Disclaimer ; Masashi Kishimoto.

Canon. SasuSaku.

.

.

"Menurutmu bagaimana?" bersidekap, Senju Tobirama menatap datar pada sang kakak yang baru saja keluar dari ruang perawatan.

"Dia masih belum sadar. Tidak ditemukan luka serius atau apapun, mungkin dia masih mengalami shock akan sesuatu yang terjadi padanya terakhir kali," Hashirama menjelaskan, dahinya berkerut dalam memikirkan sesuatu. "Kita akan mengetahuinya setelah dia bangun nanti," tambah si calon pemimpin klan Senju sambil tersenyum dan hendak melangkah pergi.

"Dia seorang Uchiha."

Langkah Hashirama terhenti mendengar perkataan adiknya. Mata gelap lelaki rupawan berambut panjang itu melebar kaget.

"Gadis yang kau selamatkan beberapa hari yang lalu di dalam hutan adalah seorang Uchiha." Tobirama memperjelas.

Hashirama berbalik cepat, dia menyipitkan matanya, menatap Tobirama dengan pandangan menuduh.

"Darimana kau tahu? Apa kau ... Ah sial!" dia menggerutu. "Aku selalu lupa kalau kau tipe sensor. Kau memeriksa chakranya?"

"Aku melihat lambang baju yang dia kenakan, sebelum kau menyuruh pelayan Ishagi menggantinya dengan pakaian biasa."

Kadang Hashirama merasa begitu sial memiliki adik yang luar biasa cerdas, teliti, dan songong seperti Tobirama. Sangat sulit untuk mengelabuinya.

"I-itu ... aku hanya ingin menolongnya. Walaupun dia Uchiha, aku tidak ingin Senju mengambil keuntungan apapun dari ..."

"Aku juga sudah memeriksa chakranya," tidak mempedulikan pembelaan diri Hashirama, pemuda tampan beriris mawar itu terus berbicara, "dia tidak memiliki chakra Uchiha. Tidak ada gen seorang Uchiha dalam dirinya."

"A-apa?" dahi Hashirama berkerut bingung.

"Tapi yang bisa kukatakan saat ini adalah dia seorang kunoichi. Dia punya chakra yang luar biasa banyak (walau tidak sebanyak chakramu), dalam kristal kecil yang menempel di keningnya." ujar Tobirama panjang lebar.

"L-lalu ...?" Hashirama menelan ludah gugup, berharap kalau Tobirama tidak menyebutkan kata-kata laknat seperti ; Beritahu Ayah.

Hashirama hafal betul pada kelakuan adiknya, yang kalau ada apa-apa selalu melaporkannya pada Ayah mereka. Tidak pernah ada yang terlewatkan. Hashirama menjulukinya sebagai 'Tukang ngadu' di umurnya yang bahkan sudah masuk kepala dua, kebiasaan Tobirama yang selalu melaporkan segala hal pada ayah mereka secara jujur, tidak pernah berubah.

"Setelah dia sadar kita akan mengintrogasinya."

"Jangan beritahu Ayah mengenai masalah gadis itu."

sebelah alis Tobirama terangkat tinggi mendengar permintaan kakaknya.

"Aku ... Aku tidak mau ayah memanfaatkannya untuk sesuatu hal yang buruk," menjatuhkan klan Uchiha contohnya, tambah dia dalam hati.

Tobirama terdiam sebentar. Dia kemudian melengkah pergi melewati kakaknya.

"Baiklah. Kalau dia berbahaya kau sendiri yang harus menghabisinya," kata Tobirama tanpa menoleh ke belakang.

"I-itu ..."

"Oh ya, Kak," Tobirama menoleh, menatap Hashirama dengan ekspresi datar.

"Hm?"

"Jangan pernah melibatkan perasaanmu dalam menolong perempuan asing itu. Ingatlah, ayah sudah menyiapkan perjodohanmu dengan putri pemimpin klan Uzumaki."

"I-itu ..." Hashirama tampak salah tingkah sekaligus tersinggung.

"Berhati-hatilah, Kak," kata Tobirama sembari berjalan pergi tanpa menoleh lagi.

"Dasar Tobirama," keluhnya.

.

.

.

"Tidak. Ini salahku, bagaimanapun caramu memikirkannya. Tapi bagiku ..."

"Akan kubawa mereka."

"Mama!"

"Jutsu ruang dan waktu?!"

.

.

.

Dia terlihat gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin mengalir turun dari pelipis.

Ishagi, perempuan muda berambut hitam panjang yang bekerja sebagai pelayan di klan Senju, telah mendapat tugas dari salah satu majikan mudanya untuk merawat gadis asing yang ditemukan dan ditolong oleh Hashirama Senju dari dalam hutan.

Melihat gadis yang dirawatnya selama beberapa hari ini mulai menunjukan tanda-tanda kesadaran dari keterdiamannya yang lumayan panjang, Ishagi menghampiri si cantik berambut merah muda itu dengan gembira, lalu mengambil handuk basah yang sejak beberapa waktu lalu di letakannya di kening si merah muda.

"S-Sarada ... Sasuke-kun." Si merah muda meracau, menggeliat tak nyaman dalam tidurnya.

"Nona. Nona, bangunlah." Ishagi menepuk pelan pipi si merah jambu.

"Sarada ..."

"Nona, bangunlah. Kau sudah aman sekarang."

Perlahan iris hijau cerah yang sudah berhari-hari tersembunyi di balik kelopaknya, mulai menampakan diri. Dia mengerjap menatap Ishagi yang terlihat senang.

"Syukurlah anda sudah bangun. Tuan Hashirama begitu cemas saat menemukan anda tak sadarkan diri di hutan beberapa hari yang lalu," kata Ishagi sembari membantu si gadis merah muda untuk duduk, dan menyerahkan segelas air padanya.

'Hashirama? Apa-apaan ini? Nama yang sangat mirip dengan Hokage pertama.'

Setelah meminum air beberapa teguk, si merah muda menatap Ishagi serius. Ekspresi bingung terlihat jelas di wajahnya.

"Siapa kau dan dimana aku?" tanyanya linglung.

"Saya Ishagi. Anda berada di kediaman klan Senju," mata hijau bulat itu melebar terkejut, "beberapa hari yang lalu Tuan muda Hashirama menemukan ada tak sadarkan diri di dalam hutan. Dia kemudian membawa anda pulang."

'Hashirama? Klan Senju? Ini tidak mungkin. Bukankah Hokage pertama telah lama mati?'

"Di luar berbahaya. Uchiha, Sarutobi. Hyuuga. Senju. Dan beberapa klan besar lain terus bertempur. Banyak anak-anak yang tewas dalam pertarungan. Tuan Hashirama khawatir anda ikut jadi korban di luar sana."

Dia tampak terguncang mendengar penjelasan Ishagi. "Tidak mungkin. Tidak, ini pasti salah. Aku pasti telah terkena genjutsu berandal sialan dari Akatsuki itu. Ini pasti salah."

"Nona. Anda tidak apa-apa?" Ishagi tampak khawatir melihat kondisi gadis yang diselamatkan tuannya. "Tetaplah disini dan tenangkan diri anda. Saya akan memanggil Tuan Hashirama," katanya cemas sembari bangkit dan beranjak keluar kamar.

'Hashirama Senju? Pertempuran antar klan besar? Dan ... Uchiha? Aku terlempar ke masa lalu. Ya ampun. Ini pasti mimpi buruk.' dia menggenggam erat liontin kecil berbentuk kipas yang tergantung di lehernya.

.

.

.

"Gadis itu sudah sadar, Tuan muda. Tapi dia terlihat aneh. Dia sangat ketakutan dan bingung saat mendengar nama anda dan juga klan Senju."

Sambil mengingat perkataan pelayannya tadi, Hashirama berjalan tergesa menuju kamar gadis yang dia tolong. Kecuali Tobirama dan Ishagi, semua yang ada di klan Senju, tidak ada yang tahu tentang keberadaan gadis itu. Hashirama sengaja merahasiakannya, dia tidak mau gadis itu jadi bulan-bulanan klan Senju, karena dia memakai baju berlambang klan Uchiha.

Sudah cukup sang Ayah memaksanya berpisah dan bermusuhan dengan sahabatnya, Uchiha Madara. Dia tidak mau ayahnya memaksa dia untuk memanfaatkan si gadis malang yang tidak berdosa.

Dan reaksi gadis yang ditolongnya (seperti yang diceritakan Ishagi) membuat dia makin yakin kalau si merah muda itu berasal dari klan Uchiha. Kalau itu benar, dia harus segera mengeluarkannya dari kediaman klan Senju.

Hashirama menggeser pintu hingga terbuka. Dengan cepat dia masuk ke dalam dan menutup kembali pintunya.

"Kau sudah sadar?" tanyanya sedikit terpana melihat iris klorofil indah yang melebar, menatapnya terkejut.

Helaian merah muda lembut, kulit seputih sutra, dan iris mata sewarna dengan pucuk dedaunan yang baru tumbuh. Gadis itu tampak seperti pohon bunga sakura di musim semi.

"H-Hashirama Senju? Tuan Hokage pertama?" si merah muda tampak tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Kening Hashirama berkerut bingung. "Hashirama Senju memang benar namaku. Tapi Hokage pertama itu apa?" tanyanya tak mengerti.

"Aku pikir aku sudah gila." Tak menjawab pertanyaan Hashirama, si merah muda tampak memijat pelipisnya frustrasi. "Tapi ini terasa nyata. Aku benar-benar terlempar ke masa lalu, dan bertemu dengan hokage pertama." dia terus mengoceh. Bangun dari duduknya lalu berjalan mondar-mandir.

Hashirama yang duduk bersila di lantai hanya memandang gadis di depannya dengan ekspresi bingung.

"Nona, aku juga akan menganggapmu gila kalau kau tidak berhenti modar-mandir dan mengoceh," tegur Hashirama sopan.

Si merah muda berhenti modar-mandir. Kesopanan mengambil alih. Setelah meminta maaf dan ber-ojigi ria, dia kemudian duduk dihadapan pemuda yang disebutnya sebagai hokage pertama.

"Maaf," dia meringis malu.

"Hn. Sekarang tenanglah, dan katakan padaku. Kau ini siapa dan berasal darimana?"

Si merah muda terdiam, tampak berpikir, kentara bahwa dia ragu menjawab pertanyaan Hashirama.

"Kau tidak akan percaya," keluhnya putus asa.

"Bagaimana mungkin aku bisa percaya kalau kau belum bercerita apapun, Nona?"

Si merah muda terdiam sebentar, lalu mendesah. "Baiklah. Tapi kau janji, apapun yang kuceritakan setelah ini, tolong jangan menganggapku gila. Dan ... Jangan menceritakannya pada siapaun." dia memandang Hashirama dengan tatapan memohon.

"Uhn. Baiklah. Sekarang katakan padaku siapa kau, dan apa yang terjadi padamu?"

Si merah muda menggenggam erat sebuah liontin berbentuk kipas yang tergantung di lehernya, kemudian berkata mantab ; "Aku Uchiha Sakura. Aku ..."

.

.

.

[Konoha masa sekarang]

Lelaki berambut pirang jabrik dalam balutan jubah kebesaran Hokage itu mendesah putus asa, setelah menerima laporan dari beberapa jounin yang dia tugaskan untuk mencari murid didikan mantan hokage kelima yang hilang beberapa hari lalu.

"Kami sudah coba sekali lagi mendatangi markas Akatsuki baru, yang kalian sebutkan berdasarkan informasi dari Orochimaru," Inuzuka Kiba melaporkan, "kami memeriksa semuanya. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Sakura di tempat itu. Dan bahkan dia tidak pernah ada di sana. Aku dan Akamaru tidak bisa mencium baunya."

Nanadaime Hokage, Uzumaki Naruto, kembali mendesah. Dia mengerling prihatin pada sahabatnya yang berdiri diam, bersandar pada dinding dekat pintu masuk.

Walaupun memiliki ekspresi sedatar tripleks, tapi Naruto tahu Sasuke sedang berpikir, mencari cara untuk membawa istrinya pulang. Terkutuklah anggota Akatsuki yang sudah membawa Sakura pergi menggunakan jutsu ruang dan waktu.

"Aku juga sudah mengirimkan beberapa orang Ne keluar desa untuk mencari tahu keberadaan Sakura, tapi ... sampai sekarang masih belum ada khabar." Sai yang sedaritadi diam berdiri di samping Kiba mulai buka suara. Pemimpin organisasi Anbu Ne itu juga ikut menghawatirkan rekan merah mudanya.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" gumam Naruto pelan, "Eh? Kau mau kemana, Sasuke?" tanya Naruto saat melihat Sasuke bergerak dari posisinya dan hendak membuka pintu.

Tiga kepala menoleh. Sasuke menatap Naruto datar.

"Pergi mencari istriku."

"Kita akan mencari Sakura bersama-sama, Sasuke. Dia pasti baik-baik saja," Naruto mencoba menenangkan.

"Sakura istriku. Dia menghilang karena jutsu salah satu Uchiha. Jadi aku yang harus mencarinya," jawab Sasuke.

Naruto mendengus. "Tapi Sasuke ..."

"Aku akan melanjutkan misiku setelah Sakura ditemukan." Uchiha Sasuke tetap keras kepala. Naruto, Sai, dan Kiba saling berpandangan. "Saya permisi Nanadime," pamitnya sambil membuka pintu. Namun Sang Uchiha dikagetkan dengan keberadaan Uchiha yang lain dibalik pintu.

Uchiha Sarada menatap ayahnya dengan sorot sedih penyesalan. Yamanaka Ino berada di belakang gadis cilik tersebut. Dia juga terlihat sedih.

"Kau ... akan menyelamatkan Mama?" tanyanya agak takut.

Sasuke tak menjawab, dia hanya menatap Sarada sebentar, lalu melangkah pergi.

"Jaga dia," ucapnya sekilas pada Yamanaka Ino.

"Kembalikan sahabatku dalam keadaan utuh, Uchiha," balas Ino geram, namun Sasuke sudah menghilang disertai kepulan asap.

.

.

TO BE CONTINUE

.

.

#Note : sepertinya hutang multychap saya jadi tambah banyak. 6 fic -_-a

Untuk jikkugan no jutsu (benar nggak tulisannya) atau jutsu ruang dan waktu yang bisa bikin Sakura terlempar ke masa lalu, saya cuma ngarang doang. Aslinya nggak gitu kok.