My Husband is Park Chanyeol

ChanBaek

M

.

.

.

"Haha, arraseo eomma. Aku masih berada di bandara, aku akan kesana dalam 15 menit"

"…"

"Ya, aku tahu! Paman pasti terlihat sangat tampan kan? Aku tak sabar melihatnya"

"…"

"Tunggu saja. Aku akan berangkat sekarang. Sampai jumpa eomma"

Senyuman manis terlontar dengan sendirinya dibibir namja mungil yang kini baru saja memasuki taksi kala ia memutus sambungan teleponnya dengan eommanya, rambutnya yang hitam legam terlihat berkilauan ketika cahaya matahari menyorot langsung kearahnya.

Sudah lama sejak 4 tahun yang lalu saat ia meninggalkan Korea untuk menyelesaikan sekolahnya. Namja berusia 18 tahun itu kini baru saja menyelesaikan ujian sekolahnya sebelum ia kembali ke Korea hanya untuk menghadiri pernikahan paman-nya sendiri.

Entah kenapa ia merasa begitu senang bisa kembali lagi ke Kampung halamannya ini. Terbukti dari caranya menatap jalanan dengan mata yang berbinar selama perjalanannya menuju rumah. Kacamata hitam yang bertengger manis dikepalanya pun membuatnya terlihat makin menggemaskan dan juga tampan (?) diasaat yang bersamaan.

Tapi sesuatu yang berdebar-debar didalam tubuhnya malah membuatnya bingung untuk saat ini, walau itu tak membuatnya memudarkan senyumnya sedikitpun, hal itu terasa sedikit menggelikan karena membuatnya meremang selama beberapa saat. Dia sendiri tak tahu kenapa ia bisa merasa seperti itu. Yang ia tahu itu hanyalah sebuah perasaan senang setelah bertahun-tahun tidak melihat eomma dan paman-nya.

.

.

.

Mungkin tak sesuai dengan yang ia janjikan kepada eomma-nya saat ia masih berada dibandara tadi. Waktu 15 menit ternyata sudah terlewat begitu jauh saat ini, perjalanan selama 35 menit membuatnya harus minta maaf pada eomma–nya sekarang. Ia pun berlari dengan penuh semangat dengan koper besar yang terus-terusan ia Tarik.

Suasana dirumah yang sangat megah itu terlihat cukup ramai di halaman depan, semua orang terlihat menawan dengan gaun dan juga tuxedo yang mereka kenakan. Karena merasa sedikit tak nyaman kalau-kalau ia akan menjadi pusat perhatian nantinya dengan t-shirt yang ia kenakan, ia lebih memilih masuk melalui pintu belakang daripada harus menjadi pusat perhatian. Itu bukan gayanya, ia akan merasa gugup jika orang-orang memperhatikannya.

Saat tiba didepan pintu kayu yang tidak terlalu besar, ia menghela nafasnya. Membuka pintu itu perlahan dan memasuki taman belakang rumahnya dengan perlahan. Ia dapat melihat eomma-nya dari kejauhan. Wanita paruh baya itu terlihat sangat cantik dan menawan dengan gaun merah muda yang membalut tubuhnya.

"Eomma~"

Wanita itu menoleh, menampakkan wajah terkejut yang sangat kentara diwajah cantiknya. Ia berjalan dengan tergesa menghampiri anak-nya dan memeluknya sebentar, tak bisa berkata-kata apapun selain tetap menunjukkan wajah terkejutnya.

"E-eomma? Apa ada yang salah? Eomma tidak senang jika aku kesini?"

"Bukan. Bukan itu. Baekhyun, dengarkan eomma! Kau tahu kalau hari ini adalah pernikahan paman-mu kan?"

"Ne. tentu saja aku tahu. Paman sendiri yang memberitahuku. Ada apa eomma?"

"Aku tak yakin harus mengatakan ini. Tapi,,, ini benar-benar mndesak!..."

Baekhyun menyipitkan matanya, tak mengerti dengan apa yang baru saja eomma-nya ucapkan. Ia memilih diam dan meunggu eomma-nya melanjutkan daripada harus memaksa eomma-nya untuk cepat-cepat berbicara.

"Calon istri Chanyeol kabur bersama ibunya! Jalang itu membawa cincin pernikahannya dan juga mobil yang baru saja Chanyeol beli kemarin."

"M-mwo? Mobil? Bukankah harga mobil itu bahkan lebih mahal darip-"

"Ne, kau tahu itu Baek! Jadi sekarang Eomma mohon padamu! Jadilah pengantin Chanyeol untuk hari ini!"

Mulut Baekhyun terbuka dengan sangat lebar, eomma-nya yang masih mengoceh panjang lebar pun terabaikan olehnya. Ia cukup terkejut mendengar apa yang baru saja eomma-nya ucapkan.

Matanya yang bersinar menatap tak percaya pada eomma-nya yang kini terlihat sangat memelas. Wanita itu bahkan hampir saja menangis kalau Baekhyun tak cepat-cepat menangkup wajah eommanya.

"Aku ini laki-laki eomma. Tak seharusnya aku menikah dengan lelaki. Lagipula paman Chanyeol juga akan marah jika aku melakukannya. Aku tidak mau jika harus mengenakan setelah putih seperti yang Chanyeol paman kenakan. Itu membuatku kegerahan eomma"

"Baek~ Eomma mohon! Kami sudah mencari banyak wanita untuk ini, tapi Chanyeol terus saja menolak dan mengatakan kalau ia tak ingin menikah."

"Lalu kenapa harus aku? Chanyeol paman juga akan marah jika aku yang melakukannya. Kita bisa membatalkan ini semua, katakana saja pada para tamu kalau, siapa nama calon istri Chanyeol?"

"Sandara Park"

"Ah iya, katakana saja kalau Ny. Sandara Park berhalangan sehingga pernikahannya harus di tunda untuk sementara"

"Mudah sekali kau berbicara! Kau mau mennaggung malu keluarga ini? Seluruh petinggi perusahaan sudah berkumpul Baek. Eomma tidak mau tahu, kau harus menjadi pengantin Chanyeol hari ini!"

"T-tapi… Aku tidak mau… Aku tidak mau mengenakan pakaian panas itu Eomma!"

"Kau tidak akan kepanasan! Diam saja dan turuti ucapan Eomma!"

"Hah?"

Baekhyun hanya pasrah saat Eomma-nya menarik dengan paksa dirinya bagaikan seekor sapi saat itu. Koper yang ia bawa tadi pun tergeletak naas begitu saja diatas lantai. Ia ingin menolak dan memberontak, namun eomma-nya benar-benar kuat saat ini. Ia memegangi lengan Baekhyun seakan ia ingin mematahkan tangan mulus itu jika Baekhyun berniat memberontak.

.

.

.

'Chanyeol, maafkan aku. Aku tidak bisa melangsungkan pernikahan ini bersama-mu. Aku tidak mencintaimu. Maafkan aku, jangan pernah hubungi atau mencariku lagi' – Dara

Lelaki tinggi itu menggeram, membuang lembaran kertas itu kesembarang tempat setelah ia meremas lembaran itu tadi. Emosinya benar-benar tersulut hanya karena hal bodoh semacam ini. Dan ia akan mengecap dirinya sendiri sebagai lelaki terbodoh dan tak beruntung karena tak dapat menyadari kalau selama ini wanita yang ia cintai tidak memiliki sedikitpun perasaan padanya. Wanita yang hanya mengejar kebahagiannya sendiri dengan segala cara agar Chanyeol menyerahkan apa yang ia punya dan meninggalkannya setelah merasa puas. Chanyeol tak tahu harus melakukan apa sekarang, ia merasa kalau dunia ini memang tak pernah berbuat adil padanya.

Ia bangkit dari duduknya, membanting dan melempar apapun yang ada didekatnya saat ini. Ia meatap pantulan dirinya sendiri didepan cermin. Terlihat sangat tampan dengan pakaian putih yang ia kenakan sekarang.

Ia menggeram, membenturkan kepalan tangannya begitu saja kesana hingga tak sadar membuat cermin malang itu percah dan juga tangan kanannya yang sudah bercucuran darah.

"Chan- Yatuhan! Apa yang terjadi?"

Chanyeol memejamkan matanya, mengabaikan Kris yang baru saja membuka pintu kamarnya tanpa permisi.

"Jelaskan padaku! Apa yang sebenarnya terjadi?"

"…"

Kris mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, merasa prihatin melihat kondisi kamar Chanyeol yang sangat berantakan. Ia menghela nafasnya malas, namun berhenti sejenak ketika matanya menemukan gumpalan kertas yang ada diatas ranjang Chanyeol.

Lelaki tinggi itu menghampirinya, mengambil gumpalan kertas itu dan membacanya. Mata tajamnya langsung tertuju kearah Chanyeol saat ia selesai membacanya. Tanpa mengatakan apapun lagi Kris segera keluar dari sana.

Taka lam kemudian beberapa orang datang ke kamar Chanyeol, berusaha menenangkan dan menawarkan Chanyeol untuk mencarikan seseorang yang akan menjadi pengantinnya hanya untuk hari ini.

"Chanyeol ayolah, Kau akan sangat malu jika pernikahanmu dibatalkan dengan cara seperti ini!"

"…"

"Chanyeol, aku akan memanggil Jessica untuk menggantikan Dara hari ini. Bagaimana?"

"Aku tidak membutuhkannya! Kalian pergilah! Aku tidak akan menikah karena pernikahan hari ini sudah aku batalkan!"

Chanyeol terkekeh, mempersilahkan orang-orang yang berkumpul dikamarnya untuk keluar sebelum ia membanting pintunya dan kembali menyediri didalam kamarnya.

.

.

.

"Kenapa eomma tak mengatakan padaku kalau aku harus mengenakan ini? Aku ini lelaki eomma~"

"Kau tidak akan setuju jika aku mengatakannya!"

"Kalau sudah tahu kenapa masih tetap memaksaku menggunakan ini? Lagipula aku tidak akan pernah menyetujui ini!"

"Diam! Acaranya dimulai 10 menit lagi!"

"Aku bersumpah kalau paman pasti akan memarahi dan memukuliku setelah ini!"

Wanita paruh baya itu terkekeh, membenarkan gaun putih yang Baekhyun kenakan saat ini. Memutar dengan perlahan tubuh Baekhyun untuk melihat hasilnya mendandani Baekhyun menjadi seorang Barbie.

"Kau sangat cantik Baekhyun! Aku tak menyesal memiliki anak sepertimu!"

Dan Baekhyun hanya bisa memutar matanya malas sambil menerima dengan berat hati bucket bunga yang diberikan eomma-nya.

"Eomma harus menuruti keinginanku setelah ini! Itu perjanjiannya!"

.

.

.

Suasana ramai saat ini benar-benar tak mendukung, Baekhyun terlihat sangat gugup kala semua orang memperhatikannya dengan sangat bersemangat. Ia merasa sangat malu sekarang, apalagi saat mengingat Chanyeol mencium bibirnya setelah pengucapan janji mereka tadi.

Tak taukah Chanyeol kalau kini Baekhyun merasa akan mati berdiri Karena semua orang menatapnya. Chanyeol yang ada disebelahnya bahkan tak mengatakan sepatah katapun padanya, membuatnya makin bingung dan gugup.

Rasa takut pun turut melingkupi pikiran Baekhyun saat ini, ia tak tahu apakah Chanyeol amrah adanya atau tidak. Walau sebenarnya mereka berdua tidak begitu dekat, namun Baekhyun juga bisa merasa sangat malu pada lelaki tinggi yang ia akui lebih tampan darinya.

"kau lihat mereka berdua? Mereka benar-benar pasangan yang sangat manis!"

Baekhyun tersadar dari lamunannya kala suara seorang gadis remaja terdengar ditelinganya, ia dapat melihat senyum gadis itu sangat lebar sampai-sampai Baekhyun takut sendiri melihatnya.

"Oppa, bisakah aku mengambil fotomu dan Dara Eonnie?"

Chanyeol menoleh, menatap mata Baekhyun seakan minta persetujuan padanya. Baekhyun tak tahu harus mengatakan apa, ia hanya bisa balik menatap Chanyeol seakan menyerahkan semuanya pada lelaki itu.

"Baiklah, satu foto kurasa tak apa!"

"Yeayy, berikan aku pose paling romantis kalian!"

"Mwo?"

Beberapa orang yang erkejut langsung menoleh kearah Baekhyun yang kini berdiri dan menatap gadis manis itu dengan bola mata yang membesar.

"E-eonnie, apa kau kebaratan jika aku mengambil foto kalian?"

"Bocah, dengarkan aku! Aku itu bukan Yeoj-hmpppthhhmmm"

"Cepat ambil gambarnya, abaikan saja dia!"

Gadis itu menangguk, Chanyeol yang baru membekap mulut Baekhyun dengan tangannya pun tak memberikan ekspresi apapun. Ia melepaskan tagannya dari mulut Baekhyun dan meletakkan kedua tangannya dipinggang Baekhyun. Menariknya mendekat hingga tubuh keduanya telihat menempel.

Chanyeol memajukan wajahnya kearah Baekhyun, membuat gadis manis itu mulai sibuk dengan kameranya agar tak tertinggal moment sedikitpun.

Bahkan saat bibir Chanyeol sudah mendarat dibibir Baekhyun, cahaya dari kamera yang ada didepannya tak berhenti berkedip sedetik pun. Semua orang bahkan terlihat berlomba-lomba mengabadikan moment manis ini.

Baekhyun yang merasa jantungnya akan keluar mendorong tubuh Chanyeol agar menjauh darinya, dengan nafas yang masih memburu ia hanya bisa menatap tak percaya pada Chanyeol yang kini juga menatapnya sambil mengelap sudut bibirnya sendiri.

"Maaf, aku harus ke toilet"

Baekhyun mengangkat gaunnya sedikit, itu memudahkannya berjalan daripada harus membiarkan gaun itu terseret-seret. Dia tak peduli dengan wajahnya yang memerah bahkan dengan tatapan kagum dari para tamu disana. Ia hanya ingin pergi dari tempat ini sekarang, memang menjadi pusat perhatian bukanlah hal yang menyenangkan untuk Baekhyun.

Tubuh mungilnya menghilang dibalik pintu coklat tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Bahkan Chanyeol hanya bisa mnghela nafasnya dan memijat kepalanya frustasi. Sebenarnya ia merasa tak enak hati pada Baekhyun, namja manis itu harus menjadi sorang wanita hanya agar keluarga mereka tidak dipermalukan sekarang.

.

.

.

"Apa yang baru saja terjadi Baekkie? Kenapa kau disini? Harusnya kau menemani Chanyeol disana!"

"Eomma~ Kumohon sudahi ini semua! Aku tidak tahan lagi menjadi seperti ini!"

"Tidak Baek, kau harus bersa-"

"Kau boleh pulang dan beristirahat! Setidaknya terimakasih sudah mengucapkan janji pernikahan itu. Walau sebenarnya itu hanyalah sebuah kepalsuan. Aku mengucapkan banyak terimakasih padamu Baekhyunnie!"

"Aa...paman"

Baekhyun meraih kembali buckt mawar yang tadi sempat ia buang karena kesal, ia tak tahu kalau Chanyeol akan masuk begitu saja kedalam kamarnya seperti saat ini. Ia jadi terlihat makin gugup saat Chanyeol menghampirinya dan memeluknya untuk sesaat.

"Istirahatlah! Aku akan mengurus semuanya!"

"T-tapi….bagaimana kalau ka-"

"Tak apa, aku bisa mengurusnya sendiri. Percayalah padaku Baek, walau mungkin aku harus menanggung akibatnya sendirian tak apa. Yang penting kau sud-"

"Ayo kembali keluar! Kita harus terlihat bahagia di acara pernikahan kita paman!"

Baekhyun kembali mengangkat gaunnya, menarik lengan Chanyeol dengan lengan satunya dan mengabaikan eomma-nya yang sedari tadi menatap tak mengerti kearah keduanya.

"Apa maksudnya?"

.

.

.

Dan hari itu pun berakhir dengan sangat melelahkan, Chanyeol berakhir diatas sofa tanpa melepaskan pakaiannya satupun. Sedangkan Baekhyun, ia sudah melepaskan gaun terkutuknya sejak mereka tiba dirumah Chanyeol.

Tadinya Baekhyun merengek bahkan menangis pada eomma-nya agar ia tidak usah ikut kerumah Chanyeol. Namun karena eomma-nya benar-benar kejam dan menakutkan, Baekhyun harus pasrah menginap dirumah Chanyol malam ini.

"Paman, kau sebaiknya ganti pakaianmu! Aku….. aku akan….. apa yang harus kulakukan?"

Baekhyun bertanya dengan tangannya yang tak henti-hentinya memintal ujung pakaiannya sendiri. Kepalanya menunduk dan hanya bisa menatap alas kaki yang ia kenakan. Chanyeol yang melihatnya tersenyum sendiri dan bangkit dari tidurnya. Tangannya menarik Baekhyun agar duduk disebelahnya.

"Lakukan saja sesukamu! Lakukan seperti biasanya!"

"T-tapi, aku harus memperlakukanmu sep-"

"Dengarkan aku! Lakukan seperti biasanya saat kau menginap dirumahku! Aku tidak membutuhkan perlakuan istimewa Baek. Lakukan saja seperti aku adalah pamanmu! Kau tahu apa yang kumaksudkan. Dan kau, tidak harus bersikap gugup seperti ini padaku! Tak ada yang berubah disini, aku masih paman-mu! Arraseo?"

Baekhyun mengangguk, membuat Chanyeol gemas sendiri pada namja manis itu hingga ia secara tak sadar mengangkat tangannya dan mengusap perlahat kepala Baekhyun.

"T-tapi paman, a-apakah boleh jika ingin tidur dikamar yang berbeda denganmu?"

Chanyeol menghentikan gerakan tangannya, menatap dalam pada Baekhyun yang baru saja mengangkat kepalanya. Ia bingung harus mengatakan apa pada Baekhyun sekarang, ada sedikit perasaan tak rela saat Baekhyun mengatakan hal itu.

"T-tentu saja! Kau boleh melakukan apapun yang membuatmu nyaman! Jangan terlalu mementingkanku Baek!"

"B-bukan begitu maksudku, a-aku hanya merasa gugup jika harus kembali satu ranjang denganmu! Mungkin beberapa tahun yang lalu kita sering melakukannya sebagai paman dan keponakan. Namun sekarang,,,, aku merasa sangat gugup. Maafkan aku!"

"Berhentilah berbicara seperti itu, itu terdengar seakan kita pernah melakukan hal aneh beberapa tahun yang lalu! Sekarang tidurlah, aku tahu kau lelah. Kau bisa menempati kamar disebelah kamarku! Aku harus mandi sekarang! Bergegaslah tidur. Tak perlu menungguku!"

"A-aku akan membuatkanmu teh madu! A-aku akan meletakkannya dikamarmu nanti! S-selamat malam!"

Baekhyun bangkit dari duduknya, menatap punggung Chanyeol yang baru saja menghilang dibalik pintu kamar mandi.

Jantungnya kembali berdegup dengan tidak tahu dirinya, membuat Baekhyun mati-matian menahan geli yang kini menyebar disekujur tubuhnya.

Ia merasa malu pada Chanyeol, apa-apaan meminta kamar untuk dirinya sendiri? Harusnya Baekhyun bisa mengatur perasaan gugupnya tadi. Ini bukanlah dirinya yang biasanya, ia tak pernah begini sebelumnya, apalagi didepan paman-nya sendiri.

Baekhyun akan segera meminta eomma-nya menjemputnya besok, jika ia berlama-lama disini ia akan mati muda karena serang jantung. Semoga saja ia bisa bertahan sampai besok pagi.

TBC.

Berhubung ini rated M dan sebentar lagi udah mau pada puasa (yang muslim) mungkin bakal dilanjut setelah hari raya^^.