Mister Naruto

By : 12 senpai 12

Disclaimer : Saya tidak memiliki apapun dari fict ini

Summary : Dia sudah lelah akan keberadaannya, segala cara telah dia lakukan untuk mendapatkan rasa damai itu. Tapi semuanya gagal, sekarang dia datang membawanya ke dunia baru dan bertemu mereka. Saat itu dia sadar bahwa akhir dari dunia itu adalah akhir darinya, tapi bagaimana dengan mereka ?

Warning : OOC, Typo, dan lain – lain, (perhatian tokoh dalam fic ini dapat berubah wataknya seiring dengan kejadian yang dialami tokoh)

Pairing : issei x harem, Naruto x ?

….

Seseorang tengah berjalan di koridor rumah , sosok itu merupakan laki – laki berambut jabrik bermata biru. Sosok itu sampai disebuah kamar dan membukanya, lelaki itu masuk kemudian memandang terkejut kamar yang sudah kosong itu.

" Tumben udah bangun, biasanya masih ngigau tentang oppai ".

Lelaki itu pun keluar dan menutup lagi kamar itu. Dia mengangkat bahu dan turun untuk keluar rumah di saku kanan lelaki itu tertulis 'Naruto' Chef kepala.

" Baiklah, saatnya buka toko! " Setelah mengatakan itu lelaki bernama naruto itu melangkahkan kaki menuju toko yang dikatakanya.

.

.

.

" Aniki! Miso ramen dua, dan tiga ramen udang ! " Teriak seorang anak lelaki berambut coklat dengan mengenakan pakaian pelayan di sebuah kedai. Pemuda itu dengan lihai membawakan pesanan ke meja – meja.

" Dua miso ramen dan tiga ramen udang sudah siap! Isse, cepat antar pesanannya dan berhenti mengggoda gadis!" Teriak seseorang dari dapur, mungkin inilah aniki yang dipanggil isse tadi. Sang pemuda berambut coklat itu menggurutu tak jelas tapi tetap mematuhinya. Sang chef tadi mengelengkan kepalanya akan kelakuan adiknya ini. Chef bernama naruto ini mulai kepikiran sejak kapan pemuda berambut coklat itu bisa jadi adiknya.

Ya, saat itu dia sendirian mencoba mencari alasannya didunia ini, berjalan tak tentu arah. Sampai meraka datang membawanya pulang. Dirinya tidak tahu apa alasan mereka membawanya pulang tapi saat melihat wajah itu, wajah yang mengharapkan keberadaanmu, dia tak mempermasalahkannya. Rasanya senang saat kau masih dapat diharapkan orang lain.

Betapa terkejutnya dia saat mengetahui mereka mempunyai anak kandung, rasa membebani pun mulai muncul, tapi saat dia melihat keyakinan di mata mereka, tidak ada lagi yang dapat mengubah keputusan itu. Saat itu juga dia bertemu Isse dan menjalin hubungan dengannya.

Tapi semua kebahagiaan itu harus berakhir. Dia masih mengingat hari itu seperti masih kemarin, hari itu sangat cerah, benar – benar berbanding terbalik akan suasana dirumah itu. Dirinya hanya bisa menenangkan adiknya, sebenarnya ada hal yang dapat dilakukannya. Tapi tidak dilakukanya. Sambil berkabung bersama adiknya dia mengutuk takdir atas kesenangannya membuat orang menderita.

Mencoba membalas perbuatan baik mereka, Dia pun mengangkat issei menjadi adiknya, adik dari Uzumaki Naruto. Kini mereka hidup berdua mencoba berjuang atas kejamnya hidup.

Naruto menggelengkan kepalanya untuk mengeyahkan masa lalu itu. Dia kemudian memotong sayuran dengan lihai dan cepat.

'Tak terasa sudah sepuluh tahun sejak itu, waktu terasa sangat cepat. ' Pikir Chef itu. Tapi entah mengapa ada perasaan, perasaan yang tak dapat dijelaskan. Perasaan yang melibatkan dunia ini. Tapi apapun itu dia hanya akan mengamati dan membimbing saja. Ya membimbing.

.

Skip time

.

" wah,hari ini rame juga yang datang. Biasanya Cuma tujuh sampai dua puluh orang. "Ujar issei sambil meregangkan tangannya. " Aniki pake bumbu apa ? sampe hampir lima puluh orang yang datang. " tanya issei sambil melirik kakaknya yang tengah menghitung persediaan makanan. Naruto menatap wajah isse sebentar kemudian kembali memperhatikan daftar tersebut.

" Yang penting bukan bumbu saja, tapi cara membuat dan menyajikan juga sangat diperlukan." Jawab naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari daftar tersebut. Ada yang aneh dengan daftar tersebut, bahan – bahan persediaan habis lebih cepat dari yang di kira. 'Sepertinya besok aku harus mengisi stok…'. Naruto memandang isse yang masih merenggangkan tangannya dan berkata

"Isse, aku besok akan ke Kyoto untuk mengisi stok bahan makanan. Kau tidak apa – apa kan aku tinggal ? "

"Kau kira aku anak kecil apa ? Pergilah dan jangan membawa masalah saat pulang ! " Jawab Isse sambil mendengus. Melirik kearah jam dinding isse bertanya. "Ini sudah jam malam, Apa perlu aku bantu ? " Memang benar kedai ini merupakan kedai ramen. Namun pada jam tertentu kedai ini dirubah menjadi bar dan biasanya kakaknya itu yang menjaganya sampai pagi, jadi wajar dia menawari bantuan.

"Tak perlu, kau tidur saja sana senin kau sudah mulai sekolah. Lagipula malam ini kita tak buka lama." Jawab naruto yang mulai berdiri dan beranjak untuk mengubah tanda kedai dari 'tutup' ke 'buka'. "Ngomong – ngomong kamu berhasil menggoda wanita tadi untuk masuk harem-mu ? " Tanya naruto. Issei menautkan alisnya, wajahnya berubah sangat serius.

"Aku tidak akan melakukan tindakan serendah itu. Menjadi Harem King tidak hanya dikelilingi oleh gadis – gadis cantik ber-oppai wow, tapi juga harus menaklukan hati gadis tersebut, menjaga hubungan antar gadis, dan yang paling penting adalah melindungi hubungan yang telah dibuat. Itulah arti harem king, dan karna itulah menjadi harem king merupakan impianku! " Jelas Isse semangat di akhir. Naruto mengibaskan tanganya seakan tidak peduli atas penjelasan adiknya, masih menyiapkan peralatan yang akan digunakan bar nanti naruto menjawab.

"ya, ya, ya dan aku akan menguasai dunia dengan centong keramat ini. "Ucap naruto sambil mengibaskan centong yang di dapatnya di bawah meja. Isse mendelik saat kakaknya menyepelekan impiannya.

"Lihat saja nanti. Aku pasti akan mewujudkan impianku…" Isse kemudian menatap lurus mata kakaknya. "… jika datang kesempatan untuk mewujudkan impian itu aku tak akan ragu mengambilnya. "kata isse mantap. Naruto sempat menghentikan kegiatannya melihat keyakinan yang ada di mata adiknya itu. "…. Ya sudah selamat tidur. "lanjut Isse sebelum menuju ke kamarnya.

' Tak akan ragu huh…. ' batin naruto sambil memandang isse yang pergi menuju kamarnya. ' … Semoga kau dapat memikirkan dengan matang sebelum mengambil keputusan itu. 'Batin sang kakak.

.

Skip Time

.

Malam sudah mulai larut dan pengunjung pun berangsur – angsur pergi. Kita lihat Naruto sedang membersihkan piring dan gelas sambil memikirkan kemungkinan apa yang terjadi nanti, namun kegiatannya terhenti saat dia merasakan hawa yang tidak mengenakan. Mengeringkan tangannya dia pun berjalan keluar dapur untuk menyambut 'tamu' ini.

" Apa yang aku lakukan untuk mendapat kehormatan ini … " Naruto menatap sosok tamunya langsung di mata. "…Shinigami – sama. " Tamu Naruto merupakan sosok mahkluk besar memakai setelan putih dengan memegang tasbih ditangan kirinya. Sosok itu mempunyai rambut putih panjang, mata kuning yang menusuk, dan tanduk di dahinya. "…tapi serius. Bisakah kau datang tidak dengan kabut dan hawamu yang tidak mengenakan, tempat ini menjadi seperti tempat angker karnanya. " Komplain Naruto sambil melihat sekeliling. Memang benar kedainya sekarang seperti kuburan dengan kabut dan hawa itu.

" Aku kesini menawarkan pekerjaan. " Untuk seorang dewa kematian suara yang dikeluarkan Shinigami terdengar halus dan lembut. Naruto menghela nafas.

" Aku sudah pensiun. "

" Kau tidak mempublikasikan kalau kau sudah pensiun. Secara garis besar pensiunmu tidak sah. " Bantah Shinigami kemudian dia mengeluarkan sebuah selembaran dan menaruhnya di meja. " Aku ingin kau memastikan keberadaan seseorang. Nama orang itu adalah Akame, terakhir dia terlihat di Shinto teito akademi, Tokyo. " Jelas Shinigami kemudian menatap Naruto untuk melihat raksinya. Naruto memejamkan matanya sebentar kemudian menatap Shinigami dengan senyuman kecil.

" Jika ada kemungkinan aku akan menerima pekerjaan ini, apa yang harus ku lakukan nanti,setelah menemukannya. Mungkin membunuhnya ? " Tanya Naruto dengan nada mengkhayal. Shinigami menegang saat Naruto mengatakan itu. Hal itu tidak terlewatkan oleh Naruto.

" Tidak. Kau hanya harus memastikan apakah dia orang yang sama dengan di foto ini. " Shinigami menjawab dengan tegas. " '… dan sedikit protektif. 'Batin Naruto saat mendengar jawaban dewa kematian itu.

" Ini merupakan uang mukanya." Ucap Shinigami sambil menaruh kantung diatas meja dekat foto orang itu.

" Oh, Kenapa kau begitu yakin kalau aku akan mengerjakan tugas ini ?" Tanya Naruto dengan nada sedikit menantang.

" Anggap saja itu merupakan balas budimu terhadap permintaan yang kau minta sepuluh tahun lalu. " Itulah yang didengar Naruto dari sosok dewa kematian tersebut. Kemudian Naruto berbalik dengan cepat dan menemukan hanya ada dia sendiri di bar itu. Naruto sweatdrop.

" Aku tidak diberikan pilihan rupanya… " Naruto menghela nafas dan mengambil foto yang ada di atas meja. " Nah, seperti apa rupa – mu akame sampai mencuri perhatian dewa kematian shinto ? " Senyuman Naruto berubah menjadi seringai setelah melihat foto gadis itu. Ya di foto itu adalah seorang gadis berkisar 18 tahun berambut hitam dengan ujung sedikit putih dan mempunyai mata merah menyala. Gadis itu juga mengenakan pakaian sekolah perempuan pada umumnya.

" Sepertinya aku memang harus ke Tokyo setelah aku mengisi stok." Gumam Naruto kemudian menutup pintu bar atau kedainya. "… Aku jadi penasaran wanita seperti apa yang dapat menaklukan hati beku Shinigami ?. " Tanya Naruto entah pada siapa dengan nada penasaran.

.

.

.

Bersambung

Aku baru saja mulai menulis fic, jadi aku tak mempunyai bayang – bayang bagaimana cara menulis fic. Jadi jika reader punya saran atau apapun tolong kasih tau saya.

Disini isse dan Naruto akan mengalami konfliknya masing – masing tentang dunia supernatural namun masih berhubungan satu sama lain.

Ada satu hal yang ingin kutanyakan bagi Author senior. Aku sudah membaca LN DxD tapi aku masih tak mengetahui tentang hal ini. Jadi…. Saat vali menyetuh musuhnya dia akan bisa membagi kekuatan itu dan menjadikannya miliknya. Yang jadi pertayaan adalah apa yang akan terjadi jika vali sedang bertarung dan sudah menyentuh musuhnya, musuhnya berpindah tempat ke dunia bawah atau benua lain. Apakah Vali masih bisa membagi dua kekuatannya ?

Ya itu saja terima kasih sudah mau membaca