Summary : Hinata yang menjalani misi dari Tsunade sang Godaime Hokage harus bersabar ketika harus menghadapi kenyataan bahwa peta yang didapatnya adalah peta yang salah. Terdampar di tempat Orochimaru dan bertemu Sasuke? Selamat datang di neraka, Hinata/Fanon/SH/RnR?

Warning : Fanon. Typos. Dan segala kekurangan lain

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Meet You (c) Fujiwara Hana

Pair SasuHina

Fanon

Chapter 1

Musim panas berlangsung sejak seminggu yang lalu. Panasnya matahari tak membuat semangat orang-orang Konoha luntur untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Setiap kali berajalan di dekat pepohonan, suara serangga musim panas pasti terdengar jelas. Penjual es krim bertambah banyak setiap harinya memadati jalan setapak menuju Konoha. Setiap siang hari, anak-anak kecil pasti membeli sebuah es krim. Begitu juga dengan kunoichi Konoha dengan baju lengan panjang berwarna ungu dan putih. Di tengah padatnya anak-anak, ia selalu menyempatkan diri untuk menukarkan beberapa koinnya dengan sebuah es krim rasa vanilla.

"Segarnya~" Hinata berjalan menuju kantor Godaime Hokage sambil memakan es krim yang baru saja dibelinya. Sebelumnya Shizune sudah meminta Hinata untuk segera menemui Godaime Hokage karena ada hal penting yang akan dibicarakan. Selama perjalanan beberapa kunoichi yang Hinata temui memberinya salam atau sekadar melempar senyum.

Tiba didepan pintu ruang Godaime Hokage, Hinata mengetuk pintu perlahan. Merasa tak ada jawaban, Hinata membuka knop pintu dan mendapati Godaime Hokage cukup mabuk dengan sebotol sake di tangan kanannya yang telah tandas isinya.

Kaki Hinata bergerak ke arah Hokage.

"Anda baik-baik saja Hokage-sama?" berdiri di depan meja Hokage sembari menunduk demi mendapati wajah mabuk Godaime, Hinata menepuk tangan Godaime pelan yang menyebabkan mata Godaime terbuka sedikit.

"Rupanya kau sudah datang hik." Sembari cegukan, Tsunade mengobrak-abrik isi laci meja kerjanya yang tidak tertata rapi. Aha! Tsunade menemukan benda yang ia cari sedari tadi. Tsunade menyerahkan sebuah gulungan ke arah Hinata.

Dengan sopan Hinata memindahkan gulungan tersebut ke tangannya.

"Peta?"

Hinata mengamati gulungan yang telah ia buka sebelumnya. Sebuah peta.

Tsunade kemudian membuka botol sakenya yang ketiga, "Itu misi untukmu hik. Pergi ke daerah yang kulingkari dan ambil gulungan berwarna hitam pekat yang diikat menggunakan pita putih hik."

Hinata mengangguk paham, "Dimengerti Hokage-sama. Namun, dengan siapa saya menjalani misi ini?"

Berhasil membuka botol sakenya, Tsunade meminum sekali tegukan, "Karena semua sedang menjalankan misi terpaksa kau berangkat sendirian hik. Tenang saja misi ini tidak sulit, ditempat itu hanya ada satu gulungan, kau tidak perlu bingung hik."

"Kalau begitu saya permisi Hokage-sama." Hinata berojigi sebelum berbalik dan meninggalkan Tsunade sendirian. Ketika hendak membuka pintu, ia berpapasan dengan Shizune yang tengah menggendong babi berwarna merah muda.

"Eh Hinata-san." Melirik gulungan yang dibawa Hinata, "Kau sudah menerima petunjuk misi dari Tsunade-sama?"

Hinata mengangguk, "Hai. Permisi Shizune-san."

Hinata berjalan meninggalkan Shizune yang tengah memandang syok sang Hokage yang mabuk berat. Berlari ke arah Tsunade kemudian membangunkan kesadaran sang Godaime.

"Tsunade-sama bangunlah."

Tsunade menggeliat pelan sebelum kembali memejamkan matanya. Shizune menggeleng pelan sebelum bertanya.

"Apakah kau sudah memberi petunjuk misi untuk Hinata-san?"

Tsunade yang tengah mabuk berat hanya mengangguk lemah. Efek kalah judi beberapa saat yang lalu membuat Tsunade frustasi berat dan memutuskan untuk minum sake sampai ia puas.

Shizune mendengus pelan sebelum tertarik melihat sebuah gulungan berwarna putih di pojok meja Godaime. Perlahan ia mengambil gulungan tersebut dan menerka-nerka.

"Tsunade-sama, ini gulungan apa?" Shizune tampak menimang-nimang gulungan yang dipegangnya. Tak mendapat respon dari sang Godaime, Shizune pergi meninggalkan ruang Godaime dan meninggalkan gulungan yang sempat ia lihat di meja.

.

.

.

Dalam perjalanan menuju kediaman Hyuuga, Hinata membuka gulungan yang tadi Tsunade berikan kepadanya. Ia mengamati tempat yang akan didatanginya kelak. Karena terlalu serius mengamati peta tersebut, Hinata tak sengaja menabrak seseorang di depannya yang berjalan lawan arah dengan Hinata. Tidak keras memang, namun mampu membuat Hinata mundur kebelakang beberapa langkah.

Hinata mendongak. Tubuhnya yang bisa dikategorikan imut harus sedikit mengencangkan lehernya agar dapat melihat orang yang terdapat didepannya. Dan voila! Kazekage Suna yang telah ia tabrak berdiri menjulang dihadapannya. Jade Kazekage menatap datar sosok mungil di depannya. Rambut merah batanya berkibar.

"Ah g-gomen K-kazekage-sama."

Hinata berdiri gugup. Berhadap-hadapan dengan orang nomor satu di Suna membuatnya khawatir. Hinata ingat tentang cerita Naruto dimana Kazekage di depannya dulu sempat membunuh pamannya, Yashamaru. Ia jadi merinding sendiri, bagaimana kalau ia di apa-apakan olehnya? Paman Kazekage saja di bunuh, apalagi dirinya yang bukan siapa-siapa.

"Hn."

Suaranya dingin dan datar. Hinata yang salah tingkah memutuskan untuk pergi dari sini. Ia takut jika terjadi sesuatu pada dirinya. Ia ingat harus menyelesaikan misi yang telah diberikan langsung oleh Godaime-sama padanya.

"A-ano- permisi K-kazekage-sama."

Hinata hendak mendahului Kazekage sebelum sebuah lengan menahan lengan kirinya. Menoleh ke arah lengannya, Hinata mendapati sebuah tangan kokoh putih memegang erat jaket ninjanya.

Melirik perlahan pemilik dari lengan yang tengah mencengkeram erat lengannya Hinata mengigit bibir pelan. Ia meringis menahan sakit sekaligus menahan perasaan takut yang tengah menghantuinya.

"A-ada a-apa K-kazekage-sama?"

Posisi mereka masih sama. Kazekage berdiri tegak tanpa guci yang selalu dibawanya. Tangan kanannya mejuntai di samping kanan sedangkan tangan kirinya masih mencengkeram erat lengan Heiress Hyuuga di samping kirinya. Hinata tampak tak berkutik. Sebenarnya Hinata bisa saja men-jyuuken orang disampingnya, tetapi mengingat ini adalah Kazekage, Hinata tak berbuat apa-apa.

"Kau jangan mati."

Hinata menatap horor sosok diampingnya. Mati? Kazekage melarangnya untuk mati? Yang benar saja. Semua orang pun pasti tidak mau mati.

Melihat Hinata yang menampilakan wajah bingung, Kazekage meneruskan maksud ucapannya.

"Misi ini, kau berhati-hatilah. Aku merasakan firasat buruk."

Hinata tidak tahu darimana Kazekage mengetahui misi yang akan dilakoninya. Ia merasa terharu akan kata-kata syarat kekhawatiran yang ditujukan kepadanya. Selama ini ia sangat jarang mendengar kata-kata seperti yang Kazekage katakan padanya.

"E-eh? Kazekage-sama tahu dari ma-"

Hinata tidak sempat menyelesaikan pertanyaannya ketika mengetahui lengannya telah terbebas dari cengkeraman Kazekage. Melihat tepat di jade indah milik Kazekage, Hinata mendapati tatapan cemas. Hinata tidak begitu yakin tentang apa yang dilihatnya, namun ia tidak tahu mengapa sepertinya salah satu alasan ia akan menyelesaikan misi dengan selamat adalah Kazekage di sampingnya.

"Setelah pulang dari misi ini ada yang ingin kukatakan padamu."

Kazekage meninggalkan Hinata di tengah jalan sendirian. Sosoknya perlahan hilang di telan ramainya orang-orang yang berlalu lalang.

Hinata sempat terdiam sejenak. Sejak kapan Kazekage peduli kepadanya? Bukankah mereka tidak dekat sama sekali? Dan lagi-

Apa yang ingin dikatakan oleh Kazekage padanya?

Lelah tidak menemukan jawaban yang ia cari Hinata memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang yang tertunda.

.

.

.

Sesampainya di kediaman Hyuuga, Hinata melepas sandal ninjanya dan meletakkannya di rak. Sambil berjalan ke arah kamar pribadinya ia mengikat rambut indah panjangnya yang tampak kusut akibat aktivitas hari ini. Hinata mengambil pakaian untuk tidur dan handuk, kemudian pergi ke kamar mandi.

Setelah melepas baju dan celana ninjanya, ia berjalan perlahan ke arah bak mandi yang telah berisi air hangat.

"Ahh leganya~"

Sensasi hangat menyebar ke seluruh permukaan kulit mulus nan pucat. Menghantarkan sensasi nyaman di sel-sel tubuhnya. Terpejam, Hinata menikmati sensasi ketika berendam air hangat.

Ah Hinata sedikit ingat tentang Kazekage.

Dulu waktu ujian chunin Gaara atau Kazekage ikut ujian bersamanya. Sebelumnya ia telah menang melawan Rock Lee pada babak penyisihan dan kemudian ia berlanjut ke tahap selanjutnya. Hinata yang telah kalah dari Neji hanya bisa menonton dari bangku penonton. Disana ia melihat bagaimana Naruto mengalahkan Neji dengan keren. Kemudian setelah pertandingan Naruto tiba giliran Gaara. Dan Gaara melawan-

...

Eh? Gaara bertanding dengan siapa?

Hinata berpikir keras mengingat-ingat siapa lawan Gaara waktu itu. Kalau tidak salah lawan Gaara datang terlambat dan hampir didiskualifikasi. Emmm siapa ya?

Bukan Shikamaru-san. Bukan juga Chouji-san. Shino-kun dan Kiba-kun bukan.

Lama berpikir Hinata akhirnya mendapat titik terang. Dengan mata berbinar ia bergumam pelan.

"Uchiha Sasuke."

Sekarang bagaimana keadaan teman setim Naruto-kun? Dulu Naruto-kun selalu bersamanya. Walaupun sifat mereka berbeda jauh namun mereka tetap bisa bersama. Setiap mereka berdua lewat pasti gadis-gadis akan meneriakkan namanya dengan keras. Tapi dia tidak menghiraukannya. Ia terus berjalan menuju tempat tujuannya.

Waktu berlalu dan entah bagaimana kemampuan Naruto-kun berkembang pesat, bahkan melebihi kemampuan Sasuke. Sasuke yang gelap mata akan kekuatan dan berniat membunuh kakak kandungnya akhirnya pergi mencari Orochimaru.

Hinata menguap pelan. Mengingat-ingat masa dulu ternyata bisa membuatnya mengantuk. Merasa puas dengan acara mandinya, Hinata mengambil handuk yang telah ia siapkan tadi dan memakainya.

Setelah memakai pakaian tidur, Hinata merebahkan badannya yang capek diatas kasur empuk.

"Yosh! Aku akan berusaha untuk misi besok."

.

.

.

Pukul lima pagi Hinata sudah terjaga dari tidurnya. Ia menyiapkan peralatan yang akan dibawanya pada misi pagi ini. Kunai, shuriken dan alat lainnya telah ia masukkan kedalam tas kecil yang diikat di pahanya. Melirik kearah pintu kamar Hiashi dan Hanabi, Hinata terdiam. Ia ragu untuk membangunkan mereka. Niatnya Hinata ingin berpamitan kepada mereka, namun ia urungkan niat tersebut.

Hinata tampak menulis pada selembar kertas kemudian ia meletakkan kertas tersebut di meja makan. Setelah semua selesai, ia perlahan meninggalkan kediamannya menuju tempat yang telah ia lingkari di peta.

.

.

.

Sepanjang perjalanan Hinata sangat jarang bertemu dengan orang. Maklum, jalur yang tengah ia tempuh melewati hutan dan sungai yang jarang digunakan sebagai jalur transportasi. Setelah berjalan diantara pepohonan yang rimbun sejauh 8 kilometer Hinata tersenyum lega ketika mendapati tempat tujuannya telah dekat.

TAP.

Hinata menginjakkan kakinya ke tanah. Dihadapannya terdapat sebuah rumah agak aneh. Pasalnya rumah tersebut hanya ada satu dan sepi. Agak aneh melihat rumah dengan pepohonan rimbun di sekelilingnya. Dengan hati-hati Hinata maju mendekat kemudian bersembunyi dibalik pohon setelah dekat.

Hinata mengaktifkan byakugan-nya ketika merasakan chakra yang besar berpusat pada dalam rumah tersebut.

Didera rasa penasaran akut, Hinata memberanikan diri berjalan mendekat. Pintunya yang tidak terkunci ia buka perlahan. Langkah kaki mungilnya perlahan berjalan lebih jauh kedalam rumah aneh itu. Udara disekelilingnya terasa pengap. Mungkin rumah ini butuh ventilasi udara yang banyak.

Kekhawatiran Kazekage terbukti. Di dalam sebuah ruangan yang Hinata intip terlihat seseorang terbaring di sebuah ranjang berukuran sedang. Dilihat dari wajahnya Hinata ingat bahwa itu Orochimaru, orang yang telah membunuh Kazekage waktu ujian chuunin. Rambut hitamnya terurai di sekitar sprai. Matanya yang Hinata anggap mirip mata ular terpejam. Tidak. Hinata belum mau mati. Dengan perlahan Hinata menjauhkan diri dari ruangan ini. Ia tahu bahwa kemampuan bertarungnya masih kalah jauh dengan orang yang telah mengacaukan ujian chuunin.

Membuka peta yang dibawanya Hinata mengernyit. Peta ini menunjukkan bahwa tempat tujuannya adalah rumah aneh ini. Peta itu tidak menunjukkan secara tepat dimana ruangan tujuan Hinata. Jadi, Hinata harus berkeliling untuk menuntaskan misi yang ia cari. Satu ruangan di sebelah ruangan tadi tampak aneh. Pintunya yang dicat coklat gelap seakan memanggilnya untuk masuk kedalam ruangan itu.

Udara pekat berhembus menggoda tengkuknya. Bulu kuduknya merinding. Tangannya bergetar ketika hendak menyentuh gagang pintu.

KRIEET.

Daun pintu terbuka. Di depannya tersaji sebuah ruangan berukuran sekitar enam kali empat meter. Ada satu ranjang dan satu lemari cukup besar. Hinata mendekat ke lemari. Menarik gagang lemari perlahan dan yang dapat ia lihat adalah beberapa kain yang Hinata yakin merupakan pakaian dan sebuah kotak berukuran sedang berwarna hitam legam.

Hyuuga mengajarkan bersikap sopan. Oleh karena itu Hinata tidak berniat untuk membukanya. Ia membuka setiap celah yang ada pada lemari demi menemukan benda yang dicarinya tetapi nihil. Dengan langkah gontai ia berjalan keluar dan melanjutkan pencariannya.

Berniat mencari air demi menghilangkan dahaganya Hinata keluar dari rumah itu. Pencariannya bisa ia lanjutkan setelah ia minum dan mencari cara lain untuk menemukannya. Menurut peta di sakunya, terdapat air terjun satu kilometer di utara dari tempatnya sekarang. Hinata berlari diatas pohon dengan cepat menuju air terhun tersebut.

Suara burung berkicau menemaninya menempuh perjalanan. Hinata sangat menyukai suara burung. Bagaimana bisa makhluk sekecil itu bisa mengeluarkan suara yang mengingatkannya pada keindahan alam? Terkadang ia kehilangan konsentrasi akibat terlalu menghayati suara makhluk terbang itu.

Hinata berhenti ketika mendengar suara gemercik air di dekatnya. Berjalan ke arah suara itu dengan byakugan yang tidak aktif. Suara burung masih terngiang di kepalanya. Sekelompok burung berwarna cerah tadi sempat mengiringi perjalannya menuju air terjun.

"Semoga burung-burung indah itu masih meng- KYAAA!"

Tanpa disadari tanah tempatnya berpijak yang tertutup rerumputan hijau telah habis. Hinata terperosok jauh ke bawah. Panik dan ketakutan tidak bisa membuatnya berpikir jernih. Benar apa yang dikatakan Kazekage padanya. Ia akan mati. Hinata tidak menduga ia akan mati secepat ini. Ia belum berbakti kepada ayahnya. Ia belum bisa membuat Hanabi bangga padanya. Ia belum menuntaskan misinya. Dan juga ia belum menikah.

Hinata pasrah dalam gaya gravitasi yang menariknya kebawah. Memejamkan lavendernya ia berdoa dalam hati. Jika ia mati ia berharap mayatnya ditemukan dan dikebumikan dengan normal.

BRASH.

Tubuh sintalnya tidak merasa sakit. Hinata heran, apakah malaikat maut memberi toleransi kesakitan padanya? Yang Hinata rasakan adalah ia sesak, tidak bisa bernafas. Perlahan ia membuka lavendernya. Ini genjutsu? Di depannya terlihat ikan yang sedang berenang.

Hinata baru sadar! Ia belum mati. Ia masih didalam air. Dan ia butuh udara sekarang jika ia belum ingin mati. Ia menyesal dulu tidak mau belajar berenang. Dan sekarang ia tidak tahu harus apa. Nafasnya semakin sesak dan ia rasa akan pingsan atau bahkan mati.

Tiba-tiba muncul tarikan di baju ninjanya. Perlahan Hinata naik ke atas permukaan air. Dengan serakah ia menghirup udara sebesar-besarnya. Dirasa cukup ia melihat ke atas, siapakah gerangan orang yang telah menolongnya?

Seketika itu juga dadanya bergetar. Jantungnya memompa darah lebih cepat. Dan sekali lagi ia lupa cara bernafas yang baik dan benar. Di depannya kini menjulang seseorang yang Hinata yakini laki-laki, terbukti dari baju ninjanya yang menampakkan dada yang sixpack. Tali seperti tambang berwarna ungu melilit pinggangnya. Dan celananya yang senada dengan celana ninja Hinata membuat ia berpikir, apakah celana mereka berdua dibuat dan dijahit di tempat yang sama?

"S-siapa k-kamu?"

Dengan tergagap dan Hinata bertanya masih dengan posisi duduk ditanah. Ia yakin orang didepannya mempunyai kekuatan yang maha dahsyat. Nyawanya kini berada diujung tanduk. Tidak. Ia tidak boleh menyerah terhadap misinya. Apapun akan ia lakukan untuk menaklukkan orang didepannya. Seperti merayunya, mungkin? Hinata yakin jika orang ini hentai, pasti ia akan lengah dan Hinata akan menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Bukannya sombong, tapi Hinata tahu bahwa tubuhnya bagus dan molek. Ia sering mendengar bisikan orang-orang Konoha yang mengatakan bahwa perempuan terseksi kedua adalah Hyuuga Hinata yang berada di bawah Godaime Hokage, Tsunade.

"Sasuke."

To be continue...

AN : pertama kali bikin SH Fanon. Keanehan dan keganjilan mohon dimaklumi bagi author abal ini ^^ mari ramaikan fanfiction fandom naruto dengan pair SasuHina (^o^)

Terima kasih para reviewer yang sudah mereview di fic as long as you love me : ) yang login sudah saya balas lewat pm ya ^^ yang tidak login saya balas disini saja ;D

Arisa Yuki, Uzumaki Nama, Uchiha hana (kelanjutannya diimajinasikan sendiri hehe entar kalo saya tuliskan kelanjutannya malah word nya tambah panjang hehe), keita uchiha, curly cox, Nurul851, hyugahime (Gaara-kun sudah tidak tidak sadarkan diri huehehe), wiendzbica732.

Makasih minna-sama ;D ; )