CHAPTER 2

Dimana ada kegelapan selalu ada cahaya...

Dimana ada cahaya selalu ada bayangan...


Pesan Author "Yang di Italic itu Flashback"


"Ibu apa 'dia sudah bangun?!" tanya Sakura mendekat kearah Ibunya, sedangkan Mebuki sebatas menggelengkan kepalanya sekedar menjawab pertanyaan anaknya. "Padahal aku berharap jika ia bisa kesekolah hari ini," lanjut Sakura bergumam pelan.

"Ayolah Sakura-chan, dia belum sembuh total... bukankah kau sendiri yang membawanya kerumah kita? Lalu kenapa sekarang kau memaksanya untuk sekolah?" tanya balik Mebuki pada anak gadisnya, dan sukses membuat Sakura mengerucut sebal.

"Setidaknya Ibu, aku adalah anggota OSIS! Jadi aku tidak suka melewatkan hari-hari sekolah... dan aku bermaksud menerapkan rasa disiplin itu padanya!" jelas Sakura menatap Ibunya bosan.

"Tapi intinya begini! Jika kau ingin pergi kesekolah pergilah! Jangan paksa temanmu itu untuk pergi juga, terkecuali jika itu keinginan yang keluar dari mulutnya sendiri!" jelas Mebuki menatap Sakura tajam. Sakura melotot kaget, dalam silsilah hidupnya baru kali ini Ibu tercintanya berkata tajam dengan kalimat seperti tadi.

"Well! Aku sendiri pergi kesekolah! Mana bekal makanku?!" tanya Sakura menolehkan kepalanya keseluruh makanan yang tersedia dimeja makan. Tampaknya tidak ada wadah bekal makan yang selalu disiapkan Ibunya jika ia akan pergi, dan diatas meja itu hanya terdapat makanan dalam wadah terbuka. "Ibu, kau tidak membuat sarapan siangku?!" tanya Sakura menaikan alisnya satu menatap Mebuki dengan tatapan tak percaya, padahal Ibunya itu ada dirumah untuk hari ini.. lalu kenapa bekal makan saja tidak ia buat? Padahal jikapun Ibunya akan pergi tapi ia selalu menyiapkan bekal makan siang untuknya, Pikir Sakura heran.

"Haha~ ne Sakura-chan, kau sudah besar sekarang! Jadi buat bekal makan sendiri mulai dari sekarang!" jelas Mebuki menatap Sakura tegas. Sedangkan Sakura? Ia mendecak sebal dengan respon Ibunya, ada apa dengan Ibunya yang tiba-tiba berubah sifat secara drastis? Lagi pula ia adalah anak tunggal yang selalu dimanja bukan? Jadi kenapa sekarang ia merasa terdua setelah kehadiran seseorang yang kini berada dirumahnya? Sialan kuadrat!

Sakura menggeram marah, ingin sekali rasanya Sakura menceramahi lelaki yang masih 'tertidur lelap dikamar tamu rumahnya. Tanpa melihat kearah Ibunya lagi, Sakura bergegas berjalan kearah kamarnya, ini sudah menjadi tekad bulatnya! Sakura harus segera membangunkan pemuda pemalas itu karena menjadi tanggung jawabnya disekolah..

.

.

Tok .. Tok .. Tok

Sakura mengetuk pintu untuk membiasakan kesopanan, walaupun rasa marah ditambah cemburu sudah ada dalam ubun-ubunnya tapi Sakura masih bisa menahan untuk tidak memukul pintu didepannya.

'Tidak dibuka yah?' tanya Sakura dalam hatinya, rasa marah semakin meledak-ledak dalam hatinya. Dengan helaan nafas sebal Sakura membuka pintu kamar tamu dengan paksa, dan yeah walaupun hasilnya, badannya malah terdorong kedepan dikarenakan pintu yang tidak dikunci sama sekali.

"Kyaaaahh~"

BRUK

Kenapa bibirnya terasa ditekan? Ditekan ... sesuatu yang menempel? Kenapa juga nafasnya terasa sesak? –apa ini masih dalam alam impinya? Pikir pemuda yang masih setia memejamkan matanya.

"Ughh~" gumam Sakura tidak berani langsung membuka matanya, dadanya sesak secara tiba-tiba... Sakura takut, sangat takut jika ia terjatuh dengan posisi yang tidak terduga.

Tapi semakin lama lelaki itu semakin merasa sesak, begitu juga dengan Sakura yang semakin lama semakin heran karena pemuda dibawahnya masih tetap terdiam.

Dengan membuka kedua matanya, kedua insan yang saling menumpukan badan itu terbelalak lebar dan segera menjauhkan badan mereka masing-masing..

.

"Kyyaaahhh~ Oh Tuhan! Kau tidak sentuh apapun bukan?! Ya kan?!" pekik Sakura dengan tangan yang disilangkan didepan kedua dadanya. Pemuda itu sendiri menatap Sakura bingung, otak jeniusnya seakan memproses kejadian yang tidak terduga sebelum ini.

"K-kau!" gumam lelaki sekarang pikirannya baru saja bisa mencerna apa yang terjadi... b-bibirnya –diatas –dada –gadis berambut merah muda –itu?!

BLUSH

Kedua pipi mereka merona merah, semerah buah tomat matang bahkan kepiting rebus... Sakura membalikan badannya membelakangi pemuda itu dan pemuda itu sendiri memalingkan wajahnya dari posisi sebelum ini.

"Sakura-chan, ada apa?" tanya Mebuki yang kini baru saja tiba didepan kamar tamunya, tanpa menjawab pertanyaan Ibunya Sakura langsung bergegas keluar dari kamar dan menuruni tangga melupakan niat sebelumnya.

.

.

"Ada apa?" tanya Mebuki menatap teman lelaki Sakura itu heran. Sedangkan lelaki itu hanya menghela nafasnya kemudian tersenyum tipis kearah Mebuki.

"Tidak Bibi, dia hanya marah saja," dusta 'nya. Mendengar jawaban logis Mebuki menganggukan kepalanya disertai bibir yang membentuk huruf 'O'.

"Baiklah, Bibi harus kembali memasak sarapan pagi," jelas Mebuki dan pemuda itu hanya sebatas menganggukan kepalanya pelan.

.

.

"Sialan-sialan-sialan! Y-ya Tuhan... apa yang tadi aku lakukan? Dadaku tersentuh oleh bibirnya! Kyyaaahh!" pekik Sakura pelan, didalam bus Sakura tidak bisa berpikir jernih. Karena didalam pikirannya semua terdominasi oleh adegan membangkitkan hasrat itu.

Sakura menggigit jari telunjuk lengan kirinya, sedangkan lengan kanan ia gunakan untuk menyangga kepalanya pada sisi bus. Beberapa kali sudah Sakura coba untuk menghilangkan pikiran mesum itu. Bagaimanapun sebagai seorang gadis dengan hormon matang pasti terangsang walau sekedar bersentuhan.

"Nona! Apa ini sekolahmu?!" tanya supir bus menatap Sakura lewat kaca yang ada dalam bus. Merutuki isi otaknya Sakura memasang cengiran sebagai kedok agar ia tidak diketahui sedang melamunkan hal yang tidak-tidak.

"M-maaf paman, aku banyak sekali tugas... terimakasih paman!" ujar Sakura berlari kecil menuruni bus setelah sebelumnya ia membayar beberapa lembar uang yen. Rasanya malu sekali ketika di ingatkan oleh supir bus tadi, karena seluruh penumpang sontak melihat kearah'nya.

.

.

"Sakura!" ah lagi.. –Ino selalu tau jika sahabatnya sudah datang, Sakura menghela nafas kemudian kembali melangkahkan kakinya yang sempat terhenti untuk mencari sumber suara.

"Pagi," sapa Sakura nyaris terdengar seperti gumaman.

"Eh? Apa kau sakit? Apa kau gila? Atau kau stres karena banyak tugas dari si panda?!" tanya Ino menatap Sakura tak percaya dan mengguncangkan bahu sahabat merah mudanya.

"Ish kau! –ya Tuhan! Apa salahnya aku menyapa?! Memangnya harus selalu kau yang memulai? Wajar saja bukan jika aku memiliki mood yang berbeda dalam setiap harinya?" tanya Sakura menyungut menatap sahabat pirangnya marah.

Gadis berambut pirang yang dikuncir ala ponytail itu sebatas menyengir dan membuka mulutnya lebar untuk tertawa. "A-aku... hanya heran dengan sikapmu hari ini," gumam Ino yang telah menyudahi acara tertawanya.

"U-um... I-Ino, aku ingin bertanya sesuatu..." gumam Sakura berbisik telinga sahabatnya, walaupun merasa ragu untuk mengungkapkan pada sahabatnya yang berjuluk 'Ratu Gosip' tapi jika penasaran yang meledak-ledak ia harus apa?

"A-apa?" tanya Ino mengernyitkan dahinya, menatap sahabat merah mudanya aneh. Tiba-tiba Sakura bisa berubah menjadi baik, konyol, bahkan misterius seperti saat ini.

"T-tapi nanti saja..." lanjut Sakura, gadis berambut merah muda itu berpikir jika ditempat umum seperti ini akan barabe rasanya, apalagi sampai ada yang mendengar pertanyaan konyolnya.

"Baiklah up to you!" Ino mengendikan bahunya pelan, itu hak Sakura dan Sakura berhak menentukan kapan ia bertanya padanya. Pikir Ino tak ambil pusing.

.

.

"Sa-Sasuke-kun tidak ada dirumahnya?! Bahkan keberadaannya juga sekarang tidak diketahui dimana..." ujar salah satu siswi yang sedang berbincang disamping Sakura dan Ino.

"W-wahh.. benarkah Uchiha Sasuke tidak ada? Sejak kapan?!" tanya Ino yang kini tiba-tiba sudah berada dibarisan para siswi yang tengah bergosip.

"Cih! Ayolah dasar piggy sialan!" gumam Sakura sebal, 'Memangnya apa istimewa Uchiha Sasuke sampai ketidak hadirannya dipertanyakan?' pikir Sakura berlanjut dalam hatinya.

Tapi sebersit pikiran mengelabui otaknya jika siswa bernama Uchiha Sasuke itu bisa saja siswa yang kini sedang berda dirumahnya. "Okay baiklah, pikiran itu muncul lagi, sialan!" gumam Sakura dan mempercepat langkahnya meninggalkan sahabat pirangnya yang tengah asik berbincang.

.

.

"Um.. sepertinya Bibi belum tahu namamu?" tanya Mebuki ketika makan paginya sudah selesai bersama lelaki teman anaknya.

"Namaku Sasuke Bibi," jawab pemuda yang ternyata bernama Sasuke itu, bisakah ditebak jika pemuda itu yang kini tengah diperbincangkan disekolahannya? Mengingat ia adalah seorang pangeran sekolah yang pendiam dan sering menutup diri.

"Oh Sasuke ... bolehkah jika Bibi memanggilmu Sasu-kun? Bukankah itu akan lebih singkat diucapkan, dan tidak sulit didengar?" jelas Mebuki. Namun Sasuke kembali menampilkan senyuman tipisnya.

"Terserah Bibi saja," gumam nya. "Bi, aku ingin kembali kekamar, jika Bibi perlu bantuanku aku akan segera kebawah," jelas Sasuke yang kini sudah siap pergi kelantai atas kediaman Haruno. Berkat Ibunya Sakura, kulit kaki kanannya yang sempat sobek bisa cepat terobati dan darah tidak lagi keluar seperti sebelumnya. Beruntungnya Sasuke bisa menemukan sosok... Haruno Sakura,

.

.

"Seret ia kemari! Kalian harus bisa menemukan keberadaannya! Bagaimanapun marga Uchiha sudah dipertaruhkan olehnya, aku tidak ingin musuhku diluar sana tau keburukan tentang kelakuannya!" perintah Uchiha Fugaku, sang kepala keluarga Uchiha yang tak lain tak bukan adalah Ayah dari Uchiha Sasuke.

"T-tapi Fugaku-sama, Itachi-san sering berpindah tempat dengan cepat! Bahkan strategi yang ia buat untuk menghindari kami, selalu berhasil dengan lancar sesuai dengan rencananya," jelas salah satu orang kepercayaan suruhan Fugaku.

"Aku tidak ingin otak Sasuke teracuni! Jadi aku ingin ia segera dihadapkan kepadaku agar semuanya berakhir!" jelas Fugaku dengan helaan nafas lelah.

"Baiklah saya akan berusaha kembali, maafkan atas kelancangan saya melaporkan hal ini Fugaku-sama,"

"Hn, cari lagi keberadaannya.. kau akan aku bayar lebih besar jika kau berhasil menemukannya..."

.

.

.

"Jangan samakan aku dengan anak lainnya Ayah! Cukup! Bukankah cara Ayah sendiri yang memperlakukan kami berbeda?!" teriak Uchiha Itachi, anak sulung dari Fugaku sendiri.

"TIDAK ADA BENTAKAN! DIAM! BISAKAH KAU MENURUT?! KAU HANYA SEORANG ANAK ITACHI YANG BERKEWAJIBAN MENURUTI KEINGINANKU! JANGAN MENGELAK UNTUK SELURUH TUGAS YANG AKU BERIKAN PADAMU! JUGA... jangan racuni otak Sasuke!" jelas Fugaku.

Walaupun kedua Uchiha itu tau jika Sasuke ada dibelakang pintu, tapi mereka berdua sendiri ingin Sasuke mendengar langsung pembicaraan sengit antara Ayah dan anak sulung.

"Aku tidak mau Ayah! Aku tidak mau memegang perusahaan Uchiha! Berikan pada Sasuke dan aku akan kembali kerumah menjalani kehidupanku! Tapi jika Ayah masih bersikukuh memberikan jabatan konyol itu padaku, aku... tidak akan pernah kembali kerumah!" ancam Itachi.

Fugaku tampak menghela nafasnya, "Tapi kau yang paling Ayah banggakan Itachi! Kau!" jelas Fugaku lagi.

"Dan.. Ayah sudah terlalu memaksaku.. dari dulu –hingga sekarang," gumam Itachi dan pergi begitu saja dari kediaman Uchiha. "Aku akan kembali jika kau berubah pikiran –Ayah!" ujarnya menolehkan badan sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu rumah.

.

"Aniki!" panggil Sasuke sedikit berlari kecil kearah kakaknya.

"PERGI!" teriak Itachi menatap tajam kearah adiknya. Sasuke hanya bisa menelan ludahnya menahan rasa pahit dalam hati ketika sang kakak seakan enggan melihatnya.

.

.

.

Dan semuanya berakhir dengan Sasuke yang memutar tubuhnya ke club malam dengan pakaian latihan basket tanpa pulang kerumahnya.

'Aku akan pulang jika kau pulang Aniki,' ujar Sasuke dalam hatinya

.

.

"Sakura! Bagaimana ini Sasuke belum ditemukan juga?! Para fans nya sudah berteriak saja bahkan ada yang menangisi kehilangannya! Oh Tuhan aku sebagai anggota OSIS turut prihatin dengannya," jelas Ino mengusap wajah bagian mata dengan tisu yang selalu setia ia bawa dalam tasnya.

Sakura sekedar memutar kelopak matanya merespon ucapan Ino yang menurutnya sangat terlampau konyol. "Mungkin dia hanya cari sensai pig! Jangan dilebihkan, atau kau memang sudah menjadi Savers nya?" tanya Sakura mengejek sahabat pirangnya yang kini tampak mengerucut.

"Tentu saja aku tidak suka dengannya bodoh! Aku sekedar prihatin pada para fans nya... bahkan mereka sampai mengancam jika ada yang menyembunyikan –mereka akan langsung .. memenggal leher dan memutilasi badannya!" bisik Ino pada akhir kalimatnya.

Sakura mendecih, apa sebegitu parahnya karena ketidak adaan pemuda itu? Bahkan ketua OSIS, Sabaku Gaara saja tidak terlalu terkenal seperti 'pemuda yang kini dibicarakan' ... Tunggu?! Apa tadi? Sabaku Gaara?! 'Oh Tuhan aku baru ingat dengan tugas proposalnya!' rutuk Sakura dalam hati.

"Ino... untuk kepanti asuhan itu, sekolah kita kapan harus berkunjungnya?" tanya Sakura pelan, harapannya masih banyak waktu tersisa karena proposal yang baru-baru ini ia kerjakan lumayan memakan waktu sampai tiga hari paling cepat.

"Jika aku tidak salah dengar seharusnya hari besok juga, proposal yang kau kerjakan harus selesai Sakura... jangan katakan kau belum menyelesaikannya?! Bukankah proposal lalu selalu kau bereskan dengan sempurna? Apa susahnya tinggal kau copy paste pada proposal yang sekarang?" tanya Ino menaikan alis pirangnya keatas.

Mata emerald Sakura membulat, benarkah secepat itu?! Double sialan untuk hari ini! "Benarkah?! Kau tida sedang bercanda bukan?! Kau serius sekolah kita akan berkunjung hari besok? Bahkan Gaara baru memberikan tugas data pengunjungan sekolah kita kemarin!" decak Sakura mendesis pelan, ia pikir sahabat pirangnya itu ingin memberikan jebakan padanya.

"T-tapi jika aku tidak salah dengar dari Naruto, seluruh anggota OSIS sekolah kita akan berkunjung besok hari!" jelas Ino menatap Sakura meyakinkan sahabatnya.

Jantung Sakura bertalu cepat, "Ish.. Ino, sudah berapa lama kau dibodohi oleh Naruto? Masih saja kau percaya ucapannya dasar bodoh!" decak Sakura, padahal Sakura katakan itu sekedar karena menutupi rasa kaget dan takut dimarahi Gaara, yang noteban ketua OSIS tanpa alis itu.

Ino mengendikan bahunya, "Entahlah, aku juga tidak terlalu memikirkan ucapan baka Naruto," gumam Ino menghela nafasnya.

"Untunglah..."

.

.

"Sakura!" panggil Gaara pada sekretarisnya, bahkan sekarang Naruto juga berada disamping Gaara. Menaikan alisnya satu keatas dengan pandangan heran, Sakura tetap berjalan mendekat kearah ketua OSIS nya, walau matanya ia tundukan kearah sepatu yang kini ia pakai.

"Ada apa?!" tanya Sakura menatap Gaara heran, Ino juga bahkan kini berada disamping Naruto.

"Maafkan aku... tapi tentang tugas proposal sekolah kita, -kau harus menyelesaikannya hari sekarang... laporan akan langsung dikirimkan ... besok hari," jelas Gaara.

DEG

Ucapan Naruto benar! Ketakutannya terjawab sudah! Sialan! Tripple sialan! Salahkan Gaara, karena ketua OSIS nya yang memberikan tugas telat itu pada Sakura. "Kau tidak sedang bercanda Gaara?" gumam Sakura sedikit shock setelah mengetahui kebenaran dari mulut sang ketua OSIS.

"Tentu saja, apa aku pernah bercanda dalam tugas?" tanya balik Gaara membuat Sakura menelan ludahnya beberapa kali.

Tanpa banyak berbicara Sakura berlari kearah ruangan labkom untuk mengcopy tugasnya, mengingat disekolah pasti akan memakan banyak waktu Sakura pikir akan lebih baik jika ia mengerjakan tugas proposal itu dirumahnya.

.

.

"Tadaima!" teriak Sakura ketika ia baru memasuki rumahnya. Walaupun gadis itu tau jika sang Ibu tengah berlari kearahnya, tapi Sakura pikir ia tidak punya banyak waktu untuk berbincang dengan Ibunya.

"Sakura-chan ba-"

"Aku banyak tugas Bu! Aku harus pergi kekamarku.. kita berbicara lain kali saja!" sela Sakura tanpa menolehkan lagi kepalanya kearah belakang.

.

.

"Gaara sialan!" rutuk Sakura, kini sesuatu yang menjadi kegiatan utamanya adalah.. mengerjakan proposal tanpa mengingat makan atau mandi sore yang sebelumnya, rutin ia lakukan.

.

"Sasu-kun, kenapa dengan Sakura-chan yah? Bisakah kau tengok putri Bibi diatas? Sepertinya dia sedang ada masalah," pinta Mebuki menatap Sasuke memohon, padahal jarak kamar tamu yang Sasuke tempati tidak terlalu jauh dengan kamar Sakura. Lalu kenapa tidak Mebuki saja yang langsung pergi kekamar gadis itu?

"Hn," gumam Sasuke disertai anggukan kepalanya pelan.

"Terimakasih Sasu-kun,"

Dan Sasuke benar-benar menuruti permintaan Nyonya Haruno itu tanpa harus meng-iya kan ucapannya.

Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, dan Sakura... gadis itu belum sama sekali terlihat keluar dari dalam rumahnya walaupun sekedar untuk makan, atau mengambil cemilan dalam lemari es.

.

.

Sakura Point Of View^^

Oh Tuhan, proposal ini tidak mungkin satu hari jadi! Gaara sialan! Kenapa tidak dua hari kebelakang ia berikan tugas ini? Kenapa proposal pengajuan lomba yang diutamakan sang ketua OSIS tanpa alis itu? Padahal sudah jelas jika laporan lomba itu masih diperlukan beberapa Minggu lagi! Dasar panda sialan!

TOK ... TOK ... TOK

"Aku sedang sibuk Ibu!" jawabku, yeah pasti itu adalah Ibuku... Ibuku yang cerewet! Untung saja Ayahku tidak ada dirumah karena ia sedang diperlukan diperusahaan Uchiha, mengingat sang anak bungsunya hilang itu... jadi rumahku sedikit sepi seperti kelihatannya,

"Hn, ini aku!" jawabnya, tapi aku siapa? Maksudku, siapa aku yang ia maksud? Apa pemuda 'itu?! Dan akhirnya walaupun malas beranjak dari kursi kerjaku aku harus membukakan pintu untuk tau apa yang ia inginkan.

.

.

"Apa?" tanyaku sedikit ketus, ayolah apa ia tidak tau jika sekarang aku tengah banyak tugas? Tugas yang harus selesai dalam satu hari tanpa alasan! Setidaknya jika ia tau pekerjaanku, seharusnya ia harus lebih bisa mengerti dan paham –untuk tidak menggangguku.

"Hn, kau belum mandi dan makan malam! Ibumu memanggil dibawah!" jelasnya singkat, aku menaikan alisku satu ketika ia masuk kedalam kamarku tanpa aku pinta atau aku persilahkan. Aku sedikit heran.. apa yang ia mau sebenarnya?

Kriet..

Tapi menutup pintu tidak apa-apa bukan? Setidaknya jika pemuda ini berulah aku bisa berteriak meminta bantuan pada Ibu.

Aku kini mendekat walau ragu kearahnya yang tampak sedang melihat layar laptopku yang menampilkan data proposal yang harus aku selesaikan secepatnya.

"Kau sedang mengerjakan ini?" tanyanya pelan tapi itu masih masuk kedalam gendang telingaku.

"Hm.. jadi kumohon jangan ganggu aku!" ujarku tajam, tapi ia terlihat sangat enjoy dan menghiraukan ucapanku.

"Aku tidak mengganggu! Tapi hargailah Ibumu yang sudah memasakanmu makan malam!" ujarnya menjelaskan secara singkat. Oh Tuhan sejak kapan seorang Haruno Sakura mendapat masukan karena hal spele? Rasanya sikapku kali ini sudah melenceng terlalu jauh..

"Baiklah! Aku ingin mandi dan makan malam! Jangan sentuh data proposalku karena kau hanya akan menghancurkannya!" jelasku mengingatkan sebelum aku benar-benar keluar dari dalam kamarku.

"Hn," gumamnya walau aku tak mengerti maksud gumaman itu, tapi aku pikir ia meng-iyakan peringatanku.

"Okay," gumamku untuk membalas.

.

.

"Sakura-chan, apa Sasu-kun sudah membantumu?" tanya Ibuku ketika aku baru saja menyelesaikan makan malamku yang sudah ia hidangkan. Oh jadi nama pemuda itu Sasu yah..

"Hm.. entahlah, dia masih ada dikamarku, Ibu kapan Ayah kembali?" tanyaku mencoba mengalihkan perhatian.

"Ayah yah... mungkin besok pagi, karena ia tidak membicarakannya pada Ibu," jawab Ibuku menghela nafas, baiklah aku pikir cukup berbincangnya.. aku harus segera kembali pada tugas laporanku.

"Selamat malam!" ucapku sebelum aku benar-benar pergi dari hadapannya.

.

.

"Hey! Aku sudah selesai makan sesuai saranmu! Sekarang, pergilah.. terimakasih sudah menjaga laptopku!" sindirku setengah mengejek. Tapi kelihatannya ia tidak terlalu peduli? Dan tampaknya ia malah seperti serius mengerjakan sesuatu dalam latopku...

Penasaran kembali hinggap, ini kamarku –jadi aku tidak terlalu canggung untuk mendekat kearahnya. "Hn, tugasmu selesai! Kau bisa periksa hasilku," gumamnya dan sukses membuat dadaku berdesir kaget.

'A-apa ini?! Benarkah tugas proposalku selesai?' aku mendekat kearahnya dan benar-benar duduk disampingnya yang kini sedang berdiri dari kursi kerjaku.

"Sudah selesai... Hn, aku tidak mengacaukan," desisnya tepat ditelingaku, karena masih belum percaya sampai 100 % aku mencoba untuk meng-check hasil yang 'ia buat dari atas sampai bagian paling akhir...

.

SEMPURNA!

BRUK

Oh Tuhan biarkanlah seperti ini, aku merasa benar-benar bahagia sekarang! Aku pikir hidupku akan sengsara setelah panda OSIS itu memberikan tugas ini mendadak.. terimakasih Sasu.. walaupun aku hanya tau itu namamu semoga saja dengan memelukmu ini bisa menyalurkan rasa senangku!

"H-hey.. Hn, lepaskan," gumamnya tapi aku benar-benar tidak mengidahkan ucapannya.. mungkin aku bahagia yang berlebihan, tapi aku benar-benar harus berterimakasih pada lelaki dihadapanku yang sudah menyelesaikan laporan ini tidak lebih dari satu jam penuh...

"Terimakasih.. Sasu-kun, ini sangat sempurna! Seperti proposal yang selalu aku buat," gumamku, aku tidak tau ia dapat dari mana data yang belum aku cari itu, dan aku tidak tau dapat dari mana perkataan untuk menyusun makalah satu jam itu...

CUP

"Sebagai ucapan terimakasihku," gumamku mencium pipi kirinya.

.

.

End Sakura Point Of View

Sasuke menyeringai kecil, walaupun Sakura tidak menyadari seringaiannya itu.. gadis merah muda ini memang tidak tau ... jika ini semua masih dibawah rencananya.. mengingat ia adalah anak pemilik perusahaan Uchiha tertinggi yang sudah memberikan dana paling besar pada Konoha Senior High School, jadi apapun bisa ia lakukan walau hanya main-main...

TBC


A/N

Chapter depan terusan dari ini^^ maksudku dalam adegannya-,- adegan kaya gimana? Gimana besok saja-_-


KuroNeko10 Wkwk makasih sudah dibilang seru ini sudah lanjut, dan buat Naruto Gaiden, iya aku juga sama... ngerasa sedih dengan chap itu –karena aku sebagai seorang pembaca– yang tidak bisa memberikan masukan keinginan pada Kishi-senpai^^ takutnya nanti udah berharapjika Sara itu anak kandung Saku akhirnya malah Karin yang muncul :v

Tafis Haha ini ceritanya masih ragu mau aku publish sejujurnya apalagi sampai aku update-,- dan soal troll bhaha kayanya aku belum biasa sama trollnya Kishi-sensei wkwk makanya aku damn banget :v

Guest Hehe kamu itu terlalu vulgar :p udah tau banyak heaters *bisik* haha seperti kata reviewer lain itu mungkin Cuma troll aja :') meskipun aku belum terlalu yakin :D makasih sudah review yah :)

Misakiken Hihi mungkin iya juga jika itu bukan DNA nya Karin-,- tapi kan kita belum tau hasilnya, ya kan? :') jadi aku hanya bisa berharap... btw makasih pujiannya :* ini sudah update,, aku usahakan hanya sampai 6 hari paling telat ;p

Cherryma Hehe makasih :) rasanya seneng banget dikasih pujian ;p semangatnya aku terima banget :)

Guest Wkwk hidup kita! Eh.. kita? Hehe iya.. maksud aku kita hidup kalo Naruto nya ga sesuai harapan :D

Nelsonthen52 Haha makasih sudah disuruh update kilat :p hehe soal Naruto Gaiden menurutku itu bisa jadi juga seperti pikiranmu, karena aku benar-benar belum bisa nebak gimana isinya 708 nanti^^

Japanloveyou Makasih reviewerku** ini sudah lanjut :)

ToruPerri Sudah^^

Tirukosasa Sudah^^

UchiHaruno Misaki Whaha dapat review dari author senpai *senengnya* hehe :D btw Misaki-senpai saranmu cukup dimengerti dan cukup bisa aku terima :) juga senpai makasih sudah menyuruhku update kilat wkwk :D semoga senpai suka :v

GaemSJ Hehe iya aku juga tau ko :v tapi tetep kan bro nyesek itu pasti ada-,- dan soal fict ini aku sudah update makasih review nya ;*

Respitasari Makasih^^

Hiugatsu Kanazawa Ini sudah update next nya, semoga suka :)

Kazuran Haha bisa aja kaya gitu, pemikiranmu cukup aku pahami ;) makasih sudah review dan kasih penjelasan yah :)

Herawaty659 Ini sudah, makasih semangatnya^^

Uchiha Izumi Makasih banyaaaaak :* padahal ini fict pertama :p btw semoga juga buat Naruto 708 nanti dimanganya adalah berita baik :v

Ongkitang Hehe aku sudaah update kilat :3 soal semangat, aku semangat masa muda**

Dianarndraha Namanya susah :3 –hehe makasih yah sudah ditunggu, padahal aku tidak yakin sebelumnya :p soal tamat mah, semoga saja aku bisa! :D

Niwa-chan Hehe makasih^^ btw Naruto Gaiden kamu sudah tau kaya gimana? Bisa diceritain? :3 lewat apa yah... soalnya PM aku tidak aktifkan :p lewat Akun.. Hara Kotobuki saja yah ;) itu akun... pokonya lewat sana saja :) soal semangat nya aku sangat menerima dan soal curhatannya, ini aku juga curhat...


Dan see u next chap