D.O's Pov

Setelah beberapa kali mencoba membangunkan Tao, akhirnya aku menyerah. Pemuda itu sangat sulit untuk dibangunkan. Jadi, daripada membuang-buang waktuku untuk membangunkan panda tidur itu, aku lebih baik segera turun ke ruang utama, dan mendapat sarapan. Juga kalau bisa, kuambil kesempatan bertanya banyak hal tentang sel penjara kepada Kai. Laki-laki itu pasti tahu banyak soal penjara ini. Karena kalau tebakanku benar, ia adalah mantan kepala sipir di penjara ini. Terbukti dengan seluruh ilmu pengetahuannya tentang dunia di balik jeruji, dan dengan sikap sipir-sipir juga tahanan yang seakan mengenalnya.

"D.O!" seseorang memanggil namaku, dan berlari ke arahku.

"Oh, hai Baekhyun-ssi..." kusapa Baekhyun dengan senyum tanggungku.

"Mana Tao-ssi?"

"Dia masih tidur tapi jangan berpikir kalau aku tak pernah membangunkannya, ya. Sulit sekali membangunkan pria itu..." Jawabku menjelaskan.

Baekhyun terlihat mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Namun beberapa saat kemudian ia menyentuh bahuku dan berkata, "Kalau begitu, kau mau sarapan bersamaku?"

Tanpa berpikir panjang kuanggukan kepalaku.
"Boleh. Tapi ngomong-ngomong, dimana Kai-ssi?" tanyaku sembari mencari-cari sosok itu. Sosok yang bisa menjelaskanku tentang seluruh masalah penjara ini. Jujur saja, aku lebih butuh sosoknya saat ini daripada Baekhyun yang cukup berisik tak jelas.

"Ahh... Kai ada di belakangku. Sebentar lagi dia ada. Kita tunggu saja... Ah dia datang!" Baekhyun menunjuk sosok yang berjalan ke arah kami dengan santai.

"Pagi.." sapa Kai padaku.

"Pagi." Sapaku balik.

"Yosh! Semuanya sudah berkumpul, ayo kita yurun ke bawah, dan makan!" seru Baekhyun dengan berapi-api.

"Tao-ssi?" Kai bertanya sambil mencari-cari sosok pria tinggi yang sekarang sepertinya masih tidur di atas ranjangnya.

"Dia masih tidur. Aku sudah membangunkannya beberapa kali. Tapi ia tak mau dengar. Jadi aku pergi sendiri." Seruku mengungkapkan alasan.

"Dasar! Kenapa dia belum bangun jam segini? Padahal aku sudah peringatkan untuk mengikuti aturan yang ada... Ckck.." Kai terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

"Memang apa yang akan terjadi jika tahanan telat bangun?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.

Kai menghembuskan nafasnya malas. "Dia akan dibangunkan paksa, tak akan diberi sarapan, dan di suruh bekerja ekstra sampai makan siang. Jika pekerjaannya tidak selesai sampai batas waktu yang ditentukan, jangan harap ia dapat jatah makan siang."

"Waaah... Kalau aku pasti tak suka hukuman seperti itu. Melewatkan makan pagi dan bekerja sampai siang. Tidak terima kasih!" Baekhyun menanggapi dengan wajah yang cukup serius.

Sembari terus berbicara, kami sampai di lantai utama, dan langsung mengantri di antrian untuk mengambil makan. Saat mengantri, beberapa pasang mata memandangi kami dengan pandangan yang tak bisa kutebak. Tapi khusus untuk Kai berbeda. Hampir tiap-tiap dari tahanan di sini memandanginya dengan pandangan tak suka dan pandangan mengejek.

"Apa benar kau mantan kepala sipir di sini?" tanyaku dengan suara berbisik.

Sesaat setelah kuucapkan kata-kata itu, Kai terlihat terdiam sejenak. Dan kurasakan tatapannya kaku dan pandangannya seperti menghilang dari ruangan ini.

"Kai-ssi?"

"Ah... Kita sudah sampai di konternya. Cepat ambil nampanmu!" Seru Kai sambil memberikan salah satu nampan padaku juga Baekhyun. Jelas sekali lelaki di depanku ini ingin mengganti topik pembicaraan dengan paksa. Sepertinya topik tentang 'kepala sipir' dan sebagainya masih terlalu sensitif untuk dibicarakan dengannya. Walau sebenarnya, tanpa perlu ditanyakan aku sudah yakin dengan dugaanku sendiri.

***
Makanan di dalam penjara ini memang benar-benar tak menarik. Menunya hanya semangkuk kecil nasi yang sudah dingin, lalu daging ikan yang terlalu asin dan semangkuk kecil kuah sup yang terasa hambar. Sangat tidak mengunggah selera makanku.

"Kau tidak makan?" Baekhyun bertanya setelah meneguk sedikit kuah sup di mangkuknya.

"Apa kau tak masalah makan makanan seperti ini?" aku bertanya balik.

Baekhyun kembali menyendokkan nasinya ke mulut. "Tentu saja tidak masalah! Kau tahu, masakan yang dimasak hyung-ku di rumah jauh lebih tak enak dari makanan-makanan ini. Jadi aku sih tak ada masalah." jawabnya sembari mengunyah.

Aku memandang orang yang sedang makan di sisi kiriku itu dengan pandangan tak mengerti.

"Sebaiknya kau dengarkan kata-katanya, D.O-ssi." Kai yang sedang makan daging ikan asinnya dengan sumpit ikut pembicaraan kami. Atau kalau boleh jujur, ia menceramahiku lagi. "Kau akan hidup di sini bukan sehari dua hari. Kalau kau tak bisa beradaptasi dengan makanan yang disuguhkan di sini, kau akan mati kelaparan. Sudah cepat makan!"

Aku masih enggan makan sebenarnya. Tapi karena ceramah tiba-tiba yang dilontarkan Kai, aku jadi tertegun dan mulai mencoba menikmati makanku.

Dengan perlahan kusuap nasi di mangkuk kecilku ke dalam mulut. Mengunyah sebisanya. Lalu kumasukan ikan asin setelahny, dan ternyata rasanya tak seburuk yang kupikirkan. Setelah mencampurlan keduanya berbarengan, tidak terlalu buruk...

"Ngomong-ngomong, Kai-ssi, bisa kau jelaskan orang seperti apa Park Chanyeol?" Di tengah makan, aku bertanya langsung pada Kai-ssi.

Seketika kulihat raut wajah Kai berubah. Bahkan ia menghentikan kegiatannya menyeruput kuar sup-nya.
"Untuk apa kau bertanya soal orang itu?"

"Hm... Kau tahu, aku berniat mendengarkan peringatanmu itu untuk tak terlibat masalah dengan kedua orang yang semalam kau sebutkan. Tapi masalahnya, aku tak tahu ciri-ciri fisik kedua orang itu. Kalau aku tak tahu, bagaimana bisa aku menjauhkan diri dari mereka?" Jelasku panjang lebar. Berharap Kai memakan umpanku.

"Hm.. Baiklah.." Kai mengangguk mengiyakan.

Bagus

"Bisa dibilang ciri-ciri fisik keduanya hampir miirp. Mereka memiliki tinggi yang di atas rata-rata laki-laki di tempat ini. Selain itu, Park Chanyeol sedikit lebih pendek dari Kris. Berbeda dengan Chanyeol yang warga asli negara korea, Kris adalah keturunan tiongkok. Lalu... kalau Kris.."

Belum selesai Kai menjelaskan, kupotong kalimatnya di tengah-tengah. "Bisa tidak kau berikan ciri-ciri Park Chanyeol saja? Kukira aku lebih butuh informasi tentangnya."

"Kenapa? Apa kau ada urusan dengan Park Chanyeol?" tanya Kai tajam.

Aku meneguk air liurku dengan berat. "Tidak. Tentu saja tidak." bantahku mentah-mentah. "Hanya saja, aku dengar tempatku bekerja di lapas ini akan sama dengan tempat dimana Park Chanyeol di pekerjakan. Jadi aku harus lebih waspada pada orang itu daripada yang bernama Kris, bukan?" seruku kembali mengutarakan penjelasan palsu pada Kai.

"Aku tak tahu kau dengar dari mana tentang pembagian kerja itu. Tapi untuk jaga-jaga, sepertinya tak masalah kalau kuberitahu lebih detail tentang si Park itu." Kai mengangguk-anggukkan kepalanya lagi.

"Seperti yang kukatakan, dia tinggi sekali. Badannya sangat atletis, dan wajahnya lumayan tampan. Oh ya, umurnya baru 23 tahun ini tapi orang itu kuat sekali saat berkelahi. Namun begitu, tidak seperti Kris yang berwatak lebih keras, Park Chanyeol itu berperagai cukup santai di saat normal. Namun jangan pernah membuatnya kesal atau marah. Karena semua orang yang melakukannya selalu berakhir menyesal dan terluka." Jelas Kai sambil kembali menghabiskan nasi dan lauk yang berada di nampannya.

"Terdengar cukup mengerikan." Baekhyun yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan kami ikut menimpali.

"Maka dari itu aku peringatkan kalian untuk menjauh darinya." Kai menutup acara sarapannya dengan memperingatkan kami untuk yang ke berapa kali.

Selesai sarapan, kami digiring ke tempat bekerja kami masing-masing. Ternyata di antara kami berempat, termasuk Tao, tidak ada satu pun yabg mendapatkan tempat kerja yang sama. Aku ditugaskan di bagian pabrik bola sepak yang berada di bagian barat gedung. Sedangkan Kai mendapat pekerjaan di perpustakaan penjara. Lalu Baekhyun mendapatkan jatah di kafetaria. Ia bekerja membantu para bibi-bibi di dapur untuk memasakan makanan yang akan dihidangkan setiap jam makan di atas meja makan para tahanan. Sedangkan Tao, yang kudengar ia bertugas sebagai anggota bersih-bersih di lantai satu. Menyedihkan sekali pekerjaan yang didapatkannya.

Tak lama setelah dibacakan tempat kerja dan apa saja yang harus kami lakukan, beberapa sipir segera menuntun para tahanan memasuki ruangan yang telah ditentukan.

Tak di sangka dan di duga, saat memasuki tempat kerjaku, yaitu pabrik bola, aku benar-benar ditempatkan di satu tempat dengan Park Chanyeol. Ternyata tak sulit menebak orang bermarga Park itu. Sesuai dengan yang dikatakan Kai tadi, ia memang sangat tinggi, bertubuh atletis, dan berwajah menarik. Terlebih tadi kudengar ia bergurau santai dengan salah satu tahanan lainnya. Masih seusai dengan deskripsi Kai. Park Chanyeol cukup santai dan humoris. Itu artinya aku tak perlu terlalu bersusah payah mendekatinya.

Mengabaikan pekerjaanku sejenak, kuhampiri pria bertubuh tinggi yang kuperhatikan sejak tadi tak kengerjakan apapun kecuali tiduran di sofa yang berada di pojok ruangan. Bahkan beberapa sipir yang berjaga tak memaksanya bekerja seperti tahanan lainnya. Jelas sekali ia memang salah satu tahanan berkuasa yang bisa melakukan apapun yang ia kehendaki di sini.

"Chanyeol-hyungnim..." aku memanggilnya dengan hormat.

Sekilas kulihat matanya memandang ke arah wajahku. Namun beberapa detik setelah itu ia kembali menutup kelopak matanya lagi.

"Ada yang ingin ku sampaikan pada anda.. Hyungnim." seruku lebih sopan.

"Ada apa?" akhirnya ia menjawab.

"Aku tahu ini terlalu awal. Tapi maukah anda menerima tawaran..." tak sempat menyelesaikanya, tiba-tiba pria yang tengah berbaring itu bangun dan berjalan meninggalkanku. Terdengar tak tertarik mendengar kalimat selanjutnya.

Tak mau kehilangan moment, aku segera mengikuti langkahnya dari belakang. Namun saat hendak melanjutkan langkahku, seorang sipir menghentikanku. Ternyata aku sudah berada di depan pintu keluar pabrik. Sipir itu hanya memberhentikanku tanpa memperdulikan Park Chanyeol yang berjalan bebas keluar ruangan.

"Hyungnim! Ada sesuatu yang harus kusampaikan padamu!" teriakku keras kepada pemuda yang berjalan santai di depanku. Sedang dua pasang lengan sipir masih menjerat tubuhku agar tidak keluar ruangan.

"Masuk! Kembali bekerja! Atau kau diberi hukuman tambahan!" teriak salah satu sipir.

Tak kuperdulikan, aku terus mencoba membebaskan diriku. Sebelum Park Chanyeol benar-benar hilang dari pandanganku, aku berteriak keras padanya. "Aku bersumpah! Jika kau membiarkanku mengutarakan alasanku berbicara denganmu, aku akan melakukan apapun yang kau suruh, Hyungnim!" teriakku frustasi.

Tak sampai 10 detik, laki-laki itu langsung berbalik sambil berjalan mendekatiku. "Biar aku yang urus dia." seru Chanyeol pada kedua sipir yang menajagiku sambil memberikan dua lembar uang 10.000 won masing-masing.

Tanpa ada perlawanan, kedua sipir yang telah disuap itu membebaskanku.

Tak menunggu lama, tiba-tiba pria itu menyuruhku mengikuti langkahnya. Tanpa banyak protes, aku segera mengikuti jejak langkahnya.

Sampai di depan sebuah ruangan tertutup di salah satu lorong, aku bertanya-tanya dalam hati. 'Ruangan apa ini?'

"Kau masuk duluan!" perintahnya.

Tentu saja tak pakai lama, aku membuka pintu ruangan di depanku.

Selangkah, dua langkah, aku langsung tahu dimana aku sekarang. Awalnya tak ada yang aneh. Hanya sebuah kamar mandi biasa. Tapi tiga detik setelahnya, aku merasakan sesuatu yang janggal.

"... Urgh...Aaah... Tol..ong hentikan... Aaairgh.. Ah!" sebuah desahan terdengar. Tak lupa terdengar juga suara seperti sebuah benda digesekkan beberapa kali di tempat yang sama.

Tentu saja aku tak begitu polos sehingga tak tahu apa yang terjadi di salah satu bilik kamar mandi yang tertutup, bergetar, berdesah, dan terlihat empat buah kaki telanjang yang saling berdekatan dari sela-sela bawah pintu itu.

"Ini... Mengerikan.." bisikku tanpa banyak pikir.

Saat hendak berjalan mundur keluar dari ruangan itu, tiba-tiba punggungku berbenturan dengan sesuatu. Saat kutengok ke belakang, ternyata yang mengahalangi jalan mundurku adalah pria tinggi gagah yang tadi membawaku ke tempat ini.

"Hehe... Tak kusangka Kris sialan itu mendahuluiku hari ini. Padahal aku ingin sekali pakai bilik yang satu itu. Kau tahu kenapa?" ucapnya tepat di telingaku.

"Aku tanya, apa kau tahu alasannya?" Chanyeol mengulang pertanyaanya padaku. Itu artinya ia butuh jawaban dariku.

Aku menggeleng dengan kaku-kaku. "Ti.. Tidak..."

"Kau tidak tahu? Baiklah akan kuberi tahu.." deru bisikan Chanyeol mengisi penuh telinga kananku. "Karena... Selain bilik itu paling lengkap, di sana juga menghasilkan suara desahan yang lebih nikmat di dengar dan juga jelas. Tadinya aku ingin mendengar suara itu dari mulutmu yang kecil itu. Tapi ternyata, si Kris sialan itu sudah mendahuluiku." jawab Chanyeol dengan nada yang sangat santai.

"H..Hyungnim... Sepertinya aku harus... Kembali ke... Pabrik.." seruku tergagap padanya.

"Apa maksudmu? Tentu saja kau harus menemaniku di sini. Aku menemukan rencana yang bagus sekarang. " Chanyeol kembali menghembuskan napasnya di antara telinga dan leherku..seketika bulu kudukku meremamg.

"Ap.. Apa itu?" tanyaku penasaran.

Chanyeol tersenyum licik. "Ayo kita intip mereka!"

"Eh?"

Tak menunggu jawabanku, Chanyeol segera membopongku masuk ke bilik sebelah kanan bilik yang sedang bergetar itu.

TBC

×××
Btw maaf lama. Ceritanya mulai ke pov Dio. Gmn pendapat kalian?