Kehidupan bagaikan sebuah permainan raksasa tanpa batas. Sebuah permainan yang menjungkir balikkan kehidupan tanpa sebuah permisi. Bagaikan rollercoaster yang melambung tinggi kemudian dihempaskan tanpa aba-aba atau peringatan. Merasa berbagai macam hal debaran, teriakan, dan mual hingga ingin mengeluarkan semuanya sekaligus.

Seperti dalam sebuah Russian Roulate, diputar begitu keras tanpa tahu mana arah jarum akan berhenti. Pada sebuah tantangan ataukan sebuah keberuntungan. Hidup harus dinikmati. Sebuah pepatah lama yang mungkin akan terjadi jika semua berjalan dengan baik tanpa ada 'kejutan-kejutan' didalamnya.

Jika bisa ingin rasanya dunia ini seperti boneka Barbie yang dipajang sepanjang estalase toko, tersenyum tanpa beban seolah masalah ini hanyalah angin lalu yang akan pergi sesuai angin berhembus. Tapi sayang manusia bukan sebuah manekin yang selalu tersenyum dalam pakaian apapun meski tak ada satupun yang melihatnya. Mereka bukan patung yang bisa diabaikan, mereka juga bukan boneka Barbie yang hanya bisa dimainkan mereka adalah makhluk hidup dengan kemampuan berpikir yang justru kalah dengan sebuah 'emosi'. Dan disinilah manusia-manusia itu berada dalam putaran kehidupan yang disebut 'Takdir'

:: ::

:: ::

1ST JANUS

Namikaze Naruto || Uchiha Sasuke || Sabaku Gaara || Haruno Sakura || and another

Romance || Angst || Friendship

T

Warning :

OOC, Gender Switch, FemNaru!

:: ::

:: ::

You're not bad girl, You're not bad girl

The tears shed for me, put those tears away

She will be hurt, hurt because of me, so I need to hold it

(Boyfriend_Janus)

:: :: Janus :: ::

Hari yang cerah, sungguh ini di luar prediksi ramalan cuaca yang sempat dia lihat dari layar tipis smarthpone silver keluaran terbaru yang sekarang sudah dia genggam dengan rapat. Harusnya dia bisa tersenyum cerah seperti biasanya. Murung dan sedih sungguh tak pernah bisa di padankan dengan sepasang mata yang sama cerahnya dengan langit diatasnya –yang sempat dia kira mendung- sepasang kaki yang sungguh akan membuat siapa saja iri melihatnya menghentakkan ditanah kecil. dia sedikit tidak menyukai dengan ungkapan menunggu. Karena menunggu membuatnya terlihat seperti orang bodoh sekarang.

Dibiarkannya helaian pirang miliknya diterbangkan angin membuat leher putihnya ikut terlihat. Jam tangan Cryset silver miliknya sudah menunjukkan bahwa dia berdiri digerbang sekolah selama dua jam setengah dan cukup memberitahunya jika dia memecahkan rekor terbaru. Dia tidak pernah menunggu selama itu.

"Oh my gosh! Lihat seorang princess berdiri didepan gerbang sendiri? Mm biar ku tebak kau menunggu 'teman-temanmu lagi kan? Oh….. haruskah aku mengajakmu"

Kedua saphiernya berotasi sesuai hukum lingkaran 360 derajat. Bagus, sekarang dia harus berhadapan dengan dua wanita labil yang sama sekali tak ada gunanya untuk diladeni. Tangan tan kecoklatannya menahan tangan Shion saat gadis yang sama-sama pirang dengannya mulai memainkan helaian ujung rambutnya. Dia memerlukan waktu tiga puluh menit untuk mengcurlynya dan dia tak ingin rusak hanya karena tangan gadis itu. "Well thanks… just go without me"

Karin tergelak kencang dalam tawanya, menyebabkan rambut merahnya juga ikut bergoyang keras. Oh astaga menjahili gadis ini lebih mengasyikkan dari pada membully orang-orang nerd disekitar mereka. Dan jika dia diberi banyak waktu ingin sekali rasanya bermain-main disana lebih lama dengan 'temannya'. "Oh come on honey…. Siapa yang akan membayari kami jika kau tak ikut hmm?"

"Brengsek! Kalian pikir aku dompet berjalan?!" dia sudah berusaha tenang dari tadi. Sungguh ingin rasanya membenturkan dua otak udang itu bersamaan. Membayari dia bilang? Mereka pikir dia kartu kredit? Oh memang dia memiliki kartu kredit unlimited tapi dia tak ingin kehilangan kepalanya saat ibunya tahu sebanyak apa pengeluarannya selama satu bulan. Meski sempat memaki tapi pada akhirnya dia mengeluarkan beberapa ratus ribu yen dari dompetnya menyerahkan secara kasar pada Shion. Dia benar-benar tak ada niat untuk meladeni dua orang bodoh itu sekarang. "Go! Now!"

Shion menarik salah satu ujung bibirnya keatas. Menyeringai pelan melihat wajah kesal gadis yang menatapnya dengan tajam. Shion tak akan pernah bisa berhenti untuk tidak 'bermain' dengan 'teman' tersayangnya itu. "Kurasa memalakmu lebih mudah daripada anak-anak nerd itu"

"NARUTO!"

Ketiga kepala serentak menoleh saat mendapati beberapa siswa berjalan kearah mereka. Shion menyeringai lebar kepalanya menoleh kearah Karin seakan menyuruh gadis Uzumaki itu untuk pergi dahulu. Dan sebelum menyusul Karin, Shion menepuk pelan pipi yang berhiaskan tiga garis horizontal yang menjadi ciri khas seorang Namikaze bungsu tersebut. "Well aku benar-benar sedih harus meninggalkanmu sendiri disini. Tapi setidaknya teman-teman naifmu itu sudah datang. see you baby"

Naruto mendengus pelan, siapa yang sudi bertemu dengan mereka kembali. Tidak sebelum dia mengalami kehancuran. Oh tidak jangan perasaan ini lagi. Naruto memang tidak pernah bisa bicara baik-baik dengan duo troublemaker tersebut. Selama satu tahun mereka bersekolah bersama tak pernah sekalipun melempar senyum tapi kenapa perasaan ingin mendakati atau 'bergabung' itu selalu muncul saat mereka berbalik dan meninggalkannya pergi.

"….hey! Naruto!" guncangan pelan dibahu kanannya membuat dia kembali ketempat dimana seharusnya berada. Mengesampingkan semua bayangan yang sempat terlintas dikepala miliknya. Bibirnya mengulum senyum manis saat melihat sepasang tangan yang sudah turun dari bahunya dan beralih menggenggam lembut tangan kanan miliknya. Hell! Mereka sudah berkencan hampir satu tahun dan kenapa dia masih belum bisa menghilangkan rona tipisnya setiap kali skinship terjadi. "Apa mereka mengganggumu lagi?"

Naruto memberikan senyuman termanis yang dia miliki hingga kedua matanya ikut menyipit membentuk sebuah lengkungan. Sebuah senyuman sudah mewakili jawaban bahwa dia baik-baik saja. dan itu selalu saja dia lakukan, dan Sasuke bukan orang bodoh yang tidak mengatahui jawabannya. Selama satu tahun gadis berisik itu selalu menempel padanya seperti sebuah lem membuatnya mengerti jika hubungan Naruto dan dua troublemaker yang tak pernah absen mengisi nama mereka dibuku pelanggaran sekolah, dan dibalik otak jenius Uchiha dia tak mempunyai anilisis lain menganai hal tersebut dan hanya menyimpulkan jika mereka membully Naruto.

"Dasar bodoh! Kau itu kuat dan kenapa lemah sekali dihadapan mereka? Kau benar-benar lemah ya Naruto"

"BERHENTI MENGATAI ORANG DENGAN SENYUMAN MENJIJIKKAN ITU SAI!"

:: :: Janus :: ::

Tidak ada yang namanya orang kedua, ketiga, ataupun keempat dalam sebuah hubungan. Dan Naruto saat ingin mempercayai itu. dia tidak butuh untuk diperhatikan seperti bagaimana gadis berambut merah muda menyala yang ada di hadapannya saat ini. hanya saja kenapa setiap perhatian yang diberikan padanya begitu berbeda. Tidak, dia juga tidak cemburu saat Sasuke dengan perhatian menerangkan bagian per bagian pada Sakura, hanya saja tatapan lembut itu jarang dia dapatkan. Ingin dia tidak mempercayai semua hal yang berlarian di otak yang selalu Sasuke sebut bodoh. Hanya saja dia merasa berbeda.

"Jadi kau bisa menjumlahkan semuanya saat kau sudah mesubstitusi x dan y nya"

Naruto hanya menghela nafas perlahan. Dia percaya Sasuke dia selalu percaya jadi dia tak akan terpengaruh apapun. Meski terkadang ia merasa risih dengan tatapan Sakura yang dia berikan pada kekasihnya atau saat Sasuke sedang menggenggam tangannya ataupun berada didekatnya. Seperti kemarin saat mereka pergi karaoke bersama. Tapi sungguh Naruto tak ada niat sama sekali untuk menaruh curiga pada teman apalagi sahabatnya. Namun entah mengapa selalu keraguan datang setiap detiknya.

Naruto berniat berdiri menuju kantin namun dia harus mengurungkan niatnya dan merogoh ponselnya dari saku jas blazernya saat benda persegi itu bergetar. Sebuah email masuk, bukan karena emailnya namun si pengirim yang jelas jelas tidak pernah berhubungan dengannya setahun ini. Naruto sempat berfikir jika Shion akan meminta uangnya lagi melalui email tapi sungguh itu benar-benar konyol tak mungkin Shion memalaknya melalui ponsel.

Tawa gelinya yang sempat terputar berhenti seketika seperti video yang tengah di pause. Tangannya bergetar saat melihat apa isi pesan yang Shion berikan padanya. mulutnya terkatup rapat dengan pupilnya yang mengecil. Shion memang bukan hanya sekali mengejutkannya, namun kali ini benar-benar langsung menuju syaraf otaknya. Tangannya melemas tanpa sadar menjatuhkan ponsel yang dia genggam.

Sasuke orang yang pertama kali melihat keanehan Naruto, awalnya Sasuke ingin berdiri menghampiri Naruto yang masih mematung ditempatnya. Entah apa yang terjadi, apa yang didengar, atau dilihat gadis itu namun Sasuke yakin pasti sesuatu terjadi setelah Naruto membuka ponselnya. Gerakan Sasuke terhenti saat melihat Ino berlari lalu merangkul Naruto. Tak seperti biasanya Naruto hanya diam saja, jika itu Naruto yang biasa mungkin dia sudah berteriak atau memukul Ino ditempat.

"Hei kau tak ke kantin? Hei Naruto hello! Ponsel mu jatuh Na-ru-to! Ya tuhan, apakah aku berbicara dengan orang tuli?" tak ada respon sama sekali membuat Ino harus mendengus kasar entah kenapa rasanya ia seperti biaca pada patung monument yang sama sekali tak menjawab. Akhirnya Ino menyerah dan mengambil ponsel Naruto, tak ada niatan untuk mengintip namun hanya mengecek semoga saja layarnya tidak pecah. Sebuah gerakan tak terduga saat ia akan melihat keadaan ponsel Naruto yang masih menyala gadis pirang tersebut sudah terlebih dahulu merebutnya kasar dan pergi begitu saja tanpa kata-kata.

Ini tak biasanya. Ino, Sasuke, maupun teman-temannya yang lain tahu meski Naruto terkadang sangat berisik dan sedikit kasar namun tak pernah sekasar dan sedingin itu. Naruto yang mereka kenal adalah gadis baik, ramah, ceria, dan satu hal penting Naruto seorang 'Happy Virus' dia bisa membuat siapa saja nyaman berada didekatnya. Seseorang dengan kepribadian paling hangat yang pernah mereka temui dan tentu saja ini pertama kalinya mereka melihat Naruto yang seperti itu.

:: :: Janus :: ::

"Sebenarnya apa tujuanmu?"

Shion menatap Karin yang tengah duduk didepannya. Bibirnya tersenyum kecil sebelum menghirup kembali rokok yang berada ditangannya. Kepalanya dia senderkan pada dinding yang ada dibelakang tubuhnya. Menghirup dalam-dalam aroma yang memabukkan. "Aku hanya ingin membantunya"

Karin terkekeh kecil sama seperti yang dilakukan oleh Shion, dia kembali menghirup racun itu lalu menghembuskannya perlahan. Seperti sebuah kebutuhan primer, mereka sudah terbiasa dengan itu. dan saat kecanduan sudah merasuk sulit untuk melepaskan benda terkutuk itu. "Kau bukan membantunya tapi menghancurkannya perlahan"

Dan detik berikutnya Shion tergelak dalam tawanya. Sedikit banyak dia menyetujui ucapan Karin, tapi sungguh dia ingin membantu 'temannya' jadi apa salahnya. Shion membuang putung rokoknya lalu menginjaknya dengan kaki kiri miliknya. Mematikan api yang masih menyala. "Memangnya kenapa? Apa salahnya? Kita kan teman…"

:: :: Janus :: ::

Hal yang paling dia benci di dunia ini adalah sebuah kebohongan. Demi apapun, dia akan memaafkan semua kesalahan orang-orang disekitarnya asalkan mereka jujur padanya. Dia tak akan pernah bisa mentolelir sebuah penghianatan. Ini bukan pertama kalinya dia merasakan sakit yang menusuk seperti ini. dari kecil dia sudah terbiasa, hingga membuatnya hilang kendali. Namun kali ini rasa sakit itu datang kembali dan dia tak tahu apa yang harus dia lakukan lagi.

"…. Ini akan memenuhi sumbu X di dua titik yang berbeda…..."

Sasuke melirik Naruto yang ada disampingnya. Dia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi pada Naruto hari ini, gadisnya itu terlihat lebih bahkan sangat diam hari ini. tak seperti biasanya. Meski terkadang Naruto malas dan sering mengantuk namun dia tak pernah melewatkan setiap teori yang diberikan oleh gurunya. Dan sesuatu baru ditemuinya hari ini, Naruto sedang melamun dengan bolpoint berada ditangannya. Biasanya Naruto akan mencatat dengan detail setiap penjelasan yang diberikan tanpa terlewat satu titikpun.

Sasuke menyerah dengan rasa penasarannya. Dibuka buku tulisnya secara asal dia tahu berbicara pada saat jam pelajaran bukan sekali dirinya. Maka dari itu dia memilih jalan yang aman. Sasuke menuliskan sesuatu lalu menyikut Naruto hingga Naruto menoleh kearahnya. Dengan isyarat mata Sasuke menunjuk bukunya yang dia geser hingga Naruto bisa melihat tulisannya.

'Kau kenapa?' Naruto terdiam sejenak sebelum kembali menatap Sasuke dengan senyuman miliknya. Menjawab jika dia baik-baik saja. dan Sasuke sangat tahu itu, jika Naruto hanya menjawab lewat senyuman itu mengartikan dia tidak baik-baik saja.

Naruto mengambil buku miliknya lalu menulis seuatu disana. Ada yang harus dia pastikan, sedikit ragu memang. Tapi dia tidak akan pernah bisa tenang seumur hidupnya jika tidak bertanya langsung pada Sasuke, karena bagaimanapun dia percaya jika Sasuke tidak masuk dalam kategori orang-orang yang dia benci.

'Sepulang sekolah nanti bisa kita bicara ditempat biasa?' Sasuke membaca rapi tulisan tangan Naruto. Dan sesuai dugaannya gadisnya memang tak baik-baik saja. sial, dia ingin menemani Naruto namun ada janji lain yang harus dia penuhi. Dia tak mungkin mengingkari janji, dia adalah seorang Uchiha. Dan sekarang Sasuke sedikit tidak suka dengan itu.

'Maaf aku tidak bisa. Aku harus menemani Sakura ke toko buku. Aku sudah berjanji padanya' Naruto tersenyum kecil. bibirnya bergetar jadi sedikitnya dia sudah mempunyai gambaran yang sebenarnya. Naruto menggigit bibir bawahnya dengan tangan yang membalas tulisan Sasuke. 'Sebentar saja?'

'Maaf tapi aku benar-benar tak bisa. Bagaimana jika besok?' yang bisa Naruto lakukan adalah memalingkan wajahnya kearah lain. Shion sialan. Dia sudah tenang dengan semua keputusannya. Dia sudah mulai melupakan keraguannya tapi kenapa dia malah membuat hatinya kembali bergejolak. Naruto tak ingin Sasuke melihatnya menangis. Dan yang dia lakukan saat ini adalah menatap kearah lain agar Sasuke tidak tahu dia sudah mengalirkan satu butir air mata dari matanya.

:: :: Janus :: ::

There's an empty world deep in my heart, save me
I wanna reset , I wanna reset , I wanna reset
Lonely eyes trapped in darkness
Is there anyone to hold my hand?
I wanna reset , I wanna reset , I wanna reset

(Tiger JK (feat. Jinshil of Mad Soul Child) – Reset)

:: :: Janus :: ::

TO BE CONTINUED

Hallo minna-san… Crysan desu! Perkenalkan author newbie dalam fandom Naruto terlebih SasuNaru. Jadi maaf author sedikit 'buta' alian masih volos tentang mereka. Jadi mohon bantuannya..

Dan maaf kalo ceritanya aga gimana gitu soalnya biasa nulis di fandom lain. Sebenarnya ini terinspirasi waktu liat dramkor School 2015 dan enggak sengaja stock lagu lama keputer dan itupun lagunya boyfriend yang Janus. Dan jadilah FF ini hehehe.. sebenarnya ini kolabolari antara School 2013, School 2015 sama Janus nya boyfriend

Dan buat para senpai sekalian mohon bimbingannya…

Kritik saran sangat ditunggu flame dipersilahkan asal dosa ditanggung sendiri..

Jaa ne

Crysantimum Bluesky