Sekitar setengah jam kemudian, perlahan Sasuke terlihat lebih tenang dan sepertinya ia lelah sekali. Mungkin kontraksi di perutnya berkurang. Nafasnya mulai teratur dan keringatnya juga berkurang. Itachi tak beranjak dari sisi Sasuke dan terus menjaga adik kesayangannya ini.
"Sudah lebih baik, Sasuke?" Tanya Itachi cemas.
Sasuke mengangguk lemas dan Mikoto datang membawakan makanan.
"Sasuke, kau tahu? Kau akan melahirkan, anakku…" Jelas Mikoto kalem.
Kali ini Sasuke yang terkejut karena sejak tadi ia sibuk menahan rasa mulas di perutnya dan karena memang awalnya ia mengalami diare, ia tak bisa membedakan mana mulas diare mana mulas kontraksi.
"Tapi- usia kehamilanku…"
"Hari ini tepat empat puluh minggu, Sasuke… Dan itu waktu yang amat tepat untuk melahirkan…" Jawab Mikoto lagi.
Itachi mencium kening Sasuke dan terus menggenggam tangannya. Ia cemas sekaligus senang karena ia akan melihat buah cintanya dengan Sasuke hanya tinggal menunggu jam.
"Aku disini, Sasuke… Aku tak kan beranjak dari sisimu sampai kau berhasil melahirkan anak kita…"
Madara pun ikut duduk disamping Sasuke.
"Rileks, Sasuke… Jangan tegang… Kau tidak sendiri, kau boleh mengeluh, bahkan berteriak jika memang sakitnya terasa tak tertahankan…" Kata Madara.
"Sekarang, saran dariku, kau harus makan, sekalipun aku tahu kau pasti sangat tidak bernafsu untuk makan, tapi asupan nutrisi tetap dibutuhkan sebelum melahirkan setidaknya untuk tenagamu nanti saat mengejan…" Kata Mikoto sambil memberikan sepiring makanan untuk Sasuke.
Sasuke mengangguk lemah dan Itachi mulai menyuapi adiknya. Matanya tak lepas dari wajah sang adik yang entah mengapa hari ini terlihat begitu-cantik. Aura seorang 'ibu' mungkin. Itachi sedikit takjub dan insting kelaki-lakiannya kian tumbuh dari seorang pria dewasa dan suami, menjadi insting seorang ayah bagi anaknya nanti.
Sesekali wajah Sasuke kembali menegang dan ia menahan nafasnya, mungkin kontraksinya datang lagi dan Itachi menghentikan suapannya sebentar sambil mengusap tangan Sasuke yang sedang digenggamnya.
"Tarik nafas panjang, Sasuke… Tarik nafas dari hidung serileks mungkin dan keluarkan melalui mulut perlahan… Begitu seterusnya…" Mikoto mendekati Sasuke dan mengelus perut anaknya.
"Pinggangku sakit, Kaa-san… Nii-san…" Keluhnya sambil meringis.
Kali ini Itachi yang mengelus pinggang belakang Sasuke. Sementara Madara sibuk mempersiapkan apa saja yang akan dibawa ke rumah sakit nanti dan memasukkannya ke dalam mobil. Bagaimanapun, cucunya akan lahir. Ia antusias karena tak percaya ia akan benar-benar menjadi seorang kakek.
"Aku mau ganti celana dalamku dulu…" Dengus Sasuke sambil bersiap untuk beranjak.
Mikoto tahu persis bahwa anaknya dalam kondisi cemas yang luar biasa karena itulah ia gelisah dan merasa terganggu dengan rasa basah dibagian bawahnya, padahal sebenarnya itu bukan masalah. Selama yang keluar bukan air ketuban.
"Tak perlu Sasuke, nantinya juga kau tak perlu pakai celana dalam, kau akan melahirkan normal kan?"
Itachi duduk dibelakang Sasuke dan memeluknya, mengelus rambutnya dan menghentikan sesi makannya sementara. Ia tak tega kalau harus memaksa Sasuke makan dalam keadaannya yang sangat tidak nyaman seperti itu.
"Katakan padaku, Sasuke-sesakit apa yang kau rasakan?" Tanya Itachi sedikit berbisik cemas di telinga sang adik.
Keringat mulai muncul lagi di pelipis dan kening Sasuke, ia memejamkan matanya kuat-kuat dan wajahnya kembali menegang. Itachi melihat perut Sasuke sedikit bergerak dan menonjol keluar, sepertinya si jabang bayi sedang melakukan perputaran karena adanya kontraksi, Itachi meringis melihatnya, ia mengelus perut Sasuke dan mencium pipi sang adik yang kini sedang berusaha menarik nafas panjang dan menghembuskannya melalui mulut.
"Mulas sekali, Nii-san… Perutku seperti akan meledak, ada yang menekan bagian bawahku… Pinggangku panas…" Keluh Sasuke.
Mikoto hanya tersenyum getir membayangkan seperti apa nanti Sasuke jika benar-benar sudah memasuki tahap persalinan hingga kelahiran, dimana rasa mulas dan sakitnya akan lebih hebat dari ini. Tapi, ia percaya anaknya pasti bisa.
"Itachi, Mikoto… Dokternya sudah ada di rumah sakit, Sasuke ditunggu disana sekarang…" Seru Madara yang tiba-tiba masuk kembali ke kamar.
Itachi menghela nafas sedikit lega mendengar berita itu dan segera menggendong Sasuke menuju mobil diikuti oleh Mikoto. Sang ibu juga luar biasa tegang, tapi memang hal seperti ini adalah fisiologis atau normal dialami oleh mereka yang memasuki 'motherhood'. Ia hanya berusaha tenang karena tak ingin membuat laki-laki disekelilingnya ikut panik jika ia sendiri panik.
.
.
.
"Hm, Sasuke-kun sudah memasuki pembukaan enam sentimeter, untuk kehamilan pertama pembukaan persentimeternya adalah tiap rentang satu jam, ketuban belum pecah dan kontraksi cukup bagus… Kita tunggu kalau jam berikutnya ketubannya belum juga pecah secara spontan, maka aku akan melakukan amniotomi secara sengaja…" Jelas dokter kepada Mikoto dan Madara. Percuma dia menjelaskan pada Itachi, si sulung itu sudah tidak bisa diajak bicara karena matanya hanya tertuju pada Sasuke yang kini semakin intens mengerang dan mengeluhnya.
Mikoto dan Madara mengangguk mengerti sementara Itachi sibuk mengelap keringat Sasuke dan mengelus perutnya.
"Itachi, kaa-san akan keluar sebentar dengan paman Madara… " Pamit Mikoto.
Itachi hanya mengangguk tanpa menanyakan ada apa dan mau apa. Pikirannya sudah terkunci pada makhluk manis di depannya yang akan segera melahirkan ini.
"Sakit… Nii-san… Ngng… Ukh…"
"Tarik nafas panjang, Sasuke… Kau harus menyimpan kekuatanmu untuk mengejan nanti…" Nasihat Itachi yang entahlah dicerna atau tidak oleh Sasuke.
Tak lama teman-teman Itachi dan Sasuke datang. Naruto dan Sakura langsung mendekati Sasuke, dan Itachi meninggalkan adiknya sebentar bersama kedua temannya karena diluar sana menunggu Deidara, Kisame dan Sasori.
"Sasuke… Kau pasti bisa—ttebayo…" Ujar Naruto kaku karena ia sendiri lemas seketika melihat sosok cantik itu begitu kesakitan dan kelelahan. Ya, Naruto tidak pernah melihat orang yang sedang melahirkan sebelumnya.
Sasuke hanya mengangguk sambil menunjuk ke arah luar.
"Aku ingin kakakku… Itachi mana?"
"Itachi diluar, Sasuke… Ia sedang makan siang, karena tadi Kisame membawakan makanan untuknya…"
"Aku ingin kakakku, Naruto…" Rengek Sasuke.
Sakura memberikan isyarat untuk Naruto sedikit menjauh dan gantian ia yang mendekati Sasuke.
"Aku membawakan eskrim untukmu, Sasuke-kun… Karena aku tahu kau tak kan mau untuk minum susu, kau butuh asupan gula dan kupikir eskrim susu adalah yang paling tepat…"
Sasuke lebih tenang setelah mendengar kata eskrim dan dilihatnya Sakura sedang menggenggam semangkuk besar eksrim vanilla dan coklat. Ia menghentikan rengekannya sebentar dan menerima suapan demi suapan dari Sakura.
Sementara itu di luar…
"Itachi-san, kau makan dulu…"
"Tidak bisa, aku ingin disamping Sasuke sekarang…"
"Adikmu sedang ditangani oleh teman-temannya, Itachi-kau jangan terlalu khawatir…"
Deidara mulai risih melihat kelakuan si rambut panjang ini. Bayangkan saja, baru saja ia melongokkan kepalanya dari ruangan dan menyapa ketiga temannya, Itachi sudah kembali menarik tubuhnya ke dalam ruangan dengan alasan tak bisa meninggalkan Sasuke, jelas membuat Deidara kesal. Kisame memang tahu Itachi bisa bersikap setengah gila kalau berurusan dengan adiknya, tapi masalahnya sekarang Itachi belum makan bahkan belum mandi-mungkin-karena itu ia sengaja membawakan makan untuk sahabatnya ini.
"Aku akan mengikatmu, Itachi- dan kau akan semakin tidak bisa bertemu adikmu…" Ancam Sasori tenang.
Itachi terdiam dan akhirnya duduk di kursi koridor luar ruangan. Kisame kembali menyodorkan makanan pada Itachi dan masih dalam diam namun terlihat sekali pikiran si sulung Uchiha itu entah dimana, ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Itachi, adikmu itu tak kan kenapa-napa… Apalagi ada si rambut merah jambu disana, dia belajar ilmu kesehatan, bisa dibilang ia mewakili dokter sekarang disamping adikmu…" Kata Deidara.
Itachi hanya mengangguk pelan. Ia - 'ohsodamnworrylikefuckinghell' terhadap adik satu-satunya. Ia sadar bahwa ia sedang makan tapi entah mengapa lidahnya kelu dan sepertinya indera pengecapnya sedang cuti bekerja, intinya ia tidak menikmati. Itu saja.
Tiba-tiba…
"AARRGGGHHH… ITACHIIIII…" Suara manis itu terdengar menggema di dalam ruangan kedap suara itu dan mungkin karena 'cukup' keras, suara malaikat Itachi itu tembus keluar. Itachi pucat dan langsung menaruh makanannya, lalu minum dan masuk ke ruangan lagi. Tiga teman Itachi hanya memijat keningnya masing-masing. Baiklah, satu Uchiha sahabat mereka itu memang konyol jika sudah mengenai adiknya.
"Ada apa, Sasuke? Naruto-kun? Adikku kenapa?" Tanya Itachi yang di detik berikutnya sudah kembali menggenggam tangan Sasuke.
"Air ketubannya pecah, Itachi-san…" Jawab Sakura tenang dan kemudian dokter masuk.
"Ke—Ketuban?" Itachi bergidik saat melihat tiba-tiba saja selimut yang digunakan Sasuke untuk menutupi bagian bawahnya membuat bercak basah.
Naruto dan Sakura keluar menunggu bersama teman-teman Itachi yang jelas sebelumnya mereka tidak saling mengenal.
"Ada apa dengan Sasuke?" Tanya Sasori.
"Air ketubannya pecah, dan itu normal… Tandanya sebentar lagi mungkin akan terdengar teriakan yang lebih indah, kalian tunggu saja… Kalau tak kuat silakan makan di kantin atau menunggu di game center…" Saran Sakura.
"Kenapa harus berteriak, un?" Tanya Deidara polos.
Sakura tersenyum.
"Karena kontraksinya akan lebih hebat dan pembukaan jalan lahir Sasuke-kun akan lebih melebar lalu akan tiba waktunya Sasuke-kun untuk mengejan dan malaikat mereka berdua akan segera bertemu dengan dunia kita…"
"Memangnya sesakit itukah, Sakura-chan?" Kali ini Naruto yang bertanya.
"Entahlah, aku kan belum pernah melahirkan…"
Dan…
"ITACHI SIALAN… GARA-GARA KAU AKU JADI BEGINI… AKU BENCI PADAMU, KUSO ANIKI… AAAARRGGHHH…"
Lima orang diluar ruangan hanya merinding mendengar Uchiha bungsu yang manisnya tidak tertolong itu berteriak sedemikian kerasnya bahkan dengan sedikit rutukan 'manja' menyertai teriakannya.
.
"Sudah sembilan centimeter untuk pembukaan Sasuke-kun, kontraksinya bagus, kita tunggu saja, mungkin setengah jam lagi, ia bisa mulai mengejan…" Kata dokter.
"Apa? Setengah jam? Aku tak mungkin tega melihat adikku tersiksa lebih lama lagi, dokter…"
"Kalau begitu anda bisa keluar, kami bisa menanganinya…"
Itachi terpojok dan kembali melihat sang adik yang mukanya sudah memerah padam menahan rasa sakit akibat kontraksi.
"Tidak, aku disini saja… Akan lebih buruk jika aku keluar…"
Lalu si sulung menyeka keringat di kening dan leher Sasuke sambil mencium keningnya berkali-kali, sementara tangannya mengelus perut Sasuke yang menegang hebat, kini Sasuke sedikit meronta dan menggeliat sakit, tangannya mengepal dan sesekali menghempaskannya ke tempat tidur lalu meremas spreinya.
"Sasuke…"
"Aku ingin-Hahhh… Ini segera berakhir, Nii-san…" Rengeknya dengan nafas yang terengah.
Sementara dokter mulai sibuk menyiapkan alat-alat steril untuk menolong persalinan dan mungkin beberapa jarum dan benang jika nanti beberapa jahitan diperlukan.
"Pasti, Sasuke… Sebentar lagi, dan aku yakin kau pasti berhasil…"
Setelah dokter siap dengan sarung tangan medisnya, ia mendekati Sasuke dan berdiri disampingnya. Menunggu Sasuke sampai lebih tenang dalam rentang relaksasi kontraksi. Ada beberapa yang harus ia sampaikan sebelum Sasuke mengejan nanti.
"Sasuke-kun… Aku punya beberapa saran untukmu, setidaknya untuk membantumu memudahkan proses persalinanmu, kau mau dengar?" Tanya dokter.
Sasuke mengangguk lemah dan Itachi tersenyum melihat adiknya lebih tenang dan bisa diajak kerja sama.
"Pertama dan yang terpenting… Setiap kontraksi akan ada rentang waktu untuk relaksasi, walaupun hanya beberapa detik, pergunakan saat kontraksi menghilang itu dengan menarik nafas panjang dan kumpulkan tenaga sebisa mungkin untuk mengejan di kontraksi berikutnya, kau boleh minum jika kau butuh…"
"Kedua, kau tak boleh stress, sesakit apapun kontraksi yang kau rasakan, kau harus sabar dan mengejanlah sesuai dengan prosedur, jika kubilang 'lanjutkan' maka lanjutkan, jika kubilang 'stop', kau harus berhenti… Jika kau tak kuat, hindari berteriak karena hanya akan membuang tenaga… Boleh sesekali berteriak jika kau berada di akhir sesi mengejanmu… Kau bisa menggigit kakakmu karena ia juga harus bertanggung jawab telah membuatmu sesakit ini…" Sang dokter tertawa kecil sambil melirik Itachi.
"Ketiga, aku memberikanmu kebebasan untuk mengejan dengan posisi yang sekiranya membuatmu lebih nyaman, aku menyarankan dengan posisi setengah menungging, kau gunakan kedua kakimu untuk bertumpu dan kau gunakan tanganmu untuk berpegang pada bahu kakakmu atau mungkin melingkarkan tanganmu di tengkuk kakakmu, gravitasi akan membantu menurunkan kepala bayi dan kau sendiri akan merasa lebih tenang karena kau bisa bersentuhan langsung dengan kakakmu dan kakakmu bisa memelukmu atau mengelus punggung dan pinggangmu secara langsung…"
Sasuke hanya mengangguk pelan karena kontraksi lagi-lagi menyerangnya dan ia berusaha menarik nafas panjang seperti apa yang di instruksikan dokter untuk rileks dan tidak membuang-buang tenaga.
Dokter menyarankan Itachi agar naik ke tempat tidur dan memposisikan dirinya di atas kepala Sasuke jika nanti sudah tiba saatnya ia mengejan, ia bisa membantu Sasuke bangun dan memposisikan adiknya menghadap dirinya.
Itachi duduk bersimpuh dan memangku kepala Sasuke sementara menunggu adiknya mencapai sesi kala dua persalinan. Dokter masih terus melihat ke bagian bawah Sasuke memantau pembukaan dan peregangan otot Sasuke.
"Nii-san… Sakit… Aku tak kuat lagi… Aku tidak sanggup…" Rengek Sasuke lemah.
Itachi menggeleng sambil tersenyum ke arah Sasuke dibawahnya dan meraih dagu Sasuke sambil mengusapnya.
"Kau bisa, Sasuke… Sebentar lagi selesai dan kita akan melihat anak kita… Aku disini, Sasuke… Kau boleh benci padaku kalau kau merasa sakit yang luar biasa… Kau boleh mengutukku apapun kalau itu bisa membuatmu lebih tenang dan mengurangi rasa sakit dan frustrasimu…" Jawab Itachi.
.
"Sasuke… Apa dia akan baik-baik saja?" Tanya Naruto pelan.
Sakura yang mendengarnya hanya tersenyum dan menepuk pundak Naruto.
"Tenang saja, ia akan baik-baik saja… Sasuke tipe orang yang tak kan mudah menyerah dan sudah keputusannya untuk melahirkan secara normal, dia akan konsekwen…"
"Tetap saja aku khawatir…"
"Ada Itachi disana, Naruto… Kau tak perlu khawatir, tak ada yang tak bisa dilakukan Itachi jika tentang Sasuke…" Sambung Kisame.
Naruto terdiam. Sakura mengerti bahwa yang mengganjal hati Naruto bukan hanya tentang keadaan Sasuke, tapi tentang dia yang benar-benar sudah 'kalah' dari Itachi. Ada setumpuk rasa sesal di dada Naruto yang tak pernah jujur sejak awal pada Sasuke bahwa ia mencintainya. Dan kini orang yang dicintainya harus terikat hubungan yang sangat tidak normal sekaligus kotor dan terlarang karena mereka berdua bersaudara. Dan kandung.
"Aku mencintai Sasuke…"
Kali ini Kisame, Deidara dan Sasori yang terkejut. Ya, mereka memang tidak mengenal Naruto secara mendetail, tapi mereka pernah mendengar sedikit tentang Naruto yang menaruh perhatian lebih pada Sasuke dari Itachi. Selama ini mereka menganggap 'curhatan' Itachi tentang kecemasan adiknya diambil Naruto itu hanya kecemburuan Itachi saja yang buta, namun sekarang mereka benar-benar mendengar dengan telinga mereka sendiri bahwa si pirang ini mencintai Sasuke.
"Kau masih tak rela?" Tanya Sakura.
"Tentu saja, bagaimana aku bisa merelakan Sasuke begitu saja…"
"Kalau kau merasa sudah dewasa, kau harus belajar merelakan sesuatu yang tak bisa kau lepas sama sekalipun…" Ujar Sasori.
"Aku mengerti bahwa kata-kata 'aku akan bahagia jika melihat orang yang kusukai bahagia' itu adalah kebohongan besar, tapi cobalah kau pertimbangkan lagi tentang orang yang kau sukai itu akan menderita jika kau memaksanya bersamamu sedemikian kau berusaha membuatnya bahagia…"
Hening.
"Isi kepalaku hanya Sasuke. Aku menyesal. Aku menginginkannya. Aku ingin merebutnya dari Itachi. Ternyata aku tak bisa merelakan Sasuke, dan sebentar lagi ia akan menimang anak dari Itachi. Hatiku remuk…"
"Dan kalau kau merebutnya dari Itachi, maka Sasuke akan hancur… Sasuke mencintai Itachi bukan hanya dalam konteks kekasih, Naruto… Ia mencintai Itachi karena kasih sayang Itachi sebagai kakak yang luar biasa dan tiada ujung baginya, Sasuke merasa nyaman dalam kehangatan Itachi sebagai kakak. Rasa cintamu pada Sasuke dengan rasa cinta Itachi pada Sasuke itu berbeda, dan kau tak kan pernah dapat mensejajarkan perlakuan sayangmu pada Sasuke seperti Itachi. Kau bukan kakaknya, sementara Sasuke membutuhkan Itachi juga sebagai kakak. Lihatlah perbedaan perilaku Sasuke, jika pada orang lain, Sasuke begitu kaku dan tertutup, tapi hanya di depan Itachi ia bisa bersikap apa adanya dan lebih jujur pada perasaannya, karena Itachi memberikan ruang baginya untuk bebas menjadi dirinya sendiri, Sasuke merasa nyaman dalam pelukan Itachi…Disitulah letak jurang pemisah kalian…" Terang Kisame.
Naruto terdiam. Ia mengakui kata-kata Kisame tidak ada yang salah sama sekali. Itachi memiliki segala yang dibutuhkan Sasuke. Karena Itachi adalah kakaknya, yang selalu menyayanginya dan mengerti dirinya sejak Sasuke lahir. Itachi adalah orang yang selalu ada di samping Sasuke. Sekalipun mereka tidak memiliki hubungan terlarang pun, sekalipun Sasuke menikah dengan wanita, Itachi tetap memiliki Sasuke secara utuh, karena darah yang mengalir diantara mereka adalah satu garis. Mereka tak terpisahkan. Naruto menutup mukanya dengan kedua tangannya berusaha menerima secara dewasa tentang kenyataan itu.
Tiba-tiba, suara derap langkah beberapa orang memecahkan keheningan koridor ruang maternitas. Mereka tersenyum lega melihat Mikoto dan Madara sudah kembali tapi raut muka kelima orang tersebut berubah tidak suka melihat satu orang lagi dibelakang ibu dan paman Sasuke tersebut.
"Kau… Mau apa lagi?" Cegah Kisame menahan orang tersebut ketika akan masuk ke ruang bersalin.
.
"ITACHI, AKU SUDAH TIDAK TAHAN LAGI… PERUTKU SAKIT DAN ADA YANG MENDORONG INGIN KELUAR, DASAR BODOH…" Teriak Sasuke dan Itachi hanya mengangguk.
"Sabar, Sasuke…" Jawab Itachi sambil sedikit meringis sakit karena Sasuke mencengkeram tangannya dengan kuat hingga kukunya menancap di kulit tangannya.
"Sepertinya sudah waktunya… Nah, Sasuke-kun, mari ubah posisimu kalau kau ingin mengikuti saran yang kuberikan tadi…" Kata sang dokter.
Tak ingin berlama-lama karena Sasuke sendiri sudah tak tahan juga lelah, ia langsung membalikkan badannya menghadap Itachi dan merangkulnya, lalu merendahkan bokongnya setengah berjongkok karena ia menumpukan tubuhnya di kedua lututnya.
"Sempurna, sekarang kau boleh mengejan… Tarik nafas dalam-dalam dan saat kontraksi datang, mengejanlah sekuat tenaga seperti kau sedang buang air besar…"
Itachi mendekap tubuh Sasuke sambil terus mengecup telinga dan leher Sasuke. Membisikkan kata-kata penyemangat untuk adiknya, jantungnya sendiri sebenarnya berdebar kencang, antara tidak sabar, antusias juga cemas. Tapi, ia percaya adiknya pasti bisa dan ia juga percaya pada tenaga medis.
Tak lama Itachi merasa rangkulan Sasuke mengencang dan epertinya ia sedang meneran.
"Bagus, teruskan seperti itu… Pintar…" Sang dokter memberi semangat.
"Ugghhh…Nii- Agghhhh…"
"Sasuke, kau hebat, Otouto… Aku disini, sayang… Terus…"
Itachi bahkan tak peduli saat Sasuke mulai mencakar punggungnya menahan sakit.
"Stop dulu, Sasuke-kun… Tarik nafas panjang… Aku tak mau kau kekurangan oksigen karena nanti akan berefek pada janinmu… Sabar…"
Rasa mulas masih menyerang Sasuke dengan hebat tapi, ia berusaha mengikuti instruksi dokter walaupun sulit sekali. Ia mengigit baju Itachi kuat kuat sambil menarik nafas panjang dan mengumpulkan kembali tenaganya. Itachi mengurut punggung hingga ke pinggang Sasuke dengan lembut dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tetap merengkuh tubuh adiknya.
"Aku tak kuat… Aku menyerah, Nii-san… Aku tidak bisa…"
"Kau bisa, Sasuke… Adikku sayang, aku percaya padamu…"
Dan Sasuke kembali mengejan setelah mendapat instruksi dari dokter.
"Kepalanya sudah terlihat, Sasuke-kun… Tarik nafas sekali lagi dan mengejanlah dengan kuat dan gemas, setelah itu selesai… Aku yang akan menarik bayimu keluar…"
"Lihat, Otouto… Kau bisa kan? Sekarang lihat aku, mengejanlah sambil melihat aku dan aku tak kan melepaskan pandanganku darimu, Otouto…Ayo…"
Sasuke melepas rangkulannya dan mencengkeram bahu Itachi dengan kuat dengan wajah berhadapan dengan sang kakak. Wajah teduh Itachi yang masih terukir senyum hangat disana seolah menenangkan sekaligus menyemangati Sasuke. Dan…
"AAAARGGGHHHHH…"
Itachi melihat tangan dokter wanita itu menarik sesuatu dari bagian bawah Sasuke sambil tersenyum lega dan senang.
"Ayo bantu Sasuke-kun berbalik dan berbaring terlentang…"
"Sakit—Sakit… Nii-san… Sakit…."
Dan setelah Sasuke berhasil dibalikkan terlentang, terlihat oleh mereka sang dokter mengangkat seorang bayi mungil di tangannya yang terbungkus sarung tangan. Masih sedikit berlumuran darah, tapi sang dokter segera membersihkannya dengan kain lembut. Setelah itu ia menyuntik Sasuke dan memotong tali pusat bayi mereka.
Itachi turun dari tempat tidur dan memeluk kepala Sasuke ke dadanya, mencium kepala, kening, pipi dan bibirnya berulang-ulang. Ia bahagia dan bangga pada adik manis satu-satunya ini. Kebahagiaannya memuncak saat dokter menaruh bayi mungil itu ke perut Sasuke.
"Inisiasi menyusui dini, sekaligus bonding attachment spontan pada 'ibu' dengan kehangatan dan bau tubuh ibunya…" Terang dokter tersebut tanpa sempat Itachi dan Sasuke bertanya terlebih dahulu.
Rasa sakit dan lelah Sasuke hilang saat itu juga merasakan tubuh mungil yang masih licin karena air ketuban itu menggeliat di perut dan naik ke dada Sasuke.
"Kau berhasil, Otouto… Aku tak percaya, ini anak kita… Sasuke, ini anak kita…" Tanpa sadar air mata Itachi mengalir ke pipinya.
Sasuke mengangguk dan dengan gemetar ia menyentuh punggung bayinya memeluknya perlahan. Begitu kecil dan lemah, rasa sayang Sasuke pada makhluk mungil itu mekar dengan suburnya saat itu juga. Ini anaknya. Ia berhasil melewati semua masa-masa sulit itu dan kini ia berhasil melahirkan anaknya dengan selamat.
"Perempuan, Sasuke… Anak kita perempuan… Cantik sekali… Bulu matanya panjang sepertiku dan rambutnya hitam seperti milikmu… Kulitnya putih dan lembut seperti kulitmu…"
Setelah beberapa menit bayi mungil itu mencari puting susu Sasuke secara naluriah dan sedikit dibantu oleh Itachi dan didekap oleh Sasuke, akhirnya si kecil itu menemukan surganya, dengan segera reflek menghisap sang bayi bekerja di puting susu Sasuke. Si bungsu tertawa kecil dan sedikit meringis sakit karena bayi kecil itu mempunyai tenaga yang cukup kuat untuk menghisap.
"Kalian tak perlu melihat kemari karena aku akan melahirkan plasenta Sasuke, fokuslah pada bayi kalian… Sasuke-kun, tarik nafas panjang, rasanya akan sedikit mulas dan linu tapi kau tak boleh mengejan…"
.
.
.
"Uchiha Nadeshiko…" Jawab Itachi mantap.
Proses persalinan Sasuke selesai dan ia sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Ruangan itu cukup ramai karena Naruto dan lainnya benar-benar menunggu hingga proses selesai.
"Nama yang cantik, Itachi-san…" Komentar Sakura.
"Tentu… Secantik wajahnya…" Sambung Mikoto.
"Ku ambil dari nama bunga, Kaa-san, paman Madara…"
Mikoto mendekati Sasuke dan mengecup keningnya sedikit lebih lama.
"Kaa-san bangga padamu, Sasuke… Kau berhasil… Kau jadi orang tua sekarang… Terima kasih kau memberikan ibu cucu, nak… Ibu bahagia…" Bisik Mikoto.
Sasuke hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Dan tiba-tiba si kecil Nadeshiko menangis. Itachi langsung menuju boks bayi dan menggendongnya.
"Sshh… Sshh… Sayang, ini ayah… Kau mau apa, cantikku? Kangen ibumu, hm?" Itachi menimang anaknya dengan sayang dan memberikan bayi mungil itu kepada Sasuke.
Sakura dan beberapa teman Itachi tersenyum geli melihat tingkah Itachi yang jelas menurut mereka aneh. Itachi itu cool, dia tenang dan kalem seperti Uchiha lainnya. Dan kali ini ia bersikap berbeda sekali. Naluri seorang 'ayah baru'.
"Hn… Usuratonkachi mana? Seingatku tadi dia datang kesini…" Tanya Sasuke sambil mengelus Nadeshiko disamping tubuhnya.
Hening.
"Aku disini, Sasuke…" Tiba-tiba Naruto masuk sambil menatap lurus Sasuke.
Lalu ia berdiri disamping tempat tidur Sasuke, memandang bayi perempuan yang cantik itu dengan lembut dan mengelus pipinya.
"Dia cantik, Sasuke… Seperti kau dan Itachi…" Gumam Naruto.
Sakura memalingkan mukanya ke arah jendela tak ingin melihat Naruto dan Uchiha bungsu itu sedikit mengernyitkan alisnya melihat ekspresi Naruto yang tidak biasa.
"Naruto?"
Naruto tak menghiraukan suara Sasuke dan berjongkok di pinggir tempat tidur, meraih tangan mungil bayi Sasuke.
"Ini paman Naruto, Nadeshiko… Kau cantik sekali… Nanti anak paman juga ingin secantik dirimu…" Kata Naruto.
"Oi Dobe, kau baik-baik saja?"
Naruto tersenyum dan memandang Sasuke.
"Itachi, maaf tapi kau tak perlu marah…"
Tiba-tiba sebuah kecupan lembut mendarat di kening Sasuke.
"Selamat Sasuke, doakan aku agar aku juga bahagia…"
Suasana hening dan Naruto berdiri lalu membungkukkan badannya untuk pamit dan keluar ruangan. Sasuke sendiri tak mengerti sebenarnya ada apa. Sangat tidak biasanya sampai Itachi pun bingung harus bagaimana karena ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, Deidara memberikan isyarat pada Itachi untuk mengalihkan suasana canggung ini.
Itachi mendekati Sasuke, duduk disamping lengan Sasuke dan mengelus wajah adik kesayangannya.
"Sasuke, aku bangga padamu… Terima kasih atas malaikat yang kau lahirkan untukku…"
Sasuke akhirnya mengangguk pelan dengan menyimpulkan sedikit senyum tipis.
"Sasuke… Itachi, ada yang ingin bertemu dengan kalian berdua-bertiga dengan Nadeshiko-chan…" Kata Madara.
Kali ini ketiga teman Itachi yang memalingkan muka mereka dan terdiam, sungguh Itachi dan Sasuke dibuat bingung oleh orang-orang disekitar mereka. Tadi Naruto, sekarang siapa lagi?
"Kalian bisa menolaknya jika tak mau…" Sambung Mikoto.
"Siapa? Haha-ue?" Tanya Itachi.
.
.
.
TBC.
Udahan dulu yak XD sori nih gantung banget yak? Yang penting kan dedek udah lahiran yak? Puas dong, namanya bagus kan? Ini hasil dari diskusi gue sama salah satu reader nih… Nama reader yang ngasih nama anak ItaSasu ini "Nici Sicrita" , well, beberapa waktu lalu gue emang sempet posting sedikit bocoran tentang anaknya dedek sama abang di facebook XD jadilah nama Nadeshiko ini gue ambil… Apalah ya, dulu gue suka nonton film Card Captor Sakura dan ibunya Sakura itu namanya Nadeshiko, dia cantik banget dan gue suka, gue udah kepikiran kesana buat nama anaknya ItaSasu, eh Nici langsung nyeletuk nama itu juga, yaudah yakin deh gue pake. Thanks ya Nici.
Ada yang bisa nebak siapa yang mau ketemu abang sama dedek n baby Nadeshiko-chan? Betewe, doain paman Naruto ya biar cepet mup on dari dedek Sasu.
Oia, beberapa penjelasan mengenai persalinan Sasuke ya.
Persalinan itu dibagi menjadi 4 tahap/kala :
Kala 1 : Terjadinya pembukaan pada jalan lahir dari 0-10cm(lengkap), disini bisa terjadi ketuban pecah secara spontan, atau jika tidak pecah secara spontan, maka akan dilakukan amniotomi(perobekan selaput ketuban). Disini juga bisa terjadi KPD (Ketuban Pecah Dini dimana ketuban pecah ketika pembukaan masih dibawah 3 cm. Jika KPD ini terjadi dan kontraksi kurang bagus maka akan dilakukan tindakan lanjutan.
Kala 2 : proses kelahiran janin ketika pembukaan sudah lengkap sampai lahirnya janin. Disini terjadi "turunnya kepala, fleksi(kepala bayi mendongak), putaran paksi dalam( kepala bayi melakukan putaran yang pertama), ekstensi(kepala bayi muncul di permukaan vagina), putaran paksi luar (kepala bayi melakukan putaran terakhir), ekspulsi (kepala bayi keluar hingga ke leher)-setelah ini akan dilakukan pemeriksaan lilitan tali pusat pada leher bayi, jika tak ada maka tangan penolong akan menangkap kepala bayi dan melakukan sanggah susur dimana akan dilahirkan bahu depan(atas) terlebih dahulu dengan menarik kepala bayi ke arah bawah, setelah lahir dilanjutkan dengan melahirkan bahu belakang (bawah) dengan menarik kepala bayi ke arah atas, setelah itu bayi akan lahir seluruhnya.
Kala 3 : proses kelahiran plasenta setelah janin lahir. Di kala 3, ibu akan diberikan suntik oksitosin terlebih dahulu untuk merangsang kontraksi uterus selanjutnya, biasanya menunggu selama beberapa menit, maka bisa di jeda dengan melakukan IMD tadi.
Kala 4 : 6 jam masa pemantauan setelah kelahiran janin dan plasenta.
Dalam rentang waktu antara kala 2 dan 3 bisa dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) setelah dilakukan suntik oksitosin untuk merangsang kontraksi supaya plasenta lepas dari rahim dan pemotongan talipusat pada bayi. Dalam IMD, bayi dibiarkan telanjang setelah dibersihkan lalu ditaruh di perut ibu baru ditutup oleh kain, biarkan bayi merasakan kehangatan suhu tubuh ibu dan menghirup bau alami tubuh ibu untuk tercapainya bonding attachment ibu dan bayi secara spontan dan dini. Secara insting bayi akan menggeliat merangkak mencari puting susu ibu, dan disitu kita bisa membantu bayi mengarahkan ke puting susu ibunya. Setelah bayi menemukannya, dia akan menjilat dan menghisap puting susu ibunya secara insting pula *kebesaran Tuhan*.
Menyusui sendiri mempunyai manfaat secara fisiologis bagi ibu, salah satunya ketika menyusui, hormone oksitosin akan terproduksi secara alami dan menyebabkan kontraksi pada uterus pasca melahirkan yang bermanfaat untuk mencegah pendarahan post partum, mensukseskan masaa nifas dan mengembalikan bentuk rahim seperti semula dalam waktu yang lebih cepat. Secara psikologis jelas membuat ikatan bathin ibu dan bayi semakin kuat. ada satu istilah yang disebut "reflex turun susu" dimana setiap kali ibu memikirkan bayinya atau mendengar suara tangis bayi, otak yang menerima informasi tersebut langsung memerintah si oksitosin tersebut terproduksi dan menstimulasi turunnya susu lalu menstimulasi otot sekitar payudara untuk memeras ASI supaya keluar.
Untuk program KB, menyusui secara eksklusif bisa dijadikan pilihan utama dibandingkan KB hormonal yang mempunyai banyak efek samping.
Yang paling penting dalam menyusui adalah "dipastikan masuk Kolostrum ke dalam tubuh bayi" – kolostrum bisa disebut sebagai "ASI pertama" warnanya agak kekuningan dan lebih kental dibandingkan ASI biasa. Ini penting karena dalam kolostrum mengandung sel darah putih dan immunoglobulin A yang merupakan zat antibodi untuk daya tahan tubuh alami bagi bayi.
YAK SEGITU DULU YAK. MUDAH-MUDAHAN PUAS. Gue lagi seneng karena abang Itachi gue udah balik ke gue XD XD.
Thanks for reading.
"Author akan selalu mencintai reader-readernya, tapi reader yang meluangkan waktu untuk meninggalkan review bagi author, akan mendapat tempat VIP di hati author"