Semua peraturan disekolah ini seakan tak masuk akal.
.
.
.
Magic Univercity of Hokkaido
Disebuah universitas yang sangat terkenal di Hokkaido, melakukan penerimaan mahasiswa baru pada saat mekarnya bunga sakura. Tak begitu mengerti kenapa, tapi itu sudah menjadi kebiasaan panitia penerimaan mahasiswa baru itu setiap tahunnya. Nama dari universitas itu tidak lain adalah Magic Univercity of Hokkaido atau lebih dikenal dengan sebutan Universitas Sihir Hokkaido. Dimana para penyihir amatir maupun sudah ahli menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi disini.
Banyak kalangan yang ingin mendaftar di Universitas ini, dari mereka yang tidak memiliki kekuatan sihir apapun hingga para keturunan penyihir yang terkenal di seluruh Jepang. Dan salah satu dari sekian banyaknya calon mahasiswa, ada seorang gadis bersurai merah mudah yang sangat menarik perhatian para calon mahasiswa lawan jenisnya. Dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya yang sangat anggun membuat para lelaki terpesona olehnya.
Tapi, sepertinya gadis beremerald hijau itu tak menyadari akan hal itu. Ia hanya asik dengan papan kelulusan penerimaan para mahasiswa baru. Melihat dengan wajah serius, apakah nomor ujian tes masuknya terlampir di papan sepanjang 9 meter x 4 meter. Tapi, yang terpapar di papan itu hanya 10.000 nomor calon mahasiswa yang akan diterima. Namun, keseriusan dibawahnya sebelum mendapatkan nomornya terlampir berubah sumringah. Akhirnya aku lulus, itu yang ada difikirkan gadis berambut sepanjang bahu itu.
"Kyaa! Akhirnya aku lulus, senangnya!" jerit gadis itu kegirangannya.
"Ah, kau lulus juga, Sakura?" Tanya seorang gadis berambut pirang kepadanya.
"Iya, lihat nomor ujianku ada disana. Kau lulus juga Ino?" sahut gadis yang dipanggil dengan sebutan 'Sakura' itu.
"Hm, tentu saja. Aku pasti lulus, forehead!" seru gadis yang bernama 'Ino' itu sembari memeluk Sakura.
"Wah, selamat pig! Akhirnya kita bisa masuk ke Universitas ini!" sahut Sakura membalas pelukan sahabatnya sedari kecil itu.
"Kyaa!" seru mereka dengan serempak, dan tampaknya membuat mereka diperhatikan oleh oranf-orang disekeliling mereka yang masih memperhatikan papan kelulusan itu.
Mereka tampak sangat senang mengetahui bahwa mereka lulus dan dapat menuntut ilmu sihir di universitas yang dikenal sabagai universitas yang sulit dimasuki. Karena saingan-saingan untuk memasuki sekolah tinggi itu sangatlah sulit. Buktinya dari lebih dari satu juta calon mahasiswa yang ingin mendaftar ke sekolah elit itu, hanya 10.000 calon yang lulus. Dan terdengar sebuah rumor bahwa yang lulus dari sekolah itu tak lebih dari 10 mahasiswa.
"Ah! Sebaiknya kita pulang sekarang, kita harus mempersiapkan untuk minggu depan" ajak Sakura.
"Kenapa pulang cepat? Memang ada apa dengan minggu depan?" Tanya Ino dengan raut wajah bingung.
Gadis yang mempunyai nama seperti nama bunga kebanggaan Negara samurai itu, memukul kepala Ino yang masih memasang wajah bingungnya itu.
"Itai! Sakit, forehead!" ejek Ino meringis kesakitan.
"Apa kau lihat papapn pengumuman itu? Minggu depan kita masuk kuliah" Sakura mencoba menjelaskan kepada sahabatnya yang berada tepat disampingnya itu.
"Ah! Maaf, aku tak membacanya tadi" sahut Ino.
Sahabatnya ini memang terkadang membuatnya jengkel. Apalagi Ino sering memanggilnya dengan sebutan 'forehead', karena menurut Ino jidat Sakura sangatlah lebar. Tapi, Sakura tampaknya tak terima sahabatnya itu mengejeknya dengan sebutan itu. Jadi, Sakura sering memanggil Ino dengan gelar 'pig'. Karena menurut Sakura, Ino itu sangat menyebalkan seperti gelarnya itu.
Walaupun begitu, persahabatan mereka sangatlah berjalan lancer. Buktinya mereka masih berteman sampai memasuki sekolah tinggi itu. Meskipun mereka sering bertengkar karena hal yang sepele, tapi tak pernah membuat mereka sedikitpun menjadi bermusuhan. Indah ya, pertemanan mereka!
"Ah! Kalau begitu, ayo kita pulang" ajak gadis bersurai merah muda itu sembari berjalan menuju gerbang universitas yang sangatlah besar.
Sedangkan Ino hanya mengikuti gadis Haruno itu dari belakang dan menyesuaikan langkahnya. Agar mereka bisa bercerita tentang hal-hal yang ada dibenak mereka.
"Apa rencanamu jika sudah masuk ke Universitas Sihir Hokkaido, forehead?" sebuah pertanyaan dilanturkan oleh gadis berkepang satu itu.
Sakura hanya terdiam, berfikir sejenak memikirkan rencananya selama bersekolah di tempat yang telah ia impi-impikan sedari kecil.
"Aku hanya ingin menuntut ilmu, lalu lulus dari sekolah itu. Menjadi penyihir yang hebat!" sahut Sakura dengan semangat.
Ino menghela nafasnya mendengar jawaban sahabatnya itu. Kemudian mempercepat langkahnya yang telah didahului oleh gadis bersurai merah muda itu.
"Ah! Membosankan! Kalau aku akan mencari pacar yang keren, dan dapat membuatku bahagia" ucap gadis bersurai pirang itu.
"Hmpt! Kau seperti Shikamaru saja, mengatakan 'Membosankan' sepanjang waktu" sahut Sakura yang hampir melepaskan tawanya.
"Hey! Kau jangan tertawa, dan jangan samakan aku dengan lelaki itu!" gerutu Ino.
Tak perduli dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu, Sakura hanya tertawa lepas. Ino marah bukan tanpa alasan, karena Shikamaru itu pernah menjadi pacarnya. Tapi berakhir ditengah jalan saat Shikamaru menghadapi ujian akhir sekolah 2 tahun yang lalu tepatnya. Ino sangat tak tahan melihat sikap Shikamaru yang selalu mengatakan semua hal dengan sebutan 'Membosankan' setiap saat. Awalnya Ino memakluminya, namun itu akan sangat menyebalkan jika selama 2 tahun menjalankan hubungan. Kekasih kita mengatakan kita membosankan, karena sangat tersulut emosi. Ino memutuskan lelaki berkepang seperti nenas itu, dan bahkan tak pernah berhubungan lagi sampai sekarang.
"forehead! Kubilang, kau jangan mentertawakanku" seru Ino lebih kencang lagi.
"Ahaha.. Oke, maafkan aku. Kau lucu sekali, baru saja hal seperti itu kau sudah marah" sahut Sakura.
"Kau tau kan alasannya, aku tak perlu menjelaskannya padamu. Dan kenapa kau masih mengingat-ingat lelaki itu?"
Bahkan ia memanggil mantan pacarnya itu dengan sebutan 'Lelaki itu'. Seakan-akan ia tak sudi memanggil Shikamaru dengan namanya yang dulu ia tambah dengan kata –kun dibelakang nama itu.
"Aku hanya mengejekmu, pig!" sahut Sakura masih mentertawakan hal yang sama.
Karena kesal dengan sikap sahabatnya, Ino memilih meninggalkan Sakura sendiri. Tak perduli apa yang akan dikatakan oleh Sakura.
"Ah! Ino-chan~, jangan mengambek gitu. Aku kan hanya bercanda" rayu Sakura.
"Jangan menggodaku dengan menambah namaku dengan kata –chan!" gerutu Ino.
"Jadi, kau mau kupanggil dengan sebutan apa? Ino Baa-san?"
"Hey! Aku tak tampak setua itukan, jangan memanggilku seperti itu" seru Ino lalu menghentikan langkahnya.
"Kau tampak tua jika marah, pig! Lihat saja kerutanmu sudah banyak sekali"
"Oh, tidak! Hentikan itu! Aku tak ingin mendengarnya, sepertinya aku harus merawat kulitku ke salon"
Ino melanjutkan perjalanannya menuju kediaman keluarganya yang dekat dengan sekolah tinggi yang akan mereka masuki itu. Sedangkan Sakura memilih mengontrak, karena tak ada satupun kerabatnya ada di Hokkaido.
Awalnya Ino mengajak Sakura untuk tinggal di rumah saudaranya, namun Sakura menolak. Ia segan dengan saudara Ino, meskipun sudah bersahabat sejak dulu. Namun tak membuat Sakura langsung saja menerima penawaran sahabatnya itu. Ia hanya memutuskan untuk mandiri, dan Ino menghargai pendapat Sakura.
"Kalau begitu aku duluan ya, pig!"
Sakura dan Ino berpencar di persimpangan, karena arah tujuan mereka berbeda. Jadi mereka harus berpencar, tapi jarak antara apartemen Sakura yang dikontrak tak begitu jauh dari rumah saudara Ino. Makanya setiap ada waktu, terkadang Ino menghampiri Sakura di apartemennya. Dan begitu juga Sakura, ia akan menghampiri Ino di rumah sanak saudaranya tersebut.
"Hn! Hari minggu aku ke rumahmu ya?" seru Ino yang menghentikan langkahnya di depan simpang menunggu jawaban sahabatnya yang sudah berada di simpang yang berbeda.
"Oke, aku menunggumu dirumah" sahut Sakura sembari melambaikan kedua tangannya di atas kepalanya.
Untuk hari minggu ini, Ino datang bukan tanpa alasan. Sepertinya ia mengajak sahabatnya berambut pink itu pergi ke salah satu pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di Hokkaidao. Ino sering ke Hokkaido jika musim liburan tiba, jadi paling tidak Ino tau seluk beluk kota Hokkaido. Makanya setiap hari minggu, gadis berkucir kuda itu mengajak Sakura berjalan-jalan untuk mengenalkan 'INILAH KOTA HOKKAIDO DAN KEINDAHANNYA'.
Ting! Tong!
Suara bel dari salah satu apartemen yang memiliki 5 tingkat oleh pemilik awalnya.
Ting! Tong!
Suara bel kedua sudah telah dibunyikan oleh gadis rambut pirang itu. Mungkin ia tak ingin menunggu lama, biasanya jika sekali bel dibunyikan. Sakura sudah membuka pintu apartemen miliknya itu.
'Kemana gadis itu? Lama sekali! Apa dia masih tidur jam segini?', gumam Ino sambil melirik kiri dan kanan.
"Ah! Ino, apa kau sudah menunggu lama?" sapa gadis yang ditunggu-tunggu oleh Ino dari depan sebuah jenjang yang disediakan apartemen dan menghampiri Ino.
Mendengar suara sapaan gadis berambut pink itu, Ino mengalihkan pandangannya kepada sahabatnya itu.
"Kemana saja kau, aku sudah menunggumu disini. Sedari tadi!" gerutu Ino kemudian menghampiri Sakura.
Sakura hanya tersenyum dan memberi pertanda untuk Ino dengan menggerakkan tangan dan kepalanya yang diartikan oleh Ino, yaitu 'Ayo, kita pergi'.
.
.
.
.
.
Sesampainya dipusat perbelanjaan, mata Ino terpesona dengan barang-barang yang di pajang oleh setiap toko yang ada disana. Terutama baju dan sepatu, dengan sigap ia memasuki toko-toko itu dan mulai mencoba barang-barang dagangan para penjual. Sakura hanya tersenyum dan memaklumi sikap sahabatnya itu, yang akan cepat tergoda jika sudah terpanjang barang-barang yang disukainya.
"Sakura, bagaimana? Bagus tidak?" tanya Ino sembari keluar dari ruang tukar pakaian yang disediakan toko baju itu.
"Bagus, coba yang satu itu. Mungkin jauh lebih bagus" sahut Sakura menunjuk salah satu dari sepuluh pakaian yang menarik minat Ino.
Sekali lagi, Ino masuk ke ruang ganti pakaian itu untuk kesekian kalinya. Karena sedikit bosan, Sakura mulai berjalan-jalan sendiri di pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di Hokkaido bahkan Jepang. Sedangkan Ino masih mengurusi barang-barang yang akan di beli olehnya itu.
Bruk!
"Auw..!" ucap Sakura terjatuh.
"Oh, maaf! Apa kau baik-baik saja?" tanya seorang lelaki mencoba membantu Sakura bangkit.
"Ah, iya. Tak apa, aku baik-baik saja" sahut Sakura sembari bangkit dari tempatnya terjatuh.
"Oh, syukurlah kalau begitu" kata lelaki itu.
"Ah, shika.."
Belum sempat Sakura berbicara, suara panggilan memanggil gadis berambutnya pink itu dan membuatnya melirik ke sumber suara.
"Sakura...! Tunggu!"
Ya, itulah Ino yang tergopoh-gopoh membawa barang belanjaannya. Saat melirik kembali pada lelaki yang menabraknya tadi, namun ia tak mendapati lelaki itu di dekatnya apalagi disekitarnya. Dia sudah pergi begitu saja tanpa pamit kepada Sakura.
"Ah, ada apa Sakura?" tanya Ino melihat raut wajah sahabatnya seperti mencari sesuatu.
"Ah, bukan apa-apa. Apa kau sudah selesai? Aku lapar, kita makan siang dulu disana" sahut Sakura.
"Ya, sudah. Tolong bawakan barangku sebagian"
"Baiklah"
Akhirnya Sakura dan Ino memutuskan untuk makan siang, setelah 5 jam berkeliling dan berbelanja. Sakura hanya membeli barang-barang kebutuhannya selama tinggal di Hokkaido, sedangkan Ino membeli baju dan sepatu untuknya jika ada salah seorang lelaki mengajaknya kencan. Dua orang yang berbeda bukan? Ya begitulah.
Ah! Hai, minna-san! Cerita ini aku buat saat aku sedang bermain game yang di sediakan Facebook. Tapi, aku kecewa saat aku menyadari bahwa gratisan internetku habis. Huaaa… D'X
Tapi, kalian tak perlu memikirkan hal seperti itu. Aku hanya ingin mencurahkan isi hatiku saja, :')
Oya jangan lupa reviewnya yaa, dan tunggu kelanjutan ceritanya. :'D
Arigato-ne, sudah berkunjung membaca ceritaku.
