Semilir angin yang berhembus malam itu begitu dingin hingga menusuk tulang. Nyanyian para jangkrik menjadi alunan melodi yang mengisi keheningan malam. Kanvas hitam yang terbentang luas di angkasa dihiasi oleh milyaran bintang-bintang yang bersinar redup bersama sang rembulan.

Di tengah semua keindahan itu, berdirilah seorang pemuda berhelai pirang di atas sebuah puncak pohon yang menjulang tinggi membelah sang langit. Sebuah tongkat panjang dengan dua bilah pedang di kedua ujungnya terlihat digenggamnya erat. Pemuda itu mengenakan jaket lengan panjang berwarna oranye dan sebuah celana jins berwarna hitam. Kedua manik safirnya memandang lurus ke hamparan hutan yang luas di depannya.

Di mata orang awam, tidak ada yang spesial dari pemandangan itu terkecuali pepohonan yang bergoyang-goyang karena tiupan angin yang kencang. Namun, di matanya, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang awam karena mereka berasal dari dunia lain.

Siluman.

Siluman berbentuk seekor gajah raksasa. Ukurannya berkisar berpuluh-puluh kali lipat dari gajah biasa. Kedua matanya berwarna merah semerah darah. Gadingnya berwarna hitam, sedangkan tubuhnya berwarna coklat. Keempat kaki gajah itu berlumuran darah. Belalainya yang panjang ia ayunkan ke mana-mana sembari berteriak-teriak seolah-olah seperti sedang mengamuk.

Pemuda berhelai pirang itu menyalakan radio di telinganya. "Pusat, masuk! Ini Uzumaki Naruto di sektor F, seekor siluman berbentuk gajah raksasa sedang mengamuk."

Tak lama kemudian, sebuah jawaban dari seberang muncul. "Ini pusat kepada Uzumaki Naruto! Habisi siluman itu dan ambil ektoplasmanya!"

"Baiklah," ujar pemuda yang bernama Uzumaki Naruto itu. Ia segera mematikan saluran radionya dan mengembalikan fokusnya kepada siluman itu sebelum melompat turun dari pohon itu dan berlari menghampiri siluman itu.

"Kau benar-benar merepotkan … " gumamnya sembari terus berlari dan memusatkan fokusnya kepada siluman itu, " … sungguh merepotkan."

Siluman itu kembali berteriak dan menyemprotkan angin dari belalainya yang menyebabkan pepohonan itu bergerak-gerak dan terlepas dari tanah. "Tetapi … "

Naruto melompat tinggi begitu ia sudah berada cukup dekat dengan siluman itu. " … kau terlihat lezat!"

Dengan itu, Naruto mengayunkan senjatanya secara vertikal dan berhasil menggores kulit siluman itu. Gajah itu berteriak kesakitan.

"Itu baru permulaan!" Naruto kembali melesat maju. Kali ini, ia mengayunkan senjatanya dengan lebih brutal. Gajah itu kembali berteriak kesakitan ketika Naruto menggores-gores tubuh bagian bawahnya. Darah terciprat di mana-mana dan gajah itu terjatuh.

"Sudah selesai?" tanya Naruto sembari melirik ke belakang. Namun, gajah itu terlihat bisa berdiri lagi walau dengan gemetar. Naruto menajamkan pandangannya. "Kau keras kepala."

Gajah itu berbalik badan dan berusaha menyerang Naruto menggunakan belalainya dari kiri. Naruto berhasil menghindar dengan cara melompat, namun belalai itu berhasil mengenainya dari arah kanan, membuat Naruto terpelanting beberapa puluh meter ke arah yang berlawanan. Belum selesai sampai sana, gajah itu mengarahkan belalainya kepada Naruto dan meniupkan angin yang kencang. Naruto segera menancapkan senjatanya ke tanah dan berpegangan pada benda itu.

"Aku tentu tidak bisa meremehkanmu …," gumamnya. Tiupan itu begitu keras hingga Naruto harus mati-matian mempertahankan genggamannya. Pemuda itu menggerakan sebelah tangannya dan merogoh kantongnya untuk mengeluarkan beberapa bilah besi kecil yang ramping dan tajam.

"Rasakan ini!" Naruto melempar bilah-bilah besi itu ke depan. Ujung lancip dari bilah besi itu memotong tiupan angin kencang gajah itu dan berhasil menusuk belalainya. Gajah itu kembali berteriak kesakitan.

Melihat kesempatan, Naruto mencabut senjatanya dan menariknya ke dua arah, menyebabkan sebuah rantai yang panjang terlepas dari kedua sisi tongkatnya itu. Rantai itu menghubungkan kedua sisi tongkatnya, membuatnya bisa menggunakan dua ujung senjatanya secara terpisah. Pemuda itu melesat maju dan menggunakan salah satu ujung untuk memotong belalainya, membuat gajah itu kembali berteriak dan jatuh. Belum cukup sampai sana, Naruto menggunakan ujung lainnya untuk menusuk kepala gajah itu.

"Kau tamat."

Dan sinar mata gajah itu perlahan memadam diikuti oleh sebuah cahaya biru yang keluar dari tubuhnya.

Naruto © Masashi Kishimoto

Black Paradise © zandore

Warning : AU, maybe a little bit OOC, miss typos

Saya tidak mendapatkan keuntungan materiil apapun dari fanfiksi ini.

.

.

"50.000 yen?!"

"Iya," jawab Naruto, senyumannya yang lebar belum hilang dari wajahnya. "Hebat 'kan? Aku mendapatkan banyak uang dengan mudah!"

"Jangan bangga dulu," ujar seorang pemuda dengan helai berwarna raven sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Mungkin saja kau hanya beruntung saat itu."

"Kau hanya iri, Sasuke! Kau iri karena aku bisa mengalahkan seekor siluman yang berharga tinggi tanpa bantuan!" bantah Naruto sembari menjulurkan lidahnya.

"Tidak," ucap Sasuke singkat. "Kalau mau, aku bisa mengalahkan siluman yang berharga 75.000 yen."

"Jangan sombong kau!" teriak Naruto sembari berusaha menghajar Sasuke, namun ditahan oleh gadis itu. "Lepaskan aku, Sakura!"

"Kalau mau berkelahi nanti saja saat di sekolah! Jangan mempermalukan kami, Naruto!" ujar Sakura.

"Ah, biar saja! Biar si sombong ini tahu rasa!"

"Jangan!"

Sementara kedua sahabatnya sedang ribut sendiri, Sasuke meneruskan langkahnya menyusuri trotoar sembari memperhatikan pepohonan di tepi jalan.

Banyak pohon yang daunnya sudah menguning. Dedaunan yang gugur segera luruh terbawa oleh semilir angin yang lembut. Beberapa orang yang lewat memakai jaket dan ada juga yang memakai syal.

Musim gugur telah tiba.

Sebuah daun yang jatuh menari-nari karena angin hingga jatuh di pundak Sasuke. Ia mengambil daun dari pohon mapel itu dan memandanginya seolah-olah daun itu memiliki jutaan arti. Ia membiarkan dirinya terhanyut dalam pikirannya sejenak, meresapi suasana musim gugur yang tenang.

Semilir angin kembali berhembus, dan Sasuke melepaskan daun itu, membiarkannya terbang bersama angin ke suatu tempat yang tak pernah diduga.

"Hoi, Sasuke!"

Merasa namanya terpanggil, ia menoleh ke belakang dan mendapati Naruto sebagai sumber suara itu. "Ada apa?"

"Kau mau ikut berburu tidak malam ini? Bersama aku dan Sakura. Oh, dan katanya Shikamaru juga mau ikut!" ajak Naruto.

Sasuke kembali memandangi pohon mapel yang menggugurkan daunnya itu. "Kurasa merasakan musim gugur di malam hari boleh juga."

"Jadi?"

Sasuke kembali memandangi sahabatnya yang ribut itu. "Aku ikut."

"Yuhu! Ini akan seru!" teriak Naruto sembari berlari kecil menghampiri Sasuke diikuti dengan Sakura.

"Tapi buruannya harus 'lezat'," ujar Sasuke, tersenyum tipis penuh arti.

"Tenang saja! Kita punya Shikamaru, tidak usah khawatir!" jawab Naruto sambil mengacungkan jempolnya. Sasuke hanya melihatnya sekilas kemudian mengalihkan pandangannya kembali kepada pohon mapel itu.

Naruto mengikuti arah yang dilihat Sasuke dan mendapati sebuah pohon mapel yang tumbuh di pinggir jalan. Setelah beberapa saat melihatnya, Naruto memanggil pemuda Uchiha itu. "Hoi, Sasuke! Ayo cepat jalan, kita bisa telat!"

Sasuke hanya meliriknya sekilas. Ia mendengus sebelum kembali berjalan santai di sepanjang trotoar.

Sebuah senyum kembali terukir di wajah Naruto. Pemuda itu segera berlari menyusul Sasuke diikuti oleh Sakura.

~o0o~

Ketiga sahabat itu kini menyusuri koridor di lantai dua sekolah mereka. Mereka memperhatikan papan-papan kayu yang tergantung di atas pintu-pintu kelas dengan seksama. Begitu mereka menemukan sebuah papan kayu yang bertuliskan '11-4', mereka segera melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu. Naruto meletakkan tasnya di deretan bangku ketiga bersebelahan dengan Sasuke. Sedangkan Sakura meletakkan tasnya di depan bangku Naruto.

"Hoi, Naruto!"

Merasa namanya terpanggil, pemuda bersurai pirang itu menoleh kepada sumber suara dan mendapati seorang pemuda dengan rambut yang dikuncir belakang sebagai sumbernya. "Ada apa. Shikamaru?"

Pemuda yang dipanggil Shikamaru itu berdiri dari bangkunya. "Ada apa? Bukankah sangat jelas? Kau merebut mangsaku kemarin."

Naruto mengedipkan kedua matanya beberapa kali untuk sejenak sebelum menangkap maksud Shikamaru. "Ooh, maksudmu gajah jelek itu? Maaf saja, tapi siapa yang cepat dia dapat!"

Shikamaru menghela napas. "Padahal uangku tinggal sedikit untuk mentraktir Chouji kemarin. Ditambah lagi aku sudah melacak siluman itu dengan berbagai cara. Sungguh kerja keras yang sia-sia."

"Lihat?" Sasuke menepuk pundak Naruto. "Kau hanya beruntung. Jika Shikamaru datang lebih cepat, kau tidak akan bisa mendapat uang sebanyak itu."

"Diam kau!" teriak Naruto sembari mengepalkan tangannya di depan wajah Sasuke.

"Sudahlah," ujar Shikamaru. "Ngomong-ngomong, malam ini jadi, 'kan?"

"Tentu saja!" jawab Naruto penuh semangat.

Shikamaru hanya tersenyum tipis sebelum mengalihkan fokusnya kepada Sasuke yang sedang bersandar sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Kau ikut, Sasuke?"

"Ya," jawabnya singkat.

Shikamaru memandangi Sakura. "Kau juga ikut?"

Sakura mengangguk. "Malam ini jadwalku kosong, jadi aku bisa ikut."

Shikamaru mengangguk. "Baguslah kalau semuanya bisa ikut. Karena malam ini merupakan malam pesta."

"Malam pesta?" tanya Naruto.

Shikamaru mengangguk. Ia membuka risleting tasnya dan mengeluarkan sebuah kertas yang sudah di-laminating dengan rapi dan menyerahkannya kepada Naruto. "Kita akan berburu siluman ini."

"Siluman kupu-kupu … ?" tanya Naruto. Sasuke dan Sakura berkumpul di dekat Naruto demi membaca data siluman itu.

"Ya," jawab Shikamaru, "siluman itu mungkin terlihat biasa di luar. Tetapi, sebenarnya siluman itu benar-benar merepotkan."

Sakura memandangi Shikamaru. "Merepotkan?"

Shikamaru mengangguk. "Dia bisa mengeluarkan telur-telur yang kemudian menetas menjadi pasukan ulat. Ulat-ulat itu lemah, tapi sangat banyak. Banyak Pemburu Siluman yang kesulitan dalam menangani siluman ini. Selain itu, dia juga bisa mengeluarkan gas beracun yang mematikan. Tetapi harganya benar-benar menggiurkan."

"100.000 yen …," bisik Naruto, menelan ludahnya.

"Ya, dan kita bisa membagi hasilnya jadi empat untuk masing-masing. Setiap orang akan mendapatkan 25.000 yen," jelas Shikamaru.

"Kurasa itu bisa diterima," tanggap Sasuke. "Tetapi terlalu berisiko."

"Kita mungkin bisa menghadapi pasukan ulatnya bersama," ujar Sakura, "tapi, bagaimana dengan gas beracunnya?"

"Aku bisa mengurusnya," jawab Shikamaru. "Selain itu, karena kemampuan khusus siluman ini, kita butuh taktik."

"Taktik?"

Shikamaru tersenyum tipis sebelum membisikkan sesuatu ke telinga mereka.

~o0o~

"Onee-san mau kemana?" tanya seorang gadis cilik dengan surai hitam sebahu sembari menatap sang kakak yang sedang memakai jaketnya.

"Onee-san mau cari uang dulu, agar Hanabi bisa terus sekolah," jawab sang kakak sembari tersenyum manis kepada adiknya itu. Ia membungkuk dan mengelus surainya.

Anak kecil yang dipanggil Hanabi itu memeluk kakaknya. "Onee-san hati-hati, ya."

Gadis bersurai indigo sepunggung itu balas memeluknya. "Iya. Onee-san akan hati-hati."

Dan dengan pelukan perpisahan itu menandakan kepergian gadis itu ke malam yang dingin.

~o0o~

Menjadi seorang Pemburu Siluman bukanlah pekerjaan yang mudah namun menjanjikan.

Setiap malam bertarung dengan taruhan nyawa untuk membunuh siluman-siluman yang berbahaya, namun semua itu sepadan dengan upah yang mereka terima. Namun, sebagai seorang murid tahun kedua sekolah menengah atas yang juga bekerja sebagai Pemburu Siluman, hal itu cukup sulit bagi Naruto. Ia harus membagi waktu untuk kepentingan sekolah dan kepentingan finansialnya. Dan Ia bukanlah seorang pembagi waktu yang baik.

Seperti saat ini.

"Sial! Aku lupa belajar untuk ujian besok!" jerit Naruto frustrasi sembari menjambak surai kuningnya. Sasuke memutar kedua bola matanya dan menghela napas.

"Kau seharusnya belajar tadi sore, Naruto!" nasehat Sakura sembari memukul kepala Naruto. Gadis itu memakai sebuah syal biru panjang yang diikatkan di lehernya dengan mantel coklat tua selutut. Sedangkan untuk bawahannya, Sakura memakai sepatu berwarna putih dan celana pensil berwarna coklat muda.

"A-aku lupa Sakura!"

"Merepotkan," gumam Shikamaru. Pemuda itu hanya mengenakan jaket hijau sederhana dan sebuah celana jins hitam seperti milik Sasuke dan Naruto. Sementara untuk alas kakinya dia hanya memakai sepatu hitam yang polos.

"Kau mau mengajariku besok di sekolah, Shikamaru? Mau, 'kan?"

"Tidak," jawab Shikamaru singkat. Membuat keadaan Naruto makin terpuruk.

"Aku bisa mengajarimu," tawar Sasuke. Pemuda itu mengenakan pakaian serba hitam dari atas hingga ke bawah. Terkecuali untuk syal dan sarung tangannya yang berwarna biru. "Tetapi, kau harus datang ke sekolah jam tiga pagi."

Naruto memandangi Sasuke dengan mata berbinar. "Terimakasih, Sasuke! Terimakasih!"

"Sudahlah! Kita harus bergegas sebelum mangsa kita diambil!" seru Shikamaru sebelum ia melompat dari beranda apartemen Naruto dan berlari menjauh.

"Ayo, Sasuke," ajak Sakura. Kedua orang itu melakukan hal yang sama dengan Shikamaru.

"Baiklah! Aku ikut!" Naruto ikut melompat dari pagar berandanya dan berlari menyusul teman-temannya.

~o0o~

"Siluman itu terletak di Sektor B, di dekat gunung tempat Naruto kemarin bertugas!" ujar Shikamaru sembari berlari.

"Kalau begitu, kita sudah hampir dekat!" tanggap Sakura. Gadis itu terus berlari tanpa henti.

Sasuke tidak menjawab. Pandangannya terus fokus ke depan.

"Kita hampir sampai!"

Keempat orang itu mulai memelankan langkahnya hingga mereka berhenti dan membentuk sebuah lingkaran. Mereka berempat mengawasi keadaan sekitar dengan teliti. Tak ada satupun detil yang terlewatkan.

"Di sana," bisik Shikamaru. Mereka berempat pun mengalihkan fokus mereka kepada suatu benda yang melayang-layang beberapa meter di depan Shikamaru. Mereka beruntung karena siluman itu menghadap ke arah yang berlawanan.

"Ambil posisi," bisik Sasuke. Shikamaru segera bersembunyi di balik di sisi kanan siluman itu sedangkan Naruto di sisi kiri. Sakura dan Sasuke tetap di posisi mereka. Setelah semuanya pas, Shikamaru memberi isyarat tangan kepada mereka bertiga. Mereka mengangguk dan segera memakai masker yang menutupi seluruh wajah mereka. Shikamaru ikut memakai maskernya beberapa detik kemudian.

Memastikan semuanya sudah memakai masker, kali ini Naruto yang memberi isyarat tangan. Sasuke yang melihatnya segera mengangguk dan mengarahkan senjatanya ke depan.

Senjata Sasuke berupa tongkat panjang dengan sebuah bilah besi panjang yang agak melengkung di ujungnya. Di pangkal bilah besi itu, terdapat corong-corong berdiameter sedang yang membentuk sebuah lingkaran dan terhubung langsung ke tongkat itu. Beberapa detik setelah Sasuke mengarahkan senjatanya ke depan, sebuah sinar berbentuk lingkaran berkumpul di ujung corong-corong itu sebelum tertembak sebagai sebuah sinar laser.

Namun, siluman kupu-kupu yang berukuran sama seperti manusia itu telah sadar terlebih dahulu dan menghindar ke kiri. Tembakan Sasuke justru merobohkan beberapa pohon di depannya sebelum musnah.

Belum puas, Sasuke kembali membidik siluman itu dan menembaknya secara bertubi-tubi. Tetapi siluman itu terlalu lincah dan berhasil menghindari serangan Sasuke. Beberapa pohon kembali roboh akibat tembakannya. Tapi Sasuke belum kehabisan semangat. Ia terus berusaha menembak siluman itu walaupun terus meleset.

Namun, pada akhirnya tembakan Sasuke membuahkan hasil.

Sebuah peluru berhasil mengenai salah satu kaki siluman itu dan membuatnya terjatuh. Melihat kesempatan, Sasuke menembaki salah satu sayap siluman itu, membuatnya berlubang.

'Bagus!' batin Naruto.

Sasuke menurunkan senjatanya dan membiarkan siluman itu selama beberapa saat. Beberapa detik belum ada reaksi. Namun, perlahan tubuh siluman itu mulai bergetar. Kedua tangan siluman itu mulai terangkat untuk menopang tubuhnya dan terduduk di atas tanah. Kini, Sasuke bisa melihat wujud aslinya.

Seorang wanita bersurai hitam sepunggung dengan telinga yang panjang. Kedua matanya tidak normal. Pupil matanya berwarna putih sedangkan sisanya hitam. Dua buah taring kecil terlihat muncul dari bibir atasnya. Ia terlihat memakai sebuah gaun dengan garis leher bermodel halter strap yang sampai ke lututnya walaupun sebenarnya pakaian itu adalah tubuhnya. Kulitnya berwarna abu-abu sedangkan sayapnya berwarna hitam dengan corak mata yang sama dengan matanya. Satu mata di satu sayap.

Siluman itu berusaha berdiri walaupun dengan gemetar dan tertatih-tatih. Namun, siluman itu kembali terduduk di atas tanah. Ia menatap Sasuke dengan marah.

"Dia akan menyerang!" ujar Sakura.

"Aku tahu," jawab Sasuke.

Siluman itu mengangkat kedua tangannya. Pada saat itu juga, tanah di sekitar mahluk itu bersinar keemasan. Sasuke memegang erat tombaknya. Sakura mengambil sebuah palu raksasa yang sedari tadi ia bawa di punggungnya. Bagian pemukul palu itu terbuat dari besi dan berbentuk balok. Bagian tengah pemukul itu paling kecil dan secara bertahap membesar ke arah kanan dan kiri.

Tanah-tanah di sekitarnya mulai retak, dan sesuatu seperti gumpalan putih mulai keluar dari sana dan bergerak ke arah mereka.

"Menjijikan!" seru Sakura.

"Tetapi kita harus melawan mereka," ujar Sasuke, ia kembali menembakkan senjatanya untuk menghabisi mahluk itu. Cairan-cairan hijau meletup keluar dari tubuh mereka begitu peluru Sasuke mengenai mereka semua. Sasuke mengarahkan senjatanya ke kanan dan kiri, memastikan tembakannya merata.

Sakura bersiap-siap dengan palunya dan meluncur maju. Gadis itu segera menghancurkan ulat-ulat yang maju dengan pukulan-pukulan yang dahsyat. Cairan-cairan hijau segera meletus dan mengotori pakaiannya, namun Sakura kelihatan tidak peduli. Ia terus menghantam ulat-ulat itu tanpa satupun yang terlewatkan.

Shikamaru dan Naruto justru tidak berbuat apa-apa. Mereka terus bersembunyi di balik pohon sementara Sakura dan Sasuke mengurus ulat-ulat itu. Sang siluman terus memanggil ulat-ulat itu dari dalam tanah untuk menyerang Sakura dan Sasuke.

Beberapa puluh meter dari lokasi pertarungan itu, terlihat seorang yang memakai jubah hitam sedang berdiri dan mengawasi mereka semua. Orang itu terlihat memakai topeng berwarna putih dengan dua lubang mata. Ia terus mengawasi pertarungan itu dari kejauhan.

~o0o~

"Siapa nama anak itu?"

"Naruto, Tuan."

Seorang lelaki yang duduk tersembunyi di dalam bayang-bayang mengambil kertas data yang memiliki foto Naruto di dalamnya. "Uzumaki. Klan Uzumaki. Uzumaki Naruto, satu-satunya orang yang masih hidup dari klan Uzumaki. Bagaimana kau baru tahu informasi seperti ini setelah begitu lama?"

"Maaf, Tuan. Dia biasanya memakai nama marga Ayahnya, Namikaze Minato. Kemungkinan dia berusaha menyembunyikan eksistensinya dari orang banyak," jawab orang yang sedang menunduk hormat ke meja tuannya itu.

Orang itu mengangguk. "Pantas saja dia tidak berambut merah seperti klan Uzumaki kebanyakan."

"Tetapi, dia tetap mempunyai beberapa kemampuan klan Uzumaki, Tuan," ujar orang itu.

"Ya, dia mewarisi darah dari Uzumaki Kushina," dukungnya. "Sudahlah. Di mana klienku?"

"Dia di depan pintu, Tuan," jawabnya.

"Suruh dia masuk!"

Orang itu segera berdiri dan memasukkan sebuah kunci ke sebuah lubang di pintu itu. Setelah beberapa putaran, ia membukakan pintu kayu itu. Terlihat seorang gadis bersurai indigo sedang berdiri di depannya.

"Masuklah."

Gadis itu mengangguk dengan kikuk dan melangkahkan kakinya ke dalam sebelum orang itu mengunci pintunya kembali.

"Kau gadis Hyuuga itu, 'kan?"

Ia mengangguk.

Orang yang duduk di balik meja itu menyeringai.

~o0o~

Seekor ulat melompat ke arah Sasuke dan pemuda itu segera menusuknya menggunakan bilah tajam tombaknya. Ia mengayun-ayunkan senjatanya untuk menjauhkan ulat-ulat yang lain darinya. Setelah ia menyingkirkan semua ulat yang ada di dekatnya, dia kembali mengarahkan tombaknya ke depan. Cahaya yang sama seperti yang tadi kembali muncul dan Sasuke menembakkan laser untuk menghabisi mereka semua. Dalam satu kali ayun, semua ulat itu meledak. Namun, ulat-ulat yang baru kembali muncul dari lubang-lubang di tanah di sekitar siluman itu.

Sasuke terjatuh di atas lututnya sembari berpegangan kepada tombaknya. Napasnya terlihat terengah-engah. Kedua matanya menatap Shikamaru yang masih berdiri di bawah pohon dan mengawasi siluman itu.

"Sasuke!" panggil Sakura. Ia berlari menghampiri Sasuke. "Sasuke, apa kau tidak apa-apa?"

Sasuke menggeleng dan kembali berdiri. Ia bersiap-siap kembali dengan tombaknya. "Tidak, aku tidak apa-apa."

"Tetapi, tadi kau terlihat―"

"Kembalilah ke posisimu, Sakura. Mereka mulai datang."

Sakura kembali mengalihkan fokusnya ke depan dan mendapati pasukan ulat itu kembali. Gadis itu menggenggam erat palunya selama beberapa detik kemudian memukulkannya ke tanah. Pada saat itu juga, bebatuan-bebatuan besar tiba-tiba saja muncul menjulang dari tanah yang dilewati oleh ulat-ulat itu. Mereka semua terpental dan jatuh hanya untuk meledak beberapa saat kemudian.

Gadis keturunan Haruno itu mengalihkan fokusnya kepada Shikamaru. Pemuda itu menangkap Sakura memandanginya dan memberikan sebuah sinyal tangan.

"Sebentar lagi."

Sakura kini mengalihkan fokusnya ke angkasa. Bulan purnama mulai naik. Cahayanya yang redup menyinari arena pertarungan mereka.

'Sekarang!' batin Shikamaru. Kedua tangannya segera membentuk sebuah segel. "Kagemane no Jutsu!"

Bayangan Shikamaru segera memanjang di tengah cahaya bulan dan menangkap bayangan siluman itu. Siluman itu yang sedari tadi mengangkat tangannya kini tak bisa bergerak. Begitupun dengan ulat-ulat itu. Mereka berhenti keluar dari tanah dan berhenti bergerak.

"Sekarang, Naruto!" teriak Shikamaru.

Pemuda yang sedari tadi bersembunyi itu kini melompat keluar dari balik persembunyiannya. Ia menarik senjatanya ke dua arah, membuat sebuah rantai panjang yang menghubungkan kedua ujung pedang itu muncul. Naruto memutar salah satu ujungnya dan memotong salah satu sayap siluman itu hingga ia menjerit kesakitan.

"Aku belum selesai!" Naruto kembali menari dengan ayunan senjatanya yang mematikan. Goresan-goresan di punggungnya berhasil membuatnya kembali menjerit bersamaan dengan putusnya sayapnya yang lain.

Shikamaru tersenyum tipis melihat taktiknya yang berhasil.

"Oh, jadi begitu, ya," ujar pria berjubah hitam itu, "tembakan laser yang pertama sebenarnya bukan untuk membunuh siluman itu, melainkan untuk menyingkirkan pepohonan yang memiliki kemungkinan untuk menghalangi cahaya bulan. Kemudian, dia akan membuat siluman itu tidak bisa bergerak, jadi dia akan memfokuskan serangannya kepada si gadis merah muda itu dan pemuda yang memakai tombak.

"Mereka hanya mengalihkan perhatiannya selama bulan belum naik cukup tinggi. Begitu bulan sudah naik dan memberikan cahaya, mereka akan mengikat siluman itu agar tidak bisa melakukan serangan ketika teman mereka melakukan serangan penghabisan. Heh, mereka cukup pintar."

"Mati kau!" seru Naruto sembari mengayunkan senjatanya ke leher siluman itu.

Membuat kepalanya berguling di atas tanah.

Shikamaru melepaskan jurusnya. Membiarkan tubuh itu dalam posisi sebelumnya selama beberapa detik sebelum jatuh ke tanah. Ulat-ulat putih itu meledak dan tak ada lagi satupun ulat yang muncul.

Sebuah cahaya biru terbang melalui tubuh itu dan tertangkap di dalam sebuah tabung yang dipegang Shikamaru.

Naruto segera melepas maskernya, diikuti dengan Sasuke dan Sakura. Shikamaru menyimpan tabung yang berisi cahaya biru itu ke dalam jaketnya.

"Fiuh, menunggu benar-benar membosankan," ujar Naruto. Ia menyatukan kembali pedang berujung duanya. "Kalian lama."

Sakura mengendikkan bahunya. "Mau bagaimana lagi? Ini bukan pelayanan restoran cepat saji."

"Aku juga tidak bilang ini pelayanan restoran cepat saji, tahu! Aku bilang kalian lama dalam mengalihkan perhatiannya!" seru Naruto.

"Jika kau ingin hasil maksimal maka kau juga harus bekerja secara maksimal meskipun itu merepotkan," ujar Shikamaru. "Sudahlah. Ayo kita pergi menukarkan ektoplasma ini."

Shikamaru berjalan duluan, diikuti oleh Sakura dan Sasuke. Naruto menyusul di bagian paling belakang.

"Hei, Sasuke," panggil Naruto, "kau benar-benar berjanji akan mengajariku, 'kan?"

"Aku harap," jawabnya.

"A-apa?! Apa maksudmu dengan 'aku harap'?! Kau sudah berjanji kepadaku!" jerit Naruto sambil menunjuk-nunjuk Sasuke.

"Sasuke kelelahan, Naruto! Jangan memaksanya," tegur Sakura.

"Dia sudah berjanji, Sakura!"

Dan di sepanjang perjalanan itu, kedua orang itu sibuk berdebat. Sasuke dan Shikamaru terus berjalan dalam diam. Hari hampir berganti dan bulan kini bersinar di bagian paling tinggi di langit. Suara nyanyian jangkrik menjadi melodi pengiring perdebatan Naruto dan Sakura di sepanjang jalan.

Mereka hampir memasuki kawasan permukiman sebelum Shikamaru yang berjalan di paling depan berhenti secara tiba-tiba, diikuti oleh Sasuke. Sakura dan Naruto yang terus saja berdebat menabrak punggung Sasuke.

"Hei, ada apa―"

"Ssshh!" desis Shikamaru, mengisyaratkannya untuk diam. Naruto memasang wajah bingung, begitupun dengan Sakura. Mereka berempat terus diam selama beberapa detik. Hembusan angin saat itu tiba-tiba saja membuat kulit mereka sensitif. Suara nyanyian jangkrik terdengar lebih jelas seiring mereka menajamkan indra pendengaran mereka.

Keheningan itu terus berlangsung sebelum tiba-tiba Shikamaru berteriak, "Awas, Naruto!"

Pemuda bersurai pirang itu langsung berbalik badan dan menangkis sebuah serangan tangan seorang gadis menggunakan senjatanya.

Naruto menautkan alisnya ketika ia melihat manik mata gadis itu.

Putih.

Belum selesai Naruto mengamati matanya, gadis itu langsung menarik tangannya dan menyerang Naruto dengan pukulan bertubi-tubi. Pemuda itu menangkisnya satu-persatu dengan senjatanya. Pukulan gadis itu sangat cepat hingga Naruto hampir kehilangan keseimbangan. Ia terus melangkah mundur sembari menangkis serangannya.

"Kau ini siapa?" tanya Naruto di tengah-tengah pertarungannya.

Gadis itu tidak menjawab dan terus menyerangnya. Sebuah pukulan fatal hendak diluncurkan dengan kedua tangannya, namun Naruto berhasil menahannya dengan senjatanya lagi. Ia mendorong gadis itu ke depan beberapa langkah dan menarik senjatanya ke dua arah, menyebabkan sebuah rantai yang menghubungkan kedua ujung senjata itu kembali muncul. Naruto melesat ke depan dan berusaha menyerangnya, namun gadis itu berhasil menghindar dan menyebabkan Naruto memukul tanah, menyebabkan asap yang tebal.

Dari balik asap itu, Naruto kembali melesat dan menyerangnya lagi. Kali ini, gadis itu menangkisnya dengan kedua tangannya dalam posisi silang. Ujung lain dari senjata itu Naruto hunuskan ke perutnya.

Gadis itu membelalakan kedua matanya.

Namun, Naruto tiba-tiba menghentikan serangannya tepat beberapa senti sebelum mengenai perut gadis itu.

Keheningan menyelimuti area itu.

"Aku akan tanya sekali lagi," ujar Naruto, "kau ini siapa?"

Gadis itu tetap terdiam selama beberapa detik sebelum ia mendorong ujung senjata Naruto yang ia tahan dan melompat ke belakang. Naruto terdorong mundur beberapa langkah. Melihat kesempatan, gadis itu langsung berlari di balik perumahan warga dan pepohonan yang memang bagian dari hutan.

"Tunggu!" Naruto hendak mengejarnya, namun tangannya ditahan oleh Sasuke.

"Tidak usah mengejarnya," ujarnya, "kau akan menyia-nyiakan tenagamu."

Naruto memikirkan perkataan Sasuke yang benar adanya itu sebelum kembali memandangi arah yang dituju gadis itu. "Iya, tapi … siapa dia?"

"Aku tidak tahu," jawab Shikamaru, "tapi, melihat dari matanya, dia berasal dari klan Hyuuga."

"Hyuuga?"

"Tidak banyak yang aku tahu tentang klan itu. Tetapi, dari desas-desus yang aku dengar, klan itu juga merupakan klan yang mengandalkan Pemburu Siluman sebagai profesi utama. Dan seperti yang kau lihat, mereka menyerang menggunakan tangan kosong," terang Shikamaru.

Sasuke melepaskan genggamannya. "Selain itu, gadis itu juga berbahaya bagimu, Naruto."

"Berbahaya apa maksudmu, Sasuke?" tanya Naruto menuntut penjelasan.

Sasuke memandang langit. "Sama seperti Shikamaru, aku tidak tahu banyak tentang klan itu. Tetapi, aku tahu satu hal yang benar-benar mengerikan jika kau terkena pukulannya."

"Apa itu?"

Sasuke kembali memandangi Naruto. "Pembuluh darahmu akan tersumbat."

"Tapi, mengapa dia menyerangku?"

"Aku tidak tahu lagi," jawab Shikamaru. "Tetapi, hal itu pasti berhubungan dengan kekuatanmu sebagai keturunan seorang Uzumaki."

~o0o~

Klan Uzumaki adalah sebuah klan yang cukup umum terdengar di telinga Pemburu Siluman.

Bukan karena mereka begitu kontroversional atau pembuat masalah, melainkan karena mereka mempunyai kemampuan untuk memanipulasi darah.

Mereka bisa menggores tangan mereka dan menjadikan darah mereka yang menetes dari luka itu menjadi sebuah senjata yang begitu keras. Senjata yang dibentuk dari darah mereka umumnya lebih keras dan lebih tajam daripada senjata yang dibuat dengan material biasa.

Tetapi, kekuatan itu juga mempunyai efek samping. Senjata yang dibuat sepenuhnya berasal dari darah sang pengguna. Karena itu, selama durasi pemakaian senjata itu, klan Uzumaki sangat rentan terkena anemia* karena berkurangnya volume darah di dalam tubuh mereka. Kelemahan inilah yang biasanya diincar oleh para musuh ketika bertarung dengan seseorang dari klan Uzumaki.

Namun, klan Uzumaki lahir dengan stamina yang luar biasa juga. Jadi, untuk menutupi kerentanan mereka terhadap anemia itu, mereka akan memakai stamina ekstra dari stamina mereka yang besar itu. Kekuatan ini membuat klan Uzumaki ditakuti oleh klan-klan lainnya yang juga menjadikan keseharian mereka memburu siluman. Ketakutan itu membawa mereka ke sebuah kesimpulan bahwa klan Uzumaki harus dimusnahkan.

Peperangan pun terjadi. Tangisan, luka, dan tetesan-tetesan darah melimpah ruah. Klan Uzumaki kalah dalam pertempuran melawan sesama manusia, dan mereka punah. Sejak saat itu, nama klan Uzumaki telah terlupakan.

Karena tragedi yang juga menyebabkan orang tuanya terbunuh itu, Naruto lebih memilih untuk memakai nama marga ayahnya, Namikaze. Namikaze Naruto, begitulah ia memperkenalkan dirinya kepada orang-orang baru. Penyamarannya makin didukung oleh rambutnya yang tidak berwarna merah seperti klan Uzumaki kebanyakan. Ia lebih sering berlatih menggunakan senjata biasa daripada bergantung kepada kemampuannya. Walaupun begitu, diam-diam, Naruto juga sering melatih kemampuannya sebagai keturunan Uzumaki jika dia sedang dalam keadaan terdesak dan tidak bisa menggunakan pedang berujung duanya itu.

Beberapa orang yang mengetahui identitas aslinya ialah sahabat-sahabatnya sedari kecil : Sasuke, Sakura, dan Shikamaru. Kebetulan sekali mereka juga Pemburu Siluman, meskipun Sakura bukanlah berasal dari klan yang mengutamakan Pemburu Siluman sebagai profesi.

Namun, kini Naruto bertemu dengan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menyegel kekuatannya―tidak, bahkan dia bisa membunuhnya dengan tangan kosong. Ditambah lagi, orang itu menyerangnya secara tiba-tiba. Merupakan hal yang menakutkan jika identitasnya bocor ke seorang yang asing seperti itu.

Tetapi, hal yang lebih menakutkan lagi adalah melihat orang itu di sekolah yang sama.

Dan di kelas yang sama.

"Na-namaku adalah Hyuuga Hinata, sa-salam kenal!"

"Gadis kikuk itu yang menyerangmu kemarin, 'kan, Naruto?" bisik Sakura sembari bersandar ke kursinya.

"Iya," jawab Naruto gemetar.

"Tampangnya tidak terlihat begitu galak, berbeda dengan yang kemarin," ujar Shikamaru, mengobservasi wajah gadis itu dengan mata setengah terpejam.

Sakura memukul kepala Shikamaru. "Jika mau meneliti wajah lebih baik jangan dalam keadaan mengantuk!"

"Bagaimanapun wajahnya," ujar Sasuke, ia memandangi gadis itu dengan tajam sebelum berbisik ke tiga temannya, "kalian harus bersiap bertarung kapan saja."

Sungguh mengerikan memiliki seorang teman kelas yang cantik namun berusaha membunuhmu.

Dan hal itu akan dirasakan oleh Naruto.

TBC

Surat Psikopat(?) :

OKE SAYA TAHU SAYA PUNYA UTANG OKE JANGAN TIMPUK SAYA PAKE BATA SAYA GAK TAHAN LAGI IDE INI MENGAUM(?) TERUS DI KEPALA SAYA. /CAPS

Huhu doakan saja saya bisa update cepet ya, pembaca. /kissusatusatu /plok

Iya jangan timpuk saya pake bata ini saya kasih bonus!

Omake :

"Tidak banyak yang aku tahu tentang klan itu. Tetapi, dari desas-desus yang aku dengar, klan itu juga merupakan klan yang mengandalkan Pemburu Siluman sebagai profesi utama. Dan seperti yang kau lihat, mereka menyerang menggunakan tangan kosong," terang Shikamaru.

Sasuke melepaskan genggamannya. "Selain itu, gadis itu juga berbahaya bagimu, Naruto."

"Berbahaya apa maksudmu, Sasuke?" tanya Naruto menuntut penjelasan.

Sasuke menatap lembut manik safir Naruto. "Karena aku naksir dirimu."

"NAJIS!"

End Omake

HAHAHAHAHAHAHA.

Udah, ada yang mau review atau kritik?

Adios , amigo!