A Fluff

Naruto © Masashi Kishimoto

ShikaTema. T. Romance.

OOC mungkin, typo juga mungkin.

.

.

.

Temari menatap layar komputer di hadapannya yang menampilkan review—komentar—atas tulisannya yang ia pajang di suatu situs. Kebanyakan berisi komentar betapa menyedihkan isi cerita karyanya, tidak sedikit pula yang menambahkan emoticon menangis sebagai hiperbolis.

Sepasang iris hijaunya terhenti pada salah satu review.

"Wind-san"—wind adalah nama penanya di situs tersebut—"benar-benar piawai menggunakan diksi. Saya sampai terlarut dan membayangkan bahwa sayalah sang tokoh utama wanita. Sejujurnya, bahkan saya sampai menangis di bagian sang tokoh lelaki meninggalkannya—"

Komentar itu masih panjang, namun Temari langsung berhenti membaca.

.

.

"Temari?" Derit pintu terdengar. Sosok seorang pemuda muncul seraya memegang sebuah cangkir di tangan kiri. "Kau sedang menulis lagi, ya?"

Sebagai kekasih, Shikamaru hafal betul apa hobi si pirang berkuncir empat. Gadis itu senang menulis apa yang ia sebut sebagai fanfiction—atau fanfiksi—atau terkadang orifictionoriginal fiction. Shikamaru lebih senang membaca berita olahraga layaknya pemuda seumurnya, kalau boleh jujur, namun ia tetap bersedia menjadi editor—Temari menyebutnya sebagai beta-reader—untuk setiap karya sang gadis.

"Temari?" Alis Shikamaru terangkat tak mendapati pergerakan dari gadis pirang itu, atau minimal reaksi atas panggilannya barusan. "Ada apa?"

Pemuda Nara itu mendekat. Tangan kirinya meletakkan cangkir di atas meja. Kedua tangannya terlipat di atas sandaran bangku yang diduduki Temari sebagai tumpuan tubuhnya yang kini membungkuk agar bisa leluasa ikut melihat ke layar.

"Review atas karyamu, ya?" tanyanya.

"Shikamaru..." panggil gadis itu. Nadanya mengambang, seolah jiwanya tengah melayang ke awang-awang. Tangannya merambati bahunya sendiri sebelum meraih lengan kekasihnya. "...kau tidak akan pergi, kan?"

"Hm? Hari ini aku memang tidak ada jadwal kuliah, sih."

Temari menghela napas diam-diam. Memang ia yang salah, sih, karena menggunakan kalimat yang terlalu sederhana.

"...errm ... maksudku..." ia menggigit bibir, "...pergi—eh, meninggalkanku, begitu..."

Sesaat tak ada jawaban.

Samar Temari mendengar kekehan. Awalnya ia kira ia salah dengar, sampai ia sadar bahwa asal kekeh tersebut memang berasal dari kekasihnya.

"K-kenapa kau justru tertawa, heh?"

Tawa pemuda itu benar-benar pecah pada akhirnya. "Kau pasti membayangkan seandainya kau adalah tokoh dalam ceritamu sendiri, ya?" tembaknya tepat sasaran.

Temari merengut. "Jawab saja."

Lipatan tangan pemuda itu terurai sebelum bergerak memeluk leher gadisnya. Nadanya merendah, "Itu pertanyaan paling bodoh yang pernah kudengar darimu, hei, pirang."

Si sulung Sabaku kian cemberut saja. Ia tahu persis, jika Shikamaru memanggilnya dengan kata pirang atau kuncir empat, putra tunggal Shikaku itu pasti sedang mengejeknya. Meski begitu, tetap saja wajahnya memerah mendapati nada berat dalam ucapan pemuda itu yang membuatnya terdengar ... ehem, begitu seksi, ehem.

"Aku bertanya bukan untuk kau ejek, pemalas," Temari menyergah.

"Kalau kau memang ingin aku pergi, maka aku pergi." Shikamaru berujar. Menggeliat pelan di bahu gadisnya.

"Tidak!" kata itu spontan saja meloncat dari bibir Temari. Sukses membuatnya salah tingkah sendiri. "Eh—maksudku, anoo..."

Kali ini Shikamaru memilih tak hirau. "Kalau kau memang tidak ingin aku pergi, maka aku tidak pergi."

Temari menghela napas lega. Kedua tangannya meraih lengan Shikamaru yang masih memeluk lehernya. "Berjanjilah."

Shikamaru justru mendaratkan ciuman di leher gadis itu. "Aku mencintaimu."

Tapi jawaban seperti itu sudah lebih dari cukup bagi Temari.

.

.

.

.

Terinspirasi dari ... saya sendiri yang mendadak galau baca draf angst, orz. Ternyata saya memang bukan author zadomazo /ketularanyucc.

Btw ini proyek baru saya, jadi setiap fic ShikaTema bakal saya publish di sini selama cuma vignette. Barulah kalau saya rasa enaknya dibikin terpisah, saya bikin jadi satu fic sendiri, bukan kumpulan vignette di sini :) Rating K-T aja, kok~

Ah, sesuai yang saya tulis di summary, vignette itu fic pendek yang jumlahnya nggak lebih dari 3000 kata.

.

.

.

.

"Kali lain aku menulis fluff saja. Aku ingin beristirahat sebentar dari menulis genre angst."

"Fluff?"

"Cerita-cerita manis yang biasanya singkat ... seperti itulah."

"Oh."

Mungkin fluff yang akan kutulis pertama persis seperti yang kaulakukan padaku ini, Shikamaru. Mungkin.