JE T'AIME

Pairing : Yunho x Jaejoong

Genre : Romance/Friendship/Hurt

Rate : M

Disclaimer : they are not mine but this story is mine

Warning : kesalahan ejaan dan pemilihan kata, miss typo, penceritaan ngebut.

Maaf, maaf banget saya baru bisa update sekarang. Saya udah ga punya waktu lagi buat nulis (Ugh! I hate growing up!) dan juga sempet buntu buat nerusin fic ini. Saya bisa aja maksain nulis dalam keadaan begitu, tapi saya takut hasilnya ga akan memuaskan buat saya sama yang baca T.T

Terima kasih banyak buat seluruh reader yang masih setia nungguin dan ngikutin fic ini. Tanpa kalian karya saya ini ga ada apa-apanya. (*kiss kiss)

Terima kasih juga buat iasshine yang udah ngasih saran dan semangat. Yang sempet kita diskusiin itu bakal saya tulis di chapter selanjutnya soalnya chapter ini udah panjang banget. Hehehe…

Enjoy! ^_^

.

.

Lovesick

Satu kata itu sudah cukup menjelaskan keadaan yunho saat ini. Dan yang selalu terkena imbasnya pastilah yoochun.

"Yun, kau benar-benar sudah menjadi beruang ya sekarang." Saat ini keduanya sedang menikmati jajanan kaki lima usai jam kantor. Yunho mengisi kekosongan hatinya setelah kepergian jaejoong dengan memasukkan segala jenis makanan ke dalam perutnya dan mabuk hampir setiap malam. Tubuhnya menjadi sedikit gemuk dengan pola hidup yang tidak sehat ini, hal ini tentunya membuat yoochun semakin khawatir.

"Kau berlebihan, aku tidak segemuk itu." yunho menyangkal.

"Really? Lalu perutmu yang buncit itu disebut apa?" sindir yoochun. Yunho tidak menghiraukan ucapan sahabatnya dan terus makan.

"Bagaimana dengan detektif yang sudah kau sewa untuk mencari jaejoong? Apa dia telah menemukan sesuatu?" tanya yoochun. Sejak dua minggu yang lalu yunho menyewa detektif swasta untuk menyelidiki keberadaan jaejoong, berhubung yunho tidak memiliki banyak waktu luang lagi sejak kembali bekerja.

"Kemarin aku mendapat kabar bahwa jaejoong sudah tidak ada di kota ini lagi. Dan peluangnya untuk pergi ke gwangzu sangat kecil, jaejoong tidak akan pernah kembali kesana." Jawab yunho masih setia memasukkan makanan ke dalam mulutnya sambil beberapa kali menyesap soju. Yoochun memandangnya dengan ngeri.

"Yunho, bisakah kau tidak terus seperti ini? Jika aku terus mengawalmu tiap malam, aku bisa ikut menjadi beruang dan jun-chan tersayang tidak akan mau kupeluk lagi!" gerutu yoochun kesal.

"Yah! aku tidak pernah memintamu menemaniku minum atau makan. Kalau kau ingin, pulang saja sana pada istrimu tersayang itu!" balas yunho lebih kesal.

"Hei, sebagai teman yang baik aku mengkhawatirkan kesehatanmu. Dan aku sudah muak dipanggil oleh polisi setempat untuk menjemputmu yang selalu mabuk di sembarang tempat seperti seorang gelandangan!" balas yoochun mengeluarkan unek-uneknya. Ibu pemilik kedai menghampiri meja keduanya dan meletakkan sepiring tteokbokki. Yunho memandang makanan di depannya dengan sendu.

"Oh, jae selalu membuatkan tteokbokki saat aku di rumah…" kemudian yunho menenggak sebotol soju seperti seekor onta menemukan oasis. Yoochun memandang frustasi pada yunho.

Oi, detektif swasta siapapun-namamu-itu! Kumohon segera temukan jaejoong! Lama-lama aku bisa gila disiniiiii!

Yoochun merutuk sepenuh hati. Malam itu dia mengantar yunho yang mabuk ke apartemennya. Jatahnya untuk bermesraan dengan jun-chan tersayang pupuslah sudah.

.

Saat ini yunho dan yoochun sedang mengadakan meeting dengan dewan direksi lainnya. Beberapa kali mata yunho memandang kosong dan yoochun harus menutupi kelakuan aneh yunho setiap saat. Akhir-akhir inipun senyum yunho terlihat dipaksakan. Yoochun merasa kasihan pada yunho, dia berharap semua ini akan segera berakhir dan yunho kembali seperti biasa.

Beberapa hari kemudian, yunho dihubungi oleh detektif yang telah dia sewa.

"Yunho-ssi, aku sudah menemukan keberadaan jaejoong." dada yunho terasa berhenti sesaat mendengar berita ini.

"Jaejoong sedang berada di busan. Apa kau mengenal kim hyunjung?" tanyanya. Sungguh yunho tidak menyangka akan mendengar namanya kembali setelah senior high school.

"Aku mengenalnya, dia adalah seniorku dan jaejoong semasa senior high school." Jawab yunho tegang.

"Setelah pergi meninggalkan seoul, jaejoong mendatangi kim hyunjung. Dan hingga saat ini telah menetap di kediamannya." Lanjut detektif itu. Yunho mengepalkan tangannya kuat, dia sangat ingin memukul sesuatu untuk melampiaskan perasaannya.

"Apa kau tau alasan jaejoong mendatangi hyunjung?" tanya yunho sedikit menggeram.

"Jika kau menginginkan informasi itu, aku membutuhkan waktu untuk menyelidikinya lebih dalam lagi. Apa kau bisa menunggu beberapa hari?" yunho tidak ada waktu untuk menunggu lagi, dia harus menyusul jaejoong saat ini juga.

"Tidak perlu, tugasmu cukup sampai disini. Kirimkan saja alamat lengkap kim hyunjung di busan sekarang." Ucap yunho terburu-buru.

Siang itu yunho meninggalkan gedung kantornya bersama changmin menuju busan. Keringat mengalir di pelipisnya disebabkan oleh adrenalin yang melesat tinggi. Kim hyunjung adalah salah satu pria yang tertarik untuk memiliki jaejoongnya, dan saat ini mereka sedang tinggal bersama. Berbagai pertanyaan dan dugaan buruk berkecamuk dalam kepala yunho.

Mengapa jaejoong mendatangi hyunjung diantara sekian banyak teman lainnya? Apakah mereka memiliki hubungan lebih dari teman biasa setelah senior high school? Dan mungkinkah… bayi dalam kandungan jaejoong bukan anaknya?

Yunho berharap dugaan yang terakhir ternyata salah besar. Yunho benar-benar akan membunuh hyunjung jika dia yang telah menghamili jaejoong. Saat ini akal sehat yunho tidak berjalan dengan baik, tubuhnya dikuasai oleh emosi dan amarah. Hasil dari rasa sepi dan gelisah yang menumpuk setiap hari.

Dia tidak dapat tidur setiap malam, hanya memikirkan jaejoong. Tidak ada lagi yang menemaninya saat berlibur. Tidak ada yang peduli padanya di rumah, memeluknya saat kesepian, menciumnya saat sedih dan menghangatkan tubuhnya diatas king size bed miliknya.

Setelah cukup lama berputar-putar mencari, akhirnya yunho tiba di kediaman hyunjung pada sore hari. Yunho sekilas melihat klinik di sebelah rumah hyunjung, tapi tidak terlalu memperhatikannya. Tangannya bergerak menekan bel pintu dengan changmin yang berdiri di belakang. Tiba-tiba yunho dapat menghirup wangi familiar dari dalam rumah, wangi masakan buatan jaejoong. Bayangan akan jaejoong yang menyiapkan makanan untuk hyunjung, dan hal-hal lain yang mungkin jaejoong lakukan untuk melayani pria lain selain dirinya membuat yunho gelap mata.

Dan saat itu juga hyunjung membuka pintu rumahnya, tanpa disangka yunho menerobos masuk seperti banteng dalam arena bertarung. Proporsi tubuh hyunjung sebenarnya hampir sama dengan yunho, namun kekuatan yunho jauh lebih unggul darinya. Hyunjung yang terkejut akan kedatangan yunho hanya terperangah ketakutan dihadapkan dengan wajah mengerikan yunho.

"Yun… yun… yunho?" hyunjung tergagap. Yunho menarik kerah baju hyunjung dengan kedua tangannya dan menghempaskan tubuh hyunjung pada dinding dengan keras.

Brakkk!

"DIMANA JAEJOONGG!" yunho berteriak pada wajah hyunjung bagai singa jantan yang mengaum.

"Yun… tenang yun… aku, bisa, menjelaskannya…" hyunjung tidak bisa berbicara dengan benar dalam keadaan ini. Dan yunho semakin mendesaknya dengan keras tanpa jeda.

"JAWAB BRENGSEK!" yunho tidak butuh penjelasan darinya, yang dia inginkan saat ini adalah jaejoong. Yunho semakin mengeratkan kerah baju hyunjung dengan tinjunya, membuatnya sesak dan semakin sulit berbicara.

"Yunho! Lepaskan dia!" teriak jaejoong berjarak agak jauh dari keduanya. Yunho menoleh ke arah suara jaejoong kemudian melepaskan hyunjung begitu saja. Perasaannya bercampur aduk melihat jaejoong setelah sekian lama mencarinya.

"Jae, apa yang kau lakukan disini? Kau meninggalkanku dan pergi kesini saat sedang mengandung?" akhirnya yunho berbicara. Jaejoong terkejut, yunho telah mengetahui kehamilannya.

"Apakah kami berdua sama di matamu? Kau mendapatkan pertolongan darinya lalu kau melayaninya seperti yang kau lakukan bersamaku?!" tuduh yunho frontal. Jaejoong sungguh tidak percaya, bagaimana bisa yunho berpikir seperti itu tentang dirinya?

"Micheosso?! Bayi dalam perutku adalah anakmu! Kau adalah satu-satunya pria yang pernah tidur denganku!" jaejoong berjalan mendekati yunho dengan suara melengking dan berusaha tabah. Dituduh serendah itu oleh orang yang dicintai sungguh menyakitkan.

"Lalu… mengapa kau meninggalkanku?! Taukah kau betapa sulitnya bagiku mencarimu selama ini?! Seharusnya kau selalu menyayangi orang yang kau cintai! Tapi mengapa kau selalu menyakitiku?" yunho mencurahkan seluruh isi hatinya selama ini. Jaejoong memandang wajah yunho yang begitu hancur terlukai olehnya.

"Jawab aku, jae!" yunho kembali menuntut jawaban saat jaejoong mengalihkan pandangan darinya. Kemudian jaejoong memandangnya geram.

"Aku pergi untuk menggugurkan bayi ini."

Yunho terperangah. Meskipun dia sudah menduganya setelah menemui dokter yang menangani jaejoong di rumah sakit, tapi dia tidak menyangka jaejoong begitu tega. Mengapa jaejoong selalu menyakitinya seperti ini?

Plakkk!

Itu adalah suara tangan yunho yang menampar pipi jaejoong dengan keras. Jaejoong menyentuh pipinya yang berdenyut sambil meringis, dia marah sekaligus merasa harga dirinya begitu terlukai. Hatinya lebih sakit dibandingkan dengan pipinya yang merah saat ini. Sekasar apapun yunho pada orang lain, dia tidak pernah melayangkan tangan sedikitpun pada jaejoong. Selama ini yunho selalu memperlakukan jaejoong bak seorang puteri raja.

"Kau berani menamparku?! Apa kau sudah gila Jung Yunho!" teriak jaejoong murka, setitik air mata menetes di pelupuk matanya. Yunho tersadar setelah mendengar ucapan jaejoong.

Ah, bagaimana bisa aku menampar jaejoong? Ibu dari calon anakku?

"Kau tidak mengerti apa yang kurasakan! Jika kau berada di posisiku, apa kau mau mengandung sebagai seorang pria!" jaejoong masih meraung padanya. Yunho mendekati jaejoong ragu lalu membelai pipi jaejoong yang merah dengan tangannya yang bergetar, seakan kulitnya akan melepuh begitu bersentuhan dengan kulit jaejoong.

"Maaf jae… maafkan aku…" bisiknya pelan dan serak.

Oh! Betapa jaejoong membenci yunho saat ini! Dia sungguh membenci yunho, tapi juga sangat mencintainya. Dan saat kedua lengan yunho mencoba melingkari bahu ringkihnya dengan perlahan, jaejoong begitu mendambakan dekapan yunho dan hampir terbuai olehnya. Namun pipinya yang berdenyut masih mengingatkan jaejoong akan perbuatan yunho sebelumnya.

"Jangan sentuh aku, brengsek!" teriak jaejoong berusaha menepis kedua lengan besar yunho.

"Jae, maafkan aku… aku khilaf…" yunho terus mengatakan hal yang sama. Ini adalah pertama kalinya dia melukai jaejoong, dan ternyata rasanya sungguh menyakitkan. Melihat wajah jaejoong yang hampir menangis karenanya dan terus berteriak menghujatnya membuat hatinya serasa teriris. Setelah bertahan menghadapi segala cercaan dari jaejoong, akhirnya yunho dapat menyentuh kedua bahu jaejoong perlahan.

"Aku membencimu! Pergi dariku, huk! Kau yang membuatku seperti ini!" jaejoong memukul-mukul dada bidang yunho dengan segenap tenaganya, terisak dan berusaha menahan tangis. Mendengar kata benci dari suara jaejoong yang memilukan sungguh membuat yunho ingin menangis.

"Hentikan, jae... jangan katakan itu lagi..." yunho merangkul tubuh jaejoong dengan kedua lengannya.

"Aku membencimu. Hiks…" Jaejoong memberontak berusaha melepaskan pelukan yunho, rasa kesal dan frustasi mewarnai wajahnya.

"Apa yang bisa kulakukan tanpa dirimu?" kedua tangan yunho menangkup wajah jaejoong lebih dekat sehingga dia dapat melihat wajah jaejoong dengan jelas. Tidak ada perlawanan lagi dari tubuh jaejoong, dia semakin terisak dan memilih untuk menutup matanya daripada berpandangan dengan yunho.

"Yunh…" Alis jaejoong semakin bertaut kesal karena air mata tidak berhenti mengalir. Nafas yunho yang berhembus begitu dekat dengannya membuat jaejoong membuka matanya yang telah berair.

Wajah yang dia lihat sungguh menyedihkan. Jaejoong tidak pernah melihat wajah yunho yang seperti ini. Dia terlihat menderita dan kesakitan. Yunho tersenyum miris, akhirnya jaejoong mau membuka mata dan memandangnya.

"Aku mencintaimu. You're my other half." Bisik yunho sembari mendekatkan bibirnya pada bibir jaejoong. Kemudian dia mencium jaejoong sebagaimana jiwanya telah menemukan sebagian dirinya yang telah hilang.

.

Dua pria tampan lainnya sudah berada di halaman rumah hyunjung meninggalkan sepasang kekasih agar dapat memiliki waktu berdua. Tentunya mereka merasa pertengkaran yunho dan jaejoong bukanlah tontonan. Hyunjung merasa canggung berdiri diam bersama pria asing yang tidak dikenalinya dan sudah melihatnya hampir babak belur oleh yunho.

"Um… kau temannya yunho?" tanya hyunjung basa-basi.

"Aku supir pribadi yunho-ssi." Jawab changmin kaku. Hyunjung mengangguk kemudian memandang changmin penasaran.

"Kau tau… soal yunho dan jaejoong?" tanya hyunjung lagi. Changmin memandangnya lalu hanya mengangguk. Hyunjung menghela napas panjang.

"Aaahhhh! Bodohnya aku terlibat diantara mereka berdua lagi. Seharusnya aku tidak pernah mengijinkan jaejoong tinggal disini." Keluh hyunjung.

"Tapi… setelah melihat betapa cantiknya jaejoong, kau pasti mengerti kan tidak akan ada pria yang bisa menolaknya?" hyunjung tersenyum kikuk. Changmin hanya diam memandangnya datar, membuat hyunjung jadi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya… jaejoong-ssi sangat cantik." Tiba-tiba changmin berucap. "Wajar bila yunho-ssii sangat mencintainya."

Hyunjung merasa aneh mendengar pujian itu dari changmin yang berwajah dingin. Tapi ucapannya membuktikan bahwa dia sudah mengerti betul hubungan antara yunho dan jaejoong.

Setelah menyelesaikan seluruh permasalahan antara keduanya, yunho dan jaejoong berpamitan pada hyunjung dan juga meminta maaf atas kekacauan yang mereka bawa padanya.

Mereka tiba di apartemen yunho setelah larut malam. Dan saat yunho membuka pintu, jaejoong terlihat ragu untuk mengikutinya memasuki apartemen yang selama beberapa bulan belakangan telah menjadi saksi bisu kebersamaan keduanya. Yunho memandang jaejoong dengan bingung.

"Kenapa, boojae?"

Mendengar panggilan yunho untuknya, membuat jaejoong merasa seluruh sel-sel dalam tubuhnya kembali hidup. Mata bulatnya masih menatap wajah tampan yunho. Namun dia merasa tidak layak untuk kembali tinggal disini setelah mematahkan hati yunho dan niat buruknya pada bayi mereka. Bahkan setelah apa yang dia lakukan, yunho masih memaafkan dan mencintainya.

Yunho bisa merasakan perasaan bersalah dalam air muka jaejoong. Lengan panjangnya bergerak menggapai tangan jaejoong dan menariknya masuk ke dalam apartemen yang masih gelap. Setelah menekan tombol remote, cahaya menerangi seluruh ruangan.

"Kau pasti lelah setelah perjalanan jauh. Segeralah tidur, aku akan mandi dulu…" ucap yunho, kemudian mengecup kening jaejoong pelan. Setelah yunho memasuki kamar mandi, jaejoong masih berdiri mematung di tengah apartemen dengan koper di sisinya.

Ruangan ini begitu familiar tapi juga begitu asing di matanya. Dia masih bisa mengingat kenangan bersama yunho di setiap sudut ruangan, tapi dia juga merasa semua itu bukanlah miliknya.

Bagaimana jika dia tidak pernah pergi meninggalkan yunho? Apakah mereka akan berakhir sama seperti sekarang? Apa dia akan terus mempertahankan egonya atau mengalah untuk cintanya pada yunho?

Setelah merenung cukup lama, akhirnya jaejoong berjalan menuju kamar yunho untuk berganti pakaian. Dan apa yang dia lihat setelahnya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dia menemukan beberapa bingkai foto dirinya bersama dengan yunho yang sebelumnya tidak pernah ada dalam kamar ini.

Foto-foto itu berisi dirinya dengan yunho saat memasuki junior high school dan senior high school, saat jaejoong bernyanyi dengan band nya di salah satu event sekolah, kejuaraan hapkido yang yunho ikuti, dan lainnya. Seluruh kenangan saat keduanya masih remaja, ignorant, dan tidak sanggup mendeskripsikan cinta.

Jaejoong mengambil sebuah foto yang menarik matanya, foto mereka setelah tinggal bersama, namun yang satu ini berbeda dari yang lain. Dalam seberkas kertas ini keduanya adalah sepasang kekasih. Jaejoong memandang wajahnya dalam foto itu tersenyum bahagia sembari mengecup sudut bibir yunho yang sedang memandang ke kamera. Dalam foto ini mereka saling mencintai, yunho adalah miliknya dan dia adalah milik yunho. Tidak ada ego yang menghalangi keduanya. Setetes air membasahi foto yang sedang dia pandangi.

"Bodoh! Bodoh! Kim jaejoong, kau sungguh bodoh!"

Jaejoong memeluk bingkai foto itu dan meratap. Yunho yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat jaejoong terduduk diatas karpet.

"Jae? Apa yang terjadi?" Tanya yunho khawatir menghampirinya. Setelah melihat apa yang sedang jaejoong peluk, dia baru menyadari bahwa jaejoong telah menemukan koleksi barunya setelah ditinggalkan jaejoong.

Yunho memeluk jaejoong dari belakang, menciumi rambutnya untuk memberikan ketenangan.

"Apa aku terlihat bodoh karena memajang foto kita seperti ini?" Tanya yunho di telinga jaejoong, sedikit merasa malu. Jaejoong terdiam sejenak, kemudian memutar kepalanya berpandangan dengan yunho. Matanya sedikit merah.

"Yun, mengapa kau mencintaiku?"

Yunho tidak menyangka diberi pertanyaan seperti ini, kemudian tersenyum lembut.

"Boojae, apa kau masih ingat pertama kali kita bertemu?" yunho bertanya balik. Jaejoong beringsut sambil menyapu matanya yang masih sembap dan berbalik menghadap yunho.

"Saat kita baru memasuki junior high school kau berkelahi dengan anak yang bertubuh besar di lorong sekolah. Kangin? Shindong?" ucap jaejoong.

"Kangin. Meskipun kadang aku juga berkelahi dengan Shindong…" potong yunho tersenyum lebar, senang jika jaejoong masih mengingatnya.

"Kau mencegahku untuk melawan kangin, dan aku kesal padamu yang ikut campur urusanku meskipun kita tidak saling mengenal." Lanjut yunho.

Jaejoong tersenyum dan mulai berbicara.

"Kau lebih kesal lagi setelah aku bilang alasanku mencegahmu adalah karena aku yakin kau akan dihabisi oleh anak yang jauh lebih besar darimu. Aku begitu bersikeras, sehingga membuat kangin hilang kesabaran lalu memukulku. Setelahnya, kau berkelahi dengan kangin dan membuatnya babak belur. Aku terkesima melihatmu mengalahkan tukang bully bertubuh besar. Aku menanyaimu gerakan apa yang kau gunakan untuk melawannya, karena aku tidak pernah melihatnya seumur hidupku. Lalu kau menjawab…"

"Hapkido" ucap yunho dan jaejoong bersamaan. Yunho membelai halus sisi rambut jaejoong.

"Ya, hapkido. Kau semakin menatapku kagum. Dan saat aku membersihkan bibirmu yang berdarah, aku sadar bahwa bibirmu semerah cherry, sepasang doe eyes dan kulit seputih salju. Tubuh dan wajah yang begitu rapuh, tapi berani dan penuh percaya diri. Kau sangat cantik."

"Aku tidak mengerti arti perasaan ini. Yang aku tau, aku ingin mengenalmu dan berteman denganmu. Saat senior high school aku baru mengerti arti cinta. Cinta adalah perasaanku padamu." Lanjut yunho. Matanya memandang lurus pada jaejoong.

"Kadang aku berharap kau adalah seorang wanita. Aku selalu merasa bahwa Tuhan telah melakukan kesalahan karena membuatku mencintai seorang pria. Tapi setelah kita tinggal bersama, mencintaimu adalah hal terindah dalam hidupku. Jika kita tidak bisa bersama dalam kehidupan ini, aku harap kita bisa bersama di kehidupan selanjutnya." Yunho menarik tangan jaejoong lalu menciumi telapak tangannya.

Jaejoong bisa merasakan kesedihan dalam mata yunho dan pergumulan batin yang ia lalui selama ini. Semua itu tidak mudah dan juga menyakitkan. Tapi yunho terus melaluinya bagaikan sebuah perahu kecil di tengah lautan. Yunho telah menyelami hati jaejoong selama bertahun-tahun, meskipun jaejoong sering melukainya bagai lautan luas yang mengirimkan gelombang besar bertubi-tubi.

Bittersweet

Apa yang mereka rasakan selama ini sangatlah pahit dan melelahkan demi menggapai keindahan dan kepuasan cinta yang tidak wajar.

Keduanya tidak melanjutkan pembicaraan ini lebih jauh lagi, karena sudah terlalu lelah dan larut. Jaejoong tidur menyamping dengan yunho yang memeluknya dari belakang. Dia menautkan jari-jarinya pada jemari tangan yunho yang bebas. Lalu menenggelamkan wajahnya pada bantal dan dapat tercium wangi khas yunho yang maskulin.

Dalam hatinya, jaejoong berjanji tidak akan pernah meninggalkan yunho lagi. Kecuali jika yunho yang memintanya untuk pergi.

.

At yunho's office

"Yun!" kepala yoochun muncul dari luar pintu ruangan yunho.

"Chun, masuklah…" pinta yunho.

"Bagaimana dengan jae? Kau sudah menemukannya?" Tanya yoochun lalu duduk di depan yunho. Dia tidak sempat menanyakan kabar terbaru mengenai jaejoong dikarenakan pekerjaannya di luar kota.

"Dia sekarang di apartemenku." Yunho tersenyum.

"Oh, syukurlah! Ini artinya dia telah kembali padamu bukan?" tambah yoochun.

Sudah beberapa hari berlalu sejak kembalinya jaejoong di apartemen yunho. Meski sikap jaejoong padanya sudah lebih terbuka dibandingkan dengan sebelumnya, kadang yunho meminta changmin untuk terus mengawasi jaejoong. Dia takut suatu saat jaejoong berubah pikiran dan pergi meninggalkannya lagi.

"Chun… sebenarnya aku ingin memberitahumu sejak lama. Tapi mencari keberadaan jae telah menyita waktuku. Saat ini jae sedang mengandung, ternyata dia memiliki rahim yang sedang berkembang di perutnya. Dokter yang menemukannya menyebut ini male pregnancy." Terang yunho, dia mencoba membaca wajah yoochun yang terbengong-bengong.

"Male pregnancy? Kau serius, yun?" Tanya yoochun masih ternganga.

"Aku serius. Aku tidak akan bercanda soal ini. Jae sedang mengandung anakku." Ujar yunho tersenyum.

"Yun! Yun! Wow, kau akan menjadi seorang ayah!" teriak yoochun antusias. "Selamat yun! Aku ikut senang untuk kalian berdua!" yoochun semakin tidak terkendali.

"Oh! Bagaimana jika aku mengunjungi kalian dengan istriku? Kami akan membelikan pakaian hamil untuknya." Tambah yoochun.

"Ah, istrimu?" yunho sedikit ragu. Yoochun mengerti maksud yunho dan menepuk bahunya.

"Tenang yun, jun-chan adalah wanita yang baik dan pengertian. Selain itu aku juga sudah sering menceritakan kisah kalian padanya. Dia akan dengan senang hati berteman dengan jae." Yoochun meyakinkan.

.

Jaejoong terlihat sibuk mempersiapkan jamuan makan malam untuk menyambut kedatangan yoochun dan istrinya. Dia membeli bahan makanan lebih banyak dari biasanya dan sepertinya jaejoong berniat untuk menjamu tamunya dengan hidangan istimewa. Yunho begitu heran melihat usaha berlebihan yang jaejoong keluarkan untuk acara makan malam sederhana mereka.

"Kau yakin kita tidak sedang mengadakan open house party, boo?" Tanya yunho sarkastis.

"Huh? Apa aku memasak terlalu banyak yunnie? Atau ini tidak sesuai dengan selera mereka? Ooohh! Bagaimana jika mereka tidak menyukai masakanku!" jaejoong berteriak histeris dengan kedua tangan menutupi pipinya.

"Tenanglah boojae… Apa yang kau khawatirkan? Kau terlihat begitu gugup." Yunho melingkarkan kedua lengannya pada pinggang jaejoong dan mendekatkan kedua tubuh mereka. Jaejoong menengadah, sepasang doe eyesnya memandang wajah yunho dan menggigiti bibir bawahnya dengan resah.

"Aku… aku tidak tau bagaimana menghadapi yoochun setelah kita menjadi pasangan. Kita sudah berteman dengannya sejak kita masih menjadi sahabat. Apa dia akan memandang aneh padaku? Bagaimana dengan istrinya? Apa dia bisa menerima pasangan sejenis seperti kita?" ucap jaejoong gugup. Kedatangan yoochun dan istrinya bagaikan trial bagi jaejoong dan dia tidak dapat menghentikan segala pemikiran buruk yang mungkin terjadi.

Tawa kecil keluar dari bibir hati yunho.

"Hei! Ini sama sekali tidak lucu yun!" jaejoong memukul-mukul dada bidang yunho kesal.

"Kekhawatiranmu itu adalah hal terakhir yang akan terjadi jae. Yoochun sudah tau sejak lama perasaanku padamu. Saat aku memberitahunya tentang kehamilanmu, dia juga turut senang dan bersikeras ingin berkunjung untuk memberi selamat. Junsu bahkan telah membelikanmu hadiah untuk ibu hamil." Terang yunho.

"Mwo? Sejak kapan yoochun tau?" jaejoong tidak menyangka, dia kira yoochun tidak pernah tau apa yang terjadi antara dirinya dan yunho.

"Kau pikir atas ide siapa aku bisa berani menyatakan cintaku padamu saat kelulusan senior high school?" yunho memberi petunjuk.

"Bisa dibilang yoochun adalah konsultan cintaku selama itu berhubungan denganmu hingga sekarang." lanjut yunho, dan dia baru menyadari betapa besar peran yoochun dalam hubungan mereka.

Muka jaejoong memerah. Berarti selama ini yoochun telah mengetahui segalanya, hingga setiap detailnya. Bahkan dia juga yang selalu memberikan solusi pada yunho. Ini sungguh memalukan, dan dalam beberapa menit lagi jaejoong akan bertemu dengan yoochun!

Ting! Tong!

"Ah, sepertinya mereka telah sampai" yunho melepas pelukannya dan beranjak menuju pintu. Jaejoong segera berkaca untuk yang kesekian kali dan merapikan rambutnya lalu mengikuti yunho.

"Hei, yun!" yoochun langsung menyapa dan memeluk yunho begitu pintu terbuka. Setelahnya, dia menangkap sosok jaejoong berdiri di belakang yunho dengan gugup.

"Jae! Bagaimana kabarmu?" yoochun memeluk jaejoong dengan erat. Jaejoong sedikit terkejut tapi merasa senang yoochun masih bersikap sama padanya. Dia membalas pelukan yoochun, merasakan nostalgia.

"Kenalkan. Ini istriku, park junsu" yoochun melepaskan pelukan jaejoong dan melingkarkan lengannya pada bahu istrinya. Junsu adalah seorang wanita yang manis, tubuhnya sedikit lebih pendek dari yoochun dengan rambut lurus sebahu.

"Anyeonghaseyo, park junsu imnida…" junsu sedikit membungkuk. Jaejoong sedikit terpana dengan suara junsu yang hampir mirip dengan lumba-lumba.

"Anyeonghaseyo, kim jaejoong imnida…" jawab jaejoong kikuk.

"Ayo masuk! Jaejoong sudah menyiapkan makan malam untuk kita." Ajak yunho.

Mereka menyantap makan malam yang telah jaejoong persiapkan sambil berbincang-bincang. Kebanyakan didominasi oleh percakapan antara yunho dan yoochun, berhubung jaejoong masih merasa kikuk dan junsu lebih banyak menyimak.

"Jaejoong, apa kau memasak semua ini?" tiba-tiba junsu bertanya. Jaejoong sedikit kaget diajak berbicara oleh junsu.

"Iya, aku yang memasaknya. Karena aku tidak tau apa yang kalian suka, jadi aku membuat cukup banyak jenis makanan. Apa ada yang tidak sesuai dengan seleramu?" tanya jaejoong khawatir.

"Tentu saja tidak. Semua masakanmu sungguh enak, jaejoong-ah. Mungkin sekali-kali aku harus belajar memasak denganmu." Ucap junsu tersenyum.

"Oh ya, baby. Apa kau membawa bingkisannya?" Tanya yoochun pada junsu.

"Hampir saja lupa. Jaejoong-ah, ini sedikit bingkisan dari kami, kuharap kau menyukainya." Junsu menyerahkan sebuah bungkusan yang terlipat rapi pada jaejoong.

"Bukalah, jae…" pinta yoochun.

Jaejoong membuka bungkusan itu dengan hati-hati. Ternyata isinya adalah celana dan pakaian untuk ibu hamil.

"Aku harap kau menggunakannya setelah hamil tua jaejoong-ah. Kau pasti akan terlihat manis." Ucap junsu senang.

Jaejoong sangat terharu akan perlakuan tulus dari yoochun dan junsu padanya. Segala mimpi buruk yang sempat dia bayangkan sebelumnya seperti tidak pernah ada.

"Te-terima kasih banyak, junsu-ya…"

"Panggil aku jun-chan saja, jaejoong-ah. Teman-temanku selalu memanggilku seperti itu." Tambah junsu.

Jaejoong merasa bersyukur yoochun telah memilih istri yang baik dan ramah. Dia cukup mengenal yoochun untuk tau bagaimana petualangan cinta yoochun dengan berbagai macam wanita. Dan wanita baik-baik bukanlah salah satu dari petualangan cinta yoochun.

"Jun-chan, apa kau suka pudding? Aku baru membuatnya tadi siang untuk dessert malam ini." Tanya jaejoong. Wajah junsu semakin sumringah mendengarnya.

"Oh, aku suka sekali jaeoong-ah!" jawabnya.

"Baiklah, aku akan mengambilkannya untuk kalian." Jaejoong tersenyum.

Saat jaejoong sedang mengeluarkan beberapa pudding dari lemari pendingin, dia merasakan kedua lengan yang memeluknya dari belakang.

"Yunnie! Jangan ganggu aku, kita sedang ada tamu" geram jaejoong.

"Kau cepat sekali melupakanku, boo. Siapa yang beberapa waktu lalu sempat ketakutan dengan tamu kita, hm?" ejek yunho, menyandarkan wajahnya di lekukan leher jaejoong. Muka jaejoong memerah, kemudian menggerutu.

"Kurasa jun-chan menyukaimu. Mungkin lebih tepatnya menyukai masakanmu, hahaha…" tawa yunho.

Sementara itu, di ruang makan yoochun tengah berbincang dengan istrinya.

"Chunnie, jaejoong hebat sekali. Meskipun dia pria tapi dia bisa memasak seenak dan sebanyak ini. Aku lebih terkejut dengan wajahnya yang cantik sekaligus tampan!" ujar junsu.

"Hahaha… tapi sebaiknya kau berhati-hati. Meskipun terlihat seperti itu, jae tidak suka dipandang dan diperlakukan seperti wanita." Ucap yoochun. Junsu mengangguk-angguk mengerti, biar bagaimanapun jaejoong adalah seorang pria.

"Setelah melihat mereka berdua, aku bisa mengerti dengan ceritamu. Sangat terlihat bagaimana yunho jatuh cinta begitu dalam pada jaejoong. Apa mereka selalu terlihat seperti itu saat sekolah?" Tanya junsu penasaran.

"Kau pintar sekali, baby…" yoochun mencolek hidung mungil istrinya gemas. "Sejak dulu mereka seperti itu. Tapi mungkin bedanya sekarang jae terlihat lebih membuka perasaannya pada yunho."

"Kau tau? Kadang aku berpikir sepertinya yunho adalah seorang masochist. Dia suka disakiti oleh jaejoong, karena itu dia selalu kembali pada jaejoong." bisik yoochun.

"Mwoo? Memangnya ada ya yang seperti itu?" Tanya junsu heran.

"Yang seperti apa?" Tanya jaejoong penasaran dengan yunho di sampingnya, kemudian meletakkan pudding di atas meja.

"Chunnie bilang mungkin yunho adalah seorang masochist, karena dia suka disakiti oleh jammphhh… mmpphhh…" ucapan junsu terhenti dengan tangan yoochun yang membekap mulutnya.

"Hahaha! Bukan apa-apa." Kilah yoochun dengan keringat dingin, dia lupa bahwa istrinya ini adalah seorang wanita yang cukup polos.

Entah yang keberapa kalinya hari ini muka jaejoong memerah. Ucapan junsu sudah cukup menjelaskan apa yang yoochun pikirkan. Ini mengingatkan jaejoong bahwa yoochun mengetahui seluk beluk dan setiap detail kecil hubungan mereka. Ingin sekali rasanya ia menggali lubang dan bersembunyi di dalamnya.

"Hei chun, jangan asal bicara. Mengejar cinta seseorang yang begitu keras kepala bukanlah masochist." Balas yunho ringan. Jaejoong hanya tersenyum kikuk di sebelahnya.

Awkward moment tersebut tidak menghentikan kedekatan antara junsu dengan jaejoong. Kecanggungan jaejoong lama-lama menghilang dengan kepribadian junsu yang easy-going. Sifat junsu yang satu ini mengingatkan jaejoong pada yoochun saat mereka bertemu di senior high school.

"Jaejoong-ah, tanganmu mulus sekali meskipun kau sering menggunakannya untuk memasak." Puji junsu saat membantu jaejoong mencuci piring.

"Umm… jaejoong-ah boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya junsu.

"Boleh. Apa yang ingin kau tanyakan?"

Junsu sedikit ragu setelahnya, tapi kemudian dia berbisik pada jaejoong.

"Sudah hampir 1 tahun aku menikah dengan yoochun. Tapi usaha kami untuk memiliki anak selalu gagal. Bagaimana cara yunho menghamilimu? Apa kau punya saran dalam bercinta?" Tanya junsu tersenyum sedikit malu-malu.

Mata jaejoong membesar tiga kali lipat dan mulutnya menganga cukup lebar. Mereka baru mengenal sejak satu jam yang lalu dan junsu sudah bertanya hal vulgar seperti ini? Yoochun-ah, wanita macam apa yang kau nikahi?

.

Sudah seminggu ini salju turun memenuhi kota seoul. Dan kehamilan jaejoong telah mencapai bulan ketiga. Selama ini yunho membelikan susu untuk ibu hamil yang dapat mengurangi rasa mual untuk jaejoong, tapi mereka belum sempat memeriksakan kandungannya ke dokter. Oleh karena itu, hari ini yunho menyempatkan diri untuk mengantar jaejoong ke dokter kandungan yang pernah menanganinya di rumah sakit.

"Apakah kau kim jaejoong yang waktu itu? Kenapa baru datang sekarang, kasus sepertimu ini harus selalu konsultasi rutin." keluh sang dokter yang terlihat sudah berumur.

"Maaf dokter, beberapa waktu lalu kami tidak sempat kesini." Jawab yunho.

"Hmm… apa kau mengalami keluhan lain?" Tanya dokter sambil memeriksa hasil USG jaejoong. Yunho terlihat sangat antusias saat melihat perkembangan bayinya dari layar monitor.

"Tidak ada dok. Hanya saja, akhir-akhir ini aku semakin banyak tidur." Jawab jaejoong.

"Itu adalah hal yang wajar untuk usia kandunganmu. Jangan lupa untuk terus menjaga makanan, minum susu dengan teratur, dan obat penguat kandungan dari resep. Saat ini kandunganmu cukup sehat, tapi terus jaga suhu tubuhmu dengan baik, musim salju sekarang sedang tinggi." Saran dokter.

"Yunho-ssi, kau harus menjadi suami siaga. Jangan lupa untuk kontrol lagi bulan depan." Dokter memperingati yunho dari balik kacamatanya dan tersenyum.

"Baik, dok" jawab yunho sigap. Dia sangat menyukai istilah 'suami' yang diberikan untuknya. Tak lama lagi, dia bisa menyebut jaejoong sebagai istrinya.

Saat yunho dan jaejoong menunggu changmin menjemput mereka dari tempat parkir, tangan jaejoong terasa membeku saat yunho menggenggamnya. Cuaca memang sedang dingin-dinginnya dengan salju yang turun tanpa henti.

"Boo, tanganmu dingin sekali. Mengapa kau tidak memakai sarung tangan?" Tanya yunho khawatir. Kedua tangannya menggosok kedua belah tangan jaejoong untuk menghangatkannya.

"Tadi aku sempat mencari sarung tangan. Tapi tidak bisa kutemukan karena terburu-buru, yunnie…" suara jaejoong sedikit bergetar. Sebenarnya pakaian yang jaejoong kenakan saat ini sudah cukup tebal, tapi tubuhnya mudah kedinginan.

"Aisshh… seharusnya kau lebih menjaga tubuhmu. Saat ini tubuhmu bukan hanya milikmu saja." Ucap yunho, lalu membuka retsleting jaketnya. Dia tidak melepasnya, namun memeluk jaejoong dengan kedua sisi jaketnya sehingga jaejoong masuk ke dalam jaket lalu menutup retsletingnya. Jaket ini cukup besar dan tebal sehingga tubuh yunho dan jaejoong bisa masuk di dalamnya. Jaejoong merasa lebih hangat dengan menempelkan tubuhnya pada tubuh yunho.

"Hahaha… apa yang akan orang lain pikirkan melihat kita berpelukan dalam satu jaket seperti ini?" tawa jaejoong seraya menengadah pada yunho. Hidungnya berwarna kemerahan setelah menyentuh udara dingin. Yunho mengecupnya gemas.

"Aku tidak peduli…" ucap yunho melanjutkan kecupannya pada pipi jaejoong, kemudian bergerak pada bibir merah jaejoong yang membeku dan mencumbunya hingga berubah hangat.

Nggghhhh…

Rona pipi jaejoong menghangat dengan ciuman dari bibir hati yunho. Lidah yunho mulai bergerak menjilati lidah jaejoong untuk keluar dari sarangnya. Kini tubuh keduanya memanas, uap-uap udara melingkari bibir keduanya yang terhubung tanpa berhenti. Kedua tangan jaejoong bergerak memeluk punggung yunho dalam jaketnya.

Changmin tidak dapat mempercayai matanya, yunho sedang bercumbu dengan kekasihnya dalam penampilan yang begitu aneh. Dia tidak pernah melihat orang berciuman dalam satu jaket, ditambah di depan public. Meskipun ini di belakang rumah sakit, beberapa orang yang lewat telah menyadari fenomena romantis ini. Untungnya rambut jaejoong yang sedikit menyentuh bahu membuatnya terlihat seperti wanita.

"Yunho-ssi!" changmin memanggilnya cukup keras, tapi mereka terlalu sibuk mendengarkan decakan ciuman satu sama lain untuk menghiraukan seorang changmin (dunia terasa milik berdua, yang lain cuma ngontrak -.-). Namun dia juga enggan untuk menghampiri pasangan yang sedang bercumbu.

"Ehem! Yunho-ssi!" kini changmin hampir berteriak. Untungnya yunho bisa mendengarnya kali ini. Jika tidak, mungkin changmin harus menari telanjang untuk mengalihkan perhatian orang dari yunho dan jaejoong.

.

Setelah tiba di apartemen, keduanya membersihkan diri dengan shower hangat bersama-sama. Mereka saling menyabuni satu sama lain, terutama bagian privat (kyaaaa! *tutup mata). Dengan menyabuni jaejoong, yunho merasakan tubuh jaejoong semakin berisi dan sekal, terutama bagian bokong dan perutnya yang semakin membesar. Jaejoong menatapnya bingung karena yunho hanya memandanginya. Kulit jaejoong terlihat lebih bersinar sejak mengandung, bagai langit malam bertabur bintang. Rambutnya yang basah jatuh menuruni tulang selangkanya dengan indah.

"Rambutmu semakin panjang, kau manis sekali boo…"

Yunho memeluk pinggang jaejoong lalu menciumi dan menyesap lehernya, menimbulkan bercak-bercak merah. Pipi jaejoong memerah setelah merasakan kejantanan yunho mengeras dan menyentuh perutnya. Timbul sedikit kekhawatiran dalam wajah jaejoong.

"Yunnie…"

"Tenang sayang, aku tidak akan melukaimu dan bayi kita…" nafas yunho berhembus di telinga jaejoong, masih mengecupi leher dan rahang jaejoong, tangannya terus setia meraba pinggang dan belahan bokongnya. Setiap bagian yang yunho sentuh terasa panas seperti disentuh oleh bara api dan menjalar ke seluruh tubuh jaejoong hingga bergetar. Jaejoong mengalungkan kedua tangannya memeluk leher yunho, takut jika dia tidak dapat menahan tubuhnya.

Yunho menahan diri saat tubuh polos jaejoong menempel erat padanya meskipun penisnya telah tegak berdiri. Dia segera menyelesaikan acara mandi keduanya, lalu menuntun jaejoong menuju kamar. Jaejoong duduk di pinggir kasur mereka dengan handuk besar yang menutupi hampir seluruh tubuhnya saat yunho menyalakan pemanas. Yunho tidak ingin membahayakan kandungan jaejoong di cuaca sedingin ini.

Jaejoong telah membaringkan tubuhnya menyamping dengan handuk masih membalutnya saat yunho menaiki ranjang mendekati kekasihnya.

"Buka handukmu, jaejoongie…" tangan yunho bergerak menarik handuk jaejoong lalu melepasnya perlahan. Bibirnya kembali menciumi setiap jengkal tubuh jaejoong dan tangannya membelai lekukan pinggang jaejoong.

Dulu, dia hanya dapat memandang keindahan yang jaejoong miliki. Sekarang dia dapat menyentuh bibir, leher, pinggang, bahkan lubang sensitif jaejoong. Yunho dapat meraba dan mencium seluruh jaejoongnya, miliknya.

Yunho membuka lebar kedua kaki jaejoong, kemudian mendekatkan wajahnya pada lubang anal jaejoong. Dia mengecupnya pelan lalu menjilatnya berulang kali hingga basah. Kedua tangan yunho terus memegangi kedua paha jaejoong supaya terus mengangkang lebar ke samping agar tidak terlalu menekan janin mereka. Lidahnya bergerak memasuki lubang jaejoong perlahan, basah oleh saliva.

Jaejoong terengah saat hidung mancung yunho menekan bagian antara lubang anal dan penisnya. Yunho mengeluarkan lidahnya setelah lubang jaejoong cukup basah dan membalurkan gel pelumas pada penisnya yang telah membengkak. Penis yunho telah begitu lama ereksi sehingga rasanya begitu sakit karena tidak bisa mencapai pelepasan.

Yunho memegangi penisnya dengan tangan kanan lalu memasuki jaejoong perlahan. Kedua lengan jaejoong memeluk bahunya erat, lalu menghirup aroma maskulin dari lekukan lehernya.

"Nnnnggghhhhhhh…" jaejoong mengerang saat kepala penis yunho telah memasuki lubang analnya. Dia bisa merasakan bagaimana kejantanan yunho memasuki tubuhnya sedikit demi sedikit dan bagaimana mata yunho terpaku pada wajahnya.

"Haa.. haa.. yun, masuki aku lebih dalam lagi." Jaejoong terengah dengan mata sayu dan wajah memohon. Yunho memeluk kepalanya, menciumnya dan mendorong lebih lanjut kejantanannya hingga terbenam dalam.

Yunho mengeluarkan dan memasukkan penisnya pada lubang jaejoong berulang kali dengan lambat, tubuh jaejoong sedikit demi sedikit menerimanya. Mereka bercinta seperti baru pertama kali melakukannya, perlahan tapi juga memabukkan.

"Ouhhhhh… yun, disana, lagi…" tubuh jaejoong menggelinjang saat penis yunho menyentuh titik sensitifnya.

"Disini?" cukup lama tidak menyentuh tubuh jaejoong membuat yunho sedikit lupa bagaimana caranya untuk menyentuh titik sensitive jaejoong dengan penisnya. Yunho mendorong penisnya lebih dalam dan sedikit memutar keatas. Erangan dan desahan sensual terus mengalir dari bibir cherry jaejoong saat dia melakukannya berulang-ulang. Puting di dada jaejoong mengacung keatas mengundang yunho untuk menghisapnya.

Jaejoong menarik kain sprei menahan kenikmatan yang mendera tubuhnya. Otot analnya menjepit penis yunho begitu ketat. Yunho bisa merasakan jaejoong akan mencapai puncak, dia terus menghujani lubang jaejoong dengan penisnya. Wajah jaejoong saat mencapai orgasme dengan peluh dan rona merah di pipinya adalah hal terindah yang pernah yunho lihat.

Jaejoong masih berusaha meraup udara saat yunho mencium bibirnya lembut seimbang dengan gerakan pinggul yunho. Jaejoong melingkarkan kedua kakinya pada pinggang yunho, sehingga yunho dapat memasukinya lebih dalam.

"Ngh!" yunho mengerang diatas bibir jaejoong, merasakan pijatan dalam lubang jaejoong, nafasnya semakin menderu cepat. Jaejoong bisa merasakan penis yunho berkedut dalam lubangnya.

"Jae… jaejoongie…" yunho terus mendesahkan nama kekasihnya hingga mencapai puncak. Hati jaejoong begitu penuh dan damai dalam pelukan yunho, dia merasa tubuhnya begitu dicintai dan dipuja.

Yunho, bawa aku dalam dekapanmu di keabadian. Aku akan memberikanmu segalanya, setiap bagian dariku, malam ini dan selamanya.

TO BE CONTINUED

.

.

Huuuufffff… pegel juga bikin chapter satu ini. Maaf kalo ada yang ngerasa pas di awal cerita itu agak lebay, saya lagi pengen dramatis ^.^

Saya harap chapter ini memuaskan buat kalian yang baca. Review dari kalian adalah penyemangat dan juga inspirasi buat saya, sampai ketemu lagi di chapter selanjutnya!

Don't forget to RnR.