Add a Little Sugar

HAEHYUK

.

Author: senavensta

Genre: Romance/Humor

Cast(sementara):

Lee Donghae

Lee Hyukjae

Park Jungsoo

Cho Kyuhyun

Kim Youngwoon

.

Summary: Hyukjae, seorang kritikus makanan yang percaya pada prinsip "Makanan akan mencerminkan jiwa orang yang memasaknya". Dan Donghae, ia chef baru yang ternyata masih perlu dididik.

.

Warn: BL/Boys Love, OOC, Typo(s), EYD diambang jurang, judul sama isi ga nyambung, dan masih banyak lagi(?), cerita pasaran, dll.

Ide murni milik sendiri karna kebiasaan tiap minggu nonton mas*terchef, dan entah kenapa gabisa lupa sama ceritanya film Ratatouille yang tikus itu.

.

Wanna RnR?

.

.

Add a Little Sugar

.

.

"Ya. Bisa dilihat sendiri dibelakang kami saat ini, Restaurant 79 yang baru dibuka enam bulan lalu saat ini resmi dinyataka tutup. Kami akan menunggu sang pemilik restaurant masakan Eropa ini, Choi Siwon untuk menanyakan hal-hal yang menyebabkan restaurantnya sepi."

Pemuda manis yang sejak tadi mengutak-atik samsungnya segera menatap layar LED tv dihadapan sofa yang sedang ia duduki saat ini. Ekspresi wajahnya sangat datar dan terlihat tidak berminat, tapi iris pemuda itu tidak beralih sedetikpun dari sana.

"Itu dia. Tuan Choi! Tuan Choi Siwon, bisa kau beritahu kami kenapa restaurantmu tutup?"

"Iya. Bisa beritahu kami?"

Entah sejak kapan senyuman tipis terukir pada wajah putih pucatnya. Tangan kirinya yang menganggur segera meraih remote kontrol. Niatannya untuk segera mengganti saluran tv terhenti tiba-tiba ketika sosok yang sejak tadi dipanggil oleh wartawan akhirnya muncul pada layar, lengkap dengan nama, gelar, dan juga posisinya sebagai pendiri restaurant tersebut.

"Restaurant ku sepi karena tulisan seorang kritikus nakal yang tidak punya perasaan. Ia berkomentar ini itu tentang masakan yang dihidangkan di sini. Padahal aku tak yakin kalau ia bisa masak."

Tawa pemuda manis itu akhirnya keluar. Baginya komentar Siwon sangat menggelitik perut.

"Ya! Hyukjae! Kau hobi tertawa sendiri sekarang?"

Suara itu membuat tawa pemuda manis tadi diam dan segera menoleh ke belakang. Hyukjae menatap sebal pria yang tampak lebih tua itu.

"Teukiie-hyung, seharusnya kau dengar bagaimana komentar pengusaha itu tentangku."

Teukiie –atau panggil saja Leeteuk menatap layar LED besar di sana dan melangkah untuk mendekati Hyukjae. Ia segera duduk di sofa yang kosong dan meletakkan setoples camilan yang sejak tadi ia bawa ke atas meja.

"Astaga, kau berhasil membuat restoran itu tutup?"

Leeteuk memincingkan mata kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya pelan ketika membaca judul berita yang tertera dibawah gambar Siwon.

"Aku hanya melakukan tugasku. Lagipula rasa masakannya tidak jauh berbeda dari kedai-kedai di pinggir jalan. Tidak pantas dinamai restoran."

Hyukjae segera mematikan televisi dan membawa toples camilan yang di atas meja ke atas pangkuannya. Ia mulai membukanya dan tangannya mencomot sedikit-sedikit isinya.

"Tapi aku kasihan saja. Sudah berapa banyak restoran yang gulung tikar karena ulasanmu itu?"

"Hyung, aku melakukan ini tidak sembarangan. Pengumpulkan data selama tiga bulan benar-benar membuatku sabar. Jika memang sudah dua bulan dan tetap tidak ada kemajuan, aku selalu memperingati mereka. Memberitahu dimana saja letak kekurangannya. Tapi kalu sampai pada waktu terakhir masih tidak berubah ya, maaf saja."

Pria yang tampak lebih dewasa itu hanya mengangguk pasrah atas penjelasan panjang Hyukjae. Leeteuk memang tidak habis pikir kenapa Hyukjae bisa bergabung dalam pekerjaan mengkritik makanan seperti sekarang. Bayangkan saja, seorang kritikus makanan selalu dituntut agar menulis apapun secara jujur, tulus, dan apa adanya. Jadi kalau memang buruk, siap-siap saja restoranmu akan dijauhi oleh para pelanggan.

Hyukjae saat itu sempat mendapat undangan dari berbagai restoran untuk menjadi chef, tapi pemuda berusia tiga puluh tahun itu menolak semuanya secara cuma-cuma. Leeteuk sempat heran dengan jalan pikiran Hyukjae, kenapa mengambil jurusan tata boga kalau tidak mau jadi chef. Tapi yah, akhirnya terungkap juga kan.

Biar bertampang manis seperti ini, Hyukjae punya kata-kata yang pedas kalau disuruh mengkritik makanan. Aroma saja jadi perhitungan, apalagi rasa. Kurang garam setitik pun pasti Hyukjae komentari, mungkin lidahnya terlalu peka terhadap makanan.

.

Add a Little Sugar

.

"Bersulang yohooo!"

Ting!

Ting!

Ting!

Suara gelas kaca yang saling bertemu memenuhi ruangan, tidak lupa dengan beberapa suara canda dan tawa yang juga ikut meramaikan suasana di sini. Orang-orang berpakaian formal itu nampak sedang berbahagia, begitu juga dengan pria tampan yang hanya diam sejak tadi. Ia tidak ikut minum wine seperti teman-temannya tapi tetap ikut tersenyum lebar.

"Hey, Donghae! Kau tidak ikut minum?" tanya pria tampan berkulit putih pucat mendekati pria itu. Ia segera menyodorkan gelas kosong dan botol wine ke arah Donghae.

"Ah ani, aku kurang suka minum." Donghae menggelengkan pelan kepala dan juga mengibaskan pelan tangannya, menolak halus tawaran temannya itu.

"Aneh. Mana ada seorang chef tidak suka minum," ucap pria itu sambil terkekeh. Ia segera menarik satu kursi dan duduk di sebelah Donghae.

"Aku mudah mabuk, Kyu."

Donghae memutar bola matanya malas melihat tingkah Kyuhyun. Ah iya, Donghae memang seorang chef di sini. Tapi itu bukan hambatan untuk memiliki sahabat seorang pelayan seperti Kyuhyun kan?

"Dasar bocah, hitung-hitung kita ikut merayakan restoran tetangga yang baru saja bangkrut," sahut seseorang lainnya. Pria yang tubuhnya sedikit lebih pendek dan berisi dari Kyuhyun, pria itu ikut duduk melingkari meja Donghae sekarang.

"Restoran tetangga mana?"

Pria yang baru saja bergabung tadi menepuk keras jidatnya sendiri. Bagaimana sih Donghae ini, sudah seperti pendatang baru saja.

"Milik Choi Siwon itu loh. Ku dengar dia tidak laku karena ulah seorang kritikus, ahaha. Masa bodo dengan kritikus, kami memilikimu. Benar kan Kyu?"

Kyuhyun segera mengangguk dan mengarahkan pandangannya pada Donghae.

"Nasib restoran benar-benar berada di tanganmu, Donghae-ah."

Wajah Donghae terlihat sedikit menegang sekarang. Nasib restoran berada ditangannya? Astaga itu benar-benar perkataan yang sangat membuatnya keberatan. Kalau ada apa-apa dengan restoran berarti salahnya bukan?

Dan kalau boleh jujur. Donghae punya satu kelemahan. Ia paling tidak bisa menghidangkan makanan manis, entah kenapa. Belajar sampai ototnya kempes juga tetap selalu ada saja yang kurang. Dan parahnya, teman-teman kerja Donghae tidak ada yang tau tentang itu. Lalu sekarang bagaimana kalau kritikus makanan itu datang, dan tau keburukan Donghae? Tolong Tuhan, jangan biarkan hal itu terjadi!

"Hey, Donghae! Tsk, kau ini memikirkan apa sih?"

"Ah tidak ada. K-ku rasa ada barang yang tertinggal di apartemen, aku permisi."

Kyuhyun dan temannya menatap Donghae dengan tatapan tidak percaya, belum sempat mereka membalas pria tampan itu sudah main pergi saja dari sini.

"Kangin-hyung, kau merasa ada yang aneh dengannya?"

Yang dipanggil Kangin mengangkat singkat kedua bahunya.

"Biarkan saja."

.

Add a Little Sugar

.

Leeteuk meletakkam dua mangkuk bibimbap di atas meja, membuyarkan konsentrasi Hyukjae yang sejak tadi sibuk meng-scroll beranda Instagram miliknya. Pemuda manis itu segera meletakkan ponselnya di atas meja dan memandang ke arah Leeteuk yang dengan semangatnya mengaduk rata isi mangkuknya.

"Hyung, akhir-akhir ini orang-orang sibuk mengupload foto tiket bioskop," adu Hyukjae kemudian mengambil sendoknya dan mulai mengaduk isi mangkuknya sama seperti yang Leeteuk lakukan.

"Ah, pasti film dinosaurus itu kan? Hyung juga lumayan tertarik, ingin nonton tapi astaga. Masih harus mengantri untuk dapat tiketnya."

"Ah iya betul," balas Hyukjae cepat. Matanya sekarang memandang lekat makanan di hadapannya, hal seperti ini memang sudah jadi kebiasaan.

Matanya yang sipit tiba-tiba membulat lucu, ia segera mendongak dan menahan Leeteuk yang hampir memasukkan sesendok bibimbap pada mulutnya.

"Hyung, ada rambut di makanan ini. Kau jangan makan."

Leeteuk yang sudah meletakkan sendoknya segera memutar bola matanya malas, terkadang hal sepele seperti ini membuatnya terganggu.

"Sudahlah Hyukjae, buang saja rambutnya dan makan. Apa masalahnya sih," gerutu Leeteuk malas.

"Ish hyung! Ayo cari tempat makan lain, tidak usah bayar. Makanan jorok seperti ini tidak pantas dibayar."

Setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, Hyukjae segera berdiri dan menarik sedikit paksa lengan Leeteuk. Tak sadar tingkahnya mengundang perhatian dari pelayan kedai tersebut.

"Maaf tuan, anda belum bayar."

Hyukjae menoleh untuk menatap pelayan itu, pandangan matanya tajam. Pelayan itu justru balik menatap matanya tajam. Leeteuk hanya bisa diam merasa aura hitam keluar dari kedua orang ini.

"Makanan dengan rambut seperti itu tidak pantas dibayar," ucap Hyukjae datar. Pelayan itu tersenyum tipis dan terlihat meremehkan.

"Kalau tidak punya uang tidak usah kemari," balas pelayan itu dengan nada yang sedikit tinggi. Hyukjae melepas genggamannya pada tangan Leeteuk dan menghadap pelayan itu dengan sempurna, ia melihat pelayan itu dengan tatapan tidak suka.

"Yang benar saja, aku bahkan sanggup membeli kedai ini."

'Mati saja aku ini,' batin Leeteuk memukul pelan kepalanya sendiri. Hyukjae benar-benar tidak mau kalah kalau seperti ini, ya bagaimana mau kalah. Barang bukti sudah jelas, ada rambut di pesanan Hyukjae.

"Buktik-"

"Maaf, biar aku saja yang bayar pesanannya," pria tampan dengan topi jeans melerai Hyukjae dan pelayan itu.

"Cih! Kalau kau membayarnya, berarti kau mau orang-orang di sini mati keracunan."

Ucapan Hyukjae benar-benar nyata dan terdengar tidak main-main. Orang-orang di sana termasuk Leeteuk menatap Hyukjae dengan pandangan astaga-mulutnya-benar-benar-berbisa.

"Maaf, ada keributan apa ini?" sahut sosok wanita cantik dengan kemeja dan celana panjangnya datang begitu saja.

"Kau pemilik kedai ini?" tanya Hyukjae cepat. Wanita itu segera mengangguk.

"Tolong suruh juru masak untuk memakai pelindung kepala ketika kerja. Ada rambut di makananku dan aku tidak suka itu."

Pria tampan tadi menganga lebar, tak menyangka pemuda manis ini berani berkomentar terus terang seperti itu. Karena rata-rata orang tidak pernah mempermasalahkan hal sepele seperti ini.

"Saya minta maaf. Tidak akan terulang lagi."

.

Add a Little Sugar

.

"Ini untukmu Donghae," ucap Leeteuk sambil meletakkan sepiring kentang goreng di atas meja.

Ah, pria tampan yang sempat sok mau jadi pahlawan tadi adalah Donghae. Leeteuk yang kurang enak hati menawarkan Donghae untuk mampir ke apartemennya dan Hyukjae tinggal. Jadi di sinilah mereka sekarang, duduk santai di sofa ruang tengah yang melingkari meja kaca ditengahnya.

"Gomawo, sebenarnya aku hanya mampir sebentar ke sini."

Tentu saja hanya sebentar. Donghae baru bertemu dengan Leeteuk dan Hyukjae beberapa menit yang lalu jadi tidak mungkin ia sanggup lama-lama di sini, pasti sangat canggung.

"Sudahlah, ayo ceritakan dirimu."

Leeteuk mulai menyambar kentang goreng di atas piring sambil tetap memandang Donghae.

"Apa yang harus aku ceritakan?" tanya Donghae sambi terkekeh pelan, kalau boleh jujur ia rasa hidupnya datar-datar saja. Sama sekali tidak ada tantangannya. Alurnya juga begitu-begitu saja.

"Nama lengkap, umur, pekerjaan, status," sahut Hyukjae yang sejak tadi hanya diam. Ia memandang malas Donghae, pria tampan itu terlalu menjaga sikapnya –menurut Hyukjae.

"Oh. Baiklah. Namaku Lee Donghae. Umurku tiga puluh tahun besok Oktober, dan asalku dari Mokpo. Statusku lajang. Aku jadi seorang chef di salah satu restoran sederhana."

Leeteuk segera membulatkan matanya dan menunjukkan ekspresi anehnya begitu mendengar pekerjaan Donghae. Berbeda dengan Leeteuk, Hyukjae justru menajamkan pandangannya pada Donghae.

Oh tidak! Jangan sampai Hyukjae ikut campur masalah pekerjaan Donghae. Jangan!

"Baiklah waktunya kau pulang," ucap Leeteuk sambil berdiri dan menarik lengan Donghae. Pria tampan itu menatap Leeteuk, dahinya berkerut dan satu alisnya terangkat. Aneh sekali tingkah Leeteuk.

"Hey, hyung! Biarkan kita mengobrol dulu, tadi kau yang memaksanya untuk mampir kan?"

Langkah Leeteuk berhenti. Sementara Donghae mengangguk setuju dengan perkataan tiba-tiba yang keluar dari mulut Hyukjae, orang cuek sepertinya bisa peduli juga ya?

"A-aku hanya, it-itu akuu-"

Hyukjae berdiri, ia segera melangkah mendekati Donghae dan juga Leeteuk, tiba-tiba saja mukanya yang sejak tadi datar tanpa ekspresi kini menunjukkan senyum yang sedikit lebar.

"Bisakah aku tau dimana restoranmu itu? Aku jadi penasaran seperti apa masakanmu."

'Jangan Donghae! Bisa tamat riwayatmu! Donghae astaga jangan beritau padanyaa!' jerit Leeteuk dalam hati sambil melihat Donghae yang sibuk mengecek isi dompetnya sendiri.

Baiklah. Kalau terjadi sesuatu dengan restoran tempatmu bekerja, Leeteuk benar-benar tidak ada hubungannya dengan semua itu, Donghae-ah.

.

.

TBC/END

.

.


Akhirnya kepikiran bikin ff yang manusiawi(?)
Entah kenapa ide ini tiba-tiba muncul.
Daripada kepikiran terus dan gabisa tidur, yaudah post aja(?)
*akun: jadi kau anggap apa aku ini hah?!(?)*

Okkay, kritik dan saran silahkan tulis semua di kotak ripiu..
Pasti dilanjut kalau ada yang minat hihihi~~
Ppaaii~! *menghilang bareng makHyuk*