidak tahu wa-wajahnya. Ta-tapi kau mencarinya? I-itu aneh Na-naruto!", jelas Hinata.
"Memangnya salah ya aku mencari pemuda itu? Diakan tampan!"
"Hey baka, kau tau dia tampan tapi tidak tahu wajahnya itu sama saja kau mencari cermin didalam lumpur bodoh!", sungut Ino.
"Aku tahu dia tampan karena dari sekejap aku melihat dari samping wajahnya saja aku tahu dia tampan!", sungut Naruto.
"Dasar baka!"
"Aku tidak baka, Ino!", teriak Naruto.
"Su-sudah jangan bertengkar. Se-sebentar lagi pelajaran di mu-mulai!"
Beruntung Hinata bisa menengahi pertengkaran Naruto dan Ino. Jika tidak akan ada perang teriakan antara Ino dan Naruto yang sama sama berisik.
.
.
Skip Time...
.
.
Ujian Akhir semester sudah didepan mata. Naruto, Ino dan Hinata sibuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru mereka. Terlihat Sakura memasuki kelas. Sekarang Sakura tidak lagi dekat dengan Naruto, Ino dan juga Hinata. Entah apa yang sebenarnya terjadi Sakura berubah dan seakan menjauh dari sahabatnya.
Tapi berbeda dengan Hari ini. Entah ada angin apa Sakura kembali terlihat ceria dan berusaha untuk kembali dekat dengan sahabat yang sudah lama dihiraukannya.
"Hey, apa yang sedang kalian kerjakan? apa tugas dari Kurenai sensei sudah selesai?", namun tak ada yang menjawab sapaan Sakura.
"Kalian ini kenapa sih, aku tanya kok malah diem semua?"
"Kau, apa yang terjadi padamu?", tanya Ino.
"Aku?", sambil menunjuk kearah dirinya sendiri Sakura bertanya.
"Iya kamu!", imbuh Naruto.
"Aku tidak apa apa, memangnya ada apa denganku?"
"Kau be-berubah Sakura, kau me-menjauhi ka-kami!", sahut Hinata.
"Ya, kau seakan tak pernah mengenal kita. Kau tahu forehead!"
"benarkah?", tanya Sakura.
"Haah, sudahlah Ino biarkan saja, aku malas berdebat. Tugas kita masih banyak. Minggu depan kita ujian. Cepat selesaikan aku sudah pegal!", keluh Naruto tanpa menghiraukan Sakura.
"Kalian marah padaku?", tanya Sakura.
"Ti-tidak Sakura, kami tidak marah!", tutur Hinata dengan tersenyum.
"Terus kenapa kalian mngacuhkanku?"
"Kau fikir saja sendiri,", ketus Naruto.
Tak ada lagi yang berbicara setelahnya. Naruto kembali melanjutkan mengerjakan tugas yang sedang dikerjakannya. Ino dan Hinatapun kembali pada kegiatan awalnya. Sedangkan Sakura, terdiam memandangi ketiga temannya yang kini bersikap tak seperti biasanya.
"Biasanya kalian selalu menanyai kabarku atau apapun yang aku lakukan selama tak bersama kalian"
"Lalu?", tanya Naruto acuh.
"kalian berubah!", sungut Sakura.
"Seharusnya yang berkata seperti itu adalah kami. Kau yang berubah. Kau tak lagi berkumpul bersama kami. Kau selalu bolos dan tak pernah menjawab pertanyaanku. Lalu kenapa baru sekarang kau bilang kami berubah? Seharusnya tanyakan pada dirimu sendiri!"
Setelah berbicara panjang pada Sakura , Naruto pergi meninggalkan kelas. Karena kesal pada sahabatnya yang tak pernah lagi peduli padanya, Ino dan juga Hinata. 'Padahal dulu dia yang selalu bilang, jangan ada yang menghianati persahabatan. Tapi dia yang menghianatinya!', gerutu Naruto dalam hati.
Saat Naruto berjalan sendirian dikoridor, Tanpa Naruto sadari seseorang berlari kearahnya. Sedangkan Naruto yang tak melihat arah tujuannya tanpa bisa menghindar, terjatuh karena tertabrak seorang siswa yang berlari.
"Ittaii... Ouuch sakit!", rintih Naruto.
"Gomen, kau tak apa apa?", tanya pemuda yang baru saja menabraknya.
"Ya tidak apa apa, hanya sedikit sakit!", jawab Naruto tanpa menatap siapa yang tengah berbicara padanya.
"Sini aku bantu kau bangun!", sahut pemuda dihadapan Naruto.
"Ah, arigattou..."
Saat Naruto melihat siapa yang menabraknya, Naruto terdiam. Kemudian menerima uluran tangan sang pemuda yang menabraknya.
"Kau tak apa?", tanyanya.
"Ya aku baik baik saja", jawab Naruto.
"Gomen, err..."
"Naruto, Namikaze Naruto."
"Ah, Shikamaru. Nara Shikamaru!"
"Salam kenal Shikamaru."
"Ya salam kenal. Kau mau kemana?"
"Aku mau ke perpustakaan, kau?"
"aku mau ke atap, temanku sudah menunggu di sana."
"Oh, baiklah. Sampai jumpa Shikamaru!"
"Sampai jumpa. Naruto!"
Naruto melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun Shikamaru memanggilnya.
"Naruto!"
"Ya?", sambil berbalik Naruto berhenti.
"Boleh aku meminta no hp atau email mu?"
"Boleh saja"
"Ah arigathou. Nanti kau kuhubungi ya sebagai permintaan maafku karena telah menabrakmu tadi!", tutur Shikamaru.
"Baiklah, aku tunggu", jawab Naruto dengan senyum lima jarinya.
"baiklah, sampai jumpa"
"Ya, sampai jumpa!"
Sesampainya diperpustakaan, Naruto kemudian melanjutkan tugasnya yang belum selesai. Ini sudah akhir semester dan minggu depan adalah ujian kenaikan kelas. 'Haaah, aku lelah!', batin Naruto.
Akhir akhir ini begitu banyak tugas yang diberikan. Alasannya adalah latihan untuk ujian kenaikan kelas. Rasanya baru kemarin Naruto masuk ke KHS, namun minggu depan sudah ujian kenaikan kelas. Selanjutnya mungkin tidak akan lagi satu kelas dengan Ino dan Hinata.
Sakura? Naruto sudah lama tidak lagi memikirkan Sakura yang sering membolos dan tidak pernah lagi bersama dengannya Ino dan Hinata. Bahkan rasanya sekarang untuk bertanya mengapapun enggan. Entahlah rasanya begitu kesal karena Sakura telah berubah. Bukan salahnya jika sekarang Naruto tidak lagi seakrab dulu pada Sakura.
Karena Sakura sendiri yang memulai semuanya. Naruto bertanya tanya, sebenarnya apa yang membuat Sakura menjadi gadis nakal seperti itu. Sering bolos sekolah, bahkan berani berciuman dipinggir jalan. Rasanya itu bukan sifat Sakura. Tapi biarlah sekarang Naruto tak ingin memikirkannya lebih jauh.
"Haaaah, sudahlah sebaiknya aku lanjutkan tugasku saja!"
Naruto kembali fokus pada tugas yang sedang dikerjakannya. Namun perhatiannya tersita karena melihat helm dengan lambang kipas berwarna merah dan putih yang kini berada dihadapannya tanpa tahu siapa pemiliknya.
"Tunggu, bukankah itu helm milik pemuda tampan itu?", tanya Naruto entah pada siapa.
"Apa benar? Tapi mana orangnya ya?"
Naruto mencari pemilik dari helm yang kini berada dihadapannya. Namun hanya ada seorang pemuda emo berdiri membelakangi Naruto. Naruto mengernyit, 'apa dia pemiliknya? Tapi bukankah dia pemuda yang tempo hari berciuman dengan Sakura?', tanya dalam hati sambil mengamati si pemuda.
"Hey Naruto, aku mencarimu tahu!", sapa Ino.
"Untuk apa kau mencariku, bukankah si pinky itu bersamamu?"
"Aku malas berbicara padanya!"
"sudahlah, kau sudah selesai?"
"belum, Aku lihat ya Naru?",pinta Ino.
"Haaah, baiklah."
Kemudian Ino menyalin jawaban dari tugas yang telah dikerjakan Naruto. Sedangkan Naruto mengamati pemuda yang kini duduk berhadapan dengannya. Wajahnya tampan, kulitnya putih bak poselen. Tapi Naruto tidak takin jika pemuda yang dicarinya itu adalah pemuda yang kini duduk dihadapannya.
Namun seperti terganggu si pemuda itu langsung beranjak kemudian mengambil helm yang disimpan diatas meja kemudian pergi meninggalkan perpustakaan dimana Naruto hanya bisa menatap kepergiannya. 'Style berjalannya sangat mirip dengan pemuda itu!', batin Naruto.
"Kau menyukainya, eh?", tanya Ino.
"Apa maksudmu?"
"pemuda yang kau perhatikan!"
"Tidak, hanya saja dia mirip dengan pemuda yang aku cari!"
"Kau masih terobsesi dengan pencarian pemuda misterius itu,heh?"
"Ya begitulah, aku merasa jika suatu saat aku akan menemukannya Ino"
"Kau selalu mengandalkan perasaamu Naru, meskipun ya terkadang perasaanmu itu selalu benar!"
"Aku masih penasaran, belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini saat pertama kali melihatnya"
"Maksudmu?"
"Entahlah, aku juga tak mengerti. Tapi seperti ada sesuatu yang membuatku terikat padanya. Ah sudahlah, ayo kita kumpulkan tugasnya. Aku ingin pulang!"
"Haaaah, kau ini. baiklah, ayo!"
.
.
Kini benang merah yang terpisah perlahan membentuk simpul mati yang mengikat. Namun belum saatnya untuk saling mengikat. Akan menjadi sebuah penghubung ketika benang itu telah membentuk simpul untuk menyambungkan keduanya.
.
.
TBC
.
.
Fic baru akhirnya publis juga. Gimana gimana? masih bingung ya? Ini masih prolog, sengaja dibuat cepat untuk alurnya. Ayoo siapa pemuda yang dimaksud? Naruto bisa kenalan gkk yah sama pemuda itu... hihihi
baiklah saya tunggu riviewnya ya minna...
semoga berkenan dan suka ya?
salam,
Yoona Ramdanii