Disclaimer Naruto DKK: Om saia, Masashi Kishimoto

SecretarySecret *Gak pake spasi* by Hyuugazan

NaruHinaTone dan karakter lain pembangun cerita

Genre : Romance, Humor /Ato bisa nambah?

Rating : T (Tetap jalan ditempat aman)

Warning : Word MURNI cerita sekitar 1.550 *lap keringat*, Typo *langsung publish*, humor garing *maybe*, kehidupan kota, AU, bahasa.. yahh gitulah.

Sebelum.a makasiih banget yang udah reviews, favs, dan follow! Membuatku bersemangat untuk lanjut!

Selamat menikmati!

.

.

"Rapat cukup sampai disini. Bila Anda sekalian setuju dengan ketentuan & syarat Uzumaki corp, mari kita bekerja sama dan silahkan tanda tangani proposal pengajuan masing-masing perusahaan. Selanjutnya saya akan memutuskan perusahaan mana yang akan masuk sebagai partner pembangunan apartemen Ichitown secara permanent. Sekian dari saya. Terima kasih," Naruto menundukkan badannya sopan di tengah-tengah panggung. Kedua tangan di samping tubuhnya dengan tangan kiri menjinjing map merah. Tepuk tangan para klien mengiringi langkahnya menuruni anak tangga panggung.

Hinata yang menunggu di bawah langsung menjajari langkah lebar Naruto menuju pintu. Gerakan tangan Hinata mengambil map di tangan Naruto. "Biar saya Uzumaki-san," lirihnya. Naruto melepaskan mapnya.

"Hinata-san, bereskan," ucap Naruto singkat sambil melangkah lebih cepat mendahului Hinata yang terdiam mencerna perintah Naruto yang kini sudah hilang dibalik pintu.

Hinata-san, bereskan..

Bereskan..

Bereskan..

BERESKAN!

Apa ini semacam perintah menghabisi seperti dalam film-film mafia? Atasannya menyuruh tangan kanannya menghabisi partner kerjasamanya setelah mendapat keuntungan dan ingin menguasainya sendiri! Lalu tangan kanan yang dijanjikan separuh dari keuntungan yang didapat membawakan rekening para partner ke bosnya yang egois dan ternyata ia pun juga dihabisi. Dengan senyum licik si bos menyeret kopernya, meninggalkan Negaranya.

–END-

Ahhh, tidak, tidak. Kenapa Hinata jadi memikirkan jalan cerita film yang ditontonnya bersama Toneri minggu lalu!? Mungkin ini efek rindu… HIKS.

"Hinata-san, sudah?," Pemilik rambut blonde kesetrum nyembul di antara pintu. Hinata mendongak kaget menyadari Naruto menghampirinya, disertai seorang pemuda berambut biru malam di belakangnya.

"Be-belum Uzumaki-san," Mengerti saja tidak! Ucap Hinata memasang senyum manis dan dibalas tatapan 'Kerja itu yang becus!' dari Naruto sebelum bosnya mengalihkan tatapan, merubah ekspresi wajahnya 360 derajat kearah para klien yang sedang menikmati coffe dan snack ringan sambil berbincang. Entah apa yang dibahas, namun sesekali mata mereka melirik ke eksistensi manekin hidup di hadapan Naruto.

Dari kejauhan Naruto melihat tiap buku proposal klien yang masih terletak di atas meja dalam keadaan tertutup, sepertinya belum ada yang menandatangani proposal mereka, bahkan belum di sentuh mungkin.

Hei, apa mereka tidak ada yang ingin bekerja sama?

"Selamat siang," Sapa Naruto meminta perhatian. Mengambil tempat di tengah ruang rapat, lebih tepatnya di depan meja rapat berbentuk setengah lingkaran. Para klien menghentikan pebincangan, menyingkirkan kotak makanan ringan dan duduk tegak, memusatkan perhatian ke salah satu calon pewaris muda itu. "Saya ingin memperkenalkan direktur cabang Osaka sekaligus calon pimpinan pusat, Uzumaki Menma," Naruto membentangkan tangan kirinya. Mempersilahkan Sepupu satu-satunya, Uzumaki Menma maju ke tengah ruangan.

Berdiri berdampingan membuat mereka terlihat seperti buah pinang di belah dua. Hanya warna rambut spesifik yang membedakan.

"Sekali lagi, perkenalkan saya Uzumaki Menma," Menma ber-ojigi sopan dihadapan para klien tanpa menutupi aura kewibawaaannya yang menguar. Para klien berdiri, ber-ojigi membalas Menma.

"Salam kenal," ucap mereka serempak.

Naruto memandang para klien dan Menma bergantian. 'Huh, sepertinya mereka sopan sekali'

Menma mengangkat kepalanya diikuti para klien yang kemudian maju hendak menyalami pria berambut biru malam itu. Naruto menghalangi. Menma mendengus, sedikit terkekeh mengingat tebakannya benar. Tentu saja sepupunya ini—Rival sejak lahir—Tidak akan membiarkan dirinya mencampuri perusahaan cabang Tokyo yang menjadi kerajaan Naruto. Yahh dimulai dari respon yang baik dari klien, Naruto harus melakukan pencegahan awal.

Dengan gaya orang sibuk melihat jam, Naruto mengalihkan perhatian. "Eh, hampir lewat jam makan siang. Sebaiknya kita makan siang, silahkan Anda sekalian menuju café dilantai dua," ucap Naruto sambil mendorong bahu Menma menuju pintu.

Para klien mundur, memasukkan berkas dan buku proposal mereka kedalam tas tangan berbentuk persegi tipis yang dirancang hanya muat untuk berkas-berkas tidak terlalu tebal.

Naruto menoleh, mendapati buku proposal yang tak ada lagi dimeja. "Hinata—" panggilnya tercekat sambil menoleh. Sial, tak ada satu buku proposal pun di tangan Hinata. Ya ampun, benar-benar..

"Uhm maaf?," lirih Naruto. Seketika semua orang diruangan itu menoleh kearahnya. "Bagi yang sudah menandatangani proposal, bisa memberikannya ke saya," Ucapnya dengan senyum dipaksakan. Para klien tak bergeming, malah saling melempar pandang, tak ada satupun dari mereka maju menyerahkan proposal. "Atau ke Sekretaris saya," lanjutnya.

Tak butuh satu detik. Para klien langsung mengeluarkan kembali buku proposal mereka dan menandatanganinya besar-besar, keluar dari kolom. Berebutan mengumpul. Sampai-sampai beberapa buku proposal terjatuh dan terinjak.

"Ini cantik!"

"Kamu tambah imut megang buku proposal lucu dariku, Honey,"

"Mau makan siang ama Abang, Dek?"

"Aku lupa nomorku, jadi ini nomor adikku, Sasu-chan, telpon yacch,"

Naruto yang berada di pertengahan pintu menggigit ujung bibirnya kesal. Sungguh kali ini ia merasa martabatnya sebagai direktur utama tidak disegani lagi.

Bagaimana tidak kesal? Pertama, Uzumaki Naruto yang biasanya..biasanya lho ya.. Disegani karena kewibawaanya, tetapi tetap terkesan ramah, sehingga siapapun memperhatikannya dengan seksama.

Kedua, Uzumaki Naruto pernah terkenal sebagai pembisnis muda yang mampu hampir..hampir lho ya.. Menaklukkan setiap klien untuk menanam modal dan bekerja sama.

Ketiga, Uzumaki Naruto, seorang pembisnis muda yang disenangi, contohnya saja dulu..dulu lho ya.. para klien malah senang mendekatinya, walaupun dengan niat terselubung agar sang pewaris muda ini menyetujui kontrak.

Tapi apa sekarang?, imaje seorang direktur yang disegani pupus sudah dalam waktu tiga jam rapat! Selain itu ia juga kesal atas firasatnya melihat sekretaris barunya dikerubungi para klien.

"Haha, sepertinya sekretarismu itu lebih PANDAI dan BERBAKAT mengambil perhatian para klien dibanding DIRIMU," Andai saja Menma mengatakannya. Mungkin namanya akan tertera di Koran terhangat dengan Headline besar diatasnya.

Menma menoleh. Meneliti wajah sepupunya yang terlihat semakin kusut saja sejak pertemuan keluarga lima bulan lalu. Waktu yang cukup lama tidak bertemu dan bercanda dengan Naruto layaknya sebelum mereka mengambil alih masing-masing cabang di Tokyo dan Osaka dua tahun terakhir. Walaupun begitu biasanya mereka menyempatkan diri untuk saling berkunjung atau janji bertemu untuk sekedar bergurau. Hubungan persaudaraan dan rival, keduanya terasa bercampur membentuk ikatan yang erat antar keduanya.

Namun sekarang tampaknya berbeda.

Menma sibuk sendiri membangun kehidupan percintaannya.

Naruto semakin menenggelamkan diri dalam profesinya.

Ah, memang. Bahkan kedua saudara ini dapat bertemu karena amanah dari Kakek-Nenek mereka. Lebih tepatnya amanah yang diberikan pada Menma, meminta jawaban Naruto dari perdebatan keluarga lima bulan lalu.

"Naruto, aku ingin bicara denganmu," Ucap Menma kaku. Sikunya menyikut lengan Naruto yang kemudian menoleh kearahnya.

"Ya. Kita akan bicara di ruanganku," jawab Naruto sama kakunya sebelum ia kembali memusatkan perhatian ke para klien dengan wajah cerah dan bernada ramah di depan para kliennya "Hinata, temani para klien makan siang. Lalu kau boleh pulang,"

Mampus dah.. batin Hinata sebelum akhirnya mengangguk. Menggigit bibir bawahnya kesal sambil memasang senyum dipaksakan. Berdoalah agar tak menjadi makan siang, Hinata.. umpatnya.

~SecretarySecretHyuugazan~

"Baiklah. Katakan apa maksud tujuanmu kemari. Yahh walau aku sudah tau.." Naruto duduk dikursi besarnya. Meletakkan kakinya di sisi kiri meja, tanpa melepaskan sepatu kulit hitamnya. Sikap tidak sopan seolah mengacuhkan eksistensi Menma.

Menma terkekeh. "Hei, setidaknya persilahkan tamu untuk duduk, direktur," tak kalah acuh, Menma seenaknya duduk di atas meja Naruto, menduduki beberapa kertas penting di sisi kanan meja.

Naruto melirik tajam kertas-kertas dan Menma bergantian. "Kau bahkan duduk sebelum dipersilahkan, direktur," balas Naruto dengan nada sarkastis.

"Kau lama, Naruto. Bahkan masalah sekecil ini,"

"Namun aku selalu lebih cepat darimu dalam hal besar, Menma,"

"Bagaimana dengan percintaan? Itu hal yang besar dan kau sudah kalah cepat setahun dariku, Naruto,"

"Cih. Kau hanya terpaksa karena Tsunade baa-san memasang jatuh tempo mencari pasangan delapan bulan lalu pada kita dengan iming-iming proyek besar. Kau hanya menang satu hal dariku,"

"Kuakui kau benar, tapi seiring berjalannya waktu apapun bisa berubah Naruto,"

"Benarkah?, bila itu yang kau katakan, berarti kau kalah taruhan Menma, atau kau mungkin sudah lupa,"

"Taruhan sepuluh tahun itu?, haha.. aku kalah, dan tak peduli lagi,"

"Aku menang dan syukurlah kau tidak peduli lagi," seulas senyum tersembunyi terbentuk dari bibir Naruto. "Aku masih mengingatnya, Menma,"

Menma mengamati Naruto. Menarik nafas panjang. Kalau begini ia sudah tahu jawaban yang akan disampaikannya pada Jiraya Jii-san dan Tunade baa-san.

"Naruto, dengar, kata 'cinta' yang kita ucapkan di umur sepuluh tahun jauh berbeda dengan kata 'cinta' yang kita ucapkan sekarang. Itu cinta monyet. Berhentilah hidup pada masa lalu, Naruto," jelas Menma. Berusaha mengubah sugesti Naruto.

"Aku tidak hidup pada masa lalu, hanya mengingatnya dan belum tentu aku masih mencintainya Menma," Naruto tertawa. Tawa lepas pertamanya lima bulan terakhir. Wajah Menma saat menasehati terlihat lucu di mata Naruto. Hal sepele mengundang tawa.

Menma terkekeh lega. Ternyata Naruto masih seperti yang dulu, sepupunya yang gampang merubah Mood, namun lama memendam bad mood. (?)

Menma beranjak. Melangkah ke dinding kaca yang menjadi latar luar gedung. Menatap orang-orang yang berlalu lalang di bawah sana secara acak. Sampai dua insan berbeda gender menarik perhatiannya. Pria berambut putih mengenakan pakaian casual yang cocok untuk postur tubuhnya yang tinggi. Dan wanita dengan rambut indigo dan mata bulan yang menjadi ciri khasnya. Menma ingat siapa wanita itu.

"Jadi begitu ya Naruto," gumam Menma. Seulas senyum sulit diartikan terbentuk di bibir tipisnya—mungkin lebih pantas disebut menyeringai.

"Eh, apa?" tanya Naruto sambil menurunkan kakinya. Memutar kursi kearah Menma yang tetap asyik memantau gerak-gerik dua insan dibawah sana. "Kau mengatakan sesuatu?," ulangnya.

Menma tersadar. "Ah, tidak," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya. "Lalu, apa jawaban yang harus kuberikan pada Jii-san dan Baa-san, sepupu?"

Setiap mengingat masalah ini, bad mood Naruto kembali.

Naruto mendengus. "Huh, bilang pada mereka aku sudah punya pacar dan akan membawanya ke pertemuan keluar minggu depan.., ah tidak.. aku ada proyek penting seminggu ini.., dua minggu lagi.., eh jangan ada klien penting yang akan melihat-lihat kinerja sebelum menanam modal, tiga minggu.. tidak bisa juga. Pokoknya pertemuan keluarga selanjutnya saja, bulan ini aku tidak ada waktu mencari pacar!," serunya kesal sambil mengacak rambut kuningnya.

"Kau memiliki banyak waktu, sepupu," sahut Menma tenang. Dibalas tatapan bingung Naruto yang beranjak dari kursinya. "Sebenarnya dari awal kau sudah menyadarinya'kan Naruto?," Tanya Menma ambigu. Menoleh ke Naruto yang kini berjalan mendekatinya.

"Sudahlah!, jangan bertele-tele. Katakan apa maksudmu?! Semacam tips untukku mendapatkan pacar instan?,"

Menma mengangguk. Membuka mulutnya pelan seolah hendak mengatakan sesuatu yang penting. Naruto memasang telinga baik-baik.

"Sekretarismu cantik juga, uhmm maksudku.. kenapa tidak?,"

.

.

.

ToBeCoNtInUe

#YUHHHUUUU!

Fyyuuuh kelar juga ampe publish :D Mood saia lagi pengen nulis hari ini!

Udah mo lebaran dan masuk sekolah jadi mungkin bakal sibuk. Niat saia kalo gak hari iini publish ya awal masuk sekolah nanti, dan berniat juga buat chapter ini 3000 words *PLAAK hanya mimpi belaka* hehe.. tapi menurut hasil wawancara pada satu orang (?) katanya "enaknya kalo per-chapter gak usah panjang-panjang, ntar bosan bacanya. Paling 1.500 words laahh," Hmm author setuju sih #Ditavvok# *Ngaku aja emng gak bisa publish panjang* wkwkwkwk…..

And then, Semoga tidak kecewa Minna-san ( TVT)\ *Respect*

Domo Arigatou Gozaimasu!

Fury F hikarisyifaa santi revinty efitriani499 Azu-chan NaruHina Hayati JeWon Noor-sama NaruHina Lovers Ms. X

#pojok Reader-Author ^^

Kurang panjang word.a diusahakan NaruHina OOC sengaja biar greget kapan Tonerinya muncul? Ini'nih saia nunggu ad yg nanya! tadi ada, Cuma seuprit hehe. Chap depan nanti ada ToneHina koq *Spoil* Wah Weh (?) Cerita yang menarik Hehe makasih! Ms. X : kurang terasa feel.a Hehe iya. Btw, dibagian mana? *Malahbaliknanya*

Makasih ya! Saia senang baca review reader semua!

Kritik yang pedas-pedas juga gak pa-pa *tapibukanflame* demi membangun cerita. Saran atau masukan cemerlang saia dengan senang hati menyambutnya!. Komentar mengenai cerita bagian mana yang harus dipertahankan ? ^^

Karena seorang author gak bisa menilai karyanya sendiri!

Review minna-san?