.

Disclaimer: All of the characters and NARUTO itself are Masashi Kishimoto'sbut this story is purely mine.

Warning: AU, OOC, many undeteccable typo(s), ficlet (not a fluffy ones), contained a lil bit of proses persalinan muehehe xD, DLDR ;)

Rate: M for mature theme, kayaknya not suitable aja kalo ditaro di rated T._. jangan berharap ada apa-apanya yaa ;)

.

.

180 Degrees

.

.

Uchiha Sasuke merapatkan sneli—jas dokter—yang tadinya tergantung apik dalam ruangannya. Setelah mendapat panggilan dari suster yang mengatakan bahwa pasien yang sedari kemarin telah merasakan mulas pertanda bayinya akan segera lahir, dr. Sasuke mempercepat langkahnya. Well, saat sore kemarin, calon ibu berambut merah muda itu sudah mencapai bukaan tiga.

Tinggal beberapa langkah lagi ia mencapai ruang bersalin yang terletak di lantai tiga gedung Rumah Sakit Konoha. Ia hendak membuka pintu ruang bersalin itu tapi sebuah vibrasi dari kantung celananya menginterupsi pergerakannya. Ia melirik sekilas ke arah ponselnya dan alisnya mengernyit sedikit. Shion, tunangannya menghubungi Sasuke. Dengan satu gerakan kilat, pria itu menekan tombol merah di sebelah kiri ponselnya. Ia me-reject panggilan tersebut sebelum akhirnya benar-benar mematikan ponselnya.

Mengabaikan sejenak realitas dari pahit kehidupannya, Sasuke telah siap dengan baju operasinya. Ia menarik rubber glove-nya, membenahi posisinya. Kini atensinya langsung tertuju pada calon ibu muda dengan rambut pink dan mata sehijau batu emerald yang sayu. Peluh telah membanjiri wajah cantik wanita itu, ia mengerang tertahan.

"Hn, kita periksa pembukaannya dulu, ya." pria tampan dengan rambut raven yang telah ditutupi oleh topi operasi steril. Ia memeriksa pembukaan wanita yang menjadi pasiennya. Pasien ini akan melakukan persalinan dengan cara pervaginam atau normal. Pembukaan lengkap seorang ibu yang akan melahirkan umumnya adalah pembukaan sepuluh.

Sasuke mulai mendekati wanita yang sedang meremas selimutnya dengan tangan terkepal. Ia menggigit bibirnya seolah menyalurkan rasa sakitnya. "Pembukaan Anda sudah lengkap, sekarang aku akan menyuntik paha Anda untuk merangsang kontraksi."

Anehnya, mata Ibu Sakura ini menatap nyalang Sasuke. Ia menautkan kedua alisnya dalam-dalam. "Ugh ... lakukan sesukamu, Sensei," ia berucap dengan sisa tenaga yang dimiliki, air mata membanjiri mata sayunya sekarang.

Lalu Sasuke menusukkan jarum suntik yang telah disiapkan oleh bidan. Tiada reaksi berarti yang diberikan oleh pasiennya saat jarum suntik menembus kulitnya. Napas sang pasien mulai tak beraturan, "Mari mulai prosesnya."

Disemangati oleh dua orang bidan lainnya, wanita itu mulai berteriak sekuat tenaga seolah dengan melakukan itu rasa sakitnya akan hilang. "AAAAAAAARRGGHHH haah ... hah ... AAAAAA!"

Kemudian dokter yang usianya nyaris menginjak angka tiga puluh itu menatapi jalan lahir wanita itu. Bagus, kepala bayinya sudah muncul.

"Haruno-san, tundukkan kepalamu, tatap perutmu agar perutmu tertekan," Sasuke berucap memberikan instruksi.

Dan si Pasien yang sedang mempertaruhkan nyawa mengikuti arahan tersebut. Nihil, rasanya ia sudah tidak kuat. Seluruh tulangnya serasa diremukkan dan ia sudah lelah menahan sakit yang amat sangat. Napas memburu Sakura sudah tersenggal tak stabil.

"Dokter Uchiha, bagaimana ini? Kondisi pasien sudah melemah, ia sangat lemas dan bayinya—"

"—Hn, aku tahu. Siapkan vacum, kita akan mem-vacum kepala bayinya," ia berujar cepat. Setelah menerima selang dari alat vacum—alat penyedot untuk membantu proses pengeluaran bayi—yang telah disiapkan, Sasuke langsung menempelkan bagian ujung vacum yang berbentuk seperti corong tersebut ke permukaan kepala sang bayi.

Dari iris jelaga milik Sasuke, dokter tampan itu melihat sekilas kondisi sang pasien yang masih disemangati oleh bidan yang juga mencegah agar jangan sampai Haruno Sakura hilang kesadaran. Sasuke mengatur posisi corong tersebut, dirasa sudah pas ia menyesuaikan kekuatan sedotnya dan mengambil ancang-ancang. "Satu, dua, tiga!"

Suara tangisan bayi memenuhi ruang bersalin yang didominasi warna hijau dan biru itu, dengan segera Uchiha Sasuke mengangkat bayi itu, memberikannya kepada sang ibu agar memperkuat batin di antara keduanya. "Omedetou, bayimu perempuan dan lahir dengan selamat," ia berucap, meletakkan sang bayi tepat di atas dada wanita cantik itu.

Reaksi wanita itu? Ajaib, dia hanya diam menatapi sang bayi perempuan yang sedang membuka mulutnya, mencari-cari puting susu si ibu. Sasuke mengabaikannya, ia lebih memilih untuk bersegera menyelesaikan pekerjaannya. Ingat, ia belum menjahit jalan lahir bayi itu. Jalan lahir yang dimaksud, tentu saja Sasuke harus menjahit antara vagina sampai ke lubang anus. Ia hendak mengeksplorasi luka pada kewanitaan sang pasien, tapi ia baru sadar. Pertanyaan mengganjal muncul dalam kepalanya.

"Ke mana suami dan kerabatmu?" tanpa sadar ia menggumamkan pertanyaan yang tadinya tersimpan apik dalam otaknya.

"Aku sebatangkara," ia menjawab singkat, Sakura masih belum berlaku banyak pada bayi yang sedang tengkurap di atas dadanya, "Suamiku ... kami telah bercerai."

Sasuke tak menghentikan pekerjaannya, ia tetap berusaha menjahit sambil memberi instruksi pada bidan di sebelah kanan dan kirinya. "Bagaimana bisa bercerai dalam keadaan hamil? Setidaknya ayah dari bayi ini harus menemui putrinya."

Lalu kemudian respon dari wanita itu adalah tertawa hambar, kedua alisnya berkerut ditambah dengan ekspresi wajah yang menyakitkan. Ia menatap kosong dokter spesialis yang bertanggungjawab atas dirinya. "Tak perlu khawatir, ia sudah menemui ayahnya."

Penuturan wanita yang baru saja melahirkan itu berhasil menghentikan kegiatan Uchiha Sasuke. Tangannya yang tadinya ia pakai untuk menusuk jarum dengan benang operasi terasa beku seketika. Ia masih terlihat cool dengan ekspresi datar, "Maksudmu?" ia menatap lekat iris hijau wanita itu yang balik menatapnya dengan sinis.

"Kau, ayahnya."

Dan jawaban paling ajaib yang keluar dari mulut pasiennya rasanya membuat bumi berputar 180 derajat.

.

.

.

END/TBC?

.

.

.

END AJA YA! X)

Rima's Cuap Space:Hai, ketemu lagi sama Rima yang sedang menulis fiksi iseng pelepas stress XD /guedigulingkankerawa-rawa/ Oke, Rima lagi lelah banget sama urusan di dunia real dan Naruto Gaiden yang chapter 7 itu-_- pokoknya saya gak mau percaya sebelum ada statement langsung dari Sasuke, Sakura, atau Karin. Ini troll 'kan? ;-;

Fic ini terinspirasi dari persalinan Kakak saya kemarin x'D Yaampun SAYA JADI TANTE /NO/ Alhamdulillah cowok~~ ganteng nan imut ;33 well, untuk informasi kelahiran yang di atas itu saya hanya mengumpulkan informasi dari Kakak saya yang kebetulan dokter juga. Gak lengkap dan banyak bumbu imajinasi muehehe~ xD maafkan kalau ada kesalahan ;3

Sekarang Rima lagi ngurus kakak bayi nih, sambil ngetik dikit-dikit. Makin lama aja saya dalam urusan update x)) maafkan yak x")) Okedeeh segitu dulu cuapannya.

Mind to read and review? ;3 Terima kasih :*