Change

~SasuHina~

Chapter 1: Rain

...

...

Hyuuga Hinata melihat tampilan dirinya kembali, terlihat bayangan gadis berkepang dua yang memakai kacamata tebal di dalam cermin itu. Memakai terusan selutut dengan cardigan soft pink gadis itu tersenyum seakan puas dengan penampilannya. Setelah merasa percaya diri, dia segera pergi menuju tempatnya bekerja.

Hinata yang lulus S1 dengan umur yang masih 18 tahun merupakan sesuatu yang dapat dia banggakan. Setelah melakukan wisuda sekarang dirinya sudah bebas tanpa beban tugas kuliah. Dia sangat bersyukur kepada Kami-sama yang telah memberikan sedikit kepintaran untuknya.

Hari ini genap sebulan dia bekerja menjadi guru les di bimbingan belajar milik temannya Yamanaka Ino. Zaman sekarang banyak pekerjaan yang mengharuskan lulus S2, Hinata yang berasal dari keluarga biasa saja sudah bersyukur mampu menamatkan S1 dengan beasiswa.

Dan dia sangat berterimakasih kepada Ino yang mengenalkannya kepada orangtua gadis itu, sehingga dia dapat bekerja walaupun gajinya tidak banyak.

Hinata mengambil napas sebelum masuk ke dalam kelas. Walaupun sudah sebulan bekerja, dia tetap gugup ketika mengajar. Memberanikan diri Hinata masuk ke dalam ruangan yang tidak terlau besar itu. Bimbingan belajar milik keluarga Ino memang tidak besar, tetapi banyak murid yang les di sana.

"Hi, good afternoon students." Hinata menyapa murid-muridnya. Siang hari pada hari Senin adalah waktu mengajar anak-anak SD.

"Good afternoon." Anak-anak yang terdiri dari kelas 6 SD itu menjawab dengan kompak. Hinata menunjukkan ekspresi senang melihat murid-murid nya yang antusias dalam belajar bahasa Inggris.

Kebanyakan orang Jepang memang susah untuk mempelajari bahasa Inggris. Berbeda dengan Hinata yang sangat menyukai bahasa Inggris sejak masih kecil. Ibunya yang bekerja sebagai tour guide membuatnya tertarik dengan salah satu bahasa asing itu. Di waktu senggang ibunya juga mengajarinya berbicara dengan bahasa asing tersebut. Jadi, tidak ada kesusahan sama sekali bagi Hinata.

"Okay, let's begin our class now. Open your practise book page fourty five." Hinata mengarahkan kepada murid-muridnya. Mengajari anak-anak itu bagaimana cara pengucapan yang baik dan benar.

Tak terasa 2 jam terlewati. Hinata bisa istirahat selama 30 menit sebelum ke kelas berikutnya.

"Ino-chan, aku keluar sebentar ya." Hinata pamit kepada Ino yang sedang meminum kopi hangat.

"Ini sedang hujan Hinata-chan. Memangnya kamu mau kemana?" Ino memandang gadis berkepang dua itu.

"Membeli beberapa cemilan." Gadis itu menjawab dengan tenang. "Aku pinjam payungmu sebentar ya? Hari ini aku tidak sempat melihat ramalan cuaca. Kukira di musim panas tidak akan hujan seperti ini." Hinata mengambil payung bening yang tergantung di dekat pintu masuk.

"Okay, hati-hati ya. Jangan lama-lama sebentar lagi kau ada jam kedua." Ino mengigatkan sambil meminum kopinya lagi.

"Sip Bos!" Hinata memberi hormat dengan tawa kecil kepada Ino. Setelah itu bayangan tubuh kecilnya itu lepas dari pandangan Ino di bawah hujan pertama di pertengahan musim panas.

.

.

.

Hinata mengambil beberapa cemilan manis dan es krim. Walaupun hari ini hujan tidak menjamin malam akan terasa dingin. Dia tidak tahan dengan panas, jadi harus selalu ada persediaan es krim pada saat musim panas di dalam lemari pendingin.

Dia juga membeli tisu serta beberapa plester luka mengingat adiknya Hanabi menghabiskan persedian plester luka karena ingin belajar memasak. Setelah dirasa cukup Hinata menuju kasir dan membayar barang-barang yang dibelinya.

Membawa satu plastik putih berukuran sedang dia kembali ke bimbingan belajar milik Ino. Dia masih memiliki sekitar 20 menit untuk memulai kelas kedua. Perjalanan yang hanya menghabiskan waktu 5 menit itu terhenti ketika Hinata melihat seorang pemuda yang basah kuyup sedang berteduh di bawah pohon.

Hinata mendekati pemuda itu. Terlihat beberapa luka lebam di wajahnya. Hinata khawatir apakah pemuda ini habis dipukuli teman-temannya. "Kau baik-baik saja?" Setelah cukup dekat jarak antara pemuda itu, Hinata bertanya. Terlihat sekali bahwa pemuda di depannya ini adalah anak SMA, dari seragamnya yang berantakan dan ada beberapa sobekan di sana dan juga tak lupa basah karena air hujan.

"Wajahmu terluka." Hinata membagi payung Ino untuk pemuda itu juga, hujan yang cukup deras membuat Hinata harus sedikit meninggikan suaranya. Belum ada respon dari pemuda itu. Hanya ada tatapan heran yang diperlihatkannya. Hinata merogoh plastik belanjaannya.

Mengeluarkan satu plester luka dan beberapa lembar tisu. Tanpa izin dia menyeka wajah pemuda itu dan menempelkan plester di sana. Setelah selesai, Hinata mengambil langkah mundur. Dia meraih tangan kanan pemuda tersebut yang sedari tadi terkulai di samping tubuh si pemuda.

"Bawalah payung ini, segera pulang dan ganti baju. Jangan sampai sakit dan harus izin sekolah besok." Hinata menyerahkan payung yang dia pinjam kepada pemuda itu. Setelah pemuda itu menerimanya dengan heran, Hinata langsung berlari menerobos hujan. Setidaknya tempatnya bekerja tidak jauh lagi.

"Tapi-" Belum sempat pemuda itu berbicara Hinata sudah hilang dari pandangannya. 'Dasar gadis aneh' pikir pemuda itu dalam diam. Mau tidak mau dia harus mengejar gadis itu dan mengembalikan payungnya serta berterimakasih. Tetapi langkah pertamanya terhenti ketika melihat gadis tersebut masuk kedalam tempat dengan papan nama "C&C Smart" yang berjarak tidak jauh dari tempatnya.

'Mungkin, besok saja aku mengembalikan payung ini dan berterimakasih.' Pikir pemuda itu lalu berjalan pergi menjauh.

.

.

.

Sepatu sekolah hitam bertali putih itu memasuki sebuah tempat yang tidak cukup besar, tetapi cukup ramai di dalamnya. Ada berbagai macam orang, ada murid SD, SMP, dan SMA. Serta beberapa orang yang tidak memakai seragam.

Sore ini pemuda itu mengunjungi bimbingan belajar C&C Smart karena ingin bertemu dengan gadis aneh yang kemarin menolongnya, walaupun tidak diminta untuk menolongnya juga sih. Setidaknya dia bukan laki-laki yang tidak tahu rasa terimakasih.

Setelah kemarin membolos pelajaran hanya untuk 'bermain' dengan preman-preman sekolah lain, dan sialnya beberapa pukulan dari preman-preman itu mengenai wajahnya, dia bertemu dengan seorang gadis aneh yang dengan bodohnya meminjamkan payung untuk seorang yang tak dikenal.

Pemuda itu menoleh kesana-kemari mencari gadis itu. Namun, nihil tidak ada siluet dari gadi tersebut. Yamanaka Ino yang tidak sengaja melihat pemuda itu menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ino menyapa dengan sopan, dia tidak pernah melihat murid laki-laki dengan seragam Konoha Internasional School sebelumnya di tempat bimbelnya. Secara logika murid di sana memiliki daya pikir yang luar biasa, sehingga dapat dipastikan tidak akan membutuhkan bimbingan apapun.

"Aku mencari seorang gadis, tubuhnya mungil, memakai kacamata, dan berkepang dua." Pemuda itu mengingat ciri-ciri gadis aneh yang bertemu dengannya kemarin. Ino sedikit terkejut ada anak SMA yang merupakan murid sekolah berkelas dan memiliki wajah tampan bak model papan atas mencari Hinata.

'Dasar anak itu! Tidak mau bercerita apapun tentangku kalau ternyata dia sudah mempunyai gebetan. Mana lebih muda lagi!' Ino merasa tersaingi oleh Hinata.

"Memangnya kenapa kamu mencari Hinata? Dia sedang sakit, kemarin dia basah kuyup saat kembali kemari. Mungkin dia akan tidak masuk selama 3 hari karena demamnya sangat tinggi." Ino menjelaskan kepada pemuda itu. Kemarin dia juga memarahi Hinata karena payung yang dia pinjam malah dipinjamkan kepada laki-laki yang tidak dikenal. Tapi kemarahannya mereda saat Hinata mengeluarkan suara bersin kecil dengan bibir yang sedikit bergetar kedinginan.

'Gadis itu memang aneh! Tidak suka panas, tetapi kalau kedinginan langsung demam dan flu.' Ino membatin dalam hati.

"Kalau begitu, aku titip ini kepadanya. Juga ucapan terimakasih karena menolongku kemarin." Ino menerima payung yang disodorkan pemuda tersebut. 'Inikan payungku! Jangan bilang kalau laki-laki yang dimaksud Hinata adalah pemuda ini.' Ino mengeluarkan pendapatnya di dalam hati. Terlalu sungkan untuk menanyakan langsung kepada pemuda di hadapannya.

"Kemarin gadis itu meminjamkan payung kepadaku. Tolong bilang kepadanya juga kalau aku minta maaf." Pemuda itu seakan tahu maksud Ino dan menjelaskan kepadanya.

"Kalau begitu aku permisi." Pemuda itu sedikit membungkuk menunjukkan rasa sopannya. Ino membalasnya dengan kaku. Sebelum pemuda tersebut hilang Ino mengajukan sebuah pertanyaan.

"Tunggu dulu! Boleh kutahu namamu?" Ino mengejar pemuda tersebut. Dia tidak akan tanya jika ada name tag di seragam pemuda tersebut.

"Uchiha Sasuke." Pemuda itu menjawab datar sebelum hilang sepenuhnya di persimpangan jalan.

"Uchiha ya?" Ino mengangguk, keluarga Uchiha yang itu ternyata. Keluarga kaya yang masuk dalam jajaran kelas atas bukan hanya di Jepang, tetapi juga di dunia.

Sebagai guru yang bertanggungjawab dalam bidang Ilmu Sosial, Ino harus tahu perkembangan ekonomi pada saat ini.

Dia mengeluarkan telepon genggamnya dan segera menghubungi seseorang. Tak menunggu lama Ino mendapat jawaban dari orang yang bersangkutan.

"Moshi-moshi, ada apa Ino-chan." Terdengar suara lemah di seberang sana.

"Hinata, payungku sudah kembali. Ternyata pemuda yang kau temui kemarin adalah Uchiha Sasuke." Ino sedikit menekan kata Uchiha saat mengucapkannya.

"Oh, begitu." Ino gemas dengan jawaban Hinata, sahabatnya yang satu ini memang tidak peduli dengan urusan yang berbau kewanitaan.

"Jadi, Ino-chan mau bicara apa lagi? Kalau tidak ada aku tutup ya teleponnya? Aku ingin melanjutkan tidurku." Terdengar suara Hinata yang sedang menguap di dalam telepon. 'Dasar gadis tidak peka' Ino membatin.

"Tidak ada lagi yang ingin aku bicarakan, tutup saja teleponnya!" Setelah itu tidak ada suara lagi di telepon genggam Ino. "Huh dasar gadis itu! Kalau aku jadi dia sudah kupastikan akan membuat si Uchiha itu menikahiku untuk tanda terimakasih." Ino mengomel sendiri.

Sedangkan Hinata yang sekarang sedang terbaring lemah di atas kasur memandang telepon genggamnya dengan bingung. Sepertinya tadi Ino yang menyuruhnya memutuskan sambungan telepon, tetapi malah Ino sendiri yang memutuskannya.

"Memangnya kenapa dengan Uchiha Sasuke?" Gadis itu berguman pelan. Demam di saat musim panas adalah hal yang membuatnya frustasi.

"Hm. Uchiha ya? Sepertinya aku kenal." Hinata kembali berguman, tetapi dia tidak ingat apapun tentang Uchiha. Masa bodohlah matanya terasa berat membuatnya tergoda untuk kembali terbuai ke dalam alam mimpi. Dan sepertinya Hyuuga Hinata melupakan pelajaran yang sebenarnya tidak dia butuhkan juga sih, tetapi dia menghargai Ino yang telah memberi tahu tentang Ekonomi dan pebisnis yang memegang peran tinggi dalam perekonomian dunia.

.

.

.

~TBC~

Thank you for reading

See you again XD