2 in 1 (Dua Jiwa dalam Satu Raga)
By Amaya Katsumi
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Romance, Angst, Hurt/Comfort, Drama, Family, Fantasy, Mystery
Pairing : NaruHina
Rate : M for save
Warning : Typo, gak jelas, gak nyambung (dan kesalahan lainnya)
Don't like, don't read!
…
Chapter 6
Mungkin karena hari sudah malam, Hinata sangat mengantuk dalam perjalanan. Dengan tempat duduk di kursi penumpang dalam mobil jadi mempermudahkannya untuk merebahkan dirinya agar bisa tertidur dengan nyaman.
Tanpa disadarinya, pria yang menjadi supirnya itu menyeringai senang. Tanpa ada curiga sama sekali, Hinata dengan mudahnya masuk ke dalam perangkap.
Sekali lagi ia melirik ke belakang, kearah sang korban yang tengah tertidur.
…
Dengan kecepatan yang cukup tinggi, Naruto mengendarai mobilnya sambil menatap bergantian dari jalanan dengan layar GPS. Di sana tertampang peta jalan di mana keberadaan Hinata. Titik merah yang menjadi tanda di mana Hinata berada terus berjalan menelusuri garis di peta itu. monitor yang terus mengeluarkan suara seseorang yang berbicara memakai Bahasa inggris itu cukup membuat Naruto kesal karena sebenarnya membuatnya semakin panik.
"Kuso! Dia semakin jauh saja!"
Pria itu menambah kecepatan mobilnya menjadi lebih tinggi agar bisa menyusul mobil yang telah membawa Hinata. Untung saja jalanan sudah sangat sepi sehingga dia tidak khawatir jika saja ada orang atau kendaraan yang dia tabrak.
"Santailah sedikit, Naruto! Kau bisa membunuh kita!" sahut seseorang yang ada di dalam pikirannya namun Naruto tidak mempedulikannya.
Tinggal sedikit lagi Naruto mendekati daerah di mana Hinata berada. Dan kini dia telah ada di depan. Mata biru Naruto menyipit, lalu dia semakin menambah kecepatan mobil. Tinggi sedikit lagi mobil mereka sejajar, tapi…
"Ayolah!" gumam Naruto.
SIIINGG
"Are?"
Mobil itu menghilang di belokan bersamaan dengan tanda keberadaan Hinata di GPS yang ikut menghilang.
Naruto menghentikan mobilnya. Lalu dia memukul setirnya karena kesal.
"KUSO!"
Kepala Naruto menunduk. Dahinya ditempelkan di ujung setir. Bukan hanya lelah karena bekerja, tapi dia juga lelah karena berpikir. Apa yang harus dia lakukan sekarang? kemungkinan tanda GPS Hinata menghilang itu karena baterai ponselnya mati atau bisa juga dimatikan oleh penculiknya.
TITITITITITITIT
Monitor yang masih dalam program GPS itu kembali berbunyi dengan tanda titik merah yang bergerak. Tanda ini berada di dekatnya. Tapi di mana? Mata biru Naruto menelusuri tempat sekitar menemukan sesuatu yang dapat memberinya petunjuk. Lalu kepalanya menoleh ke belakang.
Matanya membulat karena dia tidak mungkin salah. Di sana dia dapat melihat Hinata sedang terbaring di kursi penumpang.
Otomatis, Naruto memutar mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.
TEEET TEEET TEEET
Berkali-kali Naruto menekan klakson namun tidak didengar oleh sang pengemudi. Mobil itu malah melaju semakin cepat semakin membuat Naruto bertambah kesal. Tak kalah ngebutnya, akhirnya Naruto mensejajarkan mobilnya dengan mobil yang telah membawa Hinata tersebut. Dia membuka jendelanya sambil terus menekan klakson dengan keras.
"Berhenti!"
Masih tak didengar, Naruto menyelipkan mobilnya ke depan dan membelokkannya tepat di mobil si penculik tersebut sehingga kedua mobil itu sama-sama berhenti.
Hinata terbangun karena terkejut dengan suara mobil yang mengerem mendadak serta tubuhnya yang sedikit lagi terjatuh.
Dengan keadaan marah, Naruto keluar dari mobilnya dan memerintahkan semua orang di mobil itu untuk keluar.
"Hei, KELUAR KAU!" bentak Naruto sambil mengetuk-ngetuk jendela di dekat pengemudi.
Pintu itu akhirnya terbuka lalu pria paruh yang telah membawa Hinata itu keluar.
"Brengsek! Apa yang sebenarnya kau lakukan, HAH?" Naruto memukul wajah pria itu.
BUG
Setelah pria itu terjatuh, Naruto kembali mecengkram kerahnya dan memukulnya lagi. Ekspresi pria itu tetap datar meski telah berkali-kali dipukul Naruto. Seperti tidak merasakan sakit. Sedang Naruto yang sedang murka semakin berbahaya saja karena pupilnya yang telah berubah serta aura yang keluarkannya telah menjadi gelap.
"APA TUJUANMU MEMBAWA HINATA?"
Hinata yang melihat kejadian itu lalu keluar dari mobil untuk menghetikan aksi Naruto yang sedang murka. Bisa-bisa Naruto membunuh pria itu.
"Naruto-kun, tolong hentikan!" ucap Hinata mencegah Naruto memukul lagi.
Pandangan Naruto beralih kepada Hinata. Ekspresi wajahnya masih menakutkan apalagi dengan matanya yang merah menyala dengan pupil seperti hewan karnivora. Hinata yang terkejut sedikit menjauh, lalu kembali mendekati Naruto ketika pria yang sedang dihajarnya sudah tak berdaya.
"Hentikan, Naruto-kun! Kau bisa membunuhnya!" kata Hinata lagi.
Kepalanya menoleh kearah Hinata. Kini mata Naruto telah kembali normal. Hinata sedikit bingung dengan apa yang baru saja dia lihat sehingga dia berpikir apakah mungkin tadi dia salah lihat. Namun dia tidak terlalu memikirkannya.
"Kau ini! Kenapa kau mau ikut dengan orang asing, hah?" tanya Naruto dengan nada tinggi.
"Bukankah kau sendiri yang menyuruhnya untuk menjemputku? Paman itu mengatakan jika kau ingin bertemu denganku." Jelas Hinata.
Naruto semakin mencengkram kedua lengan Hinata lalu mendorongnya sehingga punggung Hinata bersentuhan dengan mobil.
"Kau ini bodoh atau apa sih?"
Bersamaan dengan bentakan Naruto, Hinata merintih kesakitan karena Naruto mencengkramnya terlalu kuat dan mencoba menjauhkan tubuh Naruto darinya.
"Naruto-kun, sakit!"
"Kau ini seorang psikolog atau bukan? Kenapa kau tidak bisa membedakan orang itu berbohong atau jujur? Apa mabuk semalam membuat otakmu rusak, hah?"
Hinata tertohok. Cukup! Perkataan Naruto sudah sangat keterlaluan. Dengan emosi yang ditahan, Hinata menghempaskan tangan Naruto lalu mendorong tubuhnya untuk menjauh.
"Lalu kenapa kau peduli padaku?"
Kini Naruto yang tertohok.
"Mabuk semalam memang membuatku pusing dan linglung. Otakku memang sedikit terganggu akibat kemarin. Tapi, yang harus kau tahu. Aku tida bisa mendeteksi adanya kebohongan dari pria itu."
Setelah mengatakan itu, Hinata berjalan menjauhi Naruto dengan perasaan sedih. Baru saja pria itu membuatnya jatuh dan melayang, namun seketika dia telah menghancurkan perasaannya. Jadi di sini siapa yang tidak peka?
…
Pria itu dengan anggunnya meminum wine-nya sambil menatap keadaan luar rumah lewat jendelanya. Dari langkahnya, pria itu dapat mendengar suara seseorang yang menghampirinya.
"Ah, kau sudah datang?" tanya pria itu lalu kembali meminum wine-nya. "Bagaimana?"
"Byakugan hime-sama berhasil diselamatkan."
"Aku ingin tahu siapa orang yang menyelamatkannya."
"Dia adalah Uzumaki Naruto." Jawabnya.
Pria itu menyeringai.
"Apakah ini takdir, atau hanya kebetulan saja? ini akan lebih mudah dari yang kubayangkan."
Pria itu membalikkan tubuhnya lalu duduk di kursinya yang nyaman.
"Tadinya aku mengirimkan orang yang akan menculiknya karena ingin melihat kekuatannya. Jika dia berhasil kabur, berarti rencanaku berhasil. Tapi ternyata hasilnya lebih baik dari yang kukira. Kini aku tahu apa yang menjadi kelemahan siluman rubah itu."
Dan kini tawa itu terdengar sangat menakutkan dan sangat jahat.
…
"Katakan, apa tujuanmu membawa Hinata? Kau punya masalah apa?"
"Maaf, saya tidak ingat apa-apa."
BRAAKKK
"Kau pikir kami percaya, HAH?" Bentak pria itu setelah memukul meja.
Aura di sekitar ruangan itu menjadi gelap dan menakutkan setelah pria berambut kuning itu murka dan melototkan matanya.
"Baik-baik, tuan! Saya ini hanya disuruh." Jawab orang itu gagap.
"Siapa orang yang menyuruhmu? Jelaskan kronologinya secara jelas dan detail." Ucap Neji.
"Saya tidak tahu pasti. Karena orang itu tertutup sehingga saya tidak bisa melihat wajahnya. Dia menyuruhku untuk membawa wanita yang bernama Hyuuga Hinata setelah dia memperlihatkan foto orang yang dimaksud. Jika berhasil, saya akan dibayar dengan harga tinggi. Namun, saya menolak itu karena hal tersebut merupakan tindakan kriminal. Kemudian, saya merasakan aura yang begitu mencekam dan menakutkan saat saya akan pergi. Setelah itu, saya tidak ingat apa-apa lagi. Ketika saya sadar, saya sudah berada di sini." Jelas pria itu panjang lebar demi menuntaskan interograsi Naruto, Neji, dan Sasuke.
Kemudian Neji menatap Naruto sedangkan Sasuke masih menatap pria yang menjadi tersangka utama dalam penculikan Hinata.
"Naruto, dia memang berkata jujur. Ini mungkin hanya perasaanku, tapi aku memang merasakan aura jahat yang begitu kuat waktu itu. Dan aku tidak menyangka jika itu berasal dari pria ini. Itu seperti sihir yang tersamarkam sehingga dapat menipu kita." Jelas Sasuke.
Oke, selain Hinata, Sasuke pun dapat melihat hantu dan merasakan aura di sekitarnya. Perbedaannya adalah pada kekuatannya yang tidak dimiliki oleh kedua pihak.
"Naruto, Hinata juga mengatakan kalau dia merasakan aura yang sama seperti Sasuke. Tapi dia tidak bisa membaca sifat dan karakter orang ini karena mungkin tersamarkan oleh sihir. Sehingga dia tidak tahu kalau pria ini berbohong atau tidak. Tapi sekarang kita bisa membacanya." Jelas Neji.
Ya, selain Hinata, Sasuke pun harusnya dapat membaca situasi dan mengetahui kejujuran seseorang. Itu berarti, semalam Naruto telah keterlaluan kepada Hinata. Dia harus meminta maaf dan menebus kesalahannya.
…
Mental Hinata sedikit terguncang akibat trauma setelah penculikan semalam. Dia ingin menangis, tapi tidak bisa mengeluarkan air mata. Sehingga dia menangis dalam hati. Bukan hanya akibat penculikan yang sungguh tidak bisa dia rasakan, tapi juga dengan perkataan Naruto yang membuatnya sakit hati karena terlalu larut dalam emosi.
Hari ini dia memutuskan untuk cuti. Dia tidak khawatir karena dokter psikolog bukan hanya satu saja sehingga ada orang yang menggantikannya. Hari ini Hinata hanya ingin istirahat dan menenangkan diri. Sedari pulang semalam, Tami terus berusaha menghiburnya. Namun Hinata berkata ingin sendiri dulu dan tidak ingin diganggu. Hingga pagi menjelang, akhirnya sosok Tami menghilang karena kekuatan hantu akan lemah jika siang mendatang.
TOK TOK TOK
"Hinata, aku masuk ya?" tanya seseorang dari luar.
CEKLEK
Tanpa menoleh, Hinata tahu siapa orang itu. dia kembali menarik selimutnya dan memeluk guling sehingga terlihat seperti orang tertidur.
"Hinata, kau masih tidur?"
Orang itu berjalan mendekati Hinata yang tidur membelakanginya. Setelah itu, dia mendudukan dirinya di samping ranjang sambil menatap wajah Hinata yang sedang memejamkan matanya.
"Dia hanya pura-pura tidur." Tiba-tiba seseorang di bawah alam sadarnya berbicara.
"Begitu ya?" gumam Naruto.
Masih menatap gadisnya, tangan Naruto terulur untuk menyentuh wajah Hinata lalu menyelipkan rambut Hinata yang menutupi wajahnya.
"Gomen, Hinata! Semalam aku telah membentakmu. Aku terlihat menakutkan, ya?"
"…"
Tidak ada jawaban, Naruto tersenyum miris.
"Aku hanya terbawa emosi. Kulakukan itu karena aku peduli padamu. Itu, karena aku…"
Naruto menggantungkan kalimatnya.
"Aku menyayangimu, Hinata! Aku marah karena aku tidak mau terjadi sesuatu padamu." Lanjut Naruto.
Setelah itu, Naruto mengangkat tubuhnya.
"Hanya itu yang ingin aku katakan. Sekali lagi, aku minta maaf atas kejadian semalam. Maaf juga karena aku telah mangganggumu."
Naruto membungkuk lalu berjalan untuk segera meninggalkan kamar Hinata.
Sedangkan Hinata, akhirnya dia bisa mengeluarkan air mata. Dia semakin erat memeluk gulingnya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan juga selimut untuk merendam suara isakan yang keluar.
…
.
.
.
…
Suatu hari, di sebuah sekolah…
Yaitu SMA Konoha…
Telah beredar kabar bahwa beberapa siswi ditemukan tewas.
Ada saksi menyebutkan bahwa sebelumnya, siswa itu berada di toilet dan kamar mandi. Lalu, sekilas mereka bisa melihat seseorang bertopeng dan berjubah merah. Mereka menduga bahwa orang itulah pembunuhnya.
Satu lagi berita…
Seseorang selamat dari percobaan pembunuhan. Namun psikisnya sedikit terguncang akibat kejadian itu. dia mengatakan ciri dari sang pembunuh adalah bertopeng dan memakai jubah merah. Ketika dibuka, wajahnya begitu tampan. Yang tidak masuk akal adalah dia mengatakan kalau orang itu bukan manusia, karena dapat menghilang secara tiba-tiba dan dapat membuat seseorang tertidur hanya dengan melihat matanya atau tersentuh oleh tangannya.
Isu mengatakan kalau pembunuh itu adalah 'Aka Hanten'. Yaitu hantu di Jepang yang membunuh atau menculik korbannya di toilet.
…
Hinata mematikan TV yang menayangkan acara berita. Hari ini beritanya cukup mengejutkannya. Pasalnya, sekolah yang dimaksud dari berita tersebut adalah tempat masa SMA-nya. Ya, Hinata adalah alumni dari sekolah itu.
Kemudian segera gadis itu bersiap-siap di dalam kamarnya hampir selama satu jam. Lalu dia keluar dari kamarnya dalam keadaan segar dan sangat rapi.
Sang adik sedikit heran melihat kakak kesayangannya ini.
"Nee-san, bukankah hari ini kau libur? Kau mau kemana? Apa kau akan berkencan dengan Naruto-niisan?" tanya Hanabi.
"Ohh, aku ingin mengunjungi SMA-ku."
"Hah? Kau mau apa ke sana? Kudengar di sana ada Aka Hanten. Aku takut kau terluka olehnya."
"Tidak apa-apa, Hanabi! Aku janji tidak akan terjadi apa-apa. Aku akan pulang dalam keadaan utuh dan sehat."
"Umm, baiklah!" jawab Hanabi dengan sedikit nada tidak rela.
"Jaa! Aku pergi dulu!" pamit Hinata sambil berjalan meninggalkan adiknya.
"Hati-hati ya, nee-san!"
Setelah Hinata menghilang dibalik pintu, Hanabi masih saja khawatir pada kakaknya. Dia masih tidak tenang karena kakaknya pergi sendiri.
"Aku harus menghubungi, Naruto-niisan!" gumamnya lalu beranjak pergi menuju telfon rumah.
…
To be continue
…
.
.
.
…
Balasan review :
Guest : Alhamdulillah Amaya gak patah semangat \(^¤^)/
Go Minami Asuka Bi : duh, yang sabar ya! :). Tapi jangan menyerah! Ganbatte!
Salsabilla12 : jawabannya ada di chapter ini.
Morita Naomi : makasih yaa dukungannya!^^. Kurang itu kan krna lagi proses ;)
nana chan : iyaa, makasih! ^^
hyuga ashikawa : gak bisa dibilang terinspirasi dari sana sih. Tapi kebetulan aja pas fic ini lagi dibuat, ada film itu di tv.
Byakugan no Hime : lihat jawabannya di chapter ini.
nana chan : iyaa makasih.
Guest : kalau yang pas Naruto di cermin itu emang Amaya terinspirasi dari sana, tapi ceritanya gak bisa dibilang terinspirasi juga sih seperti halnya drama master sun. Kepikiran cerita ini juga pas udah baca artikel Naruto yang ada alter egonya itu loh!
Lililala249 : iyaa makasih
…
Amaya's note :
Moshi-moshi! Ketemu lagi dengan Amaya! Amaya harap kalian gak bosan ya! maaf banget karena chapter ini pendek. Sebenarnya Amaya lagi focus kuliah dan nulis novel buat diterbitin. Semoga bisa cepet-cepet beres ngerjain novel berbarengan sama semua fanfic Amaya yang belum beres ya! do'akan Amaya dalam mood yang bagus, imajinasi juga bagus, serta sehat selalu.
Bye bye! Semoga gak kecewa ya! sampai bertemu lagi!