My Life in A Song


Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun and other EXO member

Pairing: ChanBaek

Length: Chaptered

Genre: BL/yaoi/boyxboy, romance, fluff, drama

Warning: typo, bahasa non baku


BAGIAN 1

a summer vacation

.

.

Memasuki sekolah musik bukanlah pilihan yang tepat, itu menurut orang tua Baekhyun. Tapi laki-laki yang lahir 17 tahun yang lalu itu merasa bahwa satu-satunya cara agar ia bisa memuaskan obsesi anehnya adalah dengan memasuki sekolah yang baru di buka selama tiga tahun dengan akreditasi B itu. Sekolah musik tidak lah terlalu populer, apalagi di daerah seperti Bucheon. Masyarakat awam masih beranggapan bahwa lulusan dari sekolah itu akan sulit melanjutkan ke perguruan tinggi, apalagi mendapat pekerjaan. Ya, pekerjaan. Tak ada yang bisa diandalakan dari penghasilan sorang seniman musik, sekalipun ia terkenal. Masa hingar-bingar seorang musisi sukses setidaknya hanya bertahan selama 10 tahun, sisanya hanyalah keberuntungan.

Tapi karena pemikiran kuno masyarakat itulah yang membuat Baekhyun bersikeras ingin masuk kesana.

Baekhyun sadar dengan obsesi anehnya; kalau memang itu bisa disebut sebagai obsesi. Bukan pada seseorang atau benda, melainkan pada perasaan aneh yang membuatnya selalu merasa diinginkan. Baekhyun ingin selalu menjadi seseorang yang istimewa, spesial. Dan ia sadar betul bahwa memasuki sekolah regular hanya akan membuatnya terlihat menyedihkan, sama seperti saat ia duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ia bukanlah anak yang terlahir dengan segala kesempurnaan. Baekhyun hanya anak dari pasangan pedagang ikan dengan otak yang hanya mampu menghafal not dan plot komik, juga fisik yang selalu menghamabatnya di setiap bidang olah raga. Tak ada yang spesial.

Malam itu Baekhyun bertengkar hebat dengan ibunya, hingga wanita itu hampir menangis.

"Bukannya ibu tidak memiliki biaya untuk mnyekolahkanmu disana, tapi apakah sekolah macam itu mampu menjamin masa depanmu?"

Baekhyun menghela nafas untuk kesekian kalinya, menjadi anak pembangkang sebenarnya sama sekali bukan gaya Baekhyun. "Masa depanku tidak ditentukan dengan dimana aku bersekolah, Bu. Aku yang membuat dan menjalaninya. Jadi tolong sekali ini saja, izinkan aku sekolah disana."

"Ibu sama sekali tidak mengerti jalan pikiranmu, Byun Baekhyun." Itu yang terakhir di katakan oleh ibu Baekhyun sebelum wanita berumur 40 tahun itu memasuki kamarnya dan sengaja menutup pintunya keras-keras.

Satu minggu kemudian, Baekhyun memberanikan diri untuk berbicara kembali pada ibunya. Perempuan dengan rambut yang tergerai sebahu itu memunggunginya. Menggunakan celemek warna biru muda, sedang memasak makan malam rupanya.

"Ibu." Panggil Baekhyun pelan.

Wanita itu hanya mendongak tanpa menjawab panggilan Baekhyun.

"Ingin dengar sesuatu?" tanyanya sembari menduduki kursi piano tua yang berada di sebrang ruang makan. Sebuah piano Kingsbury miliki mendiam neneknya.

Anak laki-laki itu mulai meneka satu per satu tuts piano, dan beberapa detik berikutnya mulai melantunkan sebuah kalimat. Untk ibunya.

...

You brought me my first toy,
My first bike and baseball glove.
You filled my heart with joy,
And you filled my life with love.
You taught me how to count,
And how to say my ABC's,
How to say "You're Welcome,"
"Thank You," and "Pretty Please."

You taught me "Our Father,"
And "Hail Mary, Full of Grace,"
And how to greet a neighbor,
With a smile and embrace.
You taught me that all things,
Come from God up above.
But most of all, sweet Mother,
You taught me how to love.

You taught me that all leprechauns,
Possessed a pot of gold.
And that they had these unicorns,
Back in the days of old.
You taught me that a fantasy,
Could end up with a scream.
You taught me not to give up,
Not to give up on a dream.

...

Setelah kata 'mimpi' keluar dari mulutnya, Baekhyun sadar bahwa wanita yang seumur hidup akan dikaguminya itu telah duduk disampingnya; memeluknya.

"Ibu kan tahu jika aku tak pandai dalam eksakta dan olah raga. Jadi tolong, biarkan aku menulis jutaan lirik dan menyanyikan milyaran lagu untuk ibu, ayah, dan Baekbeom."

Wanita itu mengangguk, "Ya, lakukan apa yang kau mau." Kemudian mencium pipi kiri Baekhyun, "Lirik yang indah, terima kasih."

Lagu pertama yang Baekhyun tulis, adalah sebuah lagu sederhanda dengan perpaduan nada dasar, untuk ibunya.

.

.

Sekolah barunya hanya terdiri dari dua gedung utama berbentuk L, sebuah lapangan dan sebuah aula pertemuan. Tak ada ruangan khusus untuk klub olahraga maupun klub yang lain. Lapangan sepak bolanya hanya sebesar lapangan voli, dan sengaja dibuat seperti itu untuk menghemat tempat. Aula pertemuannya tak begitu besar, mungkin maksimal hanya dapat di isi oleh 500 orang.

Tahun ini hanya ada sekitar 130 siswa baru yang mendaftar di sekolah musik JT. Nama itu merupakan inisial seorang pianis terkenal yang diidolakan oleh pemilik yayasan sekolah musik itu.

Baekhyun menempati kelas 1-C. Hanya berisi 30 oarang yang kebanyakan adalah wanita. Baekhyun duduk di baris ketiga dekat jendal, tepat di depan seorang anak laki-laki dengan telinga lebar dengan kaca mata berminus tebal; sepertinya. Sebenarnya Baekhyun ingin duduk di belakang, namun satu-satunya bangku deret belakang yang tersisa adalah di belakang si 'telinga lebar' itu. Baekhyun tak ingin bunuh diri karena pasalnya postur tubuh laki-laki itu jauh lebih tinggi darinya dan mustahil bagi Baekhyun untuk bisa memperhatikan pelajaran jika terhalang tubuh besar laki-laki itu.

"Hai." Baekhyun terlonjak kaget akibat suara bass yang tiba-tiba menyapa indera pendengarannya.

"Ya?" dengan enggan ia menoleh ke belakang, tahu siapa yang memanggilnya.

"Namaku Park Chanyeol." Si 'telinga lebar' itu dengan santai mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, Baekhyun setengah enggan menerimanya.

"Baekhyun, Byun Baekhyun."

"Senang bertemu denganmu, Baekhyun. Semoga kita bisa menjadi teman dekat."

Selain telinganya yang lebar, anak laki-laki itu ternyata juga memiliki diameter senyuman yang tak kalah lebarnya.

Chanyeol tak begitu bisa bernyanyi, membuat baekhyun heran apa yang membuat anak itu sampai berfikir untuk masuk ke sekolah musik. Sampai pada suatu hari Baekhyun tahu, si 'telinga lebar' itu menguasi 5 alat musik dengan fasih.

Chanyeol bilang ia suka menulis lagu, oleh karena itu dia dengan percaya diri yang tinggi mengajak Baekhyun dan beberapa orang di kelasnya untuk membuat sebuah grub band. Band aneh dengan lima anggota itu hanya bertahan selama dua bulan karena satu per satu personilnya mulai lelah dengan Chanyeol yang selalu memaksa untuk memainkan lagu buatannya; yang menurut Baekhyun sangat jauh dari kriteria 'enak di dengar'.

Entah sejak kapan Baekhyun dan Chanyeol mulai sering berangkat dan pulang sekolah bersama, mungkin sejak Baekhyun sadar jika jarak rumah Chanyeol tidak lebih 1 kilo dari rumahnya. Mereka berhenti di pemberhentian bus yang sama, sayangnya Chanyeol harus berjalan sedikit lebih jauh melewati beberapa blok dari rumah Baekhyun untuk sampai di rumahnya.

Sesuatu yang membuat Baekhyun mau-mau saja berteman dengan si 'telinga lebar' adalah karena anak itu mampu memuaskan obsesinya. Entah dengan cara apa, Chanyeol selalu membuat Baekhyun merasa spesial. Anak laki-laki itu mau repot-repot menjemputnya, membelikan makanan ringan atau sekedar berbagi payung dengannya. Karena dulu, tak ada yang pernah berbuat seperti itu pada Baekhyun; selain kakak dan orang tuanya tentu saja. Namun belakangan Baekhyun menemukan alasan lain mengapa ia bisa cocok dengan Chanyeol, karena mereka sama-sama kesepian.

Tugas akhir pertama mereka sebelum libur musim panas adalah mengarang sebuah lagu singkat dengan durasi tak lebih dari dua menit. Mengarang lagu ada keahlian Baekhyun, anak laki-laki itu awalnya tenang saja karena merasa tugas itu terlalu mudah dan bahkan mampu ia selesaikan kurang dari satu minggu. Namun hal tersebut berubah menjadi mala petaka ketika sebuah senyuma konyol tampil di depan matnya dengan suara berat yang memekakkan gendang telinga.

"Kau akan satu kelompok denganku kan, Baek?" tanya Chanyeol. Lagi-lagi anak itu terlalu percaya diri.

Baekhyun jelas tidak sampai hati untuk menolaknya. Tapi di sisi lain ia akan menemui masalah besar ketika harus berada dalam satu tim dengan Chanyeol. Pertama, Chanyeol adalah pribadi yang keras kepala, kemungkinan besar anak laki-laki itu akan memaksa Baekhyun untuk menggunakan lagu karangannya sebagai tugas akhir. Kedua, tidak masalah jika Chanyeol mengarangnya dengan baik, namun kenyataannya adalah Chanyeol hanya bisa bermain alat musik dengan book note tanpa bisa memadu padankan nada dengan baik.

Baekhyun menelan ludahnya kasar, berharap keputusannya tidak membawa bencana. "Ya, kita akan satu kelompok. Tapi dengan satu syarat."

"Sejak kapan kau mulai memberikan syarat padaku." Lihat, belum apa-apa saja Chanyeol sudah mulai keras kepala dan menyebalkan.

"Ayolah, ini demi kebaikan kita."

"Oke, terserah kau saja."

"Kau hanya harus menulis liriknya, Chanyeol. Hanya lirik. Aku akan mengerjakan nadanya."

"Kau bercanda?" Chanyeol hampir mengeluarkan bola matanya tidak terima.

"Aku serius, atau kita tidak menjadi satu kelompok."

"Deal. Kau memang suka mengancam."

Baekhyun diam-diam tersenyum senang melihat Chanyeol yang sangat menginginkan untuk satu kelompok dengannya.

.

.

Liburan musim panas sudah berlangsung selama tiga hari dan selama itu pula Baekhyun hampir mati kebosanan. Cuaca di luar terlalu panas untuk sekedar berjalan-jalan sedang jika hanya bersantai di dalam rumah juga tidak terlalu berbeda. Ibu Baekhyun selalu membatsi penggunaan pendingin ruangan dengan alasan cicilan mobil bak terbuka ayah Baekhyun yang sampai sekarang belum lunas. Keadaan diperparah dengan Chanyeol yang sampai saat ini sama sekali tidak memberikan kabar tentang tugas akhir mereka. Baekhyun mulai berpikir jangan-jangan anak itu berniat untuk mulai mengerjakannya minggu depan.

Berkat pemikirannya itulah Baekhyun berlari menuju kamarnya, mengambil flip phone dengan sticker pikachu−Chanyeol yang menempelkannya−miliknya, dan segera menghubungi Chanyeol. Terdengar sekali bunyi beep dan telfon langsung diangkat.

"Ha−"

"Jangan bilang kau baru akan mengerjakan liriknya minggu depan, Park?!"

Chanyeol tertawa membayangkan tingkah Baekhyun yang berlebihan.

"Jangan tertawa, bodoh!"

"Maaf" Chanyeol masih menstabilkan suaranya. "Aku memang belum mengerjakannya, tapi bukan berarti aku baru mengerjakannya minggu depan. Mungkin lusa?"

"Jadi kau benar-benar belum mengerjakannya? Dasar Park sialan!"

"Tenanglah, kita akan menyelesaikannya sebelum hari Senin. Ngomong-ngomong, aku tadi juga berniat untuk menelfonmu."

"Ada apa?" respon Baekhyun, masih terdengar jelas di telinga Chanyeol jika temannya sedang merajuk.

"Besok kita keluar, ya?"

Baekhyun diam sejenak, memikirkan baik dan buruk yang akan terjadi jika ia keluar dengan Chanyeol besok. Setelah hampir satu menit hanya diam, akhirnya Baekhyun mengiyakan ajakan Chanyeol. Lagi pula ia belum siap mati bosan di dalam kamarnya yang pengap.

Chanyeol memang bilang jika besok ia akan datang pagi untuk menjemputnya. Yang Chanyeol maksud dengan pagi adalah pagi sekali. Jam 8 pagi Chanyeol sudah berdiri di depan rumah Baekhyun, bahkana saat itu Baekhyun baru saja menyelesaikan sarapannya dan belum bersiap sama sekali. Chanyeol dengan baik hati mau menunggui Baekhyun yang bahkan belum mandi selama lebih dari 30 menit. Yang lebih mengejutkan adalah anak laki-laki tinggi itu tidak protes sama sekali.

"Maaf." Kata Baekhyun lirih mengakui kesalahannya.

"Tidak apa-apa. Ayo berangkat."

Mereka mulai berjalan kaki menuju halte bus terdekat. Cuaca hari itu benar-benar panas. Baru berjalan sebentar saja rasanya baju Baekhyun sudah basah akan keringatnya sendiri.

"Memang kita akan kemana, Chanyeol?" tanya Baekhyun ketika mereka sudah berada dalam bus.

"Tidak tahu." Jawab Chanyeol santai.

Rasanya Baekhyun seperti ingin membenturkan kepala Chanyel ke jendela. Bagaimana anak itu bisa tidak tahu? Bukankah dia yang mengajaknya keluar? Baekhyun yang sedari tadi kesal kemudian baru menyadari bahwa Chanyeol entah sejak kapan sibuk dengan kamera pocketnya.

"Untuk apa kau bawa kamera?" tanyanya.

"Untuk memfoto, Baekhyun. Kau pikir untuk apa lagi?"

"Maksudku, kau bahkan tidak tahu kita akan pergi kemana, jadi untuk apa repot-repot bawa kamera?"

"Kau bawa baju ganti kan seperti kataku kemarin?"

Baekhyun mengangguk. Selain berkata bahwa ia akan datang pagi, Chanyeol juga menyuruhnya untuk membawa sepasang baju ganti.

"Kita berenang, ya?"

Sempurna. Baekhyun tidak memiliki satu alasan pun untuk menolak. Ia memang berencana untuk berenang, tapi entah kapan karena kakak laki-lakinya itu terlalu sibuk dengan organisasi baru yang ia pimpin di kampusnya.

Mereka datang lebih awal dari jadwal buka pemandian umum. Beruntung ada sebuah taman di dekat pemandian tersebut sehingga Chanyeol dan Baekhyun tidak harus duduk di depan gerbang pemandian seperti gelandangan. Baekhyun membeli dua minuman dingin dari sebuah mesin penjual otomatis. Sedangkan Chanyeol, ia terlalu sibuk mengambil gambar hal-hal yang tidak penting seperti semak, rumput, cacing, burung dan bunga. Mungkin sinar matahari terlalu panas sehingga mengganggu kerja fungsi otak Chanyeol.

Setelah mendapat puluhan jepretan benda tidak penting dan foto wajah satu sama lain dengan pose yang menggelikan, barulah Baekhyun dan Chanyeol memasuki tempat pemandian umum. Baekhyun berlari seperti anak kecil memasuki ruang ganti, melepas pakaiannya dan secara acak memasukkannya ke dalam loker tanpa peduli jika nanti bajunya akan kusut.

Chanyeol hanya memperhatikan tingkah temannya sambil tertawa. Ia memasang pelindung anti air pada kameranya kemudian melanjutkan kegiatannya untuk mengabadikan setiap gerakan temannya yang menurutnya sangat lucu. Sampai kameranya menangkap sesuatu yang membuatnya tertawa terpingkal-pingkal. Itu Baekhyun yang terpleset ketika memasuki kolam renang dan hampir tenggelam. Beruntung ada banyak orang disekitar yang menolong anak itu sebelum mati konyol di dalam sana.

Mereka berenang lama sekali, hingga Baekhyun merasa bahwa kulitnya sudah berubah menjadi coklat. Hari sudah hampir sore dan mereka memutuskan kembali ke taman untuk beristirahat dan mengisi perut mereka. Chanyeol membeli satu hamburger dan satu hot dog untuk Baekhyun. Mereka makan dengan diam dan cepat. Mungkin karena terlalu lapar.

"Chanyeol, boleh aku pinjam kameramu?" tanya Baekhyun setelah membuang bungkus hot dog miliknya.

Chanyeol dengan santai memberikan kameranya pada Baekhyun, tidak peduli kemana anak itu akan membawanya. Yang ia lakukan sekrang ialah kembali ke kedai hamburger dan kembali membeli seporsi hamburger untuk mengisi perutnya yang masih lapar.

Mereka pulang ketika matahari mulai terbenam. Di dalam bus Chanyeol memeriksa kembali hasil jepretannya dan tersenyum geli melihat beberapa jepretan milik Baekhyun.

"Memangnya dimana ada balon udara?" Chanyeol berkata ketika ia menemuka foto balon udara dalam kameranya.

"Itu hanya replika, bukan balon udara sungguhan. Bagaimana? Aku pandai mengambilnya bukan?" Baekhyun menyombongkan diri, bangga akan hasil karyanya yang menyerupai benda asli.

"Lumayan, tapi aku lebih suka yang ini." Chanyeol menunjukkan foto Baekhyun dengan seekor anak anjing berjenis Cockapoo, sangat mirip.

"Ya, aku juga suka yang itu." Baekhyun berujar sambil sedikit menyembunyikan suaranya yang bergetar karena malu.

Keesokan harinya Chanyeol mengirim pesan kepada Baekhyun mengatakan bahwa ia telah menyelsaikan tugasnya dan telah mengirimnya ke e-mail Baekhyun. Dengan segara Baekhyun menyalakan komputer dan menghubungkannya ke sambungan internet. Ada satu notifikasi e-mail berisi lirik buatan Chanyeol.

Baekhyun membukanya. Matanya membulat membaca setiap lirik kemudian tersenyum. Jadi ini alasan mengapa anak itu membawa kamera−batinnya.

...

Finally, summer has arrived.
Fresh green leaves blow in the warm breeze,
as I swim in the pool with eez.

With my friend who almost drown in cold-warm water
Schools out and there is some fun to be had.
Sometimes good and sometimes bad.
It's to warm to stay in,
and to hot to stay out. But I can't just sit here and pout.
Thunderstorms are a bonus, tornadoes are not.
Thank goodness we don't have hurricanes in backyard,
that wouldn't be so hot.
I see hot air balloons in the sky,
but I don't ever think I would go that high.
Hot dogs and hamburgers being grilled every night,
or a nice picnic would be alright.
Finally, summer has arrived, winter we have all survived.

...

Baekhyun hendak mematikan komputernya, berniat segera mengerjakan tugasnya tapi satu notifikasi e-mail dari Chanyeol menghentikannya. Chanyeol mengiriminya e-mail, sebuah foto dirinya yang hampir tenggelam saat di kolam renang. Bukannya marah, Baekhyun malah menyimpan fotonya dan membalas e-mail Chanyeol.

"Terima kasih, aku akan menyimpannya dengan baik." –diakhir dengan emoticon tersenyum dan tertawa terpingkal-pingkal.

.

.

.

TBC


a/n:

thanks for reading.. saya sangat menghargai segala bentuk apresiasi dr kalian. xoxo