A Morning with A Story

.

.

.

Matahari menampakkan wujudnya di angkasa meski tirai kabut tak pernah absen untuk meneduhkan tanah Inggris yang dingin. Cicit burung dan para tupai menggema di angkasa mencerahkan padang rumput sunyi yang berselimut kabut tebal.

Gema mungil para hewan pagi sampai hingga di kastil Keluarga Lang. Kastil megah yang damai—karena para penghuninya beristirahat di pagi hari.

Kecuali seorang gadis yang senantiasa bangun dengan rajin pada jam yang sama.

Suara ketukan terdengar memanggil di sebuah kaca jendela. Gadis mungil yang masih dibalut daster tidurnya merenggangkan tubuh dan turun dari tempat tidur. Ia membuka jendela menyambut dua ekor burung kecil yang membangunkan sahabat mereka. Boboiboy membiarkan udara segar masuk ke dalam kamar meski mengundang protes dari burung hantu bundar yang masih bersembunyi di balik selimut tebal.

"Uuuh—Boboiboy, dingin sekaliii."

Boboiboy tertawa geli melihat Ochobot enggan mengepakkan sayap bangkit dari tempat tidur.

Kebahagiaannya berkeliling di pasar semalam bersama keluarga Lang dan teman-teman bagai sebuah kisah terindah bagi Boboiboy. Ia merasa dirinya menari bersama angin dan bintang di malam hari. Bagai sebuah mimpi.

Gadis itu bersumpah tak akan melupakannya. Segala kerlap-kerlip indah memori manis yang mengajaknya melangkah di antara cahaya hangat penuh kebahagiaan di pasar malam.

"Seperti mimpi saja."

Suara dentingan mendekat dan menyapa. Peri bunga sahabat Boboiboy berdiri di pinggir jendela.

"Selamat pagi. Baru saja aku akan berganti baju."

Bersama dua ekor burung kecil, peri bunga duduk dengan sabar di pinggir jendela. Dentingan kembali terdengar—mengingatkan Boboiboy untuk mengisi tenaganya dahulu dengan bunga mawar putih.

"Ah, hampir aku terlupa."

Mawar putih di dekat jendela merekahkan mahkotanya seakan memanggil dan mengundang Boboiboy untuk menikmati mereka sebagai tenaga gadis itu.

Ochobot yang mulai keluar dari persembunyian hangatnya mendapati Boboiboy tengah mengunyah beberapa kelopak mawar putih.

"A-apa itu bisa dimakan? Apa rasanya enak?"

Ochobot memang pernah diceritakan oleh Boboiboy mengenai kondisi tubuh dan sejarah bagaimana gadis itu bisa sampai di dunia magis tersebut. Tapi tentu saja dengan melihat secara langsung bagaimana gadis setengah vampir itu memakan bunga membuat Ochobot tak bisa menahan pertanyaan dan rasa penasarannya.

Boboiboy tersenyum kecil. "Kau mau coba?"

Ochobot memiringkan kepalanya bimbang. Entah apa yang akan terjadi jika ia memakannya…

Peri bunga terkekeh mengeluarkan dentingan manis. Ia menyampaikan bahwa mawar putih hanya bereaksi pada orang yang dipilihnya—yaitu Boboiboy.

"Kalau begitu… apa tak akan terjadi apa-apa padaku?"

Anggukan si peri kecil menjawab.

"Tapi bolehkah aku mencobanya satu kelopak saja?"

Peri kecil mengangkat bahu. Dan Ochobot pun meminta Boboiboy memetikkan sebuah kelopak untuknya.

"Nyam… nyam… uh—pahit."

"Hihihi, berarti memang akan terasa berbeda di mulut orang lain." Boboiboy mengelus kepala bundar Ochobot.

Burung hantu magis yang sedikit kecewa itu dengan cepat memasang wajah ceria begitu para peri mengatakan dengan bahasa dentingan mereka bahwa para sahabat telah menunggu Boboiboy di dapur kesayangannya.

Itu berarti Ochobot bisa mengisi perutnya yang lapar dengan santapan lezat buatan tangan Boboiboy.


Usai cuci muka dan berganti baju, gadis pelayan itu menuruni tangga bersama sahabat-sahabat bersayapnya.

Langkah kaki kecil menggema. Melodi pagi yang senantiasa terdengar sejak seorang gadis pelayan tinggal di kastil megah tersebut.

Kunjungan ke dapur antik menjadi rutinitas yang tak pernah bosan bagi si pelayan mungil. Terutama ketika ia membuka jendela dapur dan mendapat sambutan ceria.

"Selamat pagi!"

Saat Boboiboy tak ada kegiatan sekolah pada malam hari adalah hal yang paling disukai para sahabat di kebun belakang—karena itu artinya ia bisa lebih lama bersama mereka di pagi hari.

Sapaan ceria disambut para sahabat yang membalasnya dengan suara manis mereka. Cicit tikus gandum serta para burung kecil dari jendela, dan dentingan para peri bagai melodi dalam dapur. Boboiboy menyempatkan diri mengelus tubuh kecil berbulu para sahabatnya. Para tupai berlompatan dan menggosok sayang tubuh mereka pada pipi gadis kesayangan membuatnya tertawa geli.

Ochobot merentangkan sayapnya dan melesat terbang keluar jendela menuju angkasa untuk berolahraga menikmati udara segar—yang tak ia sangka begitu dingin.

"Brrr! Pagi di sini ternyata juga dingin sekali!"

Buru-buru burung hantu bundar itu terbang masuk dan mengeratkan kedua sayapnya sambil menggigil. Ia mengurungkan niat untuk merenggangkan otot di luar sana.

Kekeh geli dentingan para peri membuat Ochobot tersipu.

Semalam ia tidur bersama Boboiboy di kamar gadis itu. Pelukan hangat membuat dengkuran lembut terdengar. Bulu tebal Ochobot yang empuk membuat Boboiboy tak merasakan dingin di balik selimut. Keduanya lelah—tapi senyuman manis tertoreh di wajah mereka selama tidur. Fang yang mengintip dari balik daun pintu tersenyum geli melihat dua penghuni baru kastil Keluarga Lang.

Kini di dapur mungil berlantai dan berdinding batu serta kayu itu sibuk dengan kegiatan para penghuninya. Ochobot dengan semangatnya membantu Boboiboy memasak. Ia mengambilkan bumbu dengan cakar-cakarnya. Para peri geli melihat burung bundar itu berkali-kali menghirup dalam-dalam aroma lezat sup kentang dari dalam kuali.

"Hmmm! Ini lezat sekali!"

Para tikus mengambilkan daun-daun rosemary dari atas lemari membantu Boboiboy yang harus berjinjit untuk meraihnya. "Oh, terima kasih."

Night mengeong membantu para tikus turun dari meja. Para tupai berlompatan menuju tempat penyimpanan roti. Mengingatkan agar gadis itu tak terlupa membakar roti dengan mentega sebagai teman santapan.

"Ah, aku nyaris lupa. Terima kasih."

Wangi dari dapur menari di udara mengundang penghuni kastil yang lain untuk bangkit dari pembaringan mereka.


Elizabeth yang ternyata memang merencanakan untuk bangun pagi langsung bergegas mengambil mantel tidur dan mengenakannya erat. Suara derap langkah Nyonya Vampir yang ceria itu membuat suaminya terbangun.

Hao sama sekali tak heran pada polah tingkah istrinya yang susah ditebak. Pria itu hanya tersenyum dan menyetujui ajakan Elly untuk sarapan bersama Boboiboy.

Dan tentu saja—Fang—dengan pendengarannya yang tajam selalu sigap mendengar apa pun. Bahkan dentingan jarum terjatuh di lantai yang digunakan Boboiboy untuk menjahit bisa ia dengar jelas.

"Boboiboy!"

Fang membuka daun pintu kamarnya dengan kasar—sudah biasa bagi Hao dan Elly. Mereka tak heran lagi akan tingkah remaja berkacamata itu. Seruan sang pangeran hanya mengundang gelengan kepala kedua orang tuanya.

Hao tersenyum melihat Fang berlari kecil dan berhenti beberapa detik untuk menunggu orang tuanya berjalan menuju dapur antik belakang kastil.

"Ayo! Cepat! Kita makan bersama!"

Sang pangeran muda beberapa kali menoleh ke belakang menunggu orang tuanya ikut mengejar langkahnya yang tak sabar. Wajah tersenyum lebar penuh semangat—bagai siap menerima kejutan apa pun yang akan ia temui nanti.

"Sabar, Fang…"

Seperti kembali ke masa lalu di mana Fang kecil yang menggoyangkan ekor mungilnya berlari-lari di depan. Tawa dan senyum manisnya begitu menggemaskan.

"Ayo, ayah! Ibu! Kita piknik di halaman belakang!"

Suara pangeran kecil Keluarga Lang bagai menggema di kepala Hao.

Ia bisa mengingat jelas bagaimana Fang kecil berlari.

Tersenyum.

Tertawa, menggandeng tangannya.

Memanggil-manggilnya.

Bermanja-manja pada ibunda-nya.

Memeluk manja sang abang—

"…!"

Sekelebat ingatan membuat Hao lekas menggeleng keras.

"Tidak. Hao. Jangan kau ingat lagi ingatan sedih itu. Dia sudah tak ada."

Tanpa disadari helaan napas halus menghembus lembut di antara bisikan yang Hao tuju pada dirinya sendiri.

"Jangan kau berharap lebih hingga akhirnya hanya ada rasa sakit…"

"Sayang?"

Nada khawatir Elizabeth menyadarkan Hao. Senyuman kecil menjadi harapan sang kepala keluarga agar istrinya tak khawatir lebih jauh.

"Maaf—Hanya teringat sesuatu dengan tiba-tiba."

Bagai sebuah buku yang tak memiliki pembatas halaman untuk menandainya—Elizabeth tak perlu harus membuka lembaran-lembaran kisah untuk menebak apa yang dipikirkan suaminya.

Ia hanya menggenggam hangat tangan besar yang dingin milik Hao.

"Kau tak perlu melupakannya. Ini adalah cara kita untuk mengenang anak sulung kita. Ia akan selalu ada di hati."

Hao mengangguk lemah menikmati kalimat penenang yang berbisik di telinganya dari Sang Nyonya.

Mereka tetap melangkahkan kaki mengikuti Fang yang tak pernah menyadari raut sedih sang ayah di belakang—menatap putranya melangkah riang menuju dapur antik.

"Setidaknya ada malaikat kecil yang menghangatkan kembali kastil kita ini."

Elly menyandarkan kepala pada bahu Hao. Tangan sang suami membalas genggaman tangan istrinya dengan hangat—menyetujui kata-kata Elizabeth tanpa harus mengungkapkan secara verbal.

"Ayooo! Ayah dan ibu lama sekaliii!"

"Iya, Fang… Iyaaa…"

Kekeh geli menggema kecil di lorong kastil diikuti keluhan sang pangeran werewolf.


"Boboibooooy!"

Sungguh kejutan besar. Tak disangka Boboiboy—Fang, Elizabeth, dan Hao turut turun menyapanya di dapur mungil kesayangannya.

"Tuan? Nyonya? Mengapa anda terbangun? A-apa saya terlalu berisik?"

Elly berhambur memeluk gadis kesayangannya mendahului Fang—yang kemudian cemberut. "Tidak, kok! Aku justru memang berniat untuk bangun pagi agar bisa sarapan lagi di sini! Kau tidak keberatan' kan kalau aku turut mengundang suamiku ini?"

Hao memutar matanya tanpa bisa menyembunyikan senyum mendengar kekeh geli Elly.

"Tentu saja tidak! Saya senang sekali bisa sarapan dengan anda semua! Tapi… apa tak apa-apa di dapur kecil ini…?"

Hao tersenyum lebih lebar dan mengusap kepala Boboiboy. "Aku akan merasa sangat terhormat jika diijinkan duduk bersamamu dan para sahabatmu ini."

Belum pernah Boboiboy tersenyum begitu cerah sejak ia mengenal dunia barunya yang indah nan magis.

Para tikus penasaran malu-malu memerhatikan Hao dari balik toples madu. Sang werewolf senior menjulurkan tangannya hangat dan mengusap kecil dengan jemari kepala para tikus gandum.

Sementara Fang hanya memandangi ibunya dengan aneh seketika Sang Nyonya terkekeh gemas melihat sang suami bisa akrab dengan hewan-hewan kecil.

Benar-benar pagi yang begitu langka dan pemandangan yang sangat jarang.

Elizabeth duduk di samping suaminya dengan hidangan teh panas serta roti dan sup di atas meja kayu, ditemani para tikus dan tupai yang penasaran pada mereka. Elly gemas luar biasa pada tikus-tikus teman Boboiboy yang menjadi penjaga lemari makanan. Hao tersenyum lebar melihat istrinya sebahagia itu.

Fang sendiri membantu Boboiboy memotong daging meski ia harus menahan nafsunya untuk menggigit bulat-bulat daging lezat di tangannya. Ochobot terkekeh geli melihat Fang nyaris menjatuhkan liur tergiur pada daging di hadapannya.

"Pesta yang sangat meriah. Apa boleh aku bergabung?"

Ratu Peri Bunga Rozetta yang tinggal di taman bunga belakang Kastil Keluarga Lang terbang rendah dan menapakkan kaki-kaki mungilnya di pinggir jendela.

"Kejutan yang luar biasa, Ratu Rozetta! Mari! Nikmati hidangan ini bersama kami!" Elly mengambil sebuah kotak rempah berukuran pas sebagai tempat duduk Sang Ratu.

Fang tersenyum lebar melihat Boboiboy begitu bahagia mendapati tamu-tamu terhormat bersama para sahabatnya di dapur.

Ochobot benar-benar menikmati dirinya berbincang dengan para peri. Banyak sekali pertanyaan yang ia lontarkan pada mereka, namun para peri dengan sabar dan murah hati menjawab segala pertanyaan itu. Bahkan Sang Ratu sendiri terkadang yang menjawab segala pertanyaan si burung hantu cerewet itu tanpa sungkan.

Boboiboy turut mendengar obrolan Ochobot dengan para peri. Gadis itu terdiam, ingin mengeluarkan rasa penasaran dalam hati.

Dirinya merasa bisa bertanya lebih banyak pada Elizabeth, Hao, maupun Ratu Rozetta yang nampak banyak sekali tahu mengenai dunia itu. Namun ia tetap berusaha berhati-hati dalam melontarkan pertanyaannya.

"Anu, Nyonya… boleh saya bertanya?"

Elly menyelesaikan kunyahan di mulut dan dengan segera menjawab pertanyaan gadis yang duduk di sampingnya. "Tentu saja, sayang! Ada apa?"

"Umm, semalam… saya mengobrol dengan teman-teman mengenai 'Lost Forest'. Yaya dan teman-teman yang lain menceritakan sejarah 'Lost Forest' dan pegunungan yang berada di dalam lingkaran hutan itu."

Dalam beberapa detik suasana ceria menjadi sepi.

Angin berhembus pelan membawa suara cicit burung dari kejauhan.

Boboiboy tahu sebenarnya lebih baik jika ia tak menanyakan hal yang demikian gelap ketika makan bersama. Fang sendiri terkejut mendengar Boboiboy membawa topik yang semalam mereka bahas bersama teman-temannya.

Gadis pelayan itu menunduk menyadari betapa tak pantasnya topik itu ia angkat. Terutama pada saat-saat yang langka di mana Keluarga Lang duduk bersama-sama dengannya.

Ia menyesal.

Elizabeth dan Ratu Rozetta dengan segera menyadari penyesalan sang gadis. Ia tersenyum kecil dan merangkul sayang bahu Boboiboy.

"Kau tak perlu merasa bersalah karena menanyakan itu. Kurasa memang sudah saatnya hal-hal seperti ini kami ceritakan padamu agar kau lebih waspada."

Hao dan Fang saling memandang penuh maklum.

"Kebetulan juga ada Ratu Rozetta di sini. Mungkin anda bisa membantu menjelaskannya, Yang Mulia."

Ratu peri berukuran mungil yang duduk dengan nyaman kini menghela napas kecil—menyetujui apa yang dikatakan Elly.

"Elizabeth benar. Ada banyak yang harus kau tahu di balik manisnya dunia yang kau kenal ini. Terutama di sisi kegelapannya."

Boboiboy memasang telinga diikuti Ochobot. Para peri dan hewan kecil berhenti berbincang—memberi ruang untuk Sang Ratu berbicara.

"Kau tahu mengapa kami para peri bunga tinggal di taman bunga Kastil Keluarga Lang, Boboiboy?"

Gadis yang ditanya menggeleng kecil.

"Kami, para peri bunga dahulu kala tinggal di hutan dekat pegunungan—sebelum pegunungan di balik 'Lost Forest' diselimuti kekuatan jahat. Begitu manusia memijakkan kaki mereka di pegunungan tersebut dan melakukan ritual hitam terlarang—dalam seketika kami kehilangan cahaya tempat tinggal kami. Para manusia yang serakah, menginginkan kekuatan para halfter hingga menimbulkan perang besar yang kami sebut dengan 'Perang Kabut'."

Ochobot menelan ludah dengan kasar penuh horor, "Pe-'Perang Kabut'? Apa itu perang yang terjadi ratusan tahun lalu dan para korbannya kini menjadi kumpulan pepohonan bernama 'Lost Forest' itu? Perang yang diceritakan teman-teman Boboiboy semalam?"

Ratu Rozetta mengangguk.

"Perang yang menggunakan sihir berbahaya. Para halfter yang haus kuasa dan kekuatan pun turut membantu para manusia agar mendapatkan wilayah yang lebih luas untuk mereka. Namun para halfter yang membenci manusia pun juga telah dikuasai oleh kesombongan mereka akan kekuatan. Perang yang membuat asap magis kehitaman bagai awan gelap menyelimuti—membutakan pemandangan berdarah."

Para peri merinding mendengar kisah kelam bagi kaum manusia dan halfter yang diceritakan ratu mereka. Tak ada dentingan ceria dari para makhluk mungil itu.

"Saat itu ada tiga kubu yang terbagi dengan sendirinya. Kubu manusia, kubu halfter, dan kubu dari dua ras yang berdamai. Sejak selesainya perang yang menghabisi dua ras lain, terbentuklah organisasi Night Gaze yang didirikan atas inisiatif kubu ras yang berdamai. Aku menjadi perwakilan dari bangsa peri. Keluarga Lang mewakili ras werewolf, dan banyak lagi yang mewakili ras masing-masing. Tetua Whitefogg adalah salah satu tetua yang dipercayai menjaga gerbang Lost Forest serta menjaga daerah sebahagian kecil Inggris ini. Oh, kau mengenal Tetua Whitefogg sebagai kepala sekolahmu, sayangku."

Ini kali pertamanya Boboiboy mendengar nama tetua yang memercayai dirinya untuk tinggal di dunia itu meski ras diri Boboiboy belum diketahui. Tetua yang menjadi kepala sekolahnya.

Whitefogg…

"Namun dari segala ras yang berkumpul dan mendedikasikan diri mereka untuk menjadi benteng perdamaian antar ras, ada yang paling berkuasa dan memiliki kekuatan terbesar. Ia berasal dari ras ent—ras para pohon-pohon magis yang usianya jauh lebih tua dibanding ras halfter yang lain. Pepohonan yang telah tumbuh di tanah ini jauh sebelum ada penduduk yang memijak. Ada darah murni ras penyihir dan ras ent yang kokoh dalam dirinya yang telah berusia ratusan tahun. Ia yang menjadi penjaga keseimbangan Lost Forest agar tak terpengaruh oleh kekuatan hitam dari pegunungan terlarang. Dialah gurumu— Nenek Foglia."

Kini Boboiboy mengerti.

Mengapa Semua orang, semua ras begitu menghormati Nenek Foglia.

Kekuatan dalam diri Sang Nenek tak tergantikan. Hanya ia yang memiliki kekuatan begitu besar untuk memberi sihir pada hutan yang diselimuti kegelapan.

Nenek Foglia-lah tetua sesungguhnya.

Tetua yang paling senior di kalangan tetua yang lain.

"Para tetua bahu-membahu membantu Nenek Foglia untuk mengontrol dan mengunci kekuatan jahat di pegunungan sana."

Seruput teh di cangkang kacang menjadi jeda Sang Ratu berbicara. Helaan napas menjadi kelanjutan sebelum berbicara.

"Di pegunungan itu ada beberapa ras goblin yang dikurung. Tapi mereka sepertinya juga tengah membangun kekuatan untuk menyerang suatu waktu. Para goblin yang dikurung ini adalah para goblin yang pernah membantu para manusia mendapatkan kekuatan hitam. Mereka menginginkan harta kekayaan yang dimiliki para manusia sehingga melakukan pertukaran yang berbahaya. Maka itu kita juga bahu membahu memberikan pendidikan pada para ras halfter muda, menyiapkan mereka untuk entah apa yang akan terjadi nanti. Meski sudah berabad-abad yang lalu perang selesai, namun bukan berarti kita bisa bergembira dalam perdamaian ini. Para Tetua dan Nenek Foglia semakin sepuh, entah pada siapa kita bisa bernaung lagi jika mereka tiada."

Boboiboy menggenggam erat ujung celemek putihnya. Ia menggigit bibir—takut akan kehilangan guru yang paling ia sayangi.

"Bahkan sejak terjadinya perang berabad-abad yang lalu itu, terjadi kembali 'Perang Kabut' kedua—sekitar delapan tahun yang lalu. Perang yang tak kalah menyedihkan dan memakan banyak korban."

Di akhir kalimatnya, Sang Ratu memberi jeda kembali sembari menatap dengan sedih seseorang yang kini menundukkan kepalanya sedikit. Diikuti Hao yang semakin membisu. Ia melirik pada istrinya.

Ellizabeth mengeratkan kedua tangannya. Bergetar. Ada sesuatu yang disembunyikan wanita itu. Hanya Hao, Ratu Rozetta, dan para peri yang menyadarinya.

Ochobot yang biasanya banyak bertanya justru hanya diam dan mendengarkan dengan seksama. Ia terlalu hanyut dalam kisah yang dibawakan Sang Ratu bunga.

Tarikan napas yang lembut mengawali kembali kisah dari mulut Ratu Rozetta, "Karena sejarah ras goblin yang tak mengenakkan itu, banyak para goblin yang menjauhi daerah pegunungan dan Lost Forest. Mereka takut dan khawatir akan terpengaruh kekuatan jahat dan bernasib sama dengan para leluhur mereka dahulu. Aku jadi teringat ketika Adu Du dahulu mendatangi kastil akademi Night Gaze bersama Probe. Ibu Adu Du ternyata takut anaknya terpengaruh akan kisah kejahatan ras-nya dahulu sehingga selalu khawatir mengurung Adu Du di rumahnya. Adu Du sendiri memiliki rasa penasaran yang tinggi dan ia benar-benar belajar begitu banyak di akademi. Cukup lama untuk bisa meyakinkan ibu Adu Du agar percaya bahwa anaknya akan baik-baik saja di akademi."

Fang tersenyum mendengar nama sahabatnya disebut. Ia juga kembali teringat ketika dirinya, Adu du dan Probe begitu penasaran pada sejarah 'Lost Forest'. Hingga akhirnya mereka nekat memasuki perpustakaan Tetua Whitefogg di menara kastil akademi yang paling puncak.

Sayang niat mereka diketahui. Alih-alih mendapat teguran atau amarah, Sang Tetua berjenggot putih panjang justru tersenyum dan menceritakan sejarah kelam tersebut pada bocah-bocah yang saat itu masih terlalu muda untuk tahu.

"Sebuah kisah masa lalu yang sudah terjadi bukanlah hal untuk dilupakan. Jadikanlah itu pelajaran yang tak lagi terulang. Kalian masih sangat muda, saya berharap banyak kalian bisa membantu kami para orang tua untuk mewarisi kenangan sedih ini sebagai pengingat. Bukan sebagai sesuatu yang akan kembali terulang. Namun, jika memang harus kembali terulang—kalian tahu harus apa dan bagaimana untuk menghentikannya, wahai kalian yang muda."

Pesan yang terus terngiang di kepala Fang.

Keberadaan Boboiboy yang sempat ditolak oleh beberapa temannya menjadi kekhawatiran Fang mengenai perbedaan ras di dunia itu. Namun kini ia tak perlu khawatir. Sungguh gadis idamannya itu telah membuat Fang sendiri takjub. Boboiboy sanggup berteman dengan orang-orang yang tadinya menganggap diri sang gadis berbeda.

Kini Boboiboy meremas-remas ujung celemeknya. Ia sungguh tak menyangka ada sebuah sejarah kelam di balik dunia yang ia sayangi itu. Elly memeluk bahu gadis kesayangannya sambil mencium lembut rambut Boboiboy.

"Sayang, kalau kau ingin bertanya lebih banyak lagi kami akan bantu kau menjawabnya. Keberadaanmu di sini adalah hasil dari keegoisan kami juga sehingga ini menjadi tanggung jawab kami untuk mengenalkanmu lebih dalam lagi pada lingkunganmu yang baru."

Fang terdiam mendengar tuturan ibundanya. Ia tahu sang bunda tak bermaksud menujukan kalimat itu padanya, tapi dirinya memang yang paling bertanggung jawab akan keberadaan Boboiboy di kastil itu.

Elly tersenyum menyadari anaknya menunduk memandangi teh di cangkirnya. Ia mengulurkan tangannya hati-hati—memanggil sang anak tanpa mengucap namanya.

Fang berdiri dari bangkunya di samping Hao dan berjalan menuju Elly yang kemudian menyambut dengan pelukan dan ciuman sayang di pipi. "Ibu bukan bermaksud menujukan tanggung jawab padamu, Fang. Ibu justru sangat berterima kasih kau membawa Boboiboy kemari sehingga mencerahkan hati ibu setiap harinya. Aku sangat bersyukur memiliki kalian berdua di sisiku."

Dua remaja dalam pelukan Sang Nyonya Vampir tersenyum hangat menerima ciuman sayang di pipi mereka.

"Kalian adalah malaikatku yang selalu menghangatkan kastil ini. Aku sangat menyayangi kalian."

Hao hanya diam tanpa bisa menahan senyum. Ia tahu jelas bahwa istrinya adalah orang yang paling berjasa membawa kehangatan di kastil Keluarga Lang.

Sejak mereka menikah dan menempati istana nan megah yang dingin itu, Elly selalu membiarkan para hewan bersarang di pohon-pohon belakang kastil. Hewan-hewan yang tadinya enggan memasuki wilayah para werewolf. Vampir berjiwa peri itu bahkan menyapa para peri di taman belakang kastil sehingga beberapa dari para peri terkadang tak sungkan terbang sedikit mendekat ke kastil karena rasa penasarannya.

Elly tak sungkan berjalan-jalan hingga ke pedesaan di bawah bukit, menikmati suasana di sana sambil bersantai minum coklat panas. Para penduduk mengenal dekat dan menyayangi Sang Nyonya yang ramah. Mereka tak lagi merasa takut dan segan pada Keluarga Lang yang berkuasa di daerah itu.

Setiap harinya para penduduk berdoa agar Sang Nyonya mendapatkan kebahagiaan yang sanggup menghangatkan dirinya sebagaimana Sang Nyonya menghangatkan hati mereka.

Terutama sejak peristiwa yang membuat Elly nyaris terjun ke jurang kesedihan.

Ketika ia kehilangan anak sulungnya.

Anak sulungnya yang tewas di tangan para goblin penyihir jahat ketika terjadinya perang delapan tahun yang lalu— 'Perang Kabut' kedua.

Tahun-tahun di mana Elly berjuang untuk tetap tegar dengan menyayangi anaknya yang kedua. Berjuang melupakan kenangan pedih di masa lalu.

Doa para penduduk terkabul ketika Sang Pangeran jatuh cinta pada seorang gadis manusia. Gadis yang kemudian melangkahkan kakinya dengan membawa cahaya hangat di dunia mereka—mengembalikan senyuman di wajah cantik Sang Nyonya.

Senyum Sang Nyonya kembali menghangatkan hati para penduduk desa.

Malaikat Mawar Putih berhati seorang putri dengan balutan seragam pelayan di tubuh mungilnya. Malaikat tanpa sayap yang begitu dicintai Sang Pangeran, disayangi Sang Raja dan Ratu. Malaikat yang membawa kehangatan di dunia manis namun dingin itu.

Pagi yang dingin terasa menusuk kulit, namun hangat di hati—sembari terucap kisah penuh sedih dan gelap.

Para peri dan hewan-hewan yang mengelilingi meja makan bersama Keluarga Lang serta pelayan mungil kesayangan mereka.

Mereka berdoa.

Berdoa agar kehangatan itu abadi.

Tanpa ada yang menyadari—semua orang di dunia itu berdoa.

Berdoa agar tak ada lagi perang yang menitikkan darah dan air mata kembali.

Namun siapa yang tahu.

Bahkan seorang yang dihormati—Nenek Foglia—turut berdoa.

Berdoa agar suatu saat nanti ia bisa tidur dengan tenang dan damai di bumi tanah kelahirannya. Di antara pohon-pohon yang saling berbisik gemerisik menyanyikan nyanyian angin dengan dedaunan di jemari ranting mereka.

Nyanyian sendu lembut di balik manisnya dunia penuh keajaiban. Nyanyian yang menyenandungkan melodi di langit.

Melodi yang terdengar di malam hari ketika semua makhluk menidurkan beberapa indera mereka.

.

.

.

Melody of the Night ~ 2nd gate

The End


.

.

.

Sampai jumpa di Melodi Malam Hari ~ 3rd Gate

Semoga saya diberi waktu lebih banyak untuk melanjutkan gate terakhir dari trilogi MMH ^^7

Terima kasih buat teman2 yang sudah setia membaca dan sabar menunggu ff yang updatenya tak menentu ini. Terima kasih atas segala review yang kalian tulis, selalu setia memberi semangat saya untuk menulis lanjutannya ^^

Terlalu panjang? Tak apa2 kalau kalian menjadi bosan dan malas membaca kelanjutannya ^^ Sampai di sini saja saya sudah amat sangat berterima kasih karena kalian sudah sabar ^^

.

.

.

Salam sayang,

Widzilla