Helaan napas panjang keluar dari bibir mungil itu, untuk kesekian kalinya memandang langit malam. Hal yang disukainya belakangan ini, entah kenapa gelapnya malam menjadi penghias di setiap buku sketsanya, seperti sekarang ini. Merenggangkan tubuhnya sebentar, meliuk ke kanan dan ke kiri, memijit bahunya pelan. Merasa cukup ia pun mulai mengemasi peralatan menggambar di sekitarnya.

Ketukan pintu terdengar, membuatnya mendongak, melihat dan menangkap siluet tubuh si sulung Uzumaki yang menatapnya datar.

"Ada yang bisa ku bantu Kyuu-nii?" tanyanya memberikan senyum manis yang ia bisa.

Hanya helaan napas panjang sebagai jawaban, sementara iris rubynya sibuk melihat si bungsu yang masih mengemasi peralatannya. "Segeralah tidur," suara itu terdengar datar namun sarat rasa khawatir.

Kikikan kecil terdengar, "baik. Kyuu-nii tenang saja, aku tidak akan membuat Kyuu-nii cemas seperti kemarin-kemarin, kok. Ini aku juga sudah mau tidur," jawabnya walau iris sapphire itu menatap lekat sang kakak yang berjalan mendekat.

"Naru," suara pelan itu terdengar saat jarak mereka hanya sejengkal.

"Ya?" memiringkan kepalanya, imut. Sebelum akhirnya membelak kaget menatap heran sekaligus tidak memahami tingkah si sulung yang tiba-tiba memeluknya. "Kyuu-nii?"

"Maafkan aku, Naru." Ucapnya pelan nyaris berbisik.

Sapphire itu membulat sesaat, dan kembali melunak. Membalas pelukan si sulung, "bukan salahmu Kyuu-nii. Bukan salahmu." Ucapnya menepuk pelan pundak si sulung yang makin mengeratkan pelukannya. Berusaha menghilangkan rasa sedih dan sesal yang mungkin saja ada dalam benak sulung Uzumaki tersebut.


Naruto © Masashi Kishimoto

Genre Romance.

Rating T

Pair ItaFemNaru

Warning-OOC, AU, Typo(s), dan segala bentuk keabsrudan lainnya yang murni keluar dari pemikiran saya.
Don't Like, Don't read


"Itachi!" teriakan itu terdengar bersamaan dengan tubuh sesosok pria yang berjalan mendekat.

Menghampiri pria berhelai hitam yang sempat ia lihat dikejauhan, bahkan walau telinganya mendengar panggilan tersebut tidak menghentikan langkah pria itu. Menggeram kesal dilakukan sosok yang memanggil, memegang bahu pria yang kini melirik padanya. Tidak berniat sedikitpun untuk mengatakan satu patah kata.

"Sialan, tunggu sebentar apa kau tidak bisa!" decaknya kesal tanpa berniat melepaskan tangannya dari bahu pria yang mungkin terlihat tidak senang sekarang.

Hanya onxy yang menatapnya sesaat saja sebagai balasan, kembali melangkah setelah sebelumnya menepis tangan yang terlihat ingin menghentikan langkahnya.

"Hei, Itachi!" serunyanya melihat bagaimana tingkah pria yang sudah hampir sebulan ini tidak memberikan respon apapun padanya. Bahkan untuk berbicara ataupun memberikan jawaban dari setiap pertanyaan pun tidak pernah. Satu kalimat pun tidak pernah terlontar, dari bibir Uchiha sulung itu untuk dirinya. Membuat rasa kesal dan gondok tidak terkira. "Demi Tuhan! Tidak bisakah kau mendengarkanku dulu." Geramnya menarik bahu Uchiha sulung yang kembali kaget untuk kesekian kalinya.

Menghela napas dilakukan Uchiha sulung, memberikan tatapan tajam yang membuat lawan bicaranya terdiam. "Apa yang kau inginkan, Kyuu?" satu kalimat yang terlontar dari setelah sekian lama.

Diam, kedua tangannya ia kepalkan. "Ini tentang Nar—"

"Uzumaki Kyuubi." Panggilan yang menghentikan Uzumaki sulung berkata, "aku tidak ingin mendengar apapun." Menatap Uzumaki sulung tepat diiris rubynya, "kumohon, Kyuu." Satu kata yang tidak pernah disangka oleh Kyuubi akan diucapkan oleh Uchiha sulung.

Pria itu hanya mampu terdiam, membiarkan Uchiha sulung menatapnya sebentar. Entah kenapa ekspresi pria itu membuatnya tidak bisa mengatakan apapun. Iris ruby itu hanya bisa menatap sahabatnya yang menganggukan kepala pelan dan berjalan pergi, meninggalkan Uzumaki sulung yang hanya bisa diam menatap punggung tegap pria itu. Hanya satu hal yang ia tahu, bahwa ia telah melakukan kesalahan pada keduanya.


Because


Iris sapphire itu menatap bingung, berkedip sekali melihat bagaimana wajah sahabatnya terlihat kusut. Yah, walau harus ia akui memang sahabatnya itu selalu kusut seperti pakaian yang belum disetrika. Hanya saja, tidak biasanya pria di hadapannya ini mencegat langkahnya di depan pintu perpustakaan. Hal yang langka, mengingat yang biasa melakukannya adalah dia. Pria ini tidak kepantok sesuatukan sehingga menjadi aneh seperti ini. Sekali lagi mengedipkan matanya, memastikan penglihatannya tidak salah.

Menghela napas meyakini bahwa penglihatannya ternyata tidak salah, menggaruk lehernya yang tidak gatal dilakukan gadis itu. Sementara tangan kananya sendiri lebih memilih untuk mendekap buku bacaannya lebih erat. Memilih untuk berbalik arah, dilakukan Uzumaki bungsu. Tidak peduli tindakannya itu, menimbulkan urat kekesalan pria yang baru saja menghadang jalanya.

"Hei, dobe!" decaknya mengikuti langkah Uzumaki bungsu yang kini berjalan di koridor.

Seumur-umur, tidak pernah ia dicuekin oleh seorang gadis. Baru kali ini ada orang yang berani melakukan itu padanya. Menarik bahu yang mungil itu dilakukan olehnya. Menghentikan gerakan Uzumaki bungsu yang kini menoleh padanya. Iris Sapphire itu bertemu dengan iris onxy miliknya, walau hanya untuk seperkian detik.

"Kau menggangguku, teme." Keluhnya melepaskan pegangan Uchiha bungsu.

"Kita harus bicara, dobe." Ucapnya mutalak tidak peduli Uzumaki bungsu itu kini menatapnya datar.

"Kau kira kita sedang apa sekarang?" membetulkan pakaiannya yang sedikit kusut, karena tingkah Uchiha bungsu.

"Maksudku bukan itu, tapi ini tentang Ani—"

"Sasuke," satu panggilan yang menghentikan ucapan Uchiha bungsu, merasa aneh akan panggilan yang tidak biasa dari Uzumaki bungsu. "Itu Sakurakan?" satu kalimat tanya bersamaan dengan tubuh yang miring sedikit, melihat sesuatu dari belakang pria itu.

Menoleh, mengikuti arahan Uzumaki bungsu yang kini memandang sesuatu di belakangnya. Berkedip sekali melihat apa yang dimaksud oleh Uzumaki bungsu hanyalah koridor yang kosong. Dengan cepat menoleh, hanya untuk mendapati gadis yang ia ajak bicara telah menghilang untuk kesekian kalinya.

"Dasar, dobe!" menggeram kesal dilakukan Uchiha bungsu, sementara pelaku yang membuat kesal sudah berjalan dengan santai di koridor yang berbeda.


I Know


Helaian pirang itu terlihat mengikuti gerakan angin yang tertiup sepoy-sepoy. Bibir mungilnya yang terlapisi lipglos membentuk garis tipis. Iris sapphirenya tertuju pada sosok anak-anak yang sedang bermain dengan riang di taman kota. Tangannya memegang rantai ayunan, sementara kaki-kakinya bergerak ke depan dan ke belakang. Membuat ayunan itu ikut bergerak. Hal yang menjadi kegiatannya beberapa menit ini, tidak peduli beberapa pasang mata sempat melihat aneh akan perbuatannya.

Bahkan seragam sekolahnya belum diganti saat ia memutuskan untuk mampir ke taman ini, saat telinganya mendengar suara riang anak-anak bermain. Entah kenapa saat itu kaki-kakinya melangkah menuju ke sini, berjalan menuju ayunan yang saat itu tidak ada yang menaikinya. Memilih duduk dan memperhatikan bagaimana anak-anak itu bermain. Entah kenapa tawa dan senyuman mereka mengingatkannya akan sesuatu.

"Kau benar-benar mirip, Naru!" Suara itu terdengar bersamaan dengan tawa yang keluar saat sebuah candaan keluar. Tawa yang mungkin jarang keluar dari bibir orang itu.

Menghela napas pelan, dan menggelengkan kepala, bibir itu membentuk garis tipis menyadari kebodohannya untuk mengenang hal yang sudah lalu. Memilih untuk kembali berayun pelan, berusaha melupakan ingatan yang muncul tiba-tiba. Mendongak melihat ke arah langit yang sore, yang entah kenapa begitu berbeda. Sudah waktunya untuk pulang, tapi entah kenapa tubuhnya terasa malas untuk digerakan. Perlahan kepalanya ia tundukan, sapphirenya ia edarkan melihat ke sekeliling taman. Seketika tatapannya tertuju pada sesuatu, bersamaan dengan itu gerakannya pun terhenti sesaat, bibir yang tadinya membentuk garis tipis perlahan menghilang. Berkedip sekali, sebelum akhinya bibir itu bergerak, ragu, terlihat berpikir. Ketukan pelan ia lakukan pada rantai ayunan, menghentikan kaki dan badannya yang berayun. Menghela napas panjang, dan bibir itu sekali lagi bergerak memberikan senyum manis seperti biasa. Iris sapphirenya yang tadinya bergerak mengikuti sesuatu, kini menatap lurus tepat pada sosok yang berada di depannya.

"Ambilah," ucapnya pelan melihat bocah kecil di depannya yang terdiam menatapnya. "Tenang saja, Nee-san tidak akan memakanmu." Lanjutnya mengambil bola yang sempat bergulir di dekat kakinya, karena tendangan dari bocah lainnya.

"Yah, dia tidak akan memakanmu, paling mengirismu." Sahutan itu terdengar, membuat gadis itu terkekeh kecil mendengar kalimat barusan. Sementara bocah yang berada di depannya sedikit ragu.

"Aih, jahatnya." Memberikan senyum kecil perlahan berdiri mendekati bocah kecil yang refleks mundur. "Kau membuatnya takut, kau tahu itu.." iris itu melirik sesaat pada pria di sebelahnya, yang mendengus kecil, "Itachi-Nii." Ucapnya pelan memberikan bola pada bocah yang tersenyum lebar dan berterima kasih. Meninggalkan dua manusia berbeda gender yang kini saling berhadapan setelah sekian lama.

.

.

..

.

.

.

Kecebong


Hola, gie datang lagi. Dengan Sequel 'You Know'.

Thanks untuk review dan dukungannya di fict gie yang You Know *peluk* Fict ini muncul berkat dukungan kalian. ^^

.

.

Sigh,

ImyGie_Chan