"Menurutmu... Apa yang terpenting dalam sebuah hubungan?"

"Mengapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Cukup jawab aku, Kyuhyun"

"Baiklah... Kepercayaan"

.

.

.

.

"Aku pergi dan kumohon jangan mencariku kemana pun. Selamat tinggal Kyuhyun"


BELIEVE

.

KyuMin Fanfiction

.

Genderswitch

.

Twoshoot

.

.

.

.

Chapter 1

Happy Reading~


Seorang pria berbalut pakaian serba putih dengan sebuah jas bertuliskan 'Seoul Medical Center' yang berada dalam genggamannya terlihat sedang menapakkan langkahnya secepat mungkin – seolah beradu dengan waktu. Tak dipedulikannya beberapa butir salju yang menempel di rambut dan pakaiannya. Ia hanya ingin segera sampai ke tempat tujuannya.

Kemeja putih yang sudah tak begitu rapi masih melekat di tubuh tingginya dan jangan lupakan jas kebanggaannya yang terkibas pelan kala ia menghentikan langkahnya. Pria itu telah sampai. Seulas senyum terkembang. Dengan gerakan cepat, pemuda tampan itu melepas kacamata yang sedari tadi masih bertengger diujung hidung mancungnya lalu sedikit membenarkan pakaiannya sebelum melangkah masuk, mencari keberadaan seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi.

Ia menatap sekeliling ruangan. Sungguh ramai. Suhu yang kian menurun membuat hampir seluruh pejalan kaki memilih untuk mengisi perut dan sedikit menghangatkan tubuh di restoran. Setidaknya masih ada penghangat ruangan di dalam sana jika dibandingkan dengan udara menusuk khas musim salju yang sedang melingkupi kota Seoul kalau mereka tetap bertahan diluar.

Langkahnya kembali menapaki ubin – ubin bercorak abstrak setelah menemukan sosok yang ia cari terlihat sedang terpekur sendirian seraya memandangi turunnya salju melalui kaca jendela disamping tempat duduknya. Kyuhyun tahu, selama apapun dirinya membuat sosok itu menunggu, wanita itu tak pernah meninggalkannya. Seperti saat ini. Bahkan wanita itu tetap tersenyum manis menyambut kehadiran Kyuhyun yang kini sudah duduk bersebrangan dengannya.

"Aku tahu kau sedang banyak pekerjaan" Sungmin segera berucap sebelum Kyuhyun sempat meminta maaf atas keterlambatannya. Ia maklum. Kekasihnya itu seorang dokter disebuah rumah sakit ternama. Tidak jarang juga ia menunggu berjam – jam hanya demi menanti Kyuhyun menyelesaikan pekerjaannya dahulu sebelum membagi waktu untuk dapat bertemu dengannya.

"Pekerjaanku sudah selesai sejak pukul lima tadi Min..."

Jeda sebentar.

"... Tapi Ryeowook memintaku untuk menyuapinya sambil berkeliling taman. Mianhae" lanjut Kyuhyun. Wajahnya mengeruh. Ia tahu Sungmin akan sangat mengerti jika ia memiliki segudang pekerjaan dan membuat yeoja itu harus menunggu lama. Tapi – jika untuk hal yang satu ini, Sungmin akan selalu kecewa padanya.

"Aku tahu" wajah manis itu sedikit menunduk, menahan buncahan perasaan kecewa yang seolah tiba – tiba menumpuk dirongga paru – parunya. Membuat Sungmin kesulitan untuk menarik nafas karena menahan tangis.

"Tapi aku berjanji. Akhir pekan ini, aku akan menghabiskan waktu bersamamu. Kau mau kan?" perlahan Sungmin mengangkat wajahnya, kembali mengukir senyum tipis. Wanita itu mengangguk.

Kyuhyun menatap wajah itu dengan intens. Sangat tahu bahwa Sungmin sedang mati – matian menahan kecewa. Tapi lihatlah – bahkan hanya karena ucapannya barusan kekasih manisnya itu sudah kembali tersenyum. Begitu menggemaskan. Dan seperti biasa, justru kebaikan Sungmin itulah yang sering membuat Kyuhyun diam – diam menahan sakit karena merasa bersalah. Betapa Sungmin mengerti dirinya, mengalah demi kepentingan pekerjaannya – termasuk untuk rela membagi waktu Kyuhyun kepada seseorang yang hingga kini masih dirawat dirumah sakit dan seolah menggantungkan hidupnya pada Kyuhyun.

Kyuhyun menggeser posisi duduknya, menepuk sebagian sofa yang telah kosong.

"Kemarilah"

Sungmin menurut. Lagipula ia sedang rindu dengan Kyuhyun. Sudah hampir dua minggu mereka tidak bertemu. Hanya berkomunikasi lewat ponsel yang bahkan sangat singkat mengingat betapa sibuknya Kyuhyun. Lagi – lagi Sungmin tidak protes. Ia mengerti dan tidak ingin Kyuhyun merasa risih padanya jika ia merengek meminta waktu lebih bersama Kyuhyun.

Kyuhyun menarik pinggang Sungmin untuk mendekat.

"Kau sudah memesan makanan?"

"Belum. Aku menunggumu"

Kyuhyun mengambil sebuah buku menu dipinggir meja sebelum menyodorkannya pada Sungmin.

"Samakan saja pesananku dengan milikmu" Sungmin mengangguk. Jemari mungilnya sibuk membolak – balik halaman dibuku menu. Tanpa sadar wajahnya merengut ketika melihat makanan yang paling ia benci – Rolade.

"Berhenti merengut seperti itu Min. Atau aku akan menciummu disini"

Buru-buru Sungmin mengubah mimik wajahnya, membuat Kyuhyun semakin gemas melihat kepolosan sang kekasih.

'CUP'

Sungmin menoleh terkejut. Meraba pipinya tak percaya.

"Aku sudah tidak merengut tadi" kali ini ia tidak dapat menahan protesnya. Demi apa Kyuhyun menciumnya ditengah – tengah restoran yang sangat ramai seperti ini.

"Tapi aku tetap ingin menciummu" setelahnya Kyuhyun terkekeh melihat Sungmin yang lagi – lagi merengut.

"Aku malu Kyu.."

"Hey~ bahkan tidak ada yang melihat kita. Lihat saja –" Kyuhyun menunjuk beberapa pengunjung restoran yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, menarik perhatian Sungmin untuk mengikuti arah telunjuknya.

" –mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri Min" Sungmin mengikuti arah telunjuk Kyuhyun. Memang benar apa yang dikatakan kekasihnya. Tapi...

"Tetap sa –"

"Sssshh.." Kyuhyun menempelkan telunjuknya dibibir Sungmin sebelum kekasihnya kembali melontarkan protes.

"Aku memintamu untuk memesan makanan Min, bukan untuk mengkhawatirkan apa pendapat orang tentang kita" Sungmin mengatupkan bibirnya. Membatalkan niatannya untuk membalas ucapan Kyuhyun dan memilih untuk mengangguk.

Kyuhyun tersenyum puas. Sungmin memang selalu menurut padanya. Kekasihnya itu benar – benar memenuhi tipe kekasih ideal Kyuhyun. Ya, Kyuhyun tak pernah suka dibantah ataupun dipaksa untuk melakukan sesuatu. Baginya, ia akan melakukan apa yang ingin ia lakukan. Ia akan mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan. Semacam itu. Dan Kyuhyun patut bersyukur karena ia mendapatkan kekasih yang selalu mengerti sifatnya yang satu ini. Sungmin tak pernah merasa keberatan jika harus mengalah demi Kyuhyun. Termasuk ketika Kyuhyun memutuskan untuk merawat sepupu jauh namja itu – Kim Ryeowook.

.

.

.

.

Taman rumah sakit terlihat begitu lenggang siang ini – pengaruh cuaca yang cukup dingin membuat para penghuni rumah sakit memilih untuk menghangatkan tubuh dibangunan megah dengan kesterilan tingkat tinggi tersebut.

Sungmin mengeratkan mantel berwarna pastel yang ia kenakan. Cuaca dingin yang sedang meliputi kota Seoul tak membuatnya mengurungkan niat untuk melakukan rutinitasnya setiap hari yang sempat terlewati dua minggu belakangan karena kesibukan Kyuhyun.

Langkahnya begitu ringan, menapaki lantai dingin yang baru saja dipijaknya. Seperti sesuatu yang sudah ia hafal diluar kepala, Sungmin segera melewati koridor yang mengarahkannya ke ruangan pribadi Kyuhyun. Sedikit merasa tak sabar bertemu dengan kekasihnya.

"Kau sudah datang?" merupakan ucapan pertama Kyuhyun yang menyambutnya saat dirinya baru saja sampai, memasuki ruangan Kyuhyun tanpa repot – repot mengetuknya lebih dulu. Namja tampan itu memutar kursi kerjanya, melemparkan senyum menawan pada Sungmin.

"Ne.. Aku membawakan makan siang untukmu" Sungmin mendekati Kyuhyun yang kini sudah berpindah dari kursi kerjanya. Kyuhyun kini terduduk di sofa ruangannya, menanti Sungmin untuk turut duduk disampingnya.

"Kebetulan sekali..." Kyuhyun menggantung ucapannya membuat Sungmin menoleh sambil menaikkan alis.

"Aku sedang tidak nafsu makan beberapa hari terakhir" lanjutnya. Sungmin sontak memukul dada Kyuhyun pelan.

"Harus berapa kali ku katakan. Kau harus mencukupi kebutuhan gizimu kalau tidak ingin sakit. Kau ini dokter bukan sih?" sungut Sungmin. Yeoja itu paling tidak suka jika Kyuhyun sudah mengabaikan kesehatan tubuhnya. Memangnya siapa lagi yang akan khawatir setengah mati kalau namja itu sampai jatuh sakit selain Sungmin?

Kyuhyun tertawa kecil. Terdengar seperti omelan ibu – ibu tapi Kyuhyun begitu menyukai ketika Sungmin berucap penuh kekhawatiran akan dirinya seperti tadi.

"Baiklah, baiklah.. Aku akan memakan masakanmu – asalkan kau yang menyuapiku"

Sungmin ikut terkekeh kali ini. "Berhenti bersikap manja Cho Uisanim~ Kau tidak malu dengan pasien – pasien balita yang bahkan sudah bisa makan sendiri?" tuturnya dengan nada sedikit mengejek. Tak ada salahnya bukan jika Sungmin sesekali balas mengusili Kyuhyun..

"Ayolah Min.." rengek Kyuhyun. Oh~ kalian tidak perlu heran jika melihat sikap Kyuhyun yang satu ini. Namja itu memang begitu terlihat dingin dan tegas diluar. Namun jika sudah berduaan saja dengan Sungmin, sikap seorang Cho Kyuhyun dapat berubah seratus delapan puluh derajat! Hanya didepan Lee Sungmin.

"Sebagai imbalan, kau boleh meminta apapun padaku"

Foxy Sungmin berbinar seketika.

"Apapun?"

"Eum. Selama aku bisa mengabulkannya. Kau ingin memintanya sekarang?"

"Tidak. Aku akan memintanya suatu saat nanti"

Sungmin tiba – tiba melonjak girang. Ia sudah membayangkan jika dirinya meminta Kyuhyun untuk mengambil cuti seharian dan mereka akan menghabiskan waktu dengan berkencan. Seharian penuh! Betapa bahagianya Sungmin membayangkan semua itu. Hingga...

'CUP'

"Terimakasih Kyu"

Kyuhyun sempat terdiam. Sedikit tak percaya kalau Sungmin baru saja mencium bibirnya. Oh Tuhan~ tolong kuatkan Kyuhyun. Bahkan wajah Sungmin yang sedang merona hebat didepannya seolah membangkitkan jiwa mesum seorang Cho Kyuhyun.

"N – ne. Sama – sama sayang.." jawabnya sedikit menahan gugup.

'Tahan Cho Kyuhyun – tahan. Kau hanya boleh menyentuhnya lebih saat kalian sudah resmi menjadi suami istri' rapalnya dalam hati mencoba menguatkan diri sendiri.

Suapan demi suapan Sungmin berikan pada Kyuhyun, tentu saja disambut dengan baik oleh namja itu. Kyuhyun mengunyah makanan buatan Sungmin dengan lahap.

Setelah makanan di tempat bekal itu kosong tak bersisa, Sungmin membereskannya peralatan makannya dan bersiap untuk kembali ke kantor. Lima belas menit lagi jam makan siangnya akan habis dan Sungmin harus kembali bekerja.

"Ingin kuantar Min?" tawar Kyuhyun saat menangkap bayangan Sungmin yang mulai beres – beres.

"Me-"

"Astaga! Aku lupa Ryeowook belum makan siang" pekik Kyuhyun tanpa sengaja memotong ucapan Sungmin.

"Aku kembali sendiri saja kalau begitu.." lagi – lagi Sungmin mengalah. Kyuhyun sebenarnya cukup menyadari kalau Sungmin sedikit ia harus melakukan rutinitasnya, para perawat belum tentu berhasil membujuk Ryeowook untuk menghabiskan makan siangnya. Sepertinya Ryeowook hanya akan menurut jika Kyuhyun yang menyuapi yeoja itu.

"Eum. Hati – hati dijalan Min. Sampai jumpa"

"Ne.. Sampai jumpa Kyu"

.

.

.

.

Beberapa hari kemudian..

.

.

.

.

Kyuhyun mengerutkan dahinya, berulang kali membaca tulisan di hasil tes darah yang berada dalam genggamannya. Belum ada kemajuan. Sepupu jauhnya – Kim Ryeowook – masih dalam fase yang patut diberikan pengobatan intensif. Kanker darah yang sudah satu tahun menggerogoti tubuh yeoja itu belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Namja tampan itu memijat keningnya. Ia sangat prihatin melihat keadaan Ryeowook. Bahkan yeoja itu sudah tak memiliki siapa – siapa lagi. Kedua orangtua yeoja itu meninggal bunuh diri setelah dililit hutang karena biaya pengobatan Ryeowook. Belum lagi saudara – saudara dekat Ryeowook yang seolah memilih untuk tak peduli akan keadaan yeoja itu. Hingga akhirnya beberapa bulan yang lalu, Kyuhyun memutuskan untuk membantu Ryeowook yang rupanya masih memiliki ikatan darah dengannya meski dapat dibilang cukup jauh. Untuk pertama kalinya ia melihat senyuman Ryeowook saat yeoja itu tersadar dari koma dan Kyuhyun tidak dapat melupakan bagaimana yeoja itu memohon padanya karena yeoja itu masih memiliki keinginan untuk tetap hidup.

Saat itu lidah Kyuhyun seolah kelu untuk mengucapkan penolakan. Sebagai seorang dokter, hatinya tersentuh melihat semangat hidup Ryeowook meski yeoja itu sedang mengidap penyakit yang cukup parah dan Kyuhyun memutuskan untuk merawat Ryeowook, menganggap yeoja itu seperti adiknya sendiri meski kenyataannya Kyuhyun tidak pernah memiliki adik. Ia anak tunggal dari pemilik rumah sakit tempatnya bekerja saat ini.

Kyuhyun tidak pernah tahu apa alasan yang membuat Ryeowook menginginkan untuk tetap hidup. Yeoja itu... menganggap Kyuhyun sebagai malaikat yang dikirimkan Tuhan untuknya. Ditengah berbagai permasalahan hidup yang menimpanya, Ryeowook sangat bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan Kyuhyun dan Ryeowook rela bertahan hidup demi namja itu. Tanpa Ryeowook sadari perlahan – lahan perasaan itu tumbuh, membuat suatu tekad dalam diri Ryeowook kalau ia ingin sembuh dan hidup bahagia bersama Kyuhyun. Bahkan yeoja mungil itu tidak menghiraukan kenyataan bahwa Kyuhyun sudah memiliki kekasih. Ryeowook tak dapat lebih bersyukur lagi ketika Kyuhyun berkata akan merawatnya. Ia semakin bertekad untuk sembuh. Ya, Ryeowook yakin suatu saat dirinya akan sembuh.

Kyuhyun meletakkan selembar kertas yang sedikit kusut karena sejak tadi dibolak – balik olehnya. Diraihnya sebuah buku catatan kesehatan milik pasien bernama Kim Ryeowook, membuat kesimpulan dari hasil tes darah yang baru saja ia analisa.

Ketukan pintu terdengar.

Kyuhyun berseru mengijinkan asisten kepercayaannya untuk masuk setelah obsidiannya menangkap sosok asistennya yang sedang berdiri didepan pintu ruangannya melalui layar interkom.

"Selamat siang, Cho Uisanim. Pasien Kim Ryeowook berkata ingin menemui anda" tuturnya setengah merasa tidak enak. Ia tahu atasannya ini sangat sibuk dan terlihat kurang istirahat akhir – akhir ini. Tidak jarang pasien bernama Kim Ryeowook tersebut meminta Kyuhyun untuk menjaganya sepanjang malam dan membuat atasannya tersebut tidur di sofa ruangan VIP tempat Ryeowook dirawat.

Ia melirik sekilas pada tumpukan dokumen di meja Kyuhyun. Merasa iba sekaligus kagum pada kegigihan putra semata wayang Cho yang dapat dibilang menjadi dokter sekaligus pemimpin rumah sakit ini.

Kyuhyun melepas kacamatanya. Mengurut pelipisnya pelan sebelum mengangguk. "tolong katakan padanya, aku akan kesana sebentar lagi". Asisten Kyuhyun mengangguk.

"Saya mengerti, Cho Uisanim. Kalau begitu saya permisi" Kyuhyun mengangguk singkat. Otaknya berputar keras saat mengingat beberapa pasien yang masih harus ia tangani. Jangan lupakan kalau rumah sakit tempatnya bekerja ini adalah rumah sakit ternama. Ia harus menggunakan keprofesionalitasannya dengan sebaik mungkin agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan dan merusak nama baik rumah sakit yang dengan susah payah dibangun oleh orangtuanya.

Ponsel Kyuhyun berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk. Ia membuka pesan dari Sungmin, tersenyum kecil membaca deretan kalimat yang bertuliskan bahwa Sungmin akan mampir ke rumah sakit. Setidaknya kehadiran sang kekasih akan membuatnya lupa terhadap pekerjaannya yang masih menumpuk.

Kyuhyun mengetik beberapa kalimat balasan lalu menutup ponselnya. Ia kembali teringat kalau Ryeowook ingin menemuinya. Segera saja Kyuhyun menyimpan ponselnya ke dalam saku dan beranjak dari sana.

.

.

.

.

"Kau sudah datang"

Kyuhyun balas menatap Ryeowook yang sedang duduk bersender dikasur. Yeoja itu menampilkan senyum lebar. Sekilas hampir mirip dengan senyum Sungmin. Kyuhyun menggeleng. Tidak – Sungmin akan sangat marah jika Kyuhyun ketahuan menyama – nyamakan dirinya dengan Ryeowook.

"Bagaimana kondisimu?" tanya Kyuhyun seraya mengecek kotak obat Ryeowook yang hampir kosong. Ia harus menyuruh suster Kang untuk mengisinya lagi nanti.

"Sudah lebih baik"

Kyuhyun menoleh.

"Benarkah?" diam – diam Kyuhyun merasa iba. Bagaimana mungkin Ryeowook dapat berkata kalau ia merasa lebih baik padahal hasil tes darahnya berkata sebaliknya.

"Heum" Ryeowook mengangguk-angguk lucu. Tatapannya masih terpaku pada wajah Kyuhyun. Namja itu terlihat semakin tampan setiap harinya. Entah hanya perasaan Ryeowook atau memang begitu kenyataannya.

"Asistenku berkata kau ingin bertemu denganku. Ada apa, Wook?"

Ryeowook berpikir sejenak, mencari – cari alasan paling tepat untuk menahan Kyuhyun agar namja itu tetap bersamanya saat ini.

"Ah! bukankah sudah waktunya makan siang?"

Kyuhyun melirik arloji lalu menepuk keningnya. "Bagaimana mungkin aku lupa" namja itu terkekeh setelahnya. Sudah menjadi rutinitas Kyuhyun dalam sebulan terakhir untuk menyuapi Ryeowook karena kedua tangan yeoja itu patah dan masih dalam proses pemulihan setelah dipukuli habis – habisan oleh para penagih hutang yang melihatnya ketika berjalan – jalan sendirian ditaman rumah sakit. Ryeowook patut bersyukur karena para penagih hutang itu segera diamankan oleh pihak pengamanan rumah sakit dan diserahkan kepada pihak berwajib akibat tindak kekerasan yang mereka lakukan. Hal itu pula yang membuat Kyuhyun merasa harus menemani yeoja itu setiap Ryeowook meminta untuk berkeliling taman rumah sakit. Mungkin saja penagih hutang lainnya mencoba untuk melukai Ryeowook untuk kedua kalinya.

'CKLEK'

Kyuhyun dan Ryeowook menoleh bersamaan ke arah pintu yang baru saja dibuka oleh asisten pribadi Kyuhyun. Dokter muda itu menatapnya heran. Ada apa lagi?

"Permisi, Cho Uisanim. Nona Lee Sungmin sudah sampai dan menunggu di ruangan anda" Kyuhyun melebarkan matanya, kembali teringat pada pesan Sungmin. Kyuhyun tidak mungkin lupa kalau kekasihnya akan datang ke rumah sakit, ia hanya sedikit heran karena Sungmin sudah sampai hanya dalam beberapa menit. Ryeowook yang masih menatap Kyuhyun segera menampakkan wajah kecewa. Lagi – lagi Lee Sungmin.

Namja tampan itu merogoh kantung celana sebelah kanan tempat ia menyimpan ponselnya. Kyuhyun menekan nomor satu dan setelahnya terdengar nada panggil.

"Min.. kau sudah sampai? / Aku masih ada urusan sebentar, kau tidak apa-apa menunggu? / Tidak perlu, tunggu diruanganku saja. Min – Lee Sungmin. Halo?"

"Ada apa?" Ryeowook segera bertanya setelah melihat wajah Kyuhyun berubah panik. Namja itu tak menjawab pertanyaannya. Kyuhyun justru berbalik ke arah pintu, menatap asisten pribadinya yang sudah menunduk penuh rasa bersalah.

"Mianhe, Cho Uisanim. Nona Sungmin yang meminta saya untuk memberitahu dimana Uisanim saat ini"

Kyuhyun menghela nafas. Tak berniat menyalahkan sang asisten karena bawahannya itu hanya menjawab apa adanya pertanyaan Sungmin.

"Kalau begitu kau boleh keluar sekarang" Kyuhyun berucap pelan.

Ryeowook semakin bingung dengan keadaan. Ia tidak tahu apa-apa. Memangnya apa yang diucapkan Sungmin sampai membuat Kyuhyun terlihat panik seperti ini. Ia mendengus pelan. Merasa iri sekaligus kesal ketika kembali mengingat kalau Sungmin lah yang saat ini memiliki Kyuhyun. Betapa beruntungnya yeoja itu.

Pintu tertutup seiring menghilangnya sosok asisten Kyuhyun.

"Kyuhyun, sebenarnya ada a-"

'CKLEK'

Pintu terbuka sekali lagi. Kyuhyun seratus persen yakin itu Sungmin. Dan benar saja, wajah Sungmin menyapa pandangannya setelah pintu terbuka cukup lebar.

Sungmin tersenyum miris. Ini bukan pertama kalinya Kyuhyun meminta dirinya untuk menunggu. Bahkan ini sudah jam makan siang. Tak bisakah yeoja bernama Kim Ryeowook itu berhenti melibatkan kekasihnya disaat istirahat seperti ini? Sungmin sudah cukup bersabar dengan membiarkan Kyuhyun merawat yeoja yang menurut Kyuhyun adalah saudara jauh kekasihnya tersebut. Haruskah yeoja itu menyita waktunya dengan Kyuhyun saat kekasihnya sedang bebas dari pekerjaan seperti saat ini?

"Aku membawakan makan siang untukmu" Sungmin memajukan bungkusan ditangannya.

"Apa urusanmu masih lama?" tanya Sungmin kemudian sambil menatap Kyuhyun lekat-lekat. Dalam hatinya ia berharap setengah mati agar Kyuhyun menjadikannya prioritas namja itu.

"Aku hanya menyuapi Ryeowook sebentar. Setelah itu kita makan bersama diruanganku, bagaimana?"

Sungmin mati-matian menahan emosinya yang entah mengapa terasa sangat menumpuk hari ini. Mungkin karena dirinya sudah terlalu lama bersabar, dan kali ini Sungmin merasa ingin mempertahankan ego-nya sebagai kekasih Kyuhyun. Bukankah rumah sakit ini memiliki ratusan perawat dan lainnya? Mengapa harus Kyuhyun yang mengurusi segala hal yang menyangkut Ryeowook?

Tanpa menjawab tawaran Kyuhyun, Sungmin beralih menatap sosok yeoja yang sejak tadi terdiam. "Kim Ryeowook-ssi.." panggil Sungmin. Yeoja yang masih terduduk diatas kasur rumah sakit itu segera menoleh kearahnya.

"Ne?" jawabnya sedikit gugup. Sebelumnya Sungmin tidak pernah mengajaknya bicara. Ini pertama kalinya.

"Kau bisa disuapi oleh perawat bukan?"

"Em- itu..." Ryeowook menimbang – nimbang. Kalau ia menjawab 'iya' maka hilang sudah kesempatannya untuk berduaan dengan Kyuhyun. Namun, jika dirinya menjawab 'tidak' sudah pasti Sungmin akan bertanya alasannya dan Ryeowook tidak mungkin terang – terangan menjawab kalau dirinya ingin berduaan dengan Kyuhyun. Aish!

"Sudahlah Min. Hanya sebentar saja, kasihan Ryeowook" sela Kyuhyun mencoba menengahi. Ia menyadari perubahan nada Sungmin sejak yeoja itu menginjakkan kakinya dikamar Ryeowook. Demi apapun, Kyuhyun mengenal Sungmin dengan baik dan ia yakin kekasihnya itu sedang berbeda hari ini. Entah karena apa – Kyuhyun juga tidak tahu.

"Hanya sebentar saja? Kalau begitu jawab aku. Kenapa harus kau yang menyuapi Ryeowook? Apa kau juga memperlakukan pasien lainnya dengan spesial seperti kau memperlakukan dia, Kyu?" Sungmin menunjuk Ryeowook yang mulai gemetaran. Baru pertama kalinya Sungmin memojokkannya seperti ini. Biasanya yeoja itu akan mengalah dan membuat Ryeowook merasa menang atas Kyuhyun. Berbeda dengan kali ini. Ryeowook merasa ketakutan. Takut jika kali ini Sungmin berhasil membuat Kyuhyun untuk jauh darinya.

Melihat mata Sungmin yang mulai berair, Kyuhyun memutuskan untuk mendekati kekasihnya.

"Min, ini hanya masalah sepele. Mengapa kau jadi sensitif sekali?" Ia ingin meraih tangan Sungmin untuk menenangkan yeoja itu kalau saja Sungmin tidak menghindar dan menolak Kyuhyun untuk meraih tangannya.

"Baiklah. Aku yang salah. Aku tahu kau tidak akan pernah mengalah demi aku, Cho Kyuhyun"

Yeoja itu buru-buru meletakkan sekotak bekal yang ia siapkan untuk makan siangnya bersama Kyuhyun diatas meja nakas yang kebetulan berada didekatnya.

"Jangan lewatkan makan siangmu. Aku pergi dan kumohon jangan mencariku kemana pun. Selamat tinggal Kyuhyun"

'BLAM'

.

.

.

.

TBC/end?


Hayo.. Sungmin mau pergi kemana hayoooooo~ kkkkkk

Yaa.. ini hanya fanfiction KyuMin yang super singkat. Agak ga nyangka juga akhirnya saya bisa bikin ff twoshoot hihihiii..

Boleh curhat dikit kan ya. Kalo ga boleh author bakal tetep curhat sih hehe *dibakar*. Jadi... sebenernya ff ini udah selesai author bikin sampai END dari kapan tau. Eh tiba – tiba ada masalah dan akhirnya ff ini kehapus. Iya, KEHAPUS *nangis* saking sedihnya author sempet putus asa, ga mau nyoba buat bikin ff ini lagi. Dan setelah bertapa berhari – hari di goa /plak/ akhirnya author dapet pencerahan, ditambah lagi ada beberapa temen sesama author yang kasih semangat. Akhirnya, jadilah ff ini hehehehe *nyengirkuda*

Author juga mau bilang... emmm- kalau sambutan kalian 'bagus' untuk ff ini, author janji chapter 2 nya bakal UPDATE KILAT! (antara 1 atau 2 hari kedepan) *joged – joged gajelas*

Itupun kalau responnya bagus yaa.. Kalau ngga bagus paling author ulur – ulur sampe Sungmin keluar wamil, trus menikah sama author. BWAHAHAHAHA *ketawasetan* /PLAK/

Jadi, kalau mau update kilat silahkan review yang banyak readers sayang.. hehe /ditendang/

See you next chap~