AN/ aku buat ini karena banyaknya permintaan, tapi aku sendiri bingung bagaimana membuat epilog, tapi karena aku lagi buntu, tiba-tiba pingin nulis dan jadilah.. tara... semoga kalian suka dengan epilog abal-abal ini.

You know? I know you love me.

By Dragonjun always with LOVE

Harry Potter itu adalah milik J.K. Rowling.

Chapter 11. Epilogue

Mobil Toyota Camry berwarna hitam mengkilat menunggu di parkiran rumah mewah di kawasan London utara. Si pengemudi menunggu di kursi kemudi sambil berkaca di kaca spion mobilnya, bersiul dan menyisir rambutnya. Kedua anaknya juga ikut menunggu di jok belakang memandang malas pada kelakuan ayahnya.

"Sampai kapan kau akan terus menyisir rambutmu, Daddy? Sampai mulus seperti jalan raya?" tanya anak perempuannya, Helen Malfoy.

"Darling, kau harus menjaga penampilanmu. Lihat rambutmu, ckck," kata Draco jengkel. Dia masih kesal dengan anaknya perempuannya yang tiba-tiba pulang dengan potongan rambut shaggy pendek sepundak.

"Ini model terbaru, Daddy!" kata Helen membela diri. "Semua orang bilang aku tampak tambah cantik.

Draco menghela nafas, mencoba bersabar. Memang benar dengan potongan rambutnya yang baru, membuat anak perempuannya lebih terlihat cantik. Rambut pirang lurus dengan potongan rambut barunya membuat membuat bentuk rahangnya tampak menonjol dan dengan tinggi badan yang di warisi darinya, anak perempuannya tampak seperti model. Hal inilah yang membuat Draco tampak was-was, dengan otak anaknya yang pintar luar biasa, Draco yakin sudah banyak pemuda yang mengantri menjadi kekasih anaknya.

"Helen, kumohon. Kau harus hati-hati pada pemuda-pemuda di luar sana. Ingat jangan berpacaran dengan playboy, terutama dari Slytherin," kata Draco memperingatkan.

"Hu..hu.. siapa yang dulu tampak sedih ketika kita tidak masuk Slytherin, adik?" tanya putranya menggoda, lencana ketua muridnya mengkilat di kemeja hitamnya.

Scorpius, anak pertamanya, cetak biru darinya. Tidak ada yang berbeda dari Draco dulu di masa mudanya. Dia ingat ketika Scorpius berusia sebelas tahun ketika akan memasuki Hogwarts, Istrinya merasa sedih karena tidak ada satupun dari Istrinya yang diwariskan kepada Scorpius, tidak satupun, bahkan gaya Scorpius saat melipat lengan ke dada serta, 100% Draco. Tapi betapa kecewanya dia, karena Scorpius diseleksi masuk Gryffindor. Dan sejak saat itu, mulailah terlihat perbedaan mencolok antara Draco muda dan Scorpius. Secara fisik Scorpius mirip dengan Draco, namun secara kepribadian dia keturunan Hermione, Draco berulang kali mengingatkan bahwa Istrinya juga memiliki kualitas Slytherin sama besar sepertinya. Bersama dengan James Potter, mereka berdua bagai generasi ketiga para perampok.

Anak perempuannya menyerigai. "Daddy, I'm a good girl. Bahkan aku adalah Prefek. Mana mungkin aku berpacaran dengan Playboy," kata Helen, menenangkan ayahnya.

"Ibumu jatuh cinta padaku," kata Draco menyerigai.

"Dia perempuan tidak beruntung kalau begitu," kata Scorpius.

"Hey, kau tidak akan ada, kalau ibumu tidak mau denganku. Kau tau, aku perlu waktu untuk mendapatkan cintanya," kata Draco.

"Oh... Menyedihkan," kata Helen mengejek. Dia bosan mendengar awal mula kisah ayah dan ibunya. Menurutnya ayahnya sungguh menyedihkan, karena sudah menyukai ibunya sejak ditahun pertama, tapi baru berani menyatakan cintanya ketika berusia 24 tahun, itupun karena dia dipaksa menikah dengan wanita lain.

"Helen, Kau harus menghargai perjuangan yang aku lakukan. Walaupun ada seorang playboy yang menyukaimu, jangan dengan mudah menerimanya. Setidaknya kau harus melihat apakah playboy itu seperti ayahmu yang tampan ini atau hanya playboy yang dungu. Scorpius kau harus menjaga adikmu," kata Draco menasehati.

Anak perempuanya memutar bola matanya, hal yang dilakukan persis seperti ibunya. Helen Narcissa Malfoy, anak keduanya. Dinamakan dari dua nama neneknya, bloody Hell, dia merasa seperti Harry Potter yang menamakan anaknya seperti nama nenek-kakeknya. Tapi Draco agak takjub karena Helen seperti mitos yunani, dia amat cantik seperti dewi, mandiri dan kepintarannya yang luar biasa membuatnya bangga, dia tidak merasa kecewa ketika anaknya itu di seleksi masuk ke Ravenclaw. Kepintarannya-lah yang mematahkan rekor akademis ibunya.

"Oh, mummy lama sekali," kata Scorpius mengalihkan pembicaraan.

"Dia perlu menyisir rambut Aurelia," jawab Helen malas.

"Darling, bersabarlah sebentar," kata Draco menghela nafas, dia sudah sangat terbiasa mengatakan hal ini, karena semua anak-anaknya tampaknya sama seperti dirinya, tidak sabaran.

Tidak lama kemudian istri dan anak bungsunya berjalan menutup pintu dan masuk ke mobil. Hermione duduk di sebelah kursi kemudi dan mengecup bibir suaminya cepat, ketiga anak dibelakang mereka memutar bola mata melihat tingkah kedua orang tua mereka.

"Siap, Aurelia?" tanya Draco pada gadis sebelas tahun yang duduk di bagian tengah jok belakang. Si anak menjawab dengan mengangguk singkat.

Dari ketiga anaknya, Draco paling memanjakan anak yang bungsu. Alasannya adalah, karena anak ketiganya itulah yang secara fisik merupakan campuran antara dia dan Istrinya tercinta. Rambut pirangnya bergelombang panjang, wajahnya aristrokat sepertinya, tapi bentuk bibir hidungnya adalah milik Hermione dan matanya abu-abu seperti milik Draco, serta tinggi badannya yang mungil seperti Hermione, membuatnya menjadi kesayangan semua anggota keluarga, mereka mengatai Aurelia adalah princess Malfoy. Dan yang paling penting adalah karena Aurelia sangat suka memanipulasi ayahnya, Draco sangat memanjakan anak-anaknya, sepanjang mereka memperbolehkannya, dan Aurelia sangat suka bermanja-manja, tidak seperti kedua kakaknya.

Tiga puluh menit perjalanan dari rumah muggle mereka. Mereka berlima menyebrangi parkiran King Cross dan membawa Troli masing-masing. Draco membantu anak bungsunya yang ikut duduk di Troli bersama kopernya. Hermione mengelengkan kepala melihat anaknya yang manja. Ketika mereka sudah menaruh koper di kompartemen, mereka berlima berdiri menunggu yang lain. Draco berlutut di depan anak bungsunya.

"Please, Aurelia, kau harus masuk Slytherin," pinta Draco, lebih seperti memohon, hal yang dia ulang-ulang sejak empat tahun yang lalu, begitu mengetahui Helen di seleksi masuk Ravenclaw.

"Tapi, Daddy. Aku ini putri yang baik hati. Mungkin aku akan masuk Hufflepuff," jawab putrinya, Draco melotot ngeri.

Hermione mendengus mendengar itu. Dia akan heran kalau anak bungsunya itu tidak masuk Slytherin, karena dia melihat serigai diwajah mungil itu ketika ayahnya memeluknya erat.

"OH, Darling, please, apapun asal jangan Hufflepuff," kata Draco memohon.

"Tidak ada yang salah dengan Hufflepuff, Draco," kata Hermione menimpali.

"Oh.. Women. Kalau saja aku tidak mencintaimu," kata Draco.

"Dan karena kau mencintaiku..." kata Hermione menantang. Draco berdiri dan menangkup wajah istrinya.

"Karena aku mencintaimu (Kiss) kalau Aurelia (kiss) tidak masuk Slytherin (kiss) kita akan membuat anak ke-empat (kiss)," kata Draco.

"Daddy kau membuat kami malu," kata Helen, kedua tangannya sudah mengacak di pinggang.

"Why? Aku mencium istriku," kata Draco. Scorpius mengeleng.

Tidak lama kemudian datanglah lima Potter menghampiri mereka.

"Helen," teriak James dari kejauhan. Dia berlari dan mencium pipi Helen, yang langsung di tarik oleh Scorpius, Helen mengusap pipinya dengan tangan, tidak terganggu karena sudah terlalu sering james Potter melakukannya terhitung sejak satu tahun belakangan ini. James mengutarakan cinta pada Helen disetiap kesempatan mereka bertemu, tapi Helen tidak menanggapinya, sedangkan Draco tampak shock.

"Temanmu disini," kata Scorpius.

"Brother," jawab James. "Aunt Hermione, paman Draco," sapa James, Hermione harus menarik Draco dengan susah payah agar tidak menonjok James Sirius Potter setelah lepas dari keterkejutannya. "Hello, Aurelia. Siap masuk Hogwarts?"

Aurelia menjawab dengan menyerigai mengejek.

"Mum, aku masuk dulu, keperluan ketua murid," kata Scorpius memeluk kedua orang tuanya dan masuk ke dalam kompartemen dengan menarik James bersamanya, dan menyapa keluarga Potter, Nott, Weasley dan Zabini yang baru datang.

"Bloddy Potter, aku akan membunuh anakmu," kata Draco. Lily mengkikik.

Harry tidak ambil pusing dengan ancaman Draco. Keluarga mereka saling menyapa sebentar dan kemudian Helen Malfoy, Floren Nott, dan Rose Weasley pamit untuk masuk ke kompartemen, mereka satu asrama dan satu angkatan. Hermione agak takjub karena anak Ron masuk Ravenclaw, jelas itu bukan diturunkan dari Ron. Albus Potter dan Philip Zabini berikutnya berpamitan menemui teman mereka masing-masing. Diikuti dengan Hugo dan Lily. Hadrian Nott yang sekarang di tahun kedua menunggu bersama Aurelia.

"Darling, langsung kabari ketika kau selesai diseleksi, okay?" kata Draco.

Aurelia mengangguk.

"Dan ingat Slytherin," tambah Draco.

"Sudahlah, Draco. Dia akan lebih baik jika di seleksi karena kualifikasi yang ada dalam dirinya, bukan karena dia memohon pada topi seleksi," kata Hermione.

Aurelia kemudian memeluk ibunya.

"OH, sayang, belajar yang rajin yaa. Jangan lupa mengirim surat padaku dan juga Grandma, okay. Oh, kau mendapat undangan dari Hagrid jumat ini," kata Hermione, Draco sedikit tidak setuju namun tidak mengatakan apapun.

Draco memeluk anaknya sekali lagi dan mengecup dahinya. "Aku akan merindukanmu, Darling. Manor akan sepi."

"Kau bisa membuatkan aku adik Daddy, kalau aku tidak masuk Slytherin," kata Aurelia menyerigai pada ayahnya, Hadrian mengikik.

"Kalian yang terindah sayang, aku rasa aku tidak akan pernah cukup dengan kalian," kata Draco.

"You Know, I Know you love, me!" kata Aurelia mencium pipi ayahnya sekali lagi dan melambai memasukki kompartemen bersama Hadrian. Kemudian kereta itu berjalan dengan asap putih mengepul.

"Yeah, dia tau, kau terlalu menyayanginya untuk memberinya adik, tapi dia sangat suka menjadi anak bungsu, dan kau tidak ingin mengambil posisi itu darinya," kata Hermione menyelipkan lengannya pada Draco.

"Ya, seperti membayangkan, bagaimana kalau aku memiliki saudara," jawab Draco mengikik.

Hermione mengeleng, "I love you, Husband."

"I love you, Wife."

_END_