Kami, para kaum gay, juga manusia.

Kami memiliki hati, bisa tertawa juga bisa menangis.

Kalian menyebut kami menjijikan hanya karena kami menyukai sesama jenis.

Bukanlah keinginan kami untuk lahir seperti ini.

Tapi kami juga tidak malu, toh setiap manusia memiliki kekurangan masing-masing.

.

.

.

Keadaan dalam kelas 1B di SM High School pada hari Senin itu terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya, tepatnya ketika seorang laki-laki bermata sipit memasuki kelas tersebut. Seorang murid baru lebih tepatnya. Siswa-siswi dalam kelas itu tentu saja dikejutkan oleh kedatangan murid baru itu. Mereka terkejut bukan karena paras cantik murid baru itu atau apapun, tapi karena wajah laki-laki mungil tersebut yang mengingatkan mereka akan sosok seseorang yang tak ada lagi disana.

"Salam kenal." Murid baru itu membungkukkan badannya, kemudian menatap teman-teman barunya dengan sebuah senyuman. "Namaku Byun Baekhyun. Senang bertemu kalian~"

Suara bisik-bisik mulai terdengar kembali setelah beberapa detik keheningan. Beberapa dari mereka menatap Baekhyun dengan tatapan tak percaya, sedangkan yang lainnya melayangkan tatapan meremehkan. Baekhyun sendiri sebenarnya penasaran dengan ekspresi teman-teman barunya. Ia ditatap begitu semenjak menginjakkan kakinya di SM High School tadi pagi. Lee Seonsaengnim yang mengantarkannya ke kelas itupun awalnya terkejut ketika bertemu Baekhyun di ruang guru tadi. Ia sempat bertanya apa ada yang salah, tapi pria paruh baya itu malah menggelengkan kepalanya dan diakhiri dengan mengalihkan topik pembicaraan. Baekhyun tidak berpikir apapun saat itu, jadi ia mengikuti langkah Lee Seonsaengnim menuju kelas barunya. Namun justru ekspresi terkejut itu terlihat lagi di kelas ini dan Baekhyun tidak tahu kenapa. Apakah ada yang aneh di wajahnya?

"Baiklah, Baekhyun-ah, kau duduklah di–"

"Maaf, saya terlambat." Ucapan Lee Seonsaengnim terpotong ketika seorang siswa memasuki kelas tersebut. Kedatangan laki-laki berkulit seputih susu itu berhasil membuat seisi kelas menatapnya, termasuk Baekhyun. Laki-laki albino itu baru saja membungkukkan badannya pada Lee Seonsaengnim saat maniknya bertabrakan dengan manik Baekhyun. Dan reaksi yang didapat adalah hal yang sama dengan reaksi ketika Baekhyun memasuki ruang guru dan kelas 1B. Ekspresi terkejut dengan mata membulat sempurna. Baekhyun semakin dibuat bingung, terutama ketika laki-laki bername-tag Oh Sehun itu mendekati dirinya dengan tangan terulur ke arah wajahnya. Alis Baekhyun bertautan sempurna, namun ia masih berada di tempatnya.

"Baek? I–ini..kau?" tanya Sehun terbata, masih dengan ekspresi terkejutnya. Jarak tangannya dengan wajah manis Baekhyun saat ini hanya berkisar lima senti. Namun Baekhyun merasa tidak mengenal sosok di hadapannya ini, jadi inilah yang keluar dari bibir tipisnya.

"Kau siapa?"

Langkah Sehun terhenti. Jantungnya yang sempat berpacu cepat, kini seperti berhenti berdetak. Ia menatap Baekhyun tak percaya.

"I–ini aku, Baek. Aku Sehun –kekasihmu." Sehun berkata dengan suara sedikit bergetar. Ia berusaha tersenyum pada laki-laki mungil di hadapannya, namun Baekhyun justru–

"Aku bukan gay."

Keheninganpun terjadi.

.

.

.

###

LISTEN

Prologue

by Pupuputri

Main Casts : Byun Baekhyun & Park Chanyeol

Support Casts : Oh Sehun, Kim Jongdae, Kim Jongin, Jung Soojung

Genre : Romance, Hurt/Comfort, School Life

Rate : T

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

###

.

.

.

"Hey, kau tahu dimana perpustakaan?"

Chanyeol yang sedari tadi sibuk menulis, sontak menghentikan pergerakan tangannya. Matanya kemudian melirik Baekhyun yang duduk di sebelahnya. Tapi bukannya menjawab pertanyaan Baekhyun, Chanyeol malah bersikap dingin tanpa menjawabnya sama sekali.

Alis Baekhyun bertautan. "Hey, kau dengar aku?" Masih nol respon dari Chanyeol dan itu mulai membuat Baekhyun kesal. Laki-laki mungil itu menarik pulpen di tangan Chanyeol sehingga laki-laki tinggi itu menatapnya tajam. "Kutanya kau apa kau tahu dimana perpus–" Ucapan Baekhyun terhenti ketika Chanyeol bangkit dari duduknya, kemudian berjalan keluar dari kelas. Raut wajah Chanyeol terlihat kesal dan Baekhyun tidak tahu kenapa. Ia hanya menatap punggung Chanyeol dengan alis bertautan. "Ada apa dengannya?" gumam Baekhyun. Laki-laki mungil itu hendak bangkit dari duduknya, namun kehadiran dua laki-laki di hadapannya menghentikannya.

"Hai~" sapa laki-laki yang berwajah kotak. Baekhyun melihat namanya di name-tag laki-laki tersebut. Kim Jongdae.

"Uh..hai." Baekhyun membalas sapaannya dengan nada ragu seraya menatap wajah Jongdae.

"Kau mau ke perpustakaan? Kami bisa mengantarmu kesana."

Mata Baekhyun berbinar. "Sungguh?"

"Ya, tapi kami ingin menanyakan beberapa hal padamu. Kau tidak keberatan'kan?" Kini laki-laki berkulit tan yang bersuara. Baekhyun melirik name-tag laki-laki itu. Kim Jongin. Hm, duo Kim Jong –pikir Baekhyun. Setelahnya, Baekhyun memusatkan perhatiannya kembali pada wajah duo Kim Jong.

"Well, selama itu bukan tentang pelajaran, aku akan berusaha menjawabnya. Aku sudah lama tidak sekolah, jadi aku ketinggalan banyak pelajaran."

Jongin dan Jongdae menautkan alis mereka bersamaan. Ditatapnya lekat wajah Baekhyun dengan mimik penasaran.

"Kenapa?" Jongdae bertanya.

"Jantungku lemah, jadi aku dirawat di RS selama beberapa bulan."

"Kau sakit?" Jongin mengonfirmasi. Baekhyun mengangguk pasti.

"Sejak kecil jantungku lemah, jadi aku sering masuk-keluar RS. Berbeda dengan saudara kembarku, dia selalu sehat. Aku iri padanya yang bisa bersekolah dengan normal. Karenanya, aku bersemangat sekali bisa sekolah seperti dulu~"

Jongin dan Jongdae sontak membulatkan matanya. "Kembar?" tanya mereka bersamaan.

Baekhyun mengangguk. "Aku punya saudara kembar, namanya Baekho. Dulunya dia sekolah disini, tapi karena otaknya yang encer, dia memilih untuk bersekolah di London. Sayangnya Eomma tak mengizinkanku sekolah di London bersama Baekho, padahal aku ingin satu sekolah lagi bersamanya."

Penuturan Baekhyun sontak membuat duo Kim Jong semakin kaget. Pembicaraan mereka bahkan menarik perhatian beberapa siswa-siswi yang masih di dalam kelas. Ini sungguh mengejutkan, juga membingungkan.

"Kau saudara kembar Kwon Baekho?" Jongdae sekali lagi memastikan. Dan Baekhyun mengangguk lagi.

"Orangtua kami bercerai ketika kami masih SD, karena itu marga kami berbeda. Kalian kenal dia'kan? Kalau tidak salah, dia juga kelas 1B. Dia–"

"Tapi bagaimana mungkin kau–tunggu dulu, apa kau tahu apa yang terjadi pada–"

Ucapan Jongin terpotong ketika sosok Chanyeol muncul di antara mereka. Laki-laki tinggi itu tiba-tiba menarik tangan Baekhyun tanpa persetujuan laki-laki mungil itu. Tak ia pedulikan tatapan aneh ataupun seruan dari orang-orang dilewatinya, ia terus menarik tangan Baekhyun menuju atap sekolah. Baekhyun yang kebingungan juga tak berusaha melepaskan diri dari Chanyeol, meski mulutnya tak berhenti bertanya. Laki-laki mungil itu sangat bingung. Bukankah tadi Chanyeol pergi keluar dari kelas? Kenapa tiba-tiba kembali ke kelas dan menarik tangannya?

"Yak, Park Chanyeol, ada apa ini? Kenapa kau mengajakku kemari?" tanya Baekhyun ketika Chanyeol menutup pintu atap sekolah. Laki-laki tinggi itu berdiri memunggungi Baekhyun, sedangkan Baekhyun masih menuntut jawaban dari Chanyeol.

Hening.

Detik berlalu menjadi menit dan Chanyeol masih tetap pada posisinya yang memunggungi Baekhyun tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dan ini mulai membuat Baekhyun jengah. Laki-laki mungil itu melipat kedua tangannya di dada seraya menghela napas kasar.

"Kau tidak akan memberitahuku kenapa kau mengajakku kemari?" Baekhyun mulai tak sabaran. Perlahan, laki-laki tinggi itu menghadap Baekhyun. Ia menatap laki-laki mungil itu dengan tatapan yang tak bisa Baekhyun jabarkan. Ada apa dengan Chanyeol? –batin Baekhyun.

"Kau..," Chanyeol mendekati Baekhyun, "..siapanya Baekho?"

"Aku saudara kembarnya. Baekho tidak pernah cerita?" Baekhyun balik bertanya. Dan Chanyeol dibuat speechless. Laki-laki tinggi itu justru memegang bahu Baekhyun erat.

"Baekho anak kembar?"

Baekhyun mengernyit. "Baekho benar-benar tidak pernah bercerita tentangku? Heol. Padahal dia sering sekali menceritakan tentang kalian."

"Di–dia menceritakan tentang kami?" Chanyeol semakin dibuat penasaran.

"Ya. Dia bilang dia memiliki teman-teman yang baik. Dia sering menyebutkan namamu, ah! Sehun juga. Baekho bilang kalian berdua sahabatnya."

"Selain itu?"

"Hm..dia berkata dia menyukai seseorang di kelasnya, tapi dia tidak pernah menyebutkan nama orang itu. Hey, apa kau tahu gadis yang disukai Baekho?"

Chanyeol mengerutkan dahinya. "Gadis?"

Baekhyun mengangguk. "Kau pasti tahu'kan? Bukankah kalian bersahabat?"

Chanyeol tak tahu lagi harus berkata apa. Sudah jelas Baekhyun tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya pada Baekho dengan siswa-siswi kelas 1B ataupun orang yang disukai Baekho. Ia bahkan masih tidak percaya sosok di hadapannya ini adalah saudara kembar dari sahabatnya sendiri. Chanyeol tidak tahu menahu mengenai Baekhyun karena Baekho tak pernah bercerita tentang keluarganya. Baekho tidak terlalu suka bercerita tentang keluarganya. Yang Chanyeol tahu Baekho tinggal bersama Tuan Kwon. Karena itu, ketika Chanyeol melihat sosok Baekhyun yang wajahnya sangat mirip dengan Baekho, ia pikir mungkin ini semua hanya kebetulan. Seharusnya Chanyeol tahu tidak ada yang namanya 'kebetulan' di dunia ini.

"Park Chanyeol?" Baekhyun meleburkan lamunan Chanyeol dengan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah laki-laki tampan itu. Dan itu berhasil membuat Chanyeol kembali ke alam sadarnya. Ia melihat laki-laki mungil di hadapannya mengerucutkan bibirnya. "Kenapa kau malah melamun?"

Jantung Chanyeol berdebar keras setelahnya. Sosok itu. Sosok yang selalu mengerucutkan bibirnya setiap kali ia sedang kesal, Chanyeol melihat Baekho di dalam diri Baekhyun. Tanpa sadar, Chanyeol mengulurkan tangannya untuk kemudian ia daratkan di pipi Baekhyun. Baekhyun tentu saja bingung, terlebih ketika Chanyeol tiba-tiba memeluknya erat. Laki-laki mungil itu sempat ingin protes, tapi suara bass Chanyeol menghentikannya.

"Baekho-ya.."

Dahi Baekhyun berkerut. "Yak, apa yang kau bicarakan? Aku Baekhyun, bukan Baekho!"

Chanyeol tersentak setelahnya. Ketika pelukannya di tubuh Baekhyun mengendur, laki-laki mungil itu segera menjauhkan dirinya dari Chanyeol seraya memasang ekspresi ngeri sekaligus bingung.

"Kau kenapa, hah? Tiba-tiba saja memelukku dan memanggilku Baekho. Yak, aku tahu wajah kami sama persis, tapi kami berbeda, kau tahu? Dan jangan memelukku lagi seperti itu. Kau membuatku takut." Beberapa detik setelahnya, Baekhyun memicingkan matanya curiga ke arah Chanyeol. "Jangan-jangan..kau juga gay seperti Oh Sehun ya?"

Chanyeol tersentak kembali. Ia menatap Baekhyun dengan mata membola, sedangkan Baekhyun masih menatapnya curiga. Sempat tercipta keheningan disana dan entah kenapa otak Chanyeol yang biasanya bekerja normal, kini tak bisa memikirkan satu alasan untuk menepis perkataan Baekhyun.

"Tapi ngomong-ngomong, kenapa Oh Sehun tiba-tiba mengklaim Baekho sebagai kekasihnya? Baekho bukan gay, buktinya dia memiliki seorang gadis yang ia sukai." ucap Baekhyun, teringat kejadian tadi pagi. Ia menatap Chanyeol yang masih terdiam. "Atau jangan-jangan dia bertepuk sebelah tangan? Woah, aku jadi kasihan padanya."

Di saat Baekhyun disibukkan dengan berbagai macam spekulasinya, Chanyeol justru menatap Baekhyun dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Baekhyun tahu Baekho pernah bersekolah disini dan bersahabat baik dengan Chanyeol juga Sehun, tapi Baekhyun tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya pada Baekho selama bersekolah disini juga tentang orang yang disukai Baekho. Dan yang paling membuat Chanyeol bingung adalah jika Baekhyun memang benar saudara kembar Baekho, kenapa ia tidak tahu tentang kematian saudaranya sendiri?

Siapa sebenarnya Byun Baekhyun ini?

.

.

.

Maka dengarkanlah suara kami.

Karena inilah kami, manusia seperti kalian dengan satu perbedaan.

.

.

Prologue End–

.

.

.

FF ini terinspirasi dari drama School 2015. Diangkat dari isu penindasan dan penolakan kaum gay. Dapet feel buat ngetik pas dengerin lagu Yoon Mirae yang 'I'll listen to what you have to say'. Padahal belom ngetik, tapi udah kebayang ceritanya dan mulai nyesek dada ini. Rencana awalnya sih membuat ini menjadi FF one-shoot, tapi malah jadi series gara-gara mikir ini kayaknya bakal seru kalo dijadikan series dan lagi bakal kepanjangan kalo dibuat one-shoot. Jalan cerita FF ini cukup pelik. Saya masih belum tahu ini akan menjadi angst atau nggak karena baru ngetik dikit, tapi saya harap pesan moralnya dapat kalian petik. Mohon beri tahu saya pendapat kalian tentang FF ini ya #bow