Idea&Storyline:
©2015, ohmira. All rights reserved.
Translation:
©2015, pewdiepoo. All rights reserved.
.
{ a/n: And the fic is begin here. all of misery and hurtful. hahaha enjoy guys, prepare some tissues. }
.
Chapter 5:
( The Hurtful Reality )
.
Sehun menuruni tangga untuk menuju dapur ketika hari sudah mencapai tengah malam untuk mengambil minum. Ia tidak menyalakan lampu dan hanya mengandalkan cahaya bulan sebagai penerangannya menuju dapur. Ia terjekut begitu melihat seseorang bersandar pada kulkas. Ia tahu, itu pasti seseorang yang ia kenal. Ia maju beberapa langkah untuk menegaskan pandangannya dan mendapatkan Kris yang tengah bersandar itu sedang berada dibawah pengaruh alkohol.
"Tuan." Sehun tidak tahu harus memanggil Kris dengan sebutan apa karena mereka belum berkenalan secara langsung satu sama lain.
"Hello cantik." Sehun juga tidak tahu apakah Kris sudah berada dalam keadaan mabuk atau belum. Sehun menatap gelas akohol ditangan Kris. Ia tidak bisa melihat wajah Kris dengan jelas. Keadaan Kris yang dibawah pengaruh alkohol saat ini membuat Sehun seperti memukul Sehun. Dari kejadian malam tadi dikamar Nyonya Kim tadi, kesan pertama Sehun kepada Kris adalah seseorang yang sangat sesat dan senang melihat bokong orang lain. Dan itu membuat Sehun sedikit merinding.
Kris mulai melangkahkan kakinya endekat kearah Sehun, membuat Sehun sedikit bergemetar. Sehun membeku ditempatnya, bersiap untuk berteriak jika Kris berniat untuk mengapa-apakan dirinya. Atau ia akan menendang bagian organ intimnya jika Kris berani melakukan pergerakkan yang tidak-tidak.
Namun tampaknya, cara Kris berjalan terlihat normal-normal saja. Tidak terhuyung atau semacamnya. Yang berarti pria itu belum berada dibawah pengaruh alkohol. Sehun sedikit bernafas lega. Tetapi Sehun tetap bersiaga. Menurutnya orang seperti Kris akan selalu bergairah entah itu saat mabuk atau hanya minum-minum.
"Panggil aku Kris saja. Kau Sehun, kan?" Kris menjebak Sehun diantara tubuhnya dan dinding dapur dengan tangannya. Mendekatkan wajahnya Kearah Sehun dengan senyum nakal tersungging diwajahnya, Sehun merasa sesak dengan nafas berbau alkohol menyengat yang dikeluarkan oleh Kris, lalu ia membuang wajahnya sedikit kearah berlawanan.
"Y-ya." Sehun sedikit merasa gugup. Ia berusaha menenangkan detak jantungnya, karena sebelumnya tidak ada seorangpun yang pernah sedekat ini kepadanya selain Chanyeol. Sehun mendorong dada Kris untuk menjauh dari dirinya. Tetapi Kris yang tenaganya terlalu kuat untuk ia lawan, pemuda itu tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya.
"Kenapa kau terlihat sangat gugup? Kau sudah mulai jatuh untukku?" Kris semakin mendekatkan wajahnya kearah Sehun. "Tenang saja. Aku tidak akan gigit, kadang-kadang. Tetapi, hampir setiap saat, ya aku melakukannya." Kris berkata dengan suara beratnya, matanya terfokus pada bibir Sehun. Sehun dapat merasakan nafas Kris yang hangat menerpa permukaan wajahnya. Jantung Sehun mulai bertalu-talu didalam sana. Semua rencana yang terpikirkan olehnya kini telah dihancurkan. Ia tidak bisa berfikir jernih untuk apa yang harus ia lakukan saat ini. ia memejamkan matanya rapat-rapat, pasrah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.
"But most of the time, his head will be thrown into the toilet bowl which full of poop." Suara asing yang tiba-tiba terdengar diudara itu membuat Sehun membuka kedua matanya. Ia dan Kris menoleh dan mendapati wajah suram Jongin. Jongin adalah penyelamatnya. Sehun mendesah lega.
"Tidak bisakah kau untuk tidak membuat seseorang hampir mati ketakutan karena horny issuemu itu?" decih Jongin seraya berjalan menuju kearah kulkas.
"Dan kenapa kau selalu menjadi penghalang?" Kris menghela nafasnya dengan berlebihan seraya menjauhkan diri dari Sehun.
Jongin menyesap minumannya sambil mendudukkan dirinya di salah satu kitchen counter. Ia menatap Kris sebelum akhirnya berkata dengan acuh tak acuh, "Karena aku tidak ingin melihat wajahmu yang tampan itu tertera di TV untuk kasus pemerkosaan."
"Apa-apaan." Sahut Kris tak terima. "Tapi, terimakasih untuk bagian wajah tampan. Aku sudah sering mendengarnya." Kris memamerkan smirk nya.
"Kalau kau membutuhkanku, datang saja temui aku, sayang. Dua kamar setelah kamarmu." Kris mengedipkan sebelah matanya kearah Sehun sebelum akhirnya pergi menjauh dari sana.
"Kalau kau ingin melaporkan dirinya atas tuduhan pelecehan seksual atau semacamnya, percaya padaku, jangan kau lakukan itu. Polisi pasti akan terpesona padanya." Ejek Jongin. Sehun tidak pernah membayangkan adanya sebuah interaksi diantara dirinya dan Jongin. Jongin terbiasa mengabaikannya ketika mereka sekolah dulu. Sehun membuka kulkas untuk mengambil botol air minum.
"Aku sangat terkejut ketika melihat keberadaanmu tadi. Aku pikir kau sedang berkabung didalam rumahmu untuk setahun kedepan." Jongin mendaratkan kakinya diatas lantai.
"Huh?" Sehun tidak mengerti. Kenapa dirinya harus berkabung? Ia hanya mengikuti langkah Jongin yang menuju kearah meja dapur, tempat dimana Kris meninggalkan botol alkoholnya. Jongin menuangkan alkohol tersebut kedalam gelasnya dan menyesapnya.
"Kami reuni bersama kemarin malam. Untuk tim basket. Dan aku bertemu mantan kekasihmu. Ia membawa sahabat baikmu bersamanya. Atau haruskah aku menyebutnya mantan sahabat baikmu?" lagi, Jongin bernada mengejeknya.
Sehun menelan salivanya berat untuk membahasi tenggorongkannya yang terasa kering. Jadi, Jongin meningatnya, ia hanya tidak mau untuk mengenalinya. Dan bagian terpentingnya adalah, Jongin tahu apa yang terjadi diantara dirinya dan kedua orang itu.
"Jadi, kau mengingatku?" tanya Sehun takut-takut. Ia sibuk memainkan jarinya.
"Pastinya. Siapa yang akan melupakan orang yang paling aneh disekolah? Pemuda lusuh dengan berbagai penyakit kejiwaan." Jongin mendengus. Kemudian ia tertawa pada dirinya sendiri, menemukan segala yang berhubungan dengan Sehun sangat menggelikan.
Oh, Sehun lupa. Jongin juga seharusnya menjadi salah satu yang akan berfikir seperti itu tentang dirinya. Tepatnya, semua orang memngenal dirinya dengan sebutan pemuda menjijikan dengan berbagai penyakit kejiwaan. Tetapi, Sehun tidak pernah menduga bahwa orang seperti Jongin akan mengingatnya.
"Kau tahu apa bagian paling lucu? Ketika orang psiko sepertimu berhasil membuat hidup orang lain sama menderitanya seperti hidupmu." Tatapan Jongin kepada Sehun sangat tajam, membuat Sehun ketakutan dan menundukkan pandangannya. Ia tidak mengeri apa maksud Jongin. Ia hanya terus diam dan menunggu penjelasan dari Jongin.
"Kau tidak bisa melihat kebahagiaan orang lain, kau pelacur yang membuat sahabat baikku membuang semua teman-temannya hanya untuk hidup menderita bersama orang sepertimu." Jongin mendecih dengan rahang yang mengeras.
"A-apa?" Sehun tertegun. Ia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Jongin. Sejak kapan Chanyeol bersahabat baik dengan Jongin? Ia hanya tahu Jongin satu tim basket bersama Chanyeol. Sudah, tidak lebih.
"Ya, kau menjual dirimu demi bersama Chanyeol. Kalau tidak, tidak ada seorangpun yang akan dengan senang hati bersamamu bahkan berdekatan denganmu." Jongin menggeram seraya mendorong Sehun dengan jari telunjuknya.
Jantung Sehun mulai berderu. Bibirnya bergetar hendak mengatakan sesuatu tetapi tenggorokkan seakan tercekat. Bayangan dimana dirinya diolok-olok oleh para siswa lain kini terpampang jelas didepan matanya. Jika Chanyeol disini, dapat dipastikan Jongin harus menerima bogem mentah dari Chanyeol. Sial, Sehun seharusnya tidak berfikir seperti itu. Ia bisa menolong dirinya sendiri tanpa pengkhianat itu.
"Kau harusnya sadar dengan posisimu walaupun kau menghabiskan waktumu bersamanya. Ia berpura-pura menjadi pahlawanmu. Aku tahu hidupnya pasti sangat membosankan bersama orang gila sepertimu, kemudian ia menyadari bahwa perasaannya terhadapmu hanyalah sebatas rasa kasihan atas hidupmu yang menyedihkan itu. Ia hanya tidak tega saja untuk membuangmu agar ia bisa bersama sahabat baikmu itu. Mereka hanya kasihan padamu. Betapa menyeramkannya dirimu, menjebak orang lain untuk hidup dalam hidupmu yang menyedihkan?" Jongin menatap Sehun penuh kebencian yang menusuk kedalam jiwanya. Ia terbiasa melihat tatapan itu dulu dari ayahnya. Dan itu membuatnya berteriak ketakutan. Ia takut saat ini. Ia menutup kedua telinganya, tidak ingin mendengar apapun lagi yang keluar dari mulut Jongin.
Ia takut dengan ucapan Jongin, ia takut dengan hidupnya. Dan ia takut dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini. Jadi, selama ini Chanyeol dan Baekhyun ada dalam hidupnya hanya karena mereka kasihan padanya? Kenyataan yang begitu menyakitkan untuk diterima olehnya kini membuat matanya tergenang oleh cairan bening dipelupuk matanya.
"Chanyeol terlalu bodoh karena mau melibatkan dirinya bersama orang idiot sepetimu. Aku bahkan meragukan semua kata-kata cinta yang ia ucapkan kepadamu. Itu hanya karena ia dibutakan oleh dirimu yang murahan. Aku sangat senang untuk dirinya sekarang. Ia pantas untuk mendapatkan yang jauh lebih baik dari dirimu." Tubuh Sehun merosot diatas lantai, masih dengan kedua tangannya yang menutup telinganya rapat-rapat. Ia ingin Jongin meninggalkan dirinya sendiri. Ia tidak ingin berada didekat Jongin. Ia teramat membenci Jongin mulai saat ini.
"Lalu, sekarang apa? Ketika kekasihmu lebih memilih sahabat baikmu sendiri, membuangmu dari kehidupan mereka, kau berada disini karena terlalu frustasi sampai kau membiarkan seorang pria tampan mendekatimu? Jika aku tidak disini sekarang, kau akan membiarkan Kris memperkosamu, kan?" Jongin tidak tahu apa yang membuatnya sangat kasar terhadap Sehun seperti ini. Ia hanya membenci anak ini karena Chanyeol dengan senang hati memutuskan persahabatan mereka hanya demi anak yang penuh dengan masalah seperti Sehun. Sehun telah mencuri sahabatnya. Dan ia patas mendapatkan perlakuan seperti ini. Ia harus tahu dimana seharusnya ia memposisikan dirinya didunia ini.
"No, no. No!" hanya itu yang bisa Sehun ucapkan. Ia tidak tahu bagaimana caranya melawan Jongin. Kenapa dirinya yang harus kalah diatas kemenangan orang lain? Ia memnci dirinya untuk itu. Dirinya selalu menjadi orang yang kalah dan selalu disakiti. Jika niat Jongin untuk membuat hatinya yang mati kembali terluka, maka Jongin berhasil melakukannya. Sehun memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya kepada lututnya. Ia terisak dalam hening untuk beberapa saat sebelum akhirnya sadar bahwa Jongin telah meninggalkannya sendiri. Ia menangis tersedu-sedu sampai tersedak oleh air matanya sendiri. Ia meratapi takdirnya.
Kenyataan terlalu menyakitkan untuk diterima olehnya.
.
.
To be continued.
.
(( anjir nangis gue nulisnya t_t ))
YAP CHAPTER 5! INI NIH AWAL MULAI SEHUN DISAKITIN SAMA JONGIN HUHUHUHUHU (( damn it, daddy! why do u being so rude to mommy t_t ))
Chapter depan dan seterusnya, akan lebih banyak air mata lagi. Jadi mendingan mulai stock tissue dari sekarang, gais!
So, I was awaken the whole last night, dumbstruck with my laptop making some events proposals and I need to sleep right now o_o
Have a great weekend, my dearestes!