We laugh over silly things

There's still so much I want to do for you

If you knew this secret of mine

Would I still be able to be by your side?


Trapped

Pairing : Kyuwook

Rate : T

Disclaimer : Saya hanya meminjam nama tokoh. Hanya cerita ini yang dapat saya akui sebagai milik saya.

Genre : Drama / Romance

Warning : AU, OOC, OC, Shounen-ai, Typo(s), bahasa menyimpang dari EYD, dan lain lain.


Pada detik Ryeowook melepas cincin pemberiannya dan mengembalikannya, Ryeowook tahu hatinya menjerit. Ia tahu dirinya perlahan mati dari dalam. Bukan hanya dirinya yang sakit—dia juga. Hati keduanya hancur berkeping-keping. Tapi, apa mau dikata? Hubungan mereka memang rapuh dari awal, dan berita yang dilontarkan olehnya tidak membuat semuanya jadi lebih baik.

"Chagiya, kamu tidak serius, kan? Aku—aku tidak akan ragu memutuskan perjodohan ini untukmu. Jebal—"

"Jangan. Jangan pertaruhkan nama baik keluargamu hanya untuk aku. Jangan kecewakan kedua orang tuamu hanya untuk orang sepertiku. Jangan korbankan kebahagiaanmu, jebal."

"Kebahagiaan? Aku tidak akan bahagia tanpamu! Aku—aku tidak yakin hatiku bisa mencintai orang selain dirimu. Jebal, Ryeowook ah. Jangan begini."

Bibir Ryeowook bergetar dan air matanya siap menetes, namun ia tetap keras kepala. Ia mengalihkan pandangannya, menolak bertemu pandang dengan namja yang paling ia cintai. Walau berat, Ryeowook harus bisa melepaskannya. Dia tidak boleh egois. Dia tidak mau menahan namja di hadapannya dan menjadi penghalang kebahagiaan orang lain karena keegoisannya. Karena hanya dengan cinta, seseorang tidak akan bahagia.

"Pergilah. Berbahagialah."

Namun saat kedua lengan milik dia merengkuhnya dalam sebuah pelukan, Ryeowook tidak lagi dapat menahan air matanya. Tapi ia tetap keras kepala sekalipun dia memohon agar Ryeowook memikirkan ulang keputusannya. Ia tidak mengubah keputusannya, meski dapat ia rasakan air matanya membasahi puncak kepalanya.

"Baiklah, aku akan menikahi yeoja itu. Tapi hubungan kita belum berakhir—aku menolak untuk mengakhirinya. Tunggu aku, Ryeowook ah."

Esok harinya, Ryeowook hanya meninggalkan secarik kertas berisi nomor teleponnya dan pesan agar dia berjanji untuk tidak mengganggu hidupnya. Juga persetujuan bahwa hubungan mereka belum berakhir, namun tidak berlanjut.

Sejak detik itu, Ryeowook tahu bahwa dia telah menjebak dirinya sendiri.


Ryeowook terbangun dari lamunan masa lalunya saat Kyuhyun keluar dari kamar mandi. Saat ini Kyuhyun sedang melakukan perjalanan dinas dan menyeret Ryeowook meski pada rencana awal seharusnya Donghae yang ikut. Namun Kyuhyun mengubah keputusannya secara tiba-tiba—dengan mengatakan sehari sebelumnya bahwa pergi dengan Donghae membosankan dan merengek agar Ryeowook yang menemaninya. Donghae menurut saja dan merasa beruntung karena tidak perlu mengurus bosnya yang merepotkan, walau ia merasa sedikit khawatir karena terlanjur memesan satu kamar hotel dengan dua single bed—bagaimanapun juga, Donghae hanya mengenal Ryeowook dalam sosok Ryeona. Namun Ryeowook tidak merasa keberatan dan mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja sekamar dengan bosnya—ia tidak berbohong. Dua tahun mengenal Kyuhyun dan tiga bulan tinggal bersama membuatnya terbiasa dengan keberadaan Kyuhyun. Walau tiga hari bukanlah waktu yang lama, namun hanya membayangkan tiga hari tanpa Kyuhyun sudah cukup membuat Ryeowook merasa kesepian. Tentu Ryeowook tidak mengakui hal itu pada Kyuhyun, atau namja itu akan bersorak kegirangan.

"Waeyo, Ryeowook ah? Kamu kelihatan sedih."

Mata Ryeowook bertemu pandang dengan Kyuhyun. Dapat ia lihat perasaan khawatir di manik hitam namja tampan yang kini berlutut di hadapannya. Ryeowook menggeleng dan menarik senyum kecil. Dia melingkarkan lengannya pada leher Kyuhyun dan menarik kepala namja itu ke dadanya. Yang ditarik ke dalam pelukan merasa kaget, namun ia tidak terlihat menolak. Sebaliknya, kini ia melingkarkan lengannya di pinggang Ryeowook.

"Waeyo? Apa yang ada dalam pikiranmu?"

"Aku…tidak menangis. Aku rasa itu adalah sebuah kemajuan."

"Apakah kamu sedang mengingat masa lalumu?"

"Mmhmm…"

"Apakah kamu mau menceritakannya padaku? Aku tidak akan berkomentar, aku akan menjadi pendengar yang baik."

"Aniyo, Kyuhyun ah. Aku tidak mau—untuk saat ini."

Tidak ada yang bergerak untuk mengubah posisi mereka. Suasana hening menyelimuti. Keduanya sibuk dalam pikiran masing-masing. Kyuhyun merasa senang dengan pelukan tiba-tiba dari Ryeowook—baru kali ini ia merasakan namja mungil itu berinisiatif dalam hal yang manis—namun merasa sedikit sebal dan sedih karena namja yang dicintainya itu masih belum begitu terbuka padanya. Kontak fisik mereka memang sudah bertambah frekuensinya—kecuali bergulat di ranjang yang semakin jarang mereka lakukan. Ryeowook juga sudah tidak menolak hal-hal manis yang Kyuhyun mulai, namun hati Ryeowook terbuka dengan sangat perlahan. Namja tampan itu berusaha bersabar dan memakai kesempatan kecil yang ia miliki. Pikiran Ryeowook kacau. Peperangan antara masa lalunya dengan dia dan masa sekarang dengan Kyuhyun masih belum berhenti. Dalam hatinya juga perasaan hangat dari Kyuhyun masih berperang dengan rasa sakit dari dia. Ryeowook tidak mengerti lagi dirinya sendiri.

Saat kakinya sudah terasa tidak nyaman, barulah Kyuhyun memecah keheningan di antara mereka.

"Ryeowook ah, aku senang dengan posisi kita—jarang-jarang kamu memelukku lebih dulu—tapi kakiku rasanya pegal. Bisakah kita ubah posisi ini?"

Mendengar ucapan Kyuhyun, Ryeowook segera melepas pelukannya dan tertawa canggung. Tampaknya ia terlalu sibuk dengan pikirannya dan merasa terlalu nyaman dengan posisi mereka hingga tidak sadar bahwa posisi Kyuhyun sangat tidak mengenakkan. Kyuhyun segera bangun dari posisi berlututnya dan duduk di samping Ryeowook. Tanpa banyak kesulitan, namja tampan itu menarik namja manis itu ke pangkuannya. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Ryeowook dan ditumpukan kepalanya di atas bahu Ryeowook.

"Kamu tahu, aku menyesal kita tinggal di kamar dengan dua single bed."

"Mau bagaimana lagi, tadinya Donghae ssi memesan kamar ini untukmu dan dirinya. Memangnya kamu mau tidur bersama dengan Donghae ssi? Sudah untung aku berhasil membujuk Donghae ssi untuk tidak memesan kamar yang lain."

"Dengan mengatakan bahwa aku tidak tertarik dengan yeoja maupun namja. Kamu menyebutku aseksual—dan sialnya Donghae hyung percaya dengan mudah. Kamu tahu kan aku tidak aseksual—ayolah, aku tergila-gila padamu, Ryeowook ah. Jeongmal saranghae."

Ryeowook memilih untuk diam. Kenapa dia tidak menolak Kyuhyun seperti biasanya? Entahlah, rasanya ada yang mengganjal kerongkongannya hingga tak satupun suara dapat ia keluarkan. Baik itu penolakan, maupun penerimaan. Kyuhyun mengangkat sebelah alisnya mendengar tak ada respon dari Ryeowook—biasanya namja mungil di pangkuannya akan segera memberinya penolakan, kenapa kali ini tidak? Ada sedikit perasaan senang karena ia tidak ditolak, namun perasaan kecewa mendominasi hatinya. Walau tidak ditolak, bukankah dia digantungkan? Haruskah ia meninggikan harapannya, atau tetap pada posisinya sekarang? Bagaimana kalau sebenarnya Ryeowook hanya terlalu lelah karena telah menolaknya berkali-kali, tapi dia tetap keras kepala?

"Aku mau mandi."

Ryeowook melepas pelukan Kyuhyun dan berjalan menuju kopernya. Tak sekalipun ia lirik namja tampan yang duduk di salah satu kasur. Namja tampan itu juga tidak berharap untuk dilirik—menatap manik Ryeowook sama saja dengan menatap hatinya, dan Kyuhyun belum siap. Untuk kali ini, tak sedikitpun ia ingin mengetahui ekspresi seperti apa yang ada di mata Ryeowook, perasaan apa yang mendominasi hatinya. Ia hanya menatap sosok Ryeowook dari belakang yang kini melangkah menuju kamar mandi. Sebelum namja mungil itu menutup pintu kamar mandi, Kyuhyun mengingat rencana untuk kencan keduanya.

"Ryeowook ah, pastikan hari Minggu besok kamu tidak ada rencana untuk pergi, karena aku mau mengajakmu ke suatu tempat."

Pintu kamar mandi ditutup.


Kyuhyun terjaga dari tidurnya saat ia merasakan kehangatan seseorang di belakangnya. Dilihatnya jam yang ada di meja nakas—pukul 01.27. Kyuhyun berbalik dengan perlahan agar tidak membangunkan teman tidurnya yang seharusnya berada di kasur berjarak satu setengah meter darinya, Meski sedikit kesulitan karena Ryeowook mencengkeram piyamanya—Kyuhyun akhirnya berhasil. Ia tersenyum kecil melihat wajah tidur Ryeowook yang begitu tenang. Meski ia terlihat lucu dengan bibir mengerucut dan dahi mengernyit—mimpi apa yang sedang dilihat olehnya? Kyuhyun melingkarkan lengannya di pinggang Ryeowook dan mengecup dahinya. Dapat ia rasakan tubuh Ryeowook semakin menempel padanya. Sekali lagi ia mengecup Ryeowook pada puncak kepalanya, sebelum menyusul namja mungil dalam pelukannya ke dunia mimpi.

Saat Ryeowook terbangun pagi itu, ia tidak merasa heran maupun kaget telah berpindah ke kasur Kyuhyun. Ia juga tidak merasa aneh terbangun dalam pelukan hangat namja yang tertidur di hadapannya. Ini adalah pagi yang tidak berbeda dengan yang lain. Senyum kecil menghias wajahnya saat Kyuhyun menggumamkan sesuatu dalam tidurnya. Bahkan senyumnya belum hilang saat ia mendengar jelas gumaman Kyuhyun—deklarasi cintanya pada Ryeowook. Itu adalah hal baru, karena biasanya ia akan merasa terbebani oleh perasaan Kyuhyun. Ryeowook mengecup dahi Kyuhyun dan melepas pelukannya dengan perlahan, mencoba untuk tidak mengganggu tidur bosnya.

Ia memulai harinya dengan mandi pagi, memesan room service, dan membangunkan Kyuhyun—perjalanan dinas tidak akan menghapus kebiasaannya. Hanya satu yang berbeda, mereka menyantap sarapan, makan siang, dan makan malam bersama.

Perjalanan dinas mereka berakhir dengan hasil yang memuaskan. Saat keduanya kembali ke kantor, Donghae tidak menyerang Ryeowook maupun Kyuhyun dengan berbagai pertanyaan aneh. Hal itu membuat Kyuhyun bingung, namun dengan mudah Donghae menjawab bahwa ia percaya orientasi seksual Kyuhyun adalah aseksual. Tawa Ryeowook sebagai respon jawaban Donghae tidak mengurangi rasa kesal Kyuhyun.


Saat Ryeowook melangkahkan kakinya keluar mobil, dahinya mengernyit. Kyuhyun mengikutinya dari belakang, dan dapat terdengar pintu mobil ditutup oleh Kangin. Kyuhyun berdiri di sampingnya dan dengan mudah melingkarkan satu tangannya di pinggang ramping Ryeowook. Dari ekor matanya, namja mungil yang kini berpenampilan sebagai Ryeona itu dapat melihat Kangin mengangkat sebelah alisnya. Namun hanya dalam beberapa detik dan wajahnya kembali netral. Supir Kyuhyun tahu Ryeowook—atau yang dia kenal Ryeona—tinggal dengan Kyuhyun, namun baru kali ini ia melihat mereka bermesraan. Ryeowook tahu ada perasaan bingung dari mata Kangin, namun ia memutuskan kembali menatap tempat kencan mereka.

Pameran lukisan.

Kenapa Kyuhyun mengajaknya ke tempat ini? Ryeowook bahkan tidak tahu banyak mengenai lukisan—walau di masa lalu, dia selalu mengajaknya ke pameran lukisan pada hari yang sama, hari Minggu. Dahi Ryeowook mengernyit semakin dalam menyadari betapa familiar suasana ini. Sejujurnya, kencan pertama mereka juga sangat familiar baginya—pergi berbelanja atau lebih tepatnya berjalan-jalan di mal, menonton film, dan makan malam pada hari Rabu. Hanya orang yang berbeda yang mengajaknya melakukan kegiatan itu. Kyuhyun tidak mungkin tahu jadwal Ryeowook dengan dia kan? Namja tampan itu baru mengetahui sangat sedikit dari masa lalunya dengan dia. Walau Ryeowook tahu Kyuhyun adalah namja yang bisa dibilang menakutkan jika sudah terobsesi akan sesuatu, tapi tidak mungkin Kyuhyun mengetahui masa lalunya sejauh itu kan? Ryeowook menepis rasa curiganya dan membiarkan Kyuhyun membawanya ke dalam gedung di depan mereka.

Semuanya terasa janggal untuk disebut kebetulan. Namun Ryeowook mencoba untuk percaya pada Kyuhyun. Namja itu sudah berjanji akan mencoba memperbaikinya, dan tidak ada salahnya untuk memberi kesempatan. Mungkin Ryeowook sudah menyadari—setelah enam tahun berlalu—betapa rusaknya dirinya. Atau mungkin ucapan Sungmin terakhir mereka bertemu menggugah hatinya. Atau mungkin perlakuan Kyuhyun padanya mulai membuka pintu hatinya. Atau mungkin karena sudah lama dia tidak menyerang Ryeowook dengan kontaknya. Dan segala kemungkinan lain yang membuat kepalanya pusing segera hilang saat pandangannya bertemu dengan Kyuhyun. Dilepasnya tangan Kyuhyun yang melingkar di pinggangnya, dan kini ia menautkan jari mereka.

Mungkin sebenarnya bukan Ryeowook yang memberi kesempatan pada Kyuhyun. Mungkin sebenarnya Kyuhyun menunjukkan bahwa ada yang namanya kesempatan kedua pada Ryeowook. Pikiran itu membuatnya tersenyum.


Keduanya berjalan tanpa arah mengitari gedung yang dipenuhi lukisan di dinding. Mereka menatap lukisan-lukisan itu dengan pandangan bosan—karena sesungguhnya tidak satupun dari mereka tertarik. Terkadang Kyuhyun atau Ryeowook berhenti sejenak untuk mengagumi lukisan yang menurut mereka menarik—namun hanya beberapa detik dan keduanya langsung bosan. Tampaknya lukisan benar-benar bukan minat mereka. Berbeda dengan Ryeowook yang bisa dengan mudah menyembunyikan rasa bosannya, Kyuhyun beberapa kali mendesah bosan. Ryeowook yang melirik namja di sampingnya dari ekor matanya tertawa kecil. Ia berhenti melangkah di depan sebuah lukisan sembarang.

"Kyuhyun ah, kalau tidak suka lukisan, kenapa mengajakku ke sini?"

"Bukannya kamu suka ke pameran lukisan?"

Kyuhyun mengutuk dirinya karena keceplosan. Ryeowook memandangnya dengan aneh—dan sedikit curiga. Entah apa yang ada di pikirannya, Kyuhyun tak tahu. Namja tampan itu ingin menghapus dialog mereka beberapa detik yang lalu walau ia tahu itu hal yang tidak mungkin. Kyuhyun segera memutar otaknya, mencari jawaban yang tidak akan membuat Ryeowook curiga. Ini baru kencan kedua mereka, dia masih punya banyak rencana kencan untuk ke depannya. Jika rahasianya terbongkar sekarang, Kyuhyun tahu kesempatan kecilnya untuk mendapatkan hati Ryeowook akan hilang. Baru saja ia mau meralat, Ryeowook sudah bicara terlebih dahulu.

"Aniyo, apakah kamu bertanya pada Sungmin hyung?"

Ryeowook menanti jawaban Kyuhyun dengan pikiran berantakan. Ia bingung, penasaran, dan tak dapat menahan dirinya untuk tidak curiga pada namja di hadapannya. Ryeowook tidak ingat pernah pergi ke pameran lukisan sejak berpisah dengan dia—dan itu terjadi enam tahun lalu, tapi Ryeowook baru mengenal Kyuhyun dua tahun lalu. Ayolah—namja mungil itu bahkan tidak ingat pernah mengatakan bahwa ia tertarik pada lukisan, karena dia memang tidak tertarik. Dapat Ryeowook dengar Kyuhyun menghela napas yang ia tahan, membuat rasa curiganya semakin tumbuh.

"A-aah, ne. Lihat, lukisan itu menarik sekali!"

Kyuhyun menarik pergelangan tangan Ryeowook ke sebuah lukisan yang katanya "menarik". Ryeowook tahu Kyuhyun hanya mencoba mengalihkan pembicaraan—meski ia ingin menekan Kyuhyun lebih jauh, namun pertanyaan dalam pikirannya menghilang saat melihat wajah bingung Kyuhyun. Ia menoleh dan melihat lukisan yang menjadi fokus tatapan Kyuhyun. Hanya sebuah lukisan abstrak yang tampak seperti coret-coretan anak kecil. Wajah bingung Kyuhyun perlahan berubah menjadi bosan.

"Aku tidak mengerti apa yang menarik dari lukisan ini."

"Bukannya kamu yang bilang lukisan ini menarik sekali?"

"Aku—uuh, lukisan zaman sekarang sangat membingungkan. Apanya yang menarik dari lukisan yang anak kecil juga bisa buat?"

"Aku juga tidak mengerti dunia lukisan. Bagaimana kalau kita lanjut berkeliling?"

Kyuhyun menuruti saran Ryeowook, dan keduanya kembali berkeliling. Setiap menemukan lukisan yang menurut mereka konyol, masing-masing akan menyebut bahwa lukisan itu mirip dengan yang lain. Beberapa kali mereka ditatap aneh dan dikirim tatapan mematikan oleh pengunjung lain—namun mereka tidak peduli. Ryeowook merasa beruntung lukisan kesukaan dia tidak dipajang di pameran tersebut, karena lukisan itu hanya akan mengingatkannya pada masa lalu dan akan menghancurkan kencan mereka. Sudah cukup kencan pertama mereka tidak berakhir indah, Ryeowook tidak mau menggagalkan kencan kedua mereka.

Saat keduanya melangkah keluar gedung, hari sudah sore. Mereka menghabiskan waktu di pameran lukisan selama kira-kira empat jam. Ryeowook bisa merasakan pegal di kakinya karena berjalan terlalu lama dengan sepatu hak tinggi. Ia menggerutu saat Kyuhyun mengatakan bahwa mereka tidak akan langsung pulang ke rumah. Namun senyum lebar langsung terbentuk di wajahnya saat namja tampan itu mengeluarkan dua buah tiket dari kantung celananya.

"Tiket masuk untuk resital piano Henry Lau! Kenapa kamu bisa mendapatkannya? Aku bahkan gagal membelinya karena tiketnya langsung habis sepuluh jam sejak dijual!"

"Aku punya koneksi tersendiri. Aku rasa ini cukup sebagai permintaan maafku atas kencan membosankan barusan?"

"Kyuhyun ah, saranghae!"

Kyuhyun tertawa kecil saat Ryeowook memeluknya erat. Meski deklarasi Ryeowook yang baru saja keluar tidak lebih dari ucapan terima kasih, ia tidak bisa menahan perasaan senang yang muncul di hatinya. Baru kali ini Ryeowook mengucapkan satu kata itu, dan ia berharap akan mendengarnya suatu saat nanti dari lubuk hati namja mungil itu yang paling dalam. Dan untuk mewujudkan harapannya, rencana Kyuhyun tidak boleh gagal, dan rahasianya dengan Sungmin harus utuh terjaga.

Namun rahasia disebut rahasia karena kita tidak tahu kapan akan bocor.

To be continued


Uh...hai? Apakah masih ada orang yang menunggu cerita ini?

Aku harap masih ada orang yang sudi membaca cerita ini, maafkan aku update kelamaan ;w; *bow*

Jadi...aku menemui kebuntuan dalam cerita ini. Ya, jalan buntu. Lebih tepatnya aku sedang tidak ada mood apapun untuk menulis. Maafkan jika aku tidak bisa update chapter selanjutnya dengan cepat. Aku harap chapter ini tidak terlalu mengecewakan kalian yang sudah menunggu

Terima kasih untuk Guest | aidapinky | Hanazawa Kay | elferani | Bee Coco | choi yewon11 | Gyupal | Guest (2) Ti tokk yang sudah review di chapter sebelumnya ^v^