Di hari Senin ini, Baekhyun nampak begitu gelisah. Sedari tadi, laki-laki mungil itu tak bisa berhenti mondar-mandir di depan gerbang sekolahnya. Meski beberapa pasang mata (dari siswa-siswi yang melewatinya) menatapnya aneh sampai membuatnya sedikit risih, namun tidak separah jantungnya yang tak bisa tenang. Terkait dengan kegelisahan seorang Byun Baekhyun, itu semua berakar pada keinginannya sendiri. Padahal otaknya telah memerintahkannya untuk segera masuk ke kelas tanpa harus menunggu teman-temannya, tapi entah kenapa ia tak bisa. Itu sebabnya ia berakhir dengan mondar-mondar di depan gerbang SM High School.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Kyungsoo –yang entah sejak kapan berada di hadapan Baekhyun– bertanya pada laki-laki bermata sipit itu, alisnya bertautan sempurna. Sehun –yang berdiri di samping Kyungsoo– ikut menautkan alisnya seperti laki-laki bermata belok itu.

"Oh, astaga. Kalian sudah datang rupanya. Ayo, kita ke kelas!" seru Baekhyun, berintonasikan kelegaan.

"Hey, tunggu dulu. Kita tidak akan menunggu Chanyeol?" tanya Kyungsoo, yang sialnya membuat jantung Baekhyun panik.

"S–sebentar lagi bel berbunyi, mungkin Chanyeol terlambat. Lebih baik kita masuk ke kelas duluan saja." Baekhyun berkilah, tapi sayangnya menghasilkan kecurigaan di mata Sehun. Pikirnya, tidak biasanya Baekhyun bersikap seperti ini.

"Ah, itu Chanyeol!" seru Kyungsoo tiba-tiba, nyaris membuat jantung Baekhyun copot dari tempatnya. Laki-laki bermata belok itu melambaikan tangannya ke arah Chanyeol, melewatkan perubahan drastis air muka Baekhyun. "Selamat pagi, Yeol. Kau datang tepat pada waktunya."

"Begitukah?"

Sial.

Bagaimana mungkin suara bass Chanyeol mampu membuat Baekhyun merinding seketika? Si jangkung itu bahkan hanya mengatakan satu kata. Tak hanya itu, suara itu juga berefek ke warna pipi Baekhyun sampai itu merona lucu. Sebisa mungkin laki-laki bermata sipit itu tak menatap Chanyeol―alih-alih menyembunyikan rona pipinya juga, tapi sialnya (tanpa diketahui Baekhyun) Sehun terlanjur melihatnya.

"A–aku duluan ya! Aku ingin ke toilet! Bye!" Baekhyun tanpa pikir panjang langsung meninggalkan teman-temannya. Sementara Kyungsoo dibingungkan dengan sikap aneh Baekhyun, Chanyeol dan Sehun justru terdiam―paham akan situasi. Tanpa diketahui siapapun, Sehun menaruh curiga pada Chanyeol dan Baekhyun. Tak mungkin tak ada yang terjadi di antara mereka berdua –pikir Sehun. Dan begitu Kyungsoo berjalan menyusul Baekhyun, Sehun melirik Chanyeol dengan pandangan curiga.

"Apa yang terjadi setelah aku pulang kemarin?"

Chanyeol mendelik ke arah Sehun. Wajahnya memerah, perpaduan antara malu karena teringat kejadian kemarin dan kesal karena sebenarnya akar dari semua ini adalah Sehun.

.

.

.

###

LISTEN

Chapter 11 (end) – The Strange Feeling

by Pupuputri

Main Casts : Byun Baekhyun & Park Chanyeol

Support Casts : Oh Sehun, Do Kyungsoo

Genre : Romance, Hurt/Comfort, School Life

Rate : T

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

Note: Jadi, inilah endingnya. Saya hanya berharap kalian menyukainya karena chapter terakhir ini full dengan ChanBaek moment (no mewek-mewek seperti chapter sebelum-sebelumnya). Lalu jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya. Lastly, enjoy~

###

.

.

.

Baekhyun benar-benar tidak sedang bercanda. Ia amat-sangat ingin menjerit sekarang, tapi ia urungkan keinginannya karena itu akan mengundang perhatian para siswa lain yang juga berada di toilet. Well, bagaimana tidak? Selain jantungnya tak mau tenang, pipinya juga tak mau berhenti merona. Sialnya, itu karena tayangan kejadian kemarin yang tak mau berhenti berputar di otaknya. Itu terputar secara otomatis, seolah telah diprogram. Dan secara otomatis pula, laki-laki mungil itu tak bisa keluar dari bilik toilet. Hell, ia tak mau ditanyai macam-macam oleh orang-orang yang ditemuinya hanya karena wajahnya bersemu.

"Aish, tenang dirimu, Byun Baekhyun! Kenapa kau bertingkah seperti perempuan begini, hah?" rutuknya seraya menepuk-nepuk pipinya, namun–

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

"AAAAAAAAARRGHHH! AKU BISA GILAAAAA!" Baekhyun berteriak histeris tiba-tiba, membuat beberapa siswa di toilet terkejut dan langsung menoleh ke arah bilik yang dimasuki Baekhyun―bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada sosok bersuara cempreng itu. Well, seandainya mereka tahu bahwa keadaan Baekhyun di dalam sana jauh lebih kacau dari pemikiran mereka. Lihat saja rambut laki-laki mungil itu―berantakan tak karuan, benar-benar terlihat seperti orang depresi.

Jika kalian bertanya apa yang sebenarnya terjadi kemarin, jawabannya adalah kejadian setelah bibir Baekhyun dan Chanyeol menempel. Setelah beberapa detik mereka habiskan dengan melotot (karena terlalu terkejut), itu kemudian berganti menjadi tatapan intens. Well, tatapan intens itu sebenarnya hanya berasal dari Chanyeol. Laki-laki jangkung itu tiba-tiba saja menutup matanya, lalu menggerakkan bibirnya secara perlahan di atas permukaan bibir Baekhyun, mengecupnya teramat lembut. Baekhyun benar-benar terkejut waktu itu, bahkan sampai membuatnya tak berkutik. Bibir Chanyeol terus bergerak melumat bibir Baekhyun, membasahi setiap sudutnya. Namun yang bisa dilakukan Baekhyun hanyalah terbelalak seperti orang bodoh, ia sama sekali tak menolak ataupun membalas ciuman tersebut. Entahlah, ia tak bisa berpikir jernih di saat otaknya mendadak blank. Beberapa detik pasca Chanyeol menciumnya, laki-laki tinggi itupun melepaskan tautan itu. Dan tibalah Baekhyun pada kondisi dimana pipinya merona hebat. Parahnya, kini itu terjadi setiap kali Chanyeol ada di dekatnya―seperti tadi di depan gerbang. Lalu masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya ia bisa bersikap biasa pada Chanyeol? Tanpa kegugupan, rona di pipi, ataupun debaran yang bertalu-talu? Demi apapun di dunia ini, Baekhyun belum siap untuk menatap mata Chanyeol lagi di saat ia masih bisa merasakan bibir Chanyeol menari di permukaan bibirnya.

"Aish.." Baekhyun menunduk lesu.

.

.

Baekhyun menelan ludahnya gugup saat ia berada di ambang pintu kelasnya―atau lebih tepatnya di balik pintu kelasnya karena ia sedang bersembunyi. Mata sipitnya menatap lurus ke dalam kelas, tepatnya pada sosok Chanyeol yang tengah duduk di bangkunya sendiri. Laki-laki jangkung itu sedang mengobrol dengan Jongin yang duduk di depannya. Mata Baekhyun kemudian beralih pada Sehun yang sibuk membaca buku. Laki-laki mungil itu memutuskan untuk menghampiri Sehun selagi Chanyeol sibuk dengan Jongin.

"Sehun-ah." panggilnya.

"Ada apa, Baek?" tanya Sehun seraya menutup bukunya.

Baekhyun menelan ludahnya kasar seraya melirik sekilas ke arah bangku Chanyeol, memastikan laki-laki jangkung itu masih belum menyadari kehadirannya. Sehun mengerutkan dahinya karena sikap Baekhyun yang aneh itu, namun tak sempat melirik siapa yang diresahkan laki-laki mungil itu. Tak lama kemudian, Baekhyun mengeluarkan suaranya lagi.

"Um..bisakah kita tukaran bangku dulu?" pintanya lirih.

"Memangnya kenapa?"

"Uh.." Mata Baekhyun bergerak gelisah, dan itu membuat Sehun curiga padanya. "A–aku ada urusan dengan Jongdae." Pada akhirnya, Baekhyun menggunakan Jongdae –yang duduk di depan Sehun– sebagai alasan.

"Urusan apa?" Sehun sungguh tak bermaksud ingin tahu, ia hanya sedang mengecek sesuatu dari gelagat aneh Baekhyun. Laki-laki mungil itu benar-benar mencurigakan semenjak di gerbang sekolah tadi, terutama saat Chanyeol ada di sekitar mereka. Dan benar saja. Baekhyun terlihat salah tingkah hanya karena pertanyaan sederhana Sehun, belum termasuk matanya yang sibuk melirik ke arah Chanyeol. Hell, Sehun tak bodoh untuk mengetahui alasan di balik gelagat aneh Baekhyun.

"P–pokoknya sesuatu, jadi bisakah kita tukaran bangku dulu? Ini mendesak." Baekhyun bersikukuh, tanpa sadar pipinya bersemu. Sehun yang melihatnya berusaha untuk tidak tertawa. Well, kasihan juga melihat sahabat mungilnya memohon seperti ini.

"Arasseo." Sehun mengalah. Ia mengambil tas dan bukunya, bersiap untuk pindah ke bangku di samping Chanyeol. "Tapi hanya hari ini saja ya?"

"Iya, hari ini saja. Terima kasih, Sehun-ah~" Baekhyun nampak senang. Namun tanpa diketahuinya, Chanyeol ternyata tengah memerhatikannya dengan ekspresi tak terbaca. Entah apa yang dipikirkan laki-laki bermarga Park itu.

.

.

Bel istirahat baru saja berbunyi. Ketika para guru keluar dari setiap kelas, helaan napas dari beberapa siswa terdengar. Merekapun segera membereskan buku-buku mereka, bersiap untuk menghilangkan penat dengan makan siang di kantin atau sekedar berkumpul bersama teman-teman di tempat mereka biasa berkumpul. Baekhyun juga berniat untuk membeli makan siang di kantin setelah ia membereskan buku-bukunya, tapi nyatanya ia harus menundanya karena kehadiran laki-laki bertelinga lebar di depannya.

"Baek?" Suara bass Chanyeol berhasil mengagetkan Baekhyun. Perlahan, laki-laki mungil itu mendongak untuk menatap Chanyeol, jantungnya berdegup cukup keras. "Aku ingin bicara berdua."

Baekhyun menelan ludahnya kasar.

BERDUA.

Tak adakah kata yang keluar dari mulut Chanyeol yang bisa membuat jantungnya tenang untuk sehari ini saja? Rasanya jantungnya lelah karena bekerja terlalu keras.

"B–bicara disini saja." ujar Baekhyun seraya mengalihkan perhatiannya dari mata Chanyeol.

"Kau ingin kita menjadi pusat perhatian hanya karena aku akan membicarakan hal kemarin?"

Mata Baekhyun sontak membola. Dengan gerakan cepat―sebelum teman-teman sekelasnya memerhatikan mereka, Baekhyun langsung menarik tangan Chanyeol menuju atap sekolah. Sehun yang masih duduk di bangku Baekhyun, diam-diam tersenyum penuh makna.

.

.

"K–kau bisa bicara sekarang." cicit Baekhyun tanpa menatap mata lawan bicaranya. Mereka berdua sedang berada di atap sekolah.

"Baiklah." Chanyeol menggaruk rambut belakangnya yang tak gatal seraya berpikir. "Um..soal kemarin, aku minta maaf. Apa yang dikatakan Sehun bahwa aku adalah seorang gay itu memang benar."

Jeda sejenak.

"Aku..tak bermaksud berbohong padamu, hanya saja..," Chanyeol menghela napas sejenak, "..mengatakannya tak semudah kelihatannya. Karena itu, maaf telah menyembunyikannya darimu."

Baekhyun sungguh tak tahu harus merespon bagaimana. Sebagian dari dirinya kesal karena ternyata Chanyeol menyembunyikan hal penting darinya, tapi di saat bersamaan, ia juga tak bisa marah padanya. Lagipula, laki-laki tinggi itu memang tak bermaksud membohonginya.

"Padahal kau tak perlu menyembunyikannya, toh aku tidak akan marah. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku berteman dengan siapapun tanpa memedulikan hal seperti itu?"

Well, itu memang benar. Ini membuat Chanyeol semakin tidak enak.

"Maaf.." Laki-laki jangkung itu menelan ludahnya gugup, matanya melirik sekilas pada laki-laki mungil di hadapannya sebelum akhirnya memantapkan diri untuk bicara kembali. "Dan..mengenai ciuman kemarin, aku juga minta maaf.."

Entah mengapa, Baekhyun jadi gugup dibuatnya ketika topik ini akhirnya keluar. Pipinya mendadak merona, dan matanya semakin tak sanggup menatap mata Chanyeol. Yang mampu dilakukannya hanyalah memainkan jemarinya. Ia salah tingkah.

"Anggap saja kejadian itu tak pernah terjadi."

Detik itupun, Baekhyun terkejut. Ia refleks menatap Chanyeol.

"Mungkin..aku hanya terbawa perasaan waktu itu. Kau tak perlu memikirkannya ataupun merasa terbebani karenanya, akupun akan melupakannya. Karena itu, kuharap kita masih bisa berteman."

Baekhyun tak tahu kenapa tiba-tiba tenggorokannya terasa begitu kering. Ia tak tahu harus berkata apa, bahkan tak satupun dari ucapan Chanyeol terdengar masuk akal baginya. Melupakannya? Maksudnya, bagaimana ia bisa melupakannya di saat kejadian itu telah terekam dengan jelas di otaknya? Rasa kesal juga dongkol mulai meraba hati Baekhyun, membuat tangannya mengepal sempurna. Tapi sialnya, ia tak tahu harus mengungkapkannya dengan cara apa.

"Tentu." Pada akhirnya, itulah yang keluar dari bibir tipis Baekhyun. "Kita lupakan saja ciuman kemarin. Lagipula, itu juga terjadi karena kecelakaan, bukan?"

Chanyeol merasa ada yang aneh dari tatapan Baekhyun. Sepasang mata coklat itu seolah mengatakan hal yang berbanding terbalik dengan kata-kata yang terlontar dari bibir tipis itu. Tak hanya itu, bahkan senyum tipis yang Baekhyun kembangkan, terasa ganjal di mata Chanyeol.

"Kita tetap berteman kok." Baekhyun mengakhiri ucapannya.

Tapi tentu saja, itu hanya perasaan Chanyeol. Laki-laki jangkung memutuskan untuk tak memikirkannya lebih lanjut, dan sebagai gantinya, ia melempar senyum pada yang lebih pendek (meski sedikit terkesan terpaksa). "Terima kasih, Baek."

Masalah selesai.

Tapi tak tahu kenapa, keduanya merasa lebih canggung dari sebelumnya. Dalam hati, keduanya sama-sama berpikir, apakah ini adalah hal yang tepat untuk dilakukan? Melupakan semuanya? Baik Chanyeol maupun Baekhyun, sama-sama tak yakin akan hal ini.

###

Kyungsoo menatap Chanyeol dan Baekhyun bergantian, alisnya bertautan sempurna. Ini sudah berlangsung tiga hari dan Kyungsoo sudah berusaha untuk mengabaikannya, namun kali ini rasanya sudah kelewat aneh. Sikap Chanyeol dan Baekhyun sangat aneh. Mereka tak lagi suka perang mulut ataupun ngobrol biasa seperti dulu. Well, mereka berempat (Kyungsoo, Sehun, Chanyeol, dan Baekhyun) memang masih suka berkumpul dan bercanda seperti biasa, tapi atmosfernya terasa berbeda jika Baekhyun dan Chanyeol ditinggalkan saja berdua. Mereka bertingkah seperti orang baru yang tak kenal satu sama lain, rasanya begitu canggung.

"Mereka kenapa sih?" tanya Kyungsoo –yang sudah kelewat penasaran– pada Sehun.

Sehun melirik sekilas Chanyeol dan Baekhyun yang duduk bersebelahan tanpa sepatah katapun, malah asyik dengan makanan dan ponsel masing-masing. Laki-laki albino itu mendengus, kemudian kembali menyantap menu makan siangnya. Well, itu bukan pemandangan aneh baginya, ia sering melihatnya di kelas.

"Tidak tahu." sahut Sehun singkat, malas menanggapi kebodohan dua sahabatnya. Sebagai informasi, Sehun pernah mencoba mengakrabkan mereka kembali, tapi selalu gagal. Chanyeol selalu beralasan bahwa Sehun bersikap berlebihan ketika mengatakan bahwa Chanyeol menghindari Baekhyun. Baekhyun-pun sama, laki-laki mungil itu mengatakan bahwa hubungannya dengan Chanyeol baik-baik saja, tapi yang ditangkap mata Sehun justru kecanggungan. Laki-laki albino itu sudah tak tahu lagi harus bagaimana, ini bahkan terasa lebih sulit dibandingkan membujuk keponakannya makan sayur.

"Yak, kalian kenapa? Bertengkar?" Kyungsoo akhirnya memutuskan untuk bertanya langsung pada ChanBaek.

"Tidak." jawab ChanBaek bersamaan.

Tautan alis Kyungsoo semakin dalam. "Lalu? Ada apa dengan acara-diam-diaman-kalian? Bibir kalian sariawan?"

Sehun mendengus. "Ya, kalau ciuman memang menyebabkan sariawan."

"OH SEHUN!" ChanBaek membentak Sehun bersamaan. Keduanya saling lirik (karena ucapan kompak mereka untuk yang kedua kalinya) sebelum akhirnya malu sendiri. Kyungsoo jadi curiga melihat dua laki-laki yang sering adu mulut itu kini merona. Pikirnya, apakah ini ada hubungannya dengan ucapan Sehun barusan?

"Kalian ciuman?"

Tak ada jawaban. Baik Chanyeol maupun Baekhyun, mereka menatap ke arah lain, menolak untuk memberikan jawaban yang diinginkan Kyungsoo. Tapi mereka salah jika Kyungsoo akan berhenti bertanya sampai disitu.

"Kalian pacaran?"

"Tidak." jawab ChanBaek lirih setelah beberapa jeda.

Alis Kyungsoo naik sebelah. "Lalu?"

Chanyeol menghela napas panjang. "Tidak ada apa-apa. Ciuman itu hanya kecelakaan."

Hening.

Kyungsoo melirik Baekhyun yang tak bereaksi, laki-laki bermata sipit itu hanya menundukkan kepalanya sehingga Kyungsoo tak yakin ekspresi apa yang ditunjukkannya sekarang. Namun yang pasti, atmosfer di antara mereka jadi canggung―lebih canggung dari sebelumnya. Kyungsoo bahkan tak berani untuk berkomentar lebih lanjut, hanya mengucapkan 'oh' dengan lirih. Sementara Sehun yang sudah menduga hal ini akan terjadi, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku ke toilet sebentar." Baekhyun tiba-tiba memecahkan keheningan, kemudian berlalu dari kantin tanpa menunggu respon dari teman-temannya. Begitu siluet laki-laki bermata sipit itu menjauh, Sehun dengan cepat menendang lutut Chanyeol teramat keras.

"AUUW!" Chanyeol mengerang keras, membuat setengah penghuni kantin menatapnya aneh. Laki-laki jangkung menatap sengit si pelaku yang duduk di hadapannya. "Apa masalahmu, Oh Sehun?!"

"Aku seharusnya yang bertanya begitu, bodoh. Dimana otakmu saat ini, hah?"

"Apa?"

Sehun memutar bola matanya malas. "Sampai kapan kau akan bersikap begini, hah? Kupikir kau serius menyukai Baekhyun?"

"Itu bukan urusanmu." Chanyeol membalas dingin. Dan Sehun semakin jengah terhadap sikap sahabatnya ini.

"Aku mungkin bukan sainganmu saat ini, tapi siapa yang tahu jika ternyata ada yang menyukai Baekhyun juga? Kau akan menyerah?"

"Tak masalah bagiku."

"Bagaimana jika yang menyukainya juga seorang laki-laki? Kau tetap akan menyerah?" Chanyeol sontak menghentikan pergerakan tangannya yang hendak minum sodanya, bergantikan dengan kebungkaman. Sehun menghela napas panjang melihatnya. "Kau ini idiot atau apa sih? Tak peduli Baekhyun itu straight atau tidak, yang pasti kau harus menyatakan perasaanmu padanya. Setidaknya dengan begitu, kau akan mendapatkan kepastian. Tak hanya Kyungsoo dan aku, Baekhyun juga pasti tidak nyaman dengan kecanggungan di antara kalian."

Chanyeol mendengus. "Memangnya dengan menyatakan perasaanku, semuanya akan baik-baik saja? Dilihat langsungpun aku tahu apa jawaban Baekhyun. Menyatakan perasaanku hanya akan memperkeruh semuanya."

"Dan kau puas hanya dengan seperti ini?"

"Berteman dengannya sudah cukup bagiku."

"Buka matamu, bodoh! Mana ada teman yang saling mendiami seperti kalian?! Sadarlah, kau sudah tak lagi menatap Baekhyun sebagai teman ataupun sahabat!" Sehun akhirnya menyemprot Chanyeol habis-habisan, menghasilkan keheningan dengan atmosfer aneh karena semua pasang mata di kantin kini memerhatikan adu mulut Chanyeol dan Sehun.

"Jika kau memang serius mengenai perasaanmu, kukatakan untuk segera mengambil keputusan secepatnya." Kemudian Sehun bangkit dari duduknya. Suasana kantin sudah kembali sibuk dengan kegiatan semula saat Sehun pergi meninggalkan Kyungsoo dan Chanyeol disana.

Hening.

Kyungsoo yang sedari tadi hanya memerhatikan, kini menghela napas panjang. Ia sudah paham akar permasalahan antara Chanyeol dan Baekhyun sekarang. Dan melihat Chanyeol yang terdiam seperti ini, Kyungsoo pikir ucapan Sehun memang benar. Chanyeol memang tak lagi menatap Baekhyun sebagai teman, ia memiliki perasaan khusus terhadap Baekhyun.

"Kupikir Sehun ada benarnya, Chanyeol-ah." ucap Kyungsoo, membuat Chanyeol menatapnya. "Tak ada orang yang merasa cukup hanya dengan berteman jika ia memiliki perasaan khusus pada orang tersebut. Kaupun begitu, bukan?"

Chanyeol mengusap kasar wajahnya. "Kau tidak mengerti, Kyungsoo-ya. Aku tak mau merusak persahabatan ini hanya karena aku menyukai Baekhyun. Kau sendiri tahu bahwa Baekhyun itu seorang straight."

"Well, itu memang benar. Tapi..," Kyungsoo tersenyum, "Kau harus ambil resiko untuk menang, bukan?"

Chanyeol termenung. Sesuatu memukulnya begitu telak tepat di ulu hatinya, memikirkan bahwa yang dikatakan Kyungsoo dan Sehun memang benar. Ia bersikap seperti pengecut selama ini. Padahal ia belum pernah mencoba mengutarakan perasaannya pada Baekhyun, tapi ia justru sudah menyerah duluan. Ia sungguh bodoh.

"Terima kasih, Kyung." Chanyeol bangkit dari duduknya, tersenyum lebar pada laki-laki bermata belok itu. "Aku akan menemui Baekhyun sekarang."

Kyungsoo balas tersenyum. "Itu baru semangat!"

"Oh ya, ngomong-ngomong, Jongin menitipkan salam untukmu."

Kyungsoo mengerutkan dahinya bingung. "Jongin?"

"Ya, teman sekelasku―Kim Jongin. Dia titip salam untukmu. Sudah ya, aku pergi!"

Seperginya Chanyeol dari sana, Kyungsoo mengerjapkan matanya. Ia terlihat semakin bingung.

"Kim Jongin? Bukankah itu nama laki-laki?" gumamnya, tak menyadari orang yang ia pikirkan (Jongin) sedang tersenyum penuh makna tak jauh dari tempatnya saat ini.

.

.

Untuk yang kelima kalinya Baekhyun membasuh wajahnya dengan air dari keran wastafel, lalu kembali menatap pantulan dirinya di cermin toilet. Ia termenung. Laki-laki bermata sipit itu sebenarnya tak tahu apa yang tengah ia pikirkan di toilet siswa, tapi yang pasti keluar dari sana bukanlah prioritas utamanya saat ini. Bahkan saat berada sendirian disana, ditambah dengan rumor horor yang beredar mengenai toilet siswa, Baekhyun tetap enggan beranjak dari tempatnya. Entahlah, mungkin karena jika ia keluar dari sana sekarang, ia harus bertemu Chanyeol lagi dan –jujur– ia masih belum siap.

"Ah, sial." Baekhyun meremas dadanya, itu bergejolak aneh lagi. Hal seperti itu sering terjadi ketika ia teringat Chanyeol, dan hubungan canggungnya dengan Chanyeol justru membuatnya bertambah pusing. Padahal ia selalu mengatakan pada Sehun bahwa hubungannya dengan Chanyeol baik-baik saja, tapi sebenarnya tidak. Baekhyun tidak terlalu bodoh untuk menyadari kecanggungan di antara dirinya dengan Chanyeol. Dan ini mulai membuatnya jengah―sungguh. Ini sudah beberapa hari semenjak mereka memutuskan untuk melupakan kejadian di kamar Chanyeol dan tetap berteman, tapi entah kenapa ini tidak membuat Baekhyun lebih baik. Akhir-akhir ini, laki-laki bermata sipit itu sering uring-uringan. Ia mengumpat Chanyeol saat berada di rumah tanpa alasan yang jelas dan berakhir dengan memendamnya jika sudah berhadapan dengan orangnya langsung. Yang lebih menyebalkan daripada itu adalah jantungnya selalu tak mau tenang bila di dekat Chanyeol.

"Anggap saja kejadian itu tak pernah terjadi."

Seakan jantungnya ingin keluar dari tempatnya.

"Kau tak perlu memikirkannya ataupun merasa terbebani karenanya, akupun akan melupakannya."

Dan ini mulai menyiksa Baekhyun.

"Tidak ada apa-apa. Ciuman itu hanya kecelakaan."

"Park Chanyeol bodoh." umpatnya lirih. Bibir bawahnya ia gigit dengan kuat tatkala airmatanya tiba-tiba menggenang di pelupuk matanya. Dadanya semakin terasa sesak. "Kalau sudah bisa melupakannya, kenapa kau malah mengatakannya lagi? Aku juga tahu ciuman itu hanya kecelakaan."

Airmata Baekhyun jatuh satu persatu. Ia sungguh tak mengerti. Kenapa ia menangis? Karena Chanyeol-kah? Karena rasa sesak di dadanya? Atau apa?

"Sial.." Baekhyun mengumpat pelan. Dengan kasar, ia hapus airmatanya. Laki-laki mungil itu merasa bodoh sekarang. Pikirnya, untuk apa ia menangisi yang bahkan tak ia mengerti? Lebih baik melupakannya saja. Ya, Baekhyun pikir itulah yang terbaik. Maka sekali lagi, Baekhyun basuh wajahnya. Ia berniat untuk keluar dari toilet setelah ini. Namun belum sempat Baekhyun menutup keran wastafel, tubuhnya sudah terhempas ke tembok toilet. Seseorang sengaja mendorongnya dan kini orang itu mencengkeram bahunya, membuat Baekhyun meringis. Laki-laki bermata sipit itu hampir saja melakukan perlawanan jika saja orang itu bukanlah Park Chanyeol.

"C–Chanyeol? Apa yang–" Ucapan Baekhyun terpotong tatkala Chanyeol secara tiba-tiba memeluknya erat. Mata Baekhyun terbelalak dibuatnya. "A–apa yang kau lakukan, bodoh?!" Baekhyun membeo dengan pipi merona. Laki-laki mungil itu berusaha melepaskan pelukan Chanyeol.

"Maaf, biarkan seperti ini sebentar saja." ucap Chanyeol lirih―nyaris seperti bisikan. Dan seolah terhipnotis, Baekhyun menurut saja. Tangannya yang semula mendorong bahu Chanyeol agar pelukan itu terlepas, kini berbalik melingkar di tubuh yang lebih tinggi―balas memeluknya. Dalam posisi seperti itu, Baekhyun dapat mendengar dengan jelas jantung Chanyeol yang berdegup begitu kencang, sama kencangnya dengan degupannya sendiri.

"Kau ini sebenarnya kenapa, bodoh?" tanya Baekhyun lirih. Beberapa hari yang lalu menyuruhku untuk melupakan ciuman itu, tapi sekarang kau membuatku semakin sulit untuk melupakannya –batinnya menambahkan. Tanpa Baekhyun sadari, tangannya meremas seragam Chanyeol seiring dengan dadanya yang terasa bergejolak aneh.

"Tadi saat di kantin, aku berbohong." Chanyeol akhirnya mengeluarkan suaranya setelah beberapa detik keheningan. "Aku mengatakan 'tidak ada apa-apa', tapi aku sendiri tak bisa tenang setelahnya." Perlahan, Chanyeol melepaskan pelukannya di tubuh Baekhyun, berbalik menatap manik laki-laki mungil itu dengan tangan yang mengelus pipi si mungil yang merona. "Aku tak bisa melupakan ciuman itu.."

Baekhyun tak bisa untuk tidak terkejut sekarang. Bahkan saking terkejutnya, ia menahan napasnya, menghasilkan debaran tak menentu di dadanya. Dan tatapan sendu Chanyeol membuat Baekhyun semakin sulit untuk tidak mengalihkan perhatiannya.

"Aku menyukaimu, Baekhyun-ah.."

Baekhyun sungguh tak mengerti dengan reaksi tubuhnya akhir-akhir ini. Jika itu menyangkut Chanyeol, jantungnya selalu berpacu begitu cepat sampai membuatnya kesulitan bernapas. Jika itu menyangkut Chanyeol, pipinya merona dengan tidak elitnya sampai membuatnya merasa kepanasan. Jika itu menyangkut Chanyeol, mood-nya selalu berubah drastis dalam sekejap sampai membuatnya pusing sendiri. Dan kini―ketika Chanyeol mengatakan kalimat itu, airmatanya jatuh begitu saja. Ada apa sebenarnya dengannya?

"Maaf, jika aku membuatmu jijik. Tapi aku tak bisa menahannya lebih lama lagi." Chanyeol menghapus airmata Baekhyun dengan jemarinya, membuat laki-laki mungil itu tersentak dari pemikirannya. Mata sipitnya kemudian menatap wajah tampan Chanyeol yang tengah tersenyum padanya. "Apapun konsekuensinya, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku menyukaimu. Bukan sebagai teman, Baek, tapi sebagai laki-laki.."

Baekhyun sebenarnya masih tak mengerti dengan reaksi tubuhnya. Bahwa detik ini jantungnya kembali berpacu abnormal, dan pipinya memerah seperti kepiting rebus. Baekhyun menyadarinya, tapi entah mengapa, ia tak keberatan akan semua itu―tak seperti dulu. Justru ia merasa begitu nyaman, terutama ketika tatapan teduh Chanyeol berkata bahwa ia tak berbohong. Tak ada lagi rasa sesak yang membuatnya kesal atau penat, hanya kehangatan. Kemudian, batinnyapun bertanya pada dirinya sendiri, apakah ini artinya ia juga memiliki ketertarikan yang sama sebagaimana Chanyeol tertarik padanya?

"A–aku tak pernah menganggap gay itu menjijikkan." Baekhyun menundukkan kepalanya ketika pipinya semakin memanas. Ia menelan ludahnya sesaat untuk meredakan kegugupannya. "A–aku hanya bingung akan perasaanku sendiri karena ini pertama kalinya aku mendapatkan pernyataan cinta dari laki-laki. Ini masih terasa asing bagiku." ungkapnya jujur.

"Eh?" Chanyeol mengerjap kaget. Ia blank untuk beberapa detik sebelum akhirnya bisa menyerap perkataan Baekhyun dengan baik. Laki-laki tinggi itu menatap tak percaya laki-laki mungil di hadapannya. "J–jadi, kau tidak keberatan dengan perasaanku?" tanyanya memastikan.

Baekhyun menggeleng kuat, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. "Aku..butuh waktu untuk memikirkannya. Tapi kau malah mempersulitnya dengan menyuruhku untuk melupakan ciuman itu. Kau pikir akan semudah itu? Aku'kan jadi kesal, bodoh."

Chanyeol berpikir dirinya itu benar-benar bodoh―persis seperti yang dikatakan Sehun. Bagaimana mungkin ia tak menyadarinya? Bahwa Baekhyun tak pernah memandangnya sebelah mata, bahkan sekalipun Baekhyun menolak perasaannya, seharusnya Chanyeol tahu bahwa Baekhyun yang ia sukai tak akan memutuskan tali persahabatan mereka semudah itu. Bukankah hal itu yang membuatnya menyukai laki-laki mungil itu? Diam-diam, Chanyeol tersenyum penuh makna.

"Kalau begitu, aku tarik kata-kataku waktu itu. Lalu, sebagai gantinya–" Chanyeol menarik pinggang Baekhyun sehingga tubuh mungil itu merapat ke tubuhnya. Di saat bersamaan, sudut bibir Chanyeol menyunggingkan sebuah seringaian, membuat Baekhyun merasakan sebuah firasat buruk. "Akan kubuat kau tak melupakannya barang sedetik."

"Ap–mpph!"

Baekhyun dibungkam oleh bibir Chanyeol setelahnya. Laki-laki jangkung itu sepertinya benar-benar serius akan ucapannya (untuk membuat Baekhyun tak melupakan ciuman mereka). Lihat saja caranya mencium bibir si mungil, seolah ingin meninggalkan jejak bibirnya di seluruh permukaan bibir tipis itu tanpa celah sedikitpun. Sementara Baekhyun sendiri―yang terlalu kaget dan tak siap akan serangan itu, hanya bisa pasrah dalam rengkuhan Chanyeol. Meski pada awalnya terasa kaku untuk membalas ciuman itu, Baekhyun tetap berusaha―terutama di bagian saat Chanyeol menyelusupkan lidahnya ke rongga mulutnya.

Well, Baekhyun tak yakin setelahnya ia bisa lepas dari laki-laki jangkung itu.

Sementara itu..

"Sial, aku tidak bisa masuk."

Jongdae yang sudah berdiri di depan pintu toilet siswa selama tiga menit, jadi mati kutu ketika mendengar bunyi kecipak orang berciuman di dalam sana. Well, sebenarnya ia tak ada niatan untuk menguping ataupun mengintip adegan itu karena niat awalnya hanyalah ingin buang air kecil, namun tangannya langsung berhenti memutar kenop pintu toilet begitu mendengar percakapan serius antara Baekhyun dan Chanyeol (ia tahu bahwa itu mereka melalui suara mereka). Dan entah sejak kapan, Jongdae malah berakhir dengan menguping pembicaraan mereka sampai akhirnya berlanjutlah ke tahap ciuman. Keinginannya untuk buang air kecil sirna seketika, tergantikan dengan rasa penasaran. Jadilah, laki-laki berwajah kotak itu menempelkan telinganya ke daun pintu seperti sekarang ini.

"Aish, lama-lama aku bisa 'belok' juga." gumam Jongdae seraya pergi meninggalkan toilet itu. Tangannya sibuk mengipasi wajahnya yang terasa panas. Ia berniat untuk pergi ke toilet yang satu lagi di lantai bawah, membasuh wajahnya atau apalah, yang penting bisa menghapuskan bayangan adegan ciuman ChanBaek dari benaknya.

THE END

Wakakakak~ ending opo ini? Harap jangan ditiru ya kelakuan si Jongdae ini, malu-maluin. Sip, ini bonus epilog buat kalian.

.

.

.

EPILOGUE

Dua bulan kemudian..

Sehun menghela napas jengah mendengar suara cempreng yang memohon di seberang telepon sana. Ini sudah berlangsung selama sepuluh menit semenjak Baekhyun meneleponnya di malam Minggu ini hanya untuk mengabulkan permintaan konyolnya. Dan jika kalian bertanya permintaan macam apa yang diajukan Baekhyun, jawabannya adalah minta ditemani kencan. Ya, kencan. Sehun harus ikut serta dalam kencan Baekhyun dan Chanyeol di hari Minggu besok hanya karena laki-laki mungil itu terlalu gugup bila berada di samping Chanyeol. Sehun mengumpat dalam hati untuk yang satu ini. Hell, memangnya ia sudi menjadi obat nyamuk di antara mereka? Maaf saja.

"Untuk yang kelima belas kalinya, Baek, aku tidak bisa. Kumohon, mengertilah." ucap Sehun frustasi, dan rengekan –yang lebih membuat telinganya berdengung sehingga ia harus menjauhkan ponselnya dari telinga– terdengar. Laki-laki albino itu memijat pelipisnya saking bingungnya dengan cara apa lagi agar sahabat mungilnya ini mau menerima keputusannya. Well, sebenarnya tidak hanya karena tak ingin dijadikan obat nyamuk, tapi ada hal lainnya yang mengharuskan Sehun menolak permintaan Baekhyun.

"Lagipula, aku yakin Chanyeol tidak akan suka jika aku bergabung dalam acara kencan kalian lagi." celetuk Sehun, teringat akan kencan ChanBaek dua minggu yang lalu yang gagal gara-gara kehadirannya (ini juga gara-gara Baekhyun memaksanya untuk ikut).

Laki-laki albino itu merotasikan bola matanya saat mendapati seringaian di sudut bibir objek yang duduk di hadapannya. Itu Chanyeol, omong-omong. Laki-laki tinggi itulah yang menjadi alasan Sehun menolak permintaan Baekhyun, atau lebih tepatnya, ancamannya. Dan Baekhyun tidak tahu bahwa Chanyeol berada di dalam kamar Sehun, mengancam Sehun sejam yang lalu untuk tidak ikut acara kencannya dengan Baekhyun hari Minggu besok. Well, itu bukan kebetulan semata. Chanyeol sudah menduga Baekhyun akan menelepon Sehun atau Kyungsoo, memintanya salah satu dari mereka untuk ikut (lagi) dalam acara kencan mereka―seperti dua minggu yang lalu. Hell, Chanyeol belajar banyak semenjak hari itu. Oleh karena itu, setelah ia mengajak Baekhyun berkencan dan laki-laki mungil itu menyetujuinya, Chanyeol segera menelepon Kyungsoo untuk menolak ajakan Baekhyun jika si mata sipit itu memintanya bergabung ke acara kencan mereka. Dan untuk Sehun, Chanyeol khusus mendatanginya langsung, memastikan laki-laki albino itu tak terpedaya rengekan Baekhyun lagi (Kyungsoo sudah kebal terhadap rengekan Baekhyun, jadi Chanyeol tak khawatir).

"Kau akan baik-baik saja, Baek, aku janji. Chanyeol tak akan menerkammu di taman ria, dia masih punya rasa malu untuk melakukannya di muka umum." ujar Sehun. Ceritanya menenangkan Baekhyun, tapi malah mendapatkan pukulan di bahu dari Chanyeol. Laki-laki albino itu menatap kesal yang lebih tinggi sambil berusaha fokus pada ucapan Baekhyun di seberang sana.

"Tak'kan terjadi hal buruk apapun, Baek. Kau hanya akan berkencan, bukan dieksekusi. Chanyeol akan menjagamu, oke?"

Chanyeol diam-diam tersenyum puas mendengar ucapan Sehun. Ia benar-benar terdengar seperti Oppa yang menenangkan adik perempuannya yang akan melakukan kencan pertamanya.

"Intinya selamat bersenang-senang. Sudah ya, aku tutup. Bye!" Sehun memutuskan panggilan duluan, kemudian menatap Chanyeol datar. "Kau puas?"

Chanyeol tersenyum lebar yang mana terlihat seperti seorang idiot di mata Sehun. "Sangat! Terima kasih, Oh Sehun~"

Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya―tak habis pikir dengan pola pikir pasangan kekasih itu. "Serius, Chanyeol. Kekasihmu itu punya masalah dengan berkencan denganmu, apa kau pernah melakukan hal-hal aneh yang membuat Baekhyun tak ingin berduaan saja denganmu?"

PLETAK! –Chanyeol memukul kepala Sehun keras.

"Jaga ucapanmu itu, bodoh! Mana mungkin aku melakukan hal-hal seperti itu pada Baekhyun!" sangkalnya keras.

Sehun berdecak seraya mengusap kepalanya yang berdenyut. "Ya, kau benar. Paling-paling kau hanya membayangkannya saja."

"Aku tidak pernah membayangkan hal seperti itu!" Chanyeol kembali menyangkal, tapi kali ini ia menemukan Sehun menatapnya datar―seolah meragukan ucapannya. Alis Chanyeol naik sebelah. "Apa?" tanyanya.

"Kau tak pernah membayangkannya? Sungguh?" Sehun terdengar sangat ragu.

"Tentu saja tidak!"

Sehun menatap datar Chanyeol lama.

Sangaaaaaaaat lama.

"Baiklah, hanya sekali." Chanyeol akhirnya mengaku.

Sehun masih menatap Chanyeol datar, terlihat belum puas akan jawaban Chanyeol yang terdengar seperti kebohongan.

"Oke, dua kali." Chanyeol mengoreksi dengan suara lirih.

Sehun menaikkan sebelah alisnya. "Apa aku mendengar 'tiga kali'?"

"Tidak! Hanya dua kali, tak lebih." Wajah Chanyeol memerah malu. "Lagipula, itu hanya mimpi basah, tak bisa dikatakan sebagai 'membayangkannya' karena itu tak disengaja. Aku tak pernah benar-benar membayangkannya."

Hening.

Sehun melipat kedua tangannya di dada, menilik gelagat Chanyeol melalui air mukanya. Wajah laki-laki bertelinga lebar itu merona parah―bahkan sampai ke telinganya, yang menurut Sehun berarti satu hal.

"Kau sedang membayangkannya sekarang ya?"

Binggo.

Tebakannya tepat sasaran.

Sehun menahan tawanya sebisa mungkin. "Kamar mandi ada di bawah."

"Aku tahu, albino!" seru Chanyeol seraya berlari ke kamar mandi kediaman Oh. Dan Sehun tertawa puas setelahnya.

THE END

God, kenapa endingnya jadi rada yadong gini? -,- #abaikan. Dan ya, ChanBaek jadian sebulan kemudian setelah mereka ciuman di toilet itu, tapi Baek masih suka gugup kalo berduaan aja sama Yeol (termasuk kencan, makanya Baek suka ngajak Sehun atau Kyungsoo biar mereka gak berduaan aja). Sehun pada akhirnya sama saya *dibakar readers*. Lalu, KaiSoo? Um..katakanlah mereka juga 'belok', hahaha!

Terima kasih untuk readers yang telah menyumbangkan ide untuk ChanBaek momen (I really appreciate each idea). Untuk Pikapikabyun, saya barengin ide kamu dan ide saya untuk chapter ini, tengkyu somach untuk idenya *cipox*. Untuk Hyurien92, makasih udah ngasih saran buat endingnya, ini kubuat agak yadong biar kamu (dan readers yadong lainnya) seneng *lmao*. Untuk Aviance, maaf karena gak bisa ambil ide kamu, padahal saya suka ide kamu yang bikin Baek 'belok'nya agak lamaan. Tapi kalo ceritanya dipanjangkan, inti ceritanya (bullying karena penolakan gay) jadi agak ilang. Saya tambahin ChanBaek momen juga buat jadi pemanis aja, itu sebabnya saya putuskan untuk menghakhirinya di chapter ini karena inti ceritanya sudah selesai, tapi makasih banget untuk idenya :)

Last but not least, FF ini GAK ADA sequel atau cerita ekstra ya! 'Kan saya mau bikin FF baru, jadi biarkan saya fokus ke projek selanjutnya. Anyway, tuliskan review terakhir kalian untuk FF Listen ya~ *bow*