"Ngh…"

Kagami baru saja mau mengambil selimut tapi orang itu malah sudah sadar. Setelah diperiksa tanda-tandanya, Aomine sama sekali tidak demam. Mungkin kelelahan dan kurang makan, sedari tadi Kagami bisa mendengar suara perut Aomine yang berdendang merdu.

"Bangunlah," suaranya sarat perhatian dan kekhawatiran, Aomine sedikit merasa bersalah.

Kagami memapah Aomine untuk bangun dan duduk di futon. "Ini minum." Segelas susu coklat hangat tandas dalam beberapa detik, Aomine merasa kembali bertenaga dan segar.

"Kagami,"

"Hm?"

"Otanome…"

"Pfft, jadi ini alasanmu bekerja, huh?" Kagami tertawa renyah, ah sudah lama sekali Aomine tidak mendengarnya. Rasanya rindu ini sedikit terobati, Aomine ikut tersenyum. Kalau yang dimaksud Kagami adalah dia bekerja keras demi membeli burger, itu salah besar.

"Bukan sih."

"Ah, soukka. Lalu, apakah kau bisa mengatakan padaku alasannya?"

"Aku ingin beli AC …." Musim panas kali ini luar biasa panasnya.

"Hah? Hei, uangku masih bisa AC, kau tahu?"

Aomine menggeleng, "…. Dan menghindarimu, Kagami."

Oh begitu, jadi ini kenapa telfon dariku tidak pernah diangkat, email tidak di balas dan BBM tidak pernah diread?

"Kenapa?! Apa aku merepotkanmu?! Aku mengganggumu?!"

Lagi-lagi gelengan yang ia dapat, wajar saja kan Kagami ingin marah? Bosan sudah ia meladeni sikap kekanak-kanakkan Aomine Dakian!

Grab

Aomine memegang pergelangan tangan Kagami,

"Hei sakit!"

Dalam sekali gerakkan yang membingungkan pendeskripsian, Kagami jatuh di bawah kungkungan Aomine. "Aku ingin menahan diriku sendiri untuk melakukan hal ini, Kagami. Tapi kau membuat kesabaranku habis."

Hah? Ga kebalik tuh? Mustinya Kagami yang merasa begitu kan? dia pikir merawat dirinya yang begitu tengil itu mudah? Sudah berapa kali Kagami habis kesabaran dan ingin melemparkan anak ini ke kutub utara? Berkali-kali!

"Mari kita buat ini jadi lebih mudah." Kaki kiri Aomine melebarkan kedua Kagami dengan halus, sampai Kagami sendiri tidak merasa dan tidak protes, "Aku menyukaimu, baka."

Mata merahnya melebar, telinganya positif panas mendengar suara Aomine yang bagaimana bisa menjadi seseksi itu dan bibirnya tereksplore begitu saja, lidah Aomine menari-nari di dalam mulutnya tanpa permisi.

.

.

The Last Kamiya Chizuru

Aokaga Fanfiction presents..

Seme!Student!Aomine x Uke!FireFighter!Kagami

Rate-M

FIRST TIME Last part

Knb © Fujimaki Tadatoshi

.

Karena udah ending juga, jadi bocoran nyontek idenya aku kasih tahu ya, muehuehue,, baca deh kalo yang mau baca #lah di myreadingmanga. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, makasih yang udah mau ngikutin FF ini. Makasih banget.

Insipirated by : Chapter 1 & 2 Of Ai No Kotoba o Uragaeshi © ABE Akane

.

.

DHUAGH!

Kagami menonjok Aomine.

"Kenapa kau menyukaiku, hah? Bukannya kau punya banyak penggemar?"

Bekas tonjokkannya membiru samar-samar, Aomine mengerucutkan bibirnya. Ngambek ceritanya.

"Mana gw tahu ah, suka ya suka aja. Perlu alesan gitu?"

Kagami memandang Aomine dalam diam, mencoba mengerti segala perasaannya. Dia sendiri bukan seorang homophobic, dan juga tidak mau munafik. Aomine menarik dengan caranya sendiri, dimana laki-laki 'normal' lebih menyukai gadis berkulit putih dengan tambahan bonus dada besar. Kagami sudah mengakui sosok adorable Aomine sejak bocah itu masih kurus dan belum terawat.

Kasamatsu bilang, Kagami itu pemalu makanya jones.

"Aomine …"

"Hm?"

"Kalau kau memang menyukaiku, luangkan lah waktumu untukku."

"Hah?"

"Berhentilah menjadi model."

Aomine tersenyum miring, tidak menyangka kesempatan ini akan datang secepat ini.

"Baiklah. Dengan satu syarat."

.

.

.

.

Kagami masih diam, sesekali melenguh tapi otaknya berusaha keras untuk terlihat normal. Aomine tidak main-main, anak itu semakin licik dan pintar memanfaatkan kesempatan. Begitulah pikirnya, Kagami hanya bisa pasrah dengan perbuatan Aomine.

"Nhhh …."

Aomine melirik Kagami, suara desahannya (atau lenguhan) menggoda libidonya semakin naik, Kagami yang terlentang pasrah dan Aomine yang menguasai bagian terpenting dari orang yang di sukai.

Dia tidak peduli korbannya belum mandi, justru keringat Kagami mengandung banyak pheromone yang disukainya, sejak dulu.

Jilat, remas, hisap dan naik-turun, handjob sampai blowjob. Begitu terus sampai mencapai titik puncaknya, dan ketika getaran-getaran itu semakin kuat Aomine mempersiapkan diri untuk menerimanya sampai tetes terakhir.

"Akkh.." SPRUTT

"Lumayan untuk ronde pertama," Aomine tersenyum nista melihat Kagami merem-melek di bawahnya. Sudah lama dia membayangkannya, memikirkannya dan bagaimana wajah Kagami sekarang terlihat ternyata lebih menarik dari mimpinya.

Wajahnya memerah dan matanya berkaca-kaca, kira-kira siapa saja yang sudah melihat ekspresi Kagami yang seimut ini?

Aomine menekuk kedua kaki Kagami, membuka lebar daerah terlarang dan bersiap memasukkannya.

"Hei! Hentikan! Apa yang kau lakukan? Bodoh!" walaupun tenaganya sedikit tapi Kagami sanggup melompat menjauhi Aomine, nafasnya terengah-engah. Aomine tercengang, miliknya tegang dan Kagami tidak bersedia ngangkang.

"Memasukkan'nya', apa lagi?"

"Hah?! Aku tidak mau!"

"Kenapa?" Aomine jadi ingin menangis, tanggung woi! Aomine junior udah ga tahan!

"Aku tidak mau jadi bottom!" Kagami berteriak-teriak sadis, Aomine makin mengkerut nyalinya.

Tapi asal dengan orang yang disukai, posisi apapun tidak masalah bukan? Aomine mendapatkan pencerahan. "Ya sudah, aku yang jadi bottom." Kagami bisa dengan jelas melihat kucing sedang minta makan, Aomine memelas dengan ekspresi paling melas.

"Tidak."

Kagami melangkah masuk kedalam kamar mandi, ingin mendinginkan pikiran dan hati.

GRAB

Aomine memeluk Kagami dari belakang dan mendorongnya sampai laki-laki yang lebih tua itu terbentur dinding keramik,

"Lepas! Aomine!" teriakannya tidak digubris, malah membuat Aomine makin mengeratkan pelukannya.

"Aku menyukaimu Kagami, sangat sangat sangat menyukaimu."

Kagami diam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Kumohon," positif Aomine menangis di bahunya, "Aku kurang apa, Kagami?"

Kran dibuka, air hangat menetesi kedua kepala mereka dalam tempo pelan. Kagami membalikan tubuhnya, kedua tangannya menangkup kedua pipi Aomine dan menghapus kedua airmata si cengeng.

"Kau tidak menyukaiku?" ah, Kagami belum tahu jawabannya.

"Aku … hanya takut, Aomine." Tangan kirinya turun di leher Aomine, sejak kapan badan kecil itu tumbuh menjadi semaskulin ini? Walaupun cengeng. Mungkin didikkannya juga tidak sempurna, Aomine kawaii apa adanya. "Ini pertama kali untukku." Dengan laki-laki.

"Aku juga baru pertama kali …"

Kagami menghela nafas, dadanya sesak.

Insting yang berbicara, Aomine mendekat dan mencium Kagami. "Percayalah padaku, Kagami." Mau tidak mau, si merahpun tersentuh juga.

Apa sih yang tidak untuk Aomine? Dulu niatnya hanya ingin anak ini tumbuh dengan sehat, mengingat dia tidak punya orang tua yang selalu di sampingnya dan memperhatikan pertumbuhannya. Ingin anak itu sukses di masa depan, tapi kenapa bisa jadi seperti ini?

Kagami luluh secara pasrah. Bahkan menghadiahi satu ciuman lembut sebagai kode dirinya siap untuk ronde selanjutnya.

.

.

.

Mereka kembali ke kamar, tidak mau masuk angin lama-lama mandi. Kagami memaksa untuk mandi, ini pertama kalinya dan apa yang harus dipersiapkan pun tidak tahu, yang pasti sebagai bottom (akhirnya Kagami mau berada di posisi itu) satu tempat di dalam tubuhnya harus benar-benar bersih kan? Kagami sudah menunaikan kewajibannya.

Aomine sudah menunggu, duduk di futon. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan, "A-Aomine…"

BAAAAMMMMMMM

Jantung Aomine hampir keluar dari tempatnya.

Kagami mirip perawan (dimata Aomine). Ia akan memulainya secara pelan, sudah janji tadi dengan Kagami. Mereka berdua sama-sama nervous tingkat tinggi.

Sebagai permulaan membangkitkan si 'adik' Aomine memulainya dengan foreplay ala malam pertama pasangan pengantin. Kagami terlentang begitu saja di bawah Aomine, memasrahkan tubuhnya.

Dimulai dari atas, mencium lembut tanpa paksaan dan kagamipun membalasnya walaupun tanpa tuntutan, semuanya mengalir. Dari mulut turun ke leher, mengecup sampai membuat kissmark. Aomine bisa merasakan detakan jantung Kagami, tidak kalah cepat dengan detak jantungnya. Menjilat sedikit kedua tonjolan yang menantang dan meninggalkan liur di sepanjang lidahnya menuruni sampai pusat tubuh.

Kagami melenguh, geli dan ingin tertawa saat Aomine memainkan lidahnya bahkan mengecupnya beberapa kali.

Aomine memblowjob lagi, tidak perlu waktu lama agar isinya kembali keluar.

Tubuhnya mundur sedikit ketika Kagami bangun dari posisinya,

"Yamette!"

SPURT

Kagami terkejut tapi tanpa ekspresi yang berarti, Aomine menutup wajahnya malu. Baru dipegang sudah keluar.

"So fast …" Tangan Kagami belum beranjak dari milik Aomine yang walaupun sudah keluar tapi ternyata masih bisa berdiri dengan gagah.

"Gomengomen…" Kagami tersenyum melihat Aomine, laki-laki itu terisak lagi. Ini benar-benar yang pertama bagi Aomine, Kagami hanya memaklumi dan mengikhlaskan. "Gomen," Aomine menjilati wajah Kagami yang terkena cairannya sampai bersih.

"Daijobou, lanjutkan Aomine." Kagami membuka kedua kakinya lebih lebar, Aomine tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ia mendorong Kagami lagi ke atas futon, bersiap memasukkannya lagi.

.

.

.

.

.

"AAAAAKKKKK HENTIKAAANN! HENTIKAAANN AHO! AAGGGHH!"

"Ke.. Kenapaa tidak mau masukk…. Hiks…"

"AAAGGGHH KILL ME! JUST KILL ME AHOMINEEEEE, YOU BASTARD!"

"Sabar dong! Lubangnya keras banget, BAKAAA!"

"Kenapa kau yang menangis? Harusnya aku yang menangis, sialan!"

"Ha-Habis aku sudah berlatih (di dalam mimpi) tapi kenapa sulit sekali memasukkannya…."

"SHIT!"

"LU MAKAN APAAN SIH BAKAGAMI? SEMEN YA? LU MAKAN SEMEEEN?" Aomine frustasi.

"AAAGGGGHHHHH!" Kagami jengkel.

.

.

.

.

.

Posisi mereka berjauhan, Kagami tengkurap sambil mengelus-elus pantatnya yang sakit, Aomine justru merasa segar. Puas, dia sudah puas merebut keperjakaan Kagami di pantat.

.

.

.

.

.

OWARI desu .-.

.

.

.

.

Balasan Review

FfrueSwitch Nah, begitulah nasib author aokaga ya,,, bwahahah sama aku juga ga semangat makanya pendek2 updetnya, sumimaseeeen! Eroton itu apa ya fre? Aku tahunya eperton susu penggemuk badan #lah romens ga jamin, panjang juga engga. Aku males banget juga updetnya, hahahah makasih udah review…

Blackeyes947 kamu kenapa nongol2 tereak2 begitu?! *woi kotor woi kotor belum di pel itu tanahnya *eh Kise punya Kasa, ga bisa tanggung jawab (?) ini ya udah update, makasih reviewnya…

Chizaoka980 mwahahah maapkan abis saya gemes pengen di notis *lah nah gitu dong *kasih duren* ya dia perannya emang jadi bapak-bapak ya hahaha *emot nista* buset ga ampe 10 juga hahaha ini ya update, thanks reviewnya…

Suira seans maap, sakit ga tamparannya? *oi karena emang itu kenyataan yang bahkan Fujimaki senseipun protes sama Aomine wkwkwk iya dong, kan ini ff aokaga bukan aokasa *eh terimakasih sudah ngereview :]

Momonpoi minta sama Kise yaaa…. Wahahaha Aomine disini ga brengsek2 kayak ff yang biasanya, aku nyoba bikin dia jadi rada cengeng malah maaf kalo aneh. Makasih udah review~

Kuroi-x waduh, musti berobat tuh eheheheh makasih ini ya chapter terakhir. Makasih reviewnya….

ljk makasih udah muncul hahaha, saya juga ga mengharapkan apa2. Cukup di kasih semangat aja ada yang baca ffnya juga bersyukur, makasih banget makasih reviewnya…

Penikia Hai Peni, lama kita ga bersua, hehehe kenapa perutnya? Udah berapa bulan? #eh banyak ya author aokaga yang merasa begitu tehehe Aomine pgn beli udang makanya dia jadi model *ga gitu* yep M tapi implisit ya kayaknya…. Rada-rada susah saya bikin M yaoi eksplisit. Sankyuuuh reviewnya~~

Sign,

Zuru janai, Chizuru da.

31 juli 2015, 08:52 PM, 8 pages, 1665 words.