Hah,...THIS IS LOVE?©JaeniCavallone
WARNING : Boy Love, Typo(s), OOC pakek banget lah, EYD gak bener, Bias dinistakan, Jauhkan dari jangkauan anak dibawah umur.
Disclaimer : Sampai Kai jadi item kembali Exo tetep bukan milik saya, tapi saya berharap Suho jadi milik saya seutuhnya#tawa nista. Don't Plagiat and Bash.
A/N : Tolong jangan bash saya. Cukup baca cerita gaje ini dengan segelas susu soda tanpa huruf 's'. Saya mencoba mengubah gaya cerita dan bahasa di fic ini karena suatu alasan, dan mempertahankannya hingga akhir. Mohon dukungannya ya!#membungkuk#
.
.
Hah...,THIS IS LOVE?
.
.
[Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu awal kejadiannya seperti apa]
.
.
Panas terik matahari tak menghalangi orang-orang untuk beraktifitas dikampus ternama di Korea Selatan. Memiliki lebih dari 150 jurusan yang dapat dimasuki siapapun kalau mendapatkan nilau memuaskan diujian masuknya. Kampus ternama diposisi kedua terbaik seantero Seoul.
Mentari yang sudah diatas kepalapun bahkan terasa menghambat jalannya aktifitasnya. Aktifitas seorang pemuda berpakaian kemeja putih polos dipadu dengan blazer merah kotak-kotaknya dengan celana jeans hitam. Gaya rambut yang dibiarkan berantakan memberi kesan 'anak nakal' tersendiri bagi para gadis yang melihatnya.
"Hah~." Menghela nafas saat menatap benda persegi panjang yang sedari tadi hanya dimainkannya dengan malas.
"Master~ kau dapat pesan baru~ apa kau mau–"
Segera sebelum ringtone ponselnya selesai menandakan pesan masuk, pemuda–yang ngakunya bernama Kris tetapi diakta kelahirannya ditulis Yifan membuka pesan yang tertera dilayar ponsel.
"Aku tahu kau ditaman dekat kelasku, jadi aku berjalan memutar dan kabur sebelum kau membunuhku. Kan sudah ku katakan untuk menunggu seminggu lagi lalu akan ku kembalikan dan jangan mengikutiku seperti kau tergila-gila padaku. Itu membuatku berfikir kau menjijikan!"
"Si brengsek itu!"
Yifan menggenggam ponselnya dengan aura hitam peka dibelakangnya. Dan bersiap mengamuk sebelum didepan wajahnya terlukis sebuah wajah yang terbalik. Spontan Yifan berdiri dan hampir saja berteriak seperti gadis kegenitan.
"Kau! Apa yang kau lakukan disini... dengan pakaian seperti itu!"
"Huh?" Seseorang dengan baju kimono biru membungkus badan mungilnya terbengong.
Yifan mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan tambah kacau melihat tingkah seseorang yang bahkan lebih buruk ketimbang anjing tetangganya.
"Ku suruh kau memakai pakaian normal kan."
"Ini pakaian norma."
"Normal jidatmu!"
Seseorang itu, yang bisa dikatakan memiliki gender laki-laki bahkan tidak menunjukan kelaki-lakiannya(?) memiringkan kepalanya. Dirinya meloncati kursi panjang ditaman dan berjalan kearah Yifan dengan cepat.
"Eh? Apa? Kenapa?"
"Yifan. Aku. Mau. Daging." Mata coklat terang Yifan membesar dan melirik takut ke arahnya.
"Suho mau daging sapi banyak ya?" imbuhnya.
"TIDAK!"
Suho–nama pemuda yang kedua pundaknya didorong dan diremas kuat oleh Yifan, merubah wajahnya yang semula berbinar cerah terganti oleh wajah masamnya. Tambahan dengan penolakan lelaki super ganteng dihadapannya.
"Oh ya?"
Oke, ini jadi masalah serius kalau Suho sudah memasang tampang mengerikan seperti itu. Membuat Yifan tanpa sadar melangkahkan satu kakinya kebelakang, namun Suho menahan leher belakangnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Yifan.
Dilihat dari sisi manapun, posisi mereka berdua mengundang tanda tanya besar bagi orang yang melihatnya. Tambahan bagi fujoshi mendapatkan live action seperti itu membuat tanpa sadar mereka mengeluarkan teriakan kecil dan mulailah fantasi liar didalam otak mereka.
"He-hei kau mau apa?"
"Kalau Yifan tidak mau membelikanku daging sapi, mungkin aku bisa menikmati danging Yifan. Bagaimana?" Mengeringai seraya tangannya seperti mencolek kulit pipi Yifan dan menjilatnya.
"Hmm! Sangat lezat!" memencingkan mata hanya sekedar melihat wajah pucat pasih Yifan lalu melanjutkan perkataannya. "Tapi hari ini aku maunya daging sapi!"
Tubuh tegap itu melemas tak kalah melihat pemuda ber-kimono didepannya sedang berlari kegirangan dengan menyerukan "makan daging" dengan lantang.
Itu tadi bukan gurauan belakang!
.
.
Dua pemuda sedang duduk saling berhadapan diatas tempat duduk berbentuk meja dengan ukuran besar yang terbuat dari kayu(gak tahu namanya apa). Dengan hanya dipisahkan dengan sebuah meja yang telah tersaji alat pemanggang beserta daging diatasnya.
Ah, kalau begini caranya dompetku bakalan nipis hanya untuk satu minggu kedepan.
Suho yang sedang asik menunggu dagingnya selesai dipanggang memiringkan kepalanya melihat wajah masam Yifan.
"Ada apa Yifan?"
Bukanya ia melamun, bahkan ia tersenyum miris mendengar pertanyaan Suho. "Bukan masalah penting."
Suho hanya berguma "oh" dan melanjutkan acaranya menunggu daging pangang siap makan dengan hati berbinar-binar. Sampai-sampai sumpit yang ia pegang sudah ada didua belah bibirnya.
"Master~ kau dapat pesan baru~ apa kau mau aku membukakannya untukmu~ oh master~."
Wajah berbinar Suho berganti menjadi wajah dingin ddengan tatapan membunuh yang ia arahkan untuk Yifan. Mata biru langitnya mengikuti gerakan tangan Yifan mulai dari mengambil ponsel dan mengeceknya.
"Kau bahkan membuat ponselmu menjadi barang menjijikan seperti itu." kritiknya panas.
"Darimana percakapanmu itu dimulai!" bentak Yifan.
"Aku tahu kau itu pemuda pirang mesum berotak ngeres yang suka porno bahkan berfikiran kotor." Timpal Suho seraya mengambil potongan daging kemulut.
"Aku tidak mesum, berotak ngeres, porno bahkan berfikiran kotor kalau aku tidur." protes Yifan tak mau kalah.
Apa perlu Suho mencatat bahkan orang ganteng lebih bodoh saat dirinya terdesak. Dilihat dari sisi manapun Yifan itu tidak terlihat bodoh, tapi dimata Suho pemuda blasteran itu akan bertingkah bodoh dan kelewat kekanak-kanakan.
"GWAH! Kenapa malah berbicara ngawur seperi itu kepadaku!"
"Aku tidak berbicara ngawur, tapi itu kenyataan. Dan apa isi pesan yang kau dapatkan?" tanya Suho dengan tubuh yang ia condongkan kedepan untuk melirik layar ponsel digenggaman Yifan.
Yifan menjauhkan ponselnya dengan cara menyembunyikanya dibelakang tubuh. "Hus~ kau tak perlu tahu."
Terserahlah, toh itu bukan urusan Suho. Terpenting lagi ia sudah bisa menikmati daging panggang super mewah yang diberikan–terpaksa Yifan belikan kepadanya. Sunggu beruntung dua bulan ini ia bersama Yifan.
.
.
Kunjungan adalah hal paling dibenci Yifan dalam list kegiatan kali ini. Bukan soal negara yang jadi penyebabnya. Malahan Yifan senang-senang saja saat dirinya pertama kali menjajakan kakinya kenegri orang–jepang meski dirasa dirinya sudah terbiasa dengan itu.
Pertama kali pandangannya melihat banyaknya pohon sakura bermekaran. Warna merah muda bercampur putih begitu memenuhi indra pengelihatannya, bagai mantra yang dapat membuat seseorang terpana dengan hanya melihatnya.
Kembali dengan kegiatan paling dbenci Yifan yang nyatanya adalah mengunjungi kuil terletak dipinggiran Kota Tokyo.
"Menyebalkan." guma Yifan bosan.
Kedua iris berwarna coklat tua menyapu sekelilingnya tanpa niatan mengagumi. Didepannya terlihat seorang pemuda tengah berlali menghampirinya. "Kita sudah dapat catatan dari dosen!"
"Dilihat dari catatan ini setiap satu orang dikelompok akan membuat catatan mengenai bagunan yang ada disekitar kuil."
Yifan melihat catatan–bisa dibilang kertas berukuran sedang bertulisan lima tempat yang berbeda. Melihat pemuda dengan wajah terbingkai kacamata itu sedang sibuk menjelaskan sesuau dari tugas kali ini.
"Kau mau memilih tempat yang mana?" tanya pemuda yang bernama lengkap Do Kyungsoo.
"Mungkin aku memilih tempat penyimpanan yang berada di belakang kuil. Sepertina tempat yang cocok untuk tidur." Kyungsoo membulatkan matanya yang sudah bulat mendengar gurauan dari Yifan.
"Kita akan berkumpul ditempat ini satu setengah jam dari sekarang untuk menjalankan tugas masing-masing. Aku akan memberitahukan ke anggota lainnya. Bye-bye."
"Bye." Tangannya melambai kepada teman sekelompoknya dan mulai bergegas untuk menjalankan tugasnya kali ini. Ah, ia tidak berbohong soal tempat yang nyaman untuk dirinya tidur tadi. Memikirkannya saja membuat kantuk, bahkan ia mulai berjalan dengan menguap lebar menuju kebelakang kuil.
.
.
Angin berhembus menerbangkan kelopak sakura untuk memenuhi langit biru dengan warnanya yang indah. Sesosok orang dengan kimono melekat ditubuhnya sedang memandang kebawah. Melihat betapa sepinya sekitar bangunan terbukti hanya beberapa orang saja yang terlihat.
Mata birunya mengarah ke seseorang yang tengah berjalan menghampirinya–lebih tepatnya esebuah bangunan dibawahnya. Pemuda kimono itu bangkit dari duduknya diatas atap bangunan dan perlahan tubuhnya turun sampai hilang, menembus atap dengan anggunnya.
"Sekarang ayo kerjakan apa yang aku bisa dulu."
Sorot mata tajamnya mengitari sekeliling bangunan tua dihadapannya dalam diam. Mengamati setiap benda dengan teliti seraya tangannya mengambil sesuatu dari kantong jaketnya–sebuah note kecil dan memulai mencatat hal penting yang ia temui.
Langkah kaki menggema diruang penyimpanan yang telah ia masuki sekitar beberapa detik lalu. Terlihat begitu jelas beberapa benda seperti kursi, meja, lemari dan beberapa sapu yang ditata rapi bak ini adalah ruang tamu.
Tubuhnya ia bawa lebih masuk kedalam mengecek untuk tugas selanjutnya. Melihat berbagai lukisan bahkan guci-guci antik tergeletak disana. "Tak terlalu tua untuk ukuran gudang. Semuanya terawat sampai-sampai aku tidak melihat rumah laba-laba disini." Komentar Yifan penuh antusias.
"Siapa dulu dong yang merawatnya. Aku!" seru suarang seseorang lirih diselingi kekehan.
BRAK!
Tubuh nan tegap Yifan berputar, terkejut bahkan hampir mengeluarkan kedua matanya mendapati pintu gudang tertutup secara tiba-tiba. Dirinya memang sengaja membiarkan pintu gudang agar terbuka, mengingat didalam bahkan tidak ada cendela sampai-sampai fentilasipun tak ada.
Merasa bulu kuduknya berdiri hanya memilirkan hal-hal seram yang mungkin akan terjadi beberapa menit–atau hanya detik berikutnya. Ia tidak akan pernah menyadari bayangan hitam peka membentuk tubuh seseorang yang lebih pendek darinya mendekat.
Tidak terasa Yifan mulai berkeringat dingin. Salahkan adik cerewetnya–Minho yang memaksanya kemarin ikut menonton film horror dan ditinggal tidur ditengah-tengah film. Ia masih ingat dengan jelas adegan apa yang membuatnya merasa sangat takut sampai sekarang.
Adegan seseorang korban terbunuh hanya gara-gara dirinya melihat sosok dibelakangnya. Oh tidak! Sampai-sampai dirinya merasakan bisikan halus dibelakang telinganya.
"Kau mau apa disini?"
"WUAAAAAA!" teriaknya heboh bak wanita kecentilan.
Warna tanah bertemu warna langit, beradu pandang tanpa niatan memulai penbicaraan. Sampai akhirnya dengan rasa takut Yifan bertanya. "Kau siapa dan bagaimana kau disini?"
"Aku? Aku penjaga gudang ini dan aku tinggal disini. Bisa dibilang aku adalah... emmm gumiho[1]." Jelasnya.
Tak salah dengarkan Yifan. Dia tadi menyebut dirinya sendiri gu-gumiho? Rubah ekor sembilan. Apa mungkin sudah waktunya akhir jaman?
Melihat pemuda didepannya hanya terdiam seribu bahasa, membuat ia menjadi ingin cepat-cepat menjalankan rencananya. Tanpa menunggu lama ia mendekati Yifan yang mulai melangkah mundur secara teratur. Hingga punggung lebarnya menyentuh pintu, tak menyia-nyiakan kesempatan tangan kanan Yifan mulai membuka gangang pintu. Namun hasilnya nihil.
Selanjutnya yang ia ingat adalah permohonan–kalau bisa disebut dengan permintaan dari pemuda komono itu.
"...–jadi gambarkan sembilan ekor pada gambar rubah dilukisan itu."
.
.
.
Glossary :
Gumiho [1] : Siluman rubah ekor sembilan dalam mitologi negara Korea. Tidak sama dengan Kyuubi dari mitologi negara Jepan.
.
.
.
-Jae-
06.10.15
