SAKURA HARUNO : Gadis cantik berambut unik berusia sekitar 21 tahun terpaksa merantau ke kota tetangga karena kematian ayahnya satu bulan yang lalu. Bermodalkan tekad dan sisa uang tabungan yang ia miliki, memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen untuk tempat tinggal sementaranya. Ternyata beberapa apartemen telah berpenghuni dan hampir tak ada satupun yang tersisa, hingga akhirnya ia mendapatkan sebuah apartemen yang cukup besar dengan harga sewa yang tak menguras seluruh isi rekeningnya. Ia juga berniat untuk mencari pekerjaan yang layak untuk menopang kehidupannya.
UCHIHA SASUKE : Pemuda berusia 24 tahun adalah seorang Manager di sebuah kedai kopi. Usahanya bisa dibilang kritis. Antar hidup dan mati. Keuntungan kedainya dari penjualan biji kopi maupun minuman kopi kian menurun. Keadaan keuangannya pun juga hampir sekarat. Pada situasi seperti itu keluarganya memberikan sebuah pilihan yang sangat sulit mengingat dirinya adalah seorang pemula di dunia bisnis. Ia diberikan modal yang sangat terbatas untuk kembali memajukan kedai kopi milik keluarganya. Saat yang bersamaan, tunangannya pergi meninggalkan dirinya.
KAKASHI HATAKE : Seorang pria tampan berambut perak dan juga seorang duda tanpa anak berprofesi sebagai dosen di Universitas ternama. Karirnya bisa dibilang bersinar. Ia sempat dinobatkan sebagai dosen terbaik dan juga dosen yang paling di idolakan. Tak ayal membuat dirinya banyak dikenal di kalangan mahasiswa, dosen lainnya serta orang-orang dari departemen pendidikan. Namun kehidupan pribadinya tak sesukses karirnya. Tepatnya beberapa minggu yang lalu istrinya memutuskan untuk menceraikannya karena alasan yang sangat konyol. Ya karena cemburu pada mahasiswanya.
.
.
REALLY? SHARE?
Original Story by : Shiruetto Revi (Revi-san)
.
Naruto © Masashi Kishimoto-senpai.
Sasuke Uchiha x Sakura Haruno x Kakashi Hatake
.
Warning!
AU, TYPO (s), DLDR, OOC, dan lain-lain.
(Bad Story)
Genre : Romance, Drama, Hurt/Comfort & Family (maybe)
.
Summary : Pernikahan ya? menurut kalian apa arti dari pernikahan? Seorang Suami dan Seorang Istri pastinya.. Yang Saling mencintai.
Sebuah ikatan untuk berbagi perasaan, pemahaman, dan pendapat. Permulaan dan adaptasi dengan kehidupan yang baru. Namun bukan itu saja, Pernikahan juga menyatukan setiap perbedaan dengan bijak.
Tapi bagaimana jika Pernikahan tersebut terdiri dari satu orang ISTRI dan dua orang SUAMI?
.
.
Kaki jenjangnya berhenti di sebuah pagar besi berukuran tiga perempat tinggi tubuhnya. Tangannya menggenggam sebuah kertas putih dengan beberapa goresan kata yang membentuk sebuah kalimat tak beraturan. Dan kemudian senyum lebar merekah pada bibir mungil miliknya.
"Inikah?" Manik klorofilnya membidik sebuah bangunan apartemen bertingkat dua lengkap dengan taman dan beberapa pot bunga berukuran besar ditiap sudutnya.
Sakura mengerling. Maniknya berpindah memperhatikan sekeliling apartemen tersebut. Jika dilihat lebih detail bangunan tersebut bukan seperti apartemen pada umumnya. Namun seperti sebuah perumahan yang mungil namun terkesan cukup mewah. Ada beberapa apartemen lagi yang berdiri kokoh dan serupa dengan apartemen yang akan Sakura tempati berjajar rapi.
Sakura melangkahkan kakinya, mendekati pintu pagar dan membukanya. Lalu ia berjalan pada aspal hitam yang membimbingnya menuju pintu apartemen. Rumput teki dan rumput-rumput jenis lainnya tertata rapi di setiap sudut halaman, walaupun rumput teki yang lebih mendominasi. Lagi-lagi manik Sakura tertuju pada sebuah pohon bunga yang sangat tak asing, salah satu bunga yang menjadi favoritnya. Yah pohon bunga mawar dengan tinggi hampir mencapai seorang pria dewasa. Sakura bisa menebak, umur pohon mawar tersebut pasti sudah lama. Terlihat dari tangkai utamanya yang sedikit berwarna kecokelatan dan berdiameter kurang lebih sekitar 5cm.
Sakura tersenyum.
Tempat tinggal barunya sungguh menyenangkan. Bukan hanya itu saja, di sekitar apartemen yang akan ia tinggali juga terdapat pohon mangga, apel serta beberapa pohon buah lainnya berada di samping dan sedikit ke belakang. Well, mungkin setelah ia mendapat pekerjaan ia akan meluangkan waktu untuk berkebun dan memperkenalkan diri pada tetangga. Ia beruntung sekali bisa menempati apartemen dengan suasana sekitar yang membuat penghuninya benar-benar merasakan kenyamanan.
Tak terasa ia telah sampai di depan bibir pintu apartemen bergaya sederhana dan simpel, lantas merogoh saku dressnya mengambil sebuah kunci yang sebelumnya diberikan oleh pemilik apartemen. Dalam hitungan detik pintu tersebut berhasil ia buka, sesaat aroma parfum maskulin menguar hingga tercium oleh hidungnya. Benar-benar aroma seorang laki-laki. Sakura berpikir apakah sebelum ia yang menyewa apartemen tersebut, penyewanya adalah seorang laki-laki?
Mungkin.
Sakura melanjutkan langkahnya sembari menyeret koper hitam yang ia bawa bertumpuk dengan sebuah tas yang lumayan besar. Begitu masuk ke apartemen tersebut, ada aroma maskulin lainnya yang bercampur dengan aroma pinus. Benar-benar sangat wangi dan entah mengapa membuatnya merasa nyaman. Ia kembali berpikir, apakah apartemen ini sebelumnya ditempati oleh dua orang laki-laki atau lebih?
Sakura mengedarkan pandangannya ke penjuru ruang tamu. Dugaannya menguat tatkala manik emeraldnya tertuju pada sebuah bola basket, Stick Baseball, sepatu berukuran besar yang tak mungkin menjadi ukuran untuk kaki seorang wanita dan juga beberapa perabotan khas milik seorang laki-laki.
Ia memiringkan kepalanya dan mengapit dagunya menggunakan celah antara jempol dan jari telunjuknya.
"Apa penyewa sebelumnya belum membereskan apartemen ini?" tanyanya pada udara.
Jika memang benar, mungkin saja besok penyewa sebelumnya akan datang kemari dan membereskan tempat ini. Sakura mengangguk setelah dirasa pikirannya masuk akal dan meyakinkan. Akan tetapi mungkin saja beberapa barang serta pakaian yang lainnya juga masih terdapat di tempatnya. Tak terkecuali kamar.
Ah yang ia butuhkan saat ini pergi membersihkan diri dan setelah itu beristirahat. Mungkin nanti atau besok ia akan membantu penyewa sebelumnya untuk mengemasi barang-barang.
.
Sakura telah selesai membersihkan diri, jubah mandi berwarna pink membalut tubuh indahnya serta sebuah handuk putih melingkar dikepalanya membungkus helaian pink. Wajahnya kini terlihat lebih segar. Ia berjalan ke kamarnya yang terletak di lantai dua. Cukup repot jika tak terdapat kamar mandi di dalam kamar. Mau tak mau ia harus turun jika harus melaksanakan hajatnya.
Sakura berjalan mendekati sebuah kaca yang menggantung di sudut kamarnya. Kemudian ia mengambil sebuah pelembab wajah, membuka, memencet isinya dan ia usapkan pada wajahnya. Setidaknya itulah kebiasaannya setelah membersihkan diri. Sebuah ritual yang sudah mendarah daging pada spesies makhluk hidup jenis manusia yang disebut sebagai perempuan.
"Nah sempurna!" Sakura menepuk pelan kedua pipinya.
Tubuhnya kembali segar, semangatnyapun juga tak mau kalah. Ia memutuskan untuk membantu mengemasi barang-barang kepunyaan penyewa sebelumnya. Lantas ia meraih sebuah kardus besar yang telah ia siapkan dan merangkainya. Setelah dirasa bersih dari debu dan berbentuk kotak sempurna, Sakura berjalan mendekati almari pakaian. Kamar tersebut berukuran sekitar 4x5meter, cukup luas dan terdapat beberapa rak gantung dengan buku-buku yang masih berjajar rapi.
Sakura kembali bergelut dengan pikirannya. Ia bisa menebak jika sang penyewa sebelumnya mungkin seorang kutu buku dan gemar membaca buku. Dilihat sekilas dari beberapa sampul buku, buku tersebut merupakan buku ensiklopedia, sejarah, ilmu alam, matematika dan juga ilmu hukum.
Ahh.. mungkin pemilik buku-buku ini memang seorang yang jenius, kutu buku dan seseorang dengan masa depan yang cerah.
Sakura terkikik.
Kemudian pandangannya beralih saat tangannya menyentuh handle almari. Perlahan ia membuka pintu almari tersebut agar tak menimbulkan suara deritan engsel besi. Semerbak parfum dengan aroma pinus menguar dari dalam almari tersebut. Aroma yang begitu maskulin dan kalem. Kelopak mata Sakura terpejam, entah mengapa ia terlena hanya dengan menghirup wangi parfum milik laki-laki yang menempati kamar tersebut. Dalam bayangannya, ia menebak seorang laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi, rahang tegas, sedikit kekar dan pastinya terlihat sangat keren dengan wajah tampan. Selain itu pasti laki-laki tersebut adalah seorang pengusaha atau pemimpin sebuah perusahaan besar. Tapi mustahil. Jika laki-laki tersebut adalah seseorang yang mempunyai profesi seperti itu, tidak mungkin apartemen yang ditempati sekecil ini. Pastinya rumah besar dengan halaman luas, beberapa maid dan sopir pribadi, dan juga- Tunggu dulu! Mengapa malah ia memikirkan hal itu?!
Sakura tersadar, kemudian ia menggelengkan kepalanya mencoba menepis semua hal yang membuat otaknya bekerja tanpa sadar di luar kendalinya. Sungguh.. benar-benar.. bisa-bisanya ia terlena hanya karena menghirup parfum!
Sakura memandang isi almari pakaian tersebut, beberapa kemeja yang terlipat dan tergerai pada sebuah gantungan pakaian tertata rapi. Berjajar. Sakura begitu kagum. Bahkan isi almari miliknya tak serapi ini sebelum memutuskan untuk pindah kemari. Ia merasa bahwa laki-laki penghuni sebelumnya sangatlah perfect. Idaman. Dan juga mandiri. Kini otaknya telah benar-benar terkontaminasi akibat kelebihan dosis menghirup bebauan khas kamar tersebut.
Jari-jemari Sakura berpindah meraih beberapa kemeja, kemudian ia meletakkannya di atas ranjang. Tanpa sengaja ia menjatuhkan sebuah kartu nama- lebih tepatnya sebuah tanda pengenal. Ia membungkuk, mengambil benda tersebut.
"Hn? Universitas Konoha?" Maniknya menangkap foto seorang laki-laki dewasa dengan rambut putih dan tatapan mata yang terlihat sayu. Dan laki-laki tersebut sangatlah-
-Tampan!
Maniknya membulat sempurna.
"Kakashi.. Hatake?"
...
"Hik.. aku minta.. hik.. satu botol lagi.. hik." ujar pemuda berambut dark sembari menggebrak gelas wine digenggamannya.
"Sasuke.. kau terlihat sangat bodoh." celetuk seseorang di sampingnya.
"Biarlah Kakashi.. hik.. aku memang bodoh."
"Calon istriku.. hik.. PEERRRRRGGGGGGIIIII... tanpa memberiku alasan yang sangat jelas." lanjutnya.
Tatapan pemuda dark tersebut melemah. Bola matanya memerah pertanda ia telah dikuasai oleh alkohol. Sementara tangannya memainkan sebuah botol wine kosong. Dialah Sasuke Uchiha, seorang Manager muda yang sedang dalam keadaan sekarat. Setelah tunangannya memutuskan hubungan dengannya dan memilih pergi, pemuda dengan gaya rambut emo tersebut menjadi lepas kendali. Namun bukan karena itu saja, semua tekanan dari orang tuanya tampak membuat dirinya dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, kedai miliknya hampir saja bangkrut, orang tuanya memberikan sebuah toleransi untuk memajukan kembali kedai kopi miliknya, dan ia hanya menerima beberapa dana yang menurutnya sangat untung saja ia masih mempunyai seorang sahabat yang sangat peduli dan mau menampungnya setelah beberapa fasilitas mewah yang dimiliki disita oleh keluarganya sendiri.
Kakashi Hatake, sahabatnya.
"Tch! lantas apa? lebih parah siapa? kau masih beruntung jika kekasihmu masih berstatus calon." Kakashi mendengus sembari menekankan kata 'CALON'. Sasuke menoleh dan menyeringai.
"Jadi kau mengaku jika kau ditinggalkan oleh istrimu. Kakashi? hik.."
Kakashi mendecih. Bagaimanapun juga ucapan Sasuke memanglah benar. Benar-benar nasib seorang Hatake Kakashi yang dicerai oleh istrinya hanya karena cemburu buta.
"Kita ini ditakdirkan mempunyai nasib yang sama Kakashi.. hik.. hik.."
Kakashi melotot. "Jangan mengatakan hal sembarangan seperti itu! itu terdengar seperti sebuah kutukan!" elaknya.
"Hahaha.. Kakashi.. terima saja.. hik.. hik.." Sasuke tertawa hambar. Benar-benar orang ini sudah dibawah pengaruh alkohol hingga perkataannya terlontar tanpa kendali.
"Aku tak sudi mempunyai nasib sama sepertimu, Sasuke! bagaimanapun dan dilihat dari manapun kau lebih terlihat menyedihkan dibandingkan denganku." protes Kakashi. Sementara itu Sasuke hanya membalasnya dengan tertawa.
Kakashi menenggak habis segelas wine di hadapannya. Pandangannya sedikit kabur, kepalanya juga mulai berat. Tanpa disadari, ia telah menghabiskan beberapa gelas dan mulai menampakkan tanda-tanda seperti halnya orang mabuk. Namun ia masih sanggup mengendalikan dirinya walaupun hampir setengah jiwanya dipengaruhi alkohol. Berbeda dengannya, Sasuke telah menghabiskan lima botol wine dengan kadar alkohol yang cukup tinggi.
Lima botol!
Banyangkan saja seberapa gilanya Sasuke saat ini. Entah Sasuke memang doyan atau penyakit depresi yang pemuda itu derita sudah mencapai taraf berbahaya.
Sebegitu parahkah patah hatinya Sasuke?
"Berikan satu gelas lagi!" ucap mereka bersamaan. Sementara sang barista hanya mengangguk senang karena kedua cecunguk itu mampu membayar mahal wine yang mereka minum. Tak lama kemudian barista tersebut membawa dua buah gelas penuh dengan cairan bening lengkap dengan es batu.
Belum sempat mereka menenggak cairan dalam gelas tersebut, seorang wanita dengan pakaian yang bisa dibilang sangat minim menghampiri dan merangkul tangan Sasuke dan Kakashi.
"Aaahh.. aku yakin kalian sedang merasa kesepian tuan-tuan." goda wanita tersebut.
Sementara Sasuke dan Kakashi menatap wanita itu dengan tatapan terkejut. Siapa dia? seenaknya saja datang, merangkul tangan mereka dan melontarkan kata-kata yang menjijikkan. Jangan Salah, Kakashi dan Sasuke bukanlah tipe orang yang doyan bermain wanita layaknya pria hidung belang. Mereka masih mempunyai harga diri dan menjaga image mereka.
"Cih siapa kau nona? aku tak berminat denganmu. Pergilah!" ucap Sasuke kasar.
Wanita itu mendengus kesal. Lantas ia menolehkan kepalanya pada Kakashi berharap mendapat sambutan yang lebih menyenangkan.
"Apa yang kau lihat?" sadar jika tatapan Kakashi tak berbeda dengan Sasuke, wanita itu mendecih. Kemudian ia menarik kedua pemuda tersebut mendekat kepadanya.
"Benarkah kalian tak ingin menikmatinya sayang? aku masih sanggup jika harus melayani kalian berdua." godanya lagi sembari menggoyangkan bagian dadanya yang terekspos dibalik gaun malam.
Jika pria normal yang melihat pemandangan tersebut pasti tidak akan menolak. Sebuah pemandangan yang sangat menggoda bagi kaum Adam, namun baru sebagian kecilnya saja. Oh ayolah! kucingpun juga tak akan menolak hal yang seperti ini.
Sasuke dan Kakashi menelan ludahnya. Kedua pasang manik mereka tepat tertuju pada sepasang 'perhiasan' wanita. Memang benar sebagian besar wanita di bar ini tidak berharga lebih dari sebuah kardus minuman yang terinjak. Sebagian besar profesi mereka sebagai pemuas nafsu belaka yang rela membuang harga diri dan moral demi beberapa lembar uang haram. Wajah-wajah mereka termasuk wajah dari orang-orang yang menginginkan harta dunia yang melimpah, terobsesi dengan kehidupan yang mewah hingga tak segan-segan mereka memutuskan untuk bekerja instan dengan mengumbar paha dan lekuk tubuh di depan para pria hidung belang. Hanya karena tergiur dengan penghasilan besar dalam sekejap mata.
Sungguh miris.
Di kota yang berkembang dengan pesat ini, ternyata tidak semua penduduknya bisa bekerja dengan layak. Hanya sebagian lecil yang hidup dengan penuh usaha dan memulai semuanya dari 'nol'. Hampir tak ditemukan perempuan-perempuan yang masih memegang erat kesuciannya. Jika ada, mereka seperti barang yang sangat langka. Tak mudah untuk di temukan.
Sasuke dan Kakashi masih mengamati 'pemandangan' tersebut sembari keringat dingin merembes dari pori-pori. Posisi mereka saat ini bak dua ekor kucing kelaparan yang dihadapkan dengan seekor ikan asin yang sangat menggoda. Alamaaaakkk siapa yang nahaaaannn...
Wanita itu menyeringai. Merasa kedua pria tampan tersebut telah terjerat oleh pesonnya, ia mengendurkan pegangan tangannya.
"Jika kalian ingin.. temui aku di back stage." kedua tangan wanita itu mengelus pipi mereka dengan lembut yang mengantarkan sebuah sengatan mematikan yang sanggup membuat libido seseorang memuncak. Dalam keadaan seperti ini Sasuke seakan-akan telah tersadar dari pengaruh alkohol. Ajaib memang.
Wanita itu membalikkan badannya perlahan dengan seringaian yang tak kunjung menghilang dari katupan bibirnya. Ia berjalan kearah belakang dengan meliuk-luikkan pantatnya. Istilah back stage berarti belakang panggung, namun dalamartian disini adalah sebuah kamar yang berada di belakang bar yang memang disediakan untuk kegiatan 'satu malam'.
Sasuke dan Kakashi masih belum melepaskan pandangannya hingga wanita itu benar-benar menghilang dibalik tembok pembatas. Lalu mereka berdua serempak membalikkan badan dan menenggak habis wine mereka.
"Sasuke.. kita harus segera pergi, akan sangat berbahaya jika kita tetap berada disini." ucap Kakashi dengan nafas yang memburu.
"Kukira kau berminat dengan jelangkung itu."
"Cih! aura wanita itu sungguh menyeramkan, setara dengan siluman lipan yang akan memangsa korbannya. Ayo kita pergi sebelum wanita itu kembali."
Kakashi mengeluarkan beberapa lembar uang dan meletakkannya pada meja bar. Sang barista menyambut uang tersebut dengan sumringah. Kakashi berjalan terlebih dahulu dengan diikuti oleh Sasuke. Langkah Sasuke sedikit terhuyung mengingat kadar alkohol yang ia konsumsi cukup banyak. Kakashi yang sudah tak sabar kemudian menghampiri Sasuke, memapahnya dan bergegas pergi meninggalkan bar tersebut.
.
.
"Lihat saja kalian berdua tak akan berpaling dari pesonaku, Uchiha.. Hatake.." wanita itu menyeringai sembari melemparkan pandangannya dengan penuh arti.
Ia berjalan mendekati pintu dan kemudian membukanya sedikit. Ini aneh, sudah cukup lama ia menunggu tapi tak ada tanda-tanda seseorang yang mengikutinya.
'Mengapa mereka belum mengikutiku?' pikir wanita itu.
Penasaran, ia berbalik dan berjalan kembali ketempat sebelumnya. Raambut panjangnya yang tergerai ia sibakkan ke belakang hingga mengekspos kulit leher serta dadanya yang putih mulis tanpa noda. Pandangannya tampak puas, sebentar lagi ia akan mendapat dua pria tampan dalam incarannya kali ini.
Begitu sampai pada tembok pembatas, manik yang semula menampilkan kesan kepuasan dengan terpaksa berubah menjadi keterkejutan. Ia membelalak, bibirnya sedikit terbuka. Ia tak mendapati kedua pria yang ia maksud duduk disana. Rahangnya mengeras.
"Kurang ajar mereka berdua mempermainkanku! cih!"
Matanya terpejam.
Beberapa saat kemudian ia kembali menyeringai.
"Jika bukan hari ini, aku akan mendapatkan kalian esok hari. Madam Kurenai tak akan tinggal diam jika sudah menetapkan incarannya."
...
White Town Apartement, 23.00 pm
"Aaahh nyamannya.."
Sakura membaringkan tubuhnya pada ranjang kamarnya. Ia merasa hari ini adalah hari yang cukup melelahkan untuknya. Mulai dari perjalanan dari desa Suna ke Kota Konoha yang memakan waktu hampir 6jam membuat pantatnya sedikit kram. Belum lagi ia naik taksi untuk menuju ke apartemen yang tertera pada sebuah kertas kepunyaan mendiang ayahnya. Dan setelah itu sebelum ia membantu membereskan perlengkapan penyewa sebelumnya, Sakura memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa lelahnya. Memang benar, mandi dengan air hangat membuat tubuhnya cukup rileks.
Lantas tanpa membuang banyak waktu, ia segera membereskan pakaian milik penyewa sebelumnya. Dan akhirnya acara 'membereskan' membuat tubuhnya kembali merasakan lelah.
"Mungkin tidurku akan lebih nyenyak malam ini."
Sakura mencoba memejamkan matanya dan menyambut mimpi yang siap datang padanya malam ini.
.
.
Kakashi dan Sasuke berada di dalam sebuah taksi. Sementara itu Sasuke telah teler terlebih dahulu, Kakashi merasakan kepalanya semakin berat. Pusing dan mual. Pasti gara-gara menenggak wine yang berharga sangat fantastis hingga lambungnya belum bisa beradaptasi dengan baik. Oke salahkan Sasuke yang memesan wine tersebut hingga ia harus menguras semua lembaran yang berada didompetnya. Dan Sasuke yang notabenenya menghabiskan lebih banyak dari Kakashi, terlihat santai tanpa merasa berdosa sedikitpun.
Salah Kakashi juga mengajak seorang Uchiha Sasuke untuk mengunjungi bar tersebut. Jika sudah teler begini mau tak mau semuanya Kakashi yang membayar tagihan. Sungguh sahabat yang luar biasa. Tak lain itu hanyalah modus Sasuke untuk tidak mengeluarkan sepeser uangpun.
Taksi yang mereka tumpangi melaju semakin cepat, tanpa terasa jarak apartemen yang mereka tuju juga semakin dekat. Kakashi merogoh saku celananya dan mengambil sebuah dompet berwarna kecokelatan. Dibukanya dompet tersebut dan hendak mengambil uang untuk membayar ongkos taksi. Namun ia tak mendapati selembar uangpun disana. Hanya ada beberapa kartu ATM dan beberapa buah uang receh.
"Cih!"
Tak mungkin ia membayarnya dengan uang receh yang tak cukup jumlahnya. Apalagi ATM, mustahil membayar dengan kartu tersebut. Salah-salah malah ATM miliknya di bawa kabur dan keesokan harinya semua uang yang ada direkening telah terkuras habis. Kakashi mengacak rambut miliknya dengan sebal. Lalu kedua maniknya tertuju pada Sasuke yang telah tak sadarkan diri.
Tiba-tiba saja bola lampu yang berada di belakang kepalanya bersinar, pertanda ia mendapatkan sebuah ide yang cemerlang. Kakashi mengarahkan tangannya untuk bergerilnya di belakang tubuh Sasuke. Ets! tunggu dulu.. ia tak berniat untuk menggerayangi punggung maupun pantat Sasuke. Melainkan mengambil sebuah dompet milik pemuda Uchiha tersebut yang berada di saku belakang celananya. Ia melakukannya dengan pelan, berharap agar si kepala ayam tersebut tidak terbangun karena aksinya.
Pelan.. pelan.. ujung ibu jari dan telunjuknya menyentuh pinggiran dompet, lalu dengan sangat hati-hati tanpa suara Kakashi menarik dompet tersebut. Aksinya kali ini lebih mirip dengan seorang pencopet yang sedang waswas mengambil benda berharga milik korbannya. Jika saja pakaiannya bukan dengan kemeja dan celana formal, ia pasti akan terlihat cocok sekali dengan wajah-wajah pencopet atau seorang homoseksual.
Tak perlu waktu lama, Sasuke pun tak bergeming saat laki-laki silver tersebut menarik pelan dompet miliknya. Kakashi mengumbar senyum kemenangan dan melirik Sasuke sinis. Lantas ia membuka dompet tersebut.
Dan Wala!
Manik beda warna milik Kakashi sedikit melebar karena dompet Sasuke penuh dengan lembaran-lembaran uang.
"Tch! dasar maniak sialan! kau membohongiku dan berkata bahwa tidak mempunyai uang sepeserpun." Kakashi mendengus sebal.
"Tapi tenang saja, hutangmu kuanggap lunas." Kakashi terkekeh sembari tangannya mengambil beberapa lembar uang.
.
.
"Nah terimakasih sir. Ini.. ambil saja kembaliannya." ucap Kakashi sembari memberikan beberapa lembar uang kertas. Tangan kirinya memapah tubuh Sasuke yang masih tak sadarkan diri.
"Terimakasih tuan." supir taksi tersebut berpamitan dan kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan kawasan apartemen.
Kakashi berbalik dan berjalan sembari membawa tubuh Sasuke. Pusing kepalanya masih terasa, bahkan kini denyutan itu bertambah. Kakashi meringis, jika ia tega sudah pastinya akan meninggalkan Sasuke tepat di halaman apartemennya dan membiarkannya. Perutnya semakin mual, ingin sekali mengeluarkan rasa mengganjal dan terus mendesak itu. Dalam detik ketiga, mual pada perut Kakashi semakin tak tertahankan. Lantas ia melepaskan tubuh Sasuke dan berjalan ke samping. Ia membungkuk dan bersiap memuntahkan semuanya.
"Hooooeeekk!"
"Hoeeekkk!"
Wine mahal tersebut sukses keluar dari mulutnya. Walaupun sudah terasa sedikit ringan, beban di kepalanya seakan tak mau berkompromi. Ia melemparkan pandangan pada Sasuke yang tergeletak lemas di jalanan aspal menuju pintu apartemennya. Untung saja tak ada yang memergoki dirinya, jika tidak semuanya akan tersebar dan menjadi headline hangat saat mengajar di kampusnya besok.
Kakashi bangkit. Setidknya ia harus sampai di dalam apartemennya dahulu sebelum benar-benar tumbang. Lalu ia kembali meraih tubuh Sasuke dan memapahnya menuju pintu apartemen. Ia bersusah payah berjalan, mengingat tubuh Sasuke yang tidak ringan dan juga pandangannya mulai sedikit kabur. Sedikit lagi ia sampai pada daun pintu, tangan kanannya masuk ke dalam saku kemejanya dan mengambil sebuah kunci. Bersamaan dengan sampainya ia di depan pintu, tangannya terulur dan memasukkan kunci pada lubang kunci.
Klek!
Kriiit!
BRUUKKK!
...
"Sakura.. maukah kau menjadi istri masa depanku? bersamaku membangun sebuah keluarga dengan anak-anak kita dan hidup bahagia?"
"Heh?! s-siapa kau?"
"Aku? sudah pasti aku calon suamimu, Sakura."
Sakura memiringkan sedikit kepalanya, menatap pemuda di depannya dengan intens. Ia tak mengenal pemuda itu, dan juga tak tau siapa pemuda itu.
"Sakura.." kini suara baritone pemuda lain menginterupsinya. Sakura menoleh ke kiri dan mendapati seorang pemuda tampan, sama tanpannya dengan pemuda di samping kanannya.
"S-siapa kau?"
"Alu calon suamimu, kau tak mengenalku?" Sakura mengernyit. Sama seperti saat pemuda yang berdiri di samping kanannya tadi menyatakan bahwa ia calon suaminya. Sakura tersentak, ia tak mengerti ada dua orang pemuda gila uang tak dikenalnya tengah menyatakan bahwa masing-masing adalah calon suaminya.
Apakah ini gila?!
Tak mungkin seorang wanita memiliki dua orang calon suami sekaligus. Bodoh! mimpi bodoh macam apa ini!
Sakura kembali tersentak ketika kedua laki-laki mendekatinya sembari memonyongkan bibir mereka.
"Sakura.. cium aku.. cium aku." ucap kedua laki-laki itu.
"Cium aku. Aku suamimu."
"Cium aku.."
Sakura bergidik. Menatap mereka dengan mata yang terbelalak. "TIDAAAKKK!"
BRUUKKK!
Sakura terbangun dari tidurnya. Kedua matanya yang tampak sayu mengerjap. Ia menyadari jika kejadian itu hanyalah mimpi.
Sungguh lucu sekali. Mimpi yang sangat konyol, diperebutkan oleh dua orang laki-laki. Dan yang membuatnya heran, ia tak mengenal kedua laki-laki tersebut. Sakura kembali merinding saat mengingat mimpi dimana kedua laki-laki tersebut memonyongkan bibirnya seraya mendekati Sakura.
Bulu kuduknya meremang. Secepatnya ia menggelengkan kepala. Ia tak mau mengingatnya lagi, kedua wajah mesum dari laki-laki yang tak ia ketahui.
Dan kalau tak salah lagi, ia mendengar sebuah benda yang jatuh dengan kerasnya. Sakura menolehkan kepala mencari-cari sebuah benda yang kemungkinan besar asal dari suara tersebut. Nihil. Ia tak menemukan satupun benda yang sanggup menjawab rasa penasarannya. Dan apalagi ia masih berada di atas ranjang. Jadi bukan dirinya yang membuat suara tersebut.
Sakura terkesiap.
Jangan-jangan maling atau perampok? batinnya.
Sakura panik, ia bergegas turun dari ranjang dan meraih benda apa saja yang kiranya keras. Disana. Tepat disudut ruangan ada sebuah tongkat Golf. Dengan sigap ia menyambar tongkat tersebut dan mendekati pintu kamarnya. Perlahan tapi pasti, ia meraih handle pintu dan membukanya. Ia sangat hati-hati agar tidak menimbulkan efek engsel pintu yang berderit sehingga tak mengagetkan para 'cecunguk' yang Sakura duga adalah perampokatau maling.
Dalam pikirannya, Sakura yakin benar ada seseorang yang tengah mencoba menyusup masuk karena ada yang tau bahwa mulai hari ini ia akan tinggal disana. Bagaimana tidak menjadi sasaran empuk jika di rumah seperti ini hanya ditinggali oleh seorang gadis muda. Sakura mengangguk saat asumsinya benar-benar masuk akal.
Pintu kamarnya sedikit demi sedikut terbuka, ia mencoba mengintip keluar dan melihat situasi. Tak ada seorangpun disana.
Otak Sakura kembali bekerja.
Bagaimana jika mereka bersembunyi? dan disana ada beberapa ruangan yang memang terlihat tepat untuk bersembunyi. Bagimna jika perampok tersebut berjalan kearah dapur dan mengambil sebuah pisau dapur atau pisau daging? matilah aku...
Sakura sedikit menunduk, berpikir bahwa asumsinya saat ini sangat berpeluang besar. Benar. Ia tak ingin mati hari ini. Ia sudah bertekad untuk mencari pekerjaan dan membuat hidupnya bahagia terlebih dahulu. Namun saat ini ia merasa seorang perampok, maling atau bahkan 'Pembunuh' sedang mengintainya. Siap untuk mencincangnya hidup-hidup!
Ia lembali bergidik. Diraihnya lagi sebuah tongkat Golf. Kini kedua tangannya masing-masing telah memegang senjata. Anggap saja seperti itu karena tak ada benda lain yang lebih keras.
Dengn keberanian yang ia kumpulkan, Sakura membuka pintu kamarnya dan mengeluarkan kepalanya.
Tak ada. Tak ada seorangpun yang mencurigakan.
"Sialan! aku yakin mereka bersembunyi di salah satu ruangan! begitu aku mendapatkannya..." Sakura menyeringai sembari mengeratkan genggaman tangannya pada stick Golf.
"..akan ku kuliti hingga tak tersisa sedikitpun kulit yang menempel." Sakura tertawa mengerikan didalam hati. Maniknya berbinar, ia berpikur bahwa ia terlalu jenius untuk kasus seperti ini.
Sakura berjalan mengendap-endap dengan berjinjit. Kepalanya sesekali menoleh ke kanan dan kekiri. Lantas ia menuruni anak tangga yang menghubungkan dengan lantai dua. Kedua manik Emeraldnya menelusuri beberapa sudut ruangan dengan sangat tajam menembus cahaya remang-remang yang berasal dari lampu malam.
Setelah ia menuruni tangga, ia berjalan kearah pintu masuk apartemennya. Siapa tau ada yang membuka atau membobol kunci rumahnya. Tepat di persimpangan, ia meraih sebuah senter yang berada di atas meja dan menghidupkannya. Lalu ia kembali berjalan dan mengarahkan sinar senter tersebut kearah pintu masuk.
Alangkah terkejutnya ia saat mendapati dua sosok mirip manusia yang tergeletak di lantai depan pintu masuknya. Posisi mereka dalam keadaan telungkup. Seorang disana yang mempunyai rambut silver tengah merangkul pinggang seseorang di sampingnya yang mempunyai rambut dark blue.
Apa mereka sepasang gay? dan mengapa mereka tak sadarkan diri?
Sakura mendekatkan tongkat Golf tersebut dan mencoba mengetukkan pelan pada kepala mereka. Tak ada reaksi. Ia kembali mengetukkan tongkat tersebut. Sama saja. Tak ada reaksi.
Oh astaga! jangan-jangan mereka mati?!
Sakura panik, bagaimana jika nanti ada yang menuduhnya membunuh kedua laki-laki tersebut?
Bagaimana nanti jika ia dijebloskan ke penjara?
Penjara!
Penjara!
Sakura membulatkan maniknya. "Tunggu dulu! sepertinya mereka sedang tak sadarkan diri. Dan bau ini..."
Indera penciumannya menangkap bau tak biasa dari kedua laki-laki tersebut. Bau Alkohol yang sangat menyengat. Dengan cepat ia sanggup menebak apa yang telah mereka lakukan. Lantas ia juga mendengar nafas teratur dari kedua laki-laki tersebut. Intinya mereka masih hidup. Dengan begitu Sakura tak akan dituduh dengan kasus pembunuhan.
Sakura memiringkan kepala.
'Tapi bagaimana kedua orang ini bisa masuk ke apartemennya? jangan-jangan mereka pencurinya yang ingin merampok rumah?! dan sebelum kemari mereka bermabuk-mabuk ria dan akhirnya terkapar disini?
Lalu kedua pandangannya tertuju pada pakaian masing-masing yang tampak mewah dan berkelas.
Cih! maling jaman sekarang memakai pakaian bermerk untuk mengelabui korbannya. Jangan anggap aku korban yang bodoh untuk di'bunglon'kan..
Ia menajamkan kedua Emerald miliknya sembari mengepalkan tangan.
'Ini tak bisa dibiarkan..'
Sakura mendekat dan hendak membalikkan tubuh mereka untuk mengetahui wajah-wajah kedua makhluk berjuluk 'maling' itu. Yah setidaknya hanya Sakura saja yang menjuluki mereka dengan kata tersebut. Pertama ia melepaskan rangkulan tangan laki-laki berambut silver dan kemudian menggulingkannya ke samping. Lantas ia meraih bahu laki-laki berambut dark dan menggulingkannya berlawanan arah.
Suasana di sekitarnya gelap. Sinar lampu yang remang-remang tak mampu menjangkau tempatnya berada. Sakura meraih sebuah senter yang ia letakkan pada lantai. Lalu dengan memegang senter tersebut, perlahan Sakura mengarahkan sorotan lampu senter pada kedua manusia yang terkapar.
Dalam detik kedua tepat sinar lampu tersebut menyorot wajah keduanya dengan sangat jelas, bola Emerald tersebut membelalak senada dengan mulutnya yang kian terbuka. Dalam detik berikutnya, tangan kanannya bergerak otomatis menutupi kedua belah bibirnya.
Sungguh ini hal yang memang ditakdirkan atau hanya sekedar kebetulan belaka. Ia benar-benar tak percaya.
"Kakashi-senpai.. Sasuke-senpai.."
.
To Be Continued or Delete?
.
Bagaimana tanggapan anda? XD