Annyeong...author kembali. Dengan ff yang berbeda dan dengan pair yang berbeda

-Naega Animyeon.-

By : cronos01

Cast & Pair :Hunhan/Kristao/Kaisoo/Chanbaek dan beberapa unofficial pair

Pendamping : BIGBANG, beberapa member Super Juniorserta tambahan pemain lainnya seiring kebutuhan.

Genre : Romance, Friendship, Angst

Rate T

Warning : Semua orang tua diganti berdasarkan marga member EXO. NO BASH! YAOI! TYPO(s)

So, Enjoy it!

Chapter 1

Flashback 7 tahun yang lalu…

Zhoumi merupakan atlet olahraga balap mobil dan saat ini adalah kesempatannya meraih piala emas nasional.

"Zhoumi, Ge. Dapatkan piala emas itu untuk ku ya. Buktikan jika gege memang seorang pembalap." Ujar Luhan yang saat itu masih berumur 11 tahun.

Zhoumi tertawa dan mengacak surai Luhan

"Hm, pasti. Gege akan bawakan piala itu ke pangkuanmu tapi, jangan marah jika gege tidak bisa memberikannya, eoh?" jawab Zhoumi.

Luhan pun merenggut, "Itu artinya gege tidak menyayangi ku!" tukasnya.

Zhoumi memeluk Luhan erat, "Piala itu bukan lambang kasih sayang untukmu Luhan, gege sangaaaat menyayangimu walaupun piala itu tidak gege berikan."

Kedua mata Luhan langsung berkaca-kaca, entah mengapa ia merasa ini merupakan pembiacaraan terakhir mereka.

"Ge, jangan pernah tinggalkan Luhan ya?" tanyanya.

Zhoumi hanya bisa menatap wajah sang adik.

"Hm, gege tidak akan pernah meningggalkanmu." Jawabnya lirih.

Malamnya, Luhan menunggu sang gege diruang keluarga rumahnya. Luhan menunggu dengan senyuman yang merekah, ia yakin gegenya bisa membawakan piala yang ia minta dan tak lama bunyi suara deritan pintu rumahnya. Luhan pun berlari menuju pintu rumahnya dan yang ia dapatkan bukan sang gege melainkan sang ibu. Kedua mata sang ibu memerah dan tampak bengkak, sperti habis menangis.

"Luhan, gege mu kecelakaan." Ucap sang ibu dengan hati-hati.

Kedua mata Luhan langsung berair.

"Gak! Mama bohong! Gege tidak kecelakaan! Gege akn membawakan piala itu!" teriak Luhan.

Dan sang ibu hanya bisa memeluk sang anak.

Zhoumi menyerah, luka yang dideritanya akibat kecelakaan sangat parah. Esoknya jasadnnya dimakamkan di tepat disamping makam ayahnya Luhan.

Flashback end

.

.

.

.

"Ani, tidak, gege hanya tidur, ia hanya kelelahan."

Luhan terus mengigau dalam tidurnya, keringat dingin membasahi dahi Luhan. Mimpi itu, merupakan gambaran kejadian saat ia melihat sang gege tengah terbaring kaku diranjang rumah sakit.

"ani... gege!" teriak Luhan.

Kedua kelopak matanya pun sudah membuka, deru napasnya tidak beraturan , air mata pun berbekas di pipinya.

Mendengar teriakan Luhan, seseorang yang tidur disampingnya pun terbangun.

"Lu, ge. Wae geurae? Gwaenchana?" tanya Tao yang baru saja kaget mendengar teriakan Luhan.

Setelah merasa cukup tenang luhan menjawab, "Gwaenchana, hanya mimpi buruk."

Tao yang mengerti dengan tatapan sedih Luhan langsung dapat mengambil kesimpulan.

"Kejadian itu lagi ya?" tanyanya.

Luhan mengangguk ia memandang kosong keluar jendela kamar Tao. Tiba-tiba terdengar bunyi bel rumah.

Tingtong...

Tingtong...

"Tao! Pangeran naga mu sudah datang!" teriak Heechul sang Mama dari lantai bawah.

"Ne! Aku datang..." jawab Tao.

Tao langsung loncat dari tempat tidurnya dan bercermin, setelah dirasanya penampilannya ckup layak dihadapan sang kekasih ia langsung turun.

"oh iya, Ge. Kalau dirimu sudah tenang, turun saja langsung kebawah, kita sarapan bersama. Ucap Tao dari depan pintu kamarnya.

Luhan tersenyum dan mengangguk.

.

.

.

.

Tao melingkarkan tangannya di leher jenjang Kris. Sang kekasih tampak sangat serius dengan acara di tv yang sedang ditontonnya.

"Segitu asiknya kah acara itu, sehingga gege tidak bisa mendengar langkah kakiku yang tengah menghampirimu?" tanya Tao.

Sebuah Smirk langsung tertampang di bibir Kris.

"Yak, baby. Mianhae, aku hanya sangat lelah jadi aku tidak bisa mengetahuinya." Jawab Kris halus.

"wae geurae? Ada maslah di arena?" tanya Tao lagi.

Kris memandang Tao lembut, "Hm, sedikit." Jawabnya.

Tao pun menghela naps, "jika gege lelah berhentilah sejenak, jangan dipaksakan, ne?" ucapnya.

Kris mengangguk dan mencium dahi Tao.

Tiba-tiba seseorang memukul kepala Kris.

"Yak!" geram Kris.

Didapatnya Luhan yang tengah berpangku tangan melihat kemesraan sang naga dan seekor panda.

"Kris, bagaimana mungkin kau bisa dikatakan seorang kekasih yang baik jika kau berjanji akan menemaninya tadi malam namun, buktinya kau tidak datang. Beruntung kau ada aku yang menyuruh Tao tidak perlu menunggumu, aish." Tukas Luhan lebar.

Kris menghela naps, "Aku saja baru pulang subuh tadi. ada banyak sekali pertandingan di arena tadi malam lagipula, Tao tidak marah, lalu kenapa kau yang sewot?!" jawabnya.

"Kris berhenti dengan kebiasaan balapan liarmu yang tidak jelas itu mending, mendapat kejuaraan. Kau dapatkan juga hanya hasil taruhan!" ucap Luhan.

Tao yang berada di antara mereka berdua hanya bisa menghela napas.

"Luhan Ge dan Kris ge. Ini masih pagi, tidakah kalian memilih untuk mengisi perut dulu daripada bertengkar seperti ini?" tanyanya.

Kris pun langsung tersenyum dan bangkit menggendong Tao menuju dapur.

"Yak! Ge! Turukan aku" teriak Tao histeris.

Sementara Luhan ia hanya bisa memasang muka kesal, "Cih, kekanakan sekali." Gerutunya.

.

.

.

.

Sehun pulang dengan wajah lusuh. Ia melempar tubuhnya di sofa ruang keluarga. Matanya terpejam dan bisa dikatan sedikit meringis sakit, sejak diperjalanan tadi dadanya terasa sesak tanpa ia tau sebabnya. Tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki turun dari lantai atas, kedua matanya langsung terbuka dan menatap tajam langit-langit rumah karena mngetahui siapa yang turun.

"Sehun." Panggil sang ayah, Siwon.

Sehun tetap diam tidak berkutik.

"Berhenti untuk mempermalukan appa!" ucap Siwon tegas.

Sebuah senyum remeh terukir di wajah Sehun.

"Mwo? Mempermalukan? Jadi selama ini yang Sehun lakukan mempermalukan untuk, appa?"

"Geurae, maka Sehun tidak akan berhenti melakukan hal-hal tersebut." Lanjutnya dengan wajah datar.

Sedangkan Siwon, amarahya semakin memuncak dan hendak melayangkan pukulan untuk sang anak tapi, seorang pelayan yang memang sudah 18 tahun bekerja dengan keluarga Oh menghentikan tangan sang majikan udara.

"Tuan, jangan, bagaimana pun juga Sehun merupakan putra anda." Ucap Pelayan Shim.

Sementara Sehun yang deru napsnya sudah tidak aturan karena tersulut marah hanya menatap tajam sang ayah.

"Biarkan saja, ahjussi. Dia memang ingin aku mati." Ucapnya.

Kedua mata pelayan tersebut terbelalak, "Ani, bukan begitu Sehun, ayahmu hanya terbawa emosi. Jangan berkata seperti itu, ne?" ujar sang pelayan.

Siwon hanya mendengar saja dan hatinya cukup tergerak mendengar ucapan sang anak.

"Kamu benar-benar mirip dengan ibumu!" tukas Sehun lalu pergi.

Setelah perginya sang majikan, pelayan itu beralih menatap tuan muda nya, Sehun berusaha mengukirkan senyum.

"Sehun, gwaenchana? Eoddi appo?" panik pelayan Shim.

Sang playan langsung membantu Sehun untuk duduk dikursi.

"Ani, paman. Hanya kelelahan saja, sbentar lagi juga akan mendingan."

"jinjja? Paman akan ambilkan air hangat, gidaryeo ne."

Sehun mengangguk dan berbaring, lelah. Ia lelah dengan semuanya.

Lelah dengan kenyataan bahwa kini ayahnya seorang single parent, lelah karena dia menjadi anak yang sama sekali tdak diinginkan oleh sang ayah dan lelah untuk selalu menyimpan semuanya sendiri.

.

.

.

.

Appa dan Eomma Sehun bercerai saat ia masih sangat kecil. Waktu itu Sehun yang dikamar tengah asik bermain game di pspnya tiba-tiba mendengar suara piring yang dibanting sehingga menimbukan suara bahwa piring itu tampaknya sudah hancur berkeping-keping. Diiringi dengan makian-makian yang keluar dari mulut sang appa, makian itu pun keluar tidak dengan tanpa sebab tapi karena sang eomma yang tampaknya meminta cerai dari sang appa.

"Buat apa mempertahankan hubungan ini kalau memang ini hanya untuk kepentingan bisnismu?! Hah?!".

Didengarnya suara sang eomma yang membentak. Sehun berani bersumpah, ia tidak pernah mendengar sang eomma berteriak dan berkata kasar seperti apa yang ia dengar saat ini.

"Jaga bicaramu! Kita sudah punya Sehun! Berhenti untuk berpikir egois, Sehun merupakan alasan kenapa kita harus bertahan!" jawab Siwon, sang appa.

Sementara Kyuhyun, sang eomma, menatap remeh appanya.

"Jadi kau hanya menjadikan Sehun sebagai alat pemersatu?! Dasar kau lelaki bajingan!" makinya.

Seketika Sehun keluar dari kamar, melempar semua barang-barang yang dibelikan kedua orang tuanya untuknya. Mainan, baju, dan barang-barang kecil lainnya.

"Sehun." Lirih Kyuhyun.

Semua tingkah laku yang Sehun pikir bisa mengubah keputusan kedua orang tuanya tidak berdampak apa-apa. Mereka tetap metuskuan untuk berpisah. Sejak saat itu Siwon, sang appa tidak pernah berbicara padanya, selalu pulang malam dan berusaha menghindari Sehun. Sehun pun tidak peduli, ia jarang sekali pulang kerumah dan masuk kesekolah. Sehun pernah berkeinginan untuk bunuh diri tapi, di pikirnya lagi, buat apa, toh hal itu tidak bisa membat kedua orang tuanya kembali.

Hingga saat ia beranjak SMA, sebuah kabar yang menggemparkan tiba. Sang Eomma yang notabenenya seorang penyanyi menikah lagi dengan pengusaha yang tak kalah kaya dibandingkan ayahnya . Leeteuk, yang ternyata lebih mengagetkannya lagi merupakan ayah dari Kai, temannya sendiri.

Karena hal ini, hubungan Sehun dan kai merenggang bahkan bisa dikatakan. Sehun sangat membenci Kai.

.

.

.

.

"Yak, Luhan hyung!" teriak Kai.

"Omo, Kai!" teriak Tao melihat Kai.

Kai dengan senyum yang sangat bahagia, mempercepat langkahnya sambil menarik koper yang ia bawa. Sejak kabar ayahnya menikah lagi, Kai memutuskan untuk bersekolah diluar negeri. Kecewa karena sang appa menikah lagi, itu jelas. Tanpa perkenalan, tanpa mengatakan apapun, sehari sebelum pernikahan kai diajak untuk memilih baju wedding mereka.

Kai dan ayahnya ditinggalkan oleh sang eomma karena beliau sakit. Meningitis, penyakit selaput otak yang menyerang sang eomma membuat beliau denga perlahan-lahan pergi. Kai sempat berpikir keras, mengapa sang ayah bisa dengan mudahnya menikah lagi? Tapi Kai sudah muak dan tidak mau repot-repot memikirkan hal tersebut.

Kai tanpa melirik Tao langsung memeluk Luhan sedangkan, yang dipeluk hanya bisa diam membeku.

"Yak, Kai! Aku yang tadi berteriak menaggil namamu tapi kenapa kau malah memeluk Luhan hyung! Aish, menyebalkan!" gerutu Tao.

"Yak! Panda, aku tau kau hanya ingin oleh-oleh dari Jepang, jadi tidak perlu berbasa-basi." Tukas Kai.

"Kai, jangan berbicara dengan sinis seperti itu, itu sama sekali bukan gayamu." Ucap Luhan lembut.

Kai tersenyum manis, "Hm, nde hyung"

"Ah, Kris hyung, eoddiga?" lanjut Kai bertanya.

"Biasa ke arena, menemani Sehun melepas penat. Aku tidak bisa bayangkan jika dia kami membawa kesini, mungkin kau sudah jadi santapan Sehun" jawab Tao.

Wajah Kai langsung memsang senyum remeh, "Anak brengsek itu, sama sekali belum berubah." Lirihnya.

Luhan mendengar hal tersebut dan langsung berkata "Kai, kau itu jauh lebih dibandngkan Sehun,kau harusnya bisa membimbingnya bu—"

"Nde, hyung. Wae? Kenapa hyung selalu membela Sehun? Kenapa hyung membenarkan hal-hal salah yang Sehun lakukan?!" potong Kai dan mebentak Luhan.

"yak! Kai! Wae geurae, eoh?! Kenapa kau jadi membentak Luhan hyung?" tukas Tao.

"Molla! Kau tanyakan saja sendiri." Jawab Kai singkat lalu berjalan meninggalkan Tao dan Luhan.

"Kurasa aku tidak salah Tao. Sehun jauh lebih terluka dibandingkan Kai, lalu apa maslahnya jika aku meminta Kai untuk membimbing Sehun?" ucap Luhan lirih sambil menatap nanar Kai dari kejauhan.

Tao menepuk pelan punggung Luhan. "Hm, arra hyung. Kai hanya lelah makanya dia terbawa emosi. Tidak perlu dipikirkan, ne?"

.

.

.

.

Sementara ditempat Kris dan Sehun. Seorang wanita seksi kini tengah berdiri ditengah mobil sport Kris dan Choi Seunghyun. Kris menatap sinis orang yang lebih sering disapa TOP itu. Diluar garis arena Sehun dan Dara tengah bermesraan.

"Sehun, oppa. Kau yakin kris oppa akan mengalahkan Choi Seunghyun?" tanya dara.

"Hm, aku yakin. Kris tidak pernah bisa dikalahkan oleh siapapun, dara." Jawab Sehun.

Sebuah senyum licik tertampang dibalik wajah manis Dara.

Balik lagi pada posisi Kris dan Seunghyun, kini wanita yang berada ditengah itu sudah mengangkat benderanya. Kris mengambil start lebih dulu dibandingkan Seunghyun, saat itu juga Seunghyun sudah geram, ia menancapkan gasnya lebih kencang, tepat saat ia sudah bersinggungan dengan Kris, smirk tertampang diwajhnya. Kris tetap tenang, saat seunghyun mengambil jalur lebih dulu, Kris mengejarnya tepat saat posisi Kris sudah berada didepan Seunghyun, Kris menarik rem tangannya sehingga seunghyun secara tidak langsung membanting strinya dan keluar dari garis arena dan Kris langsung tancap gas meninggalkan Seunghyun.

Sehun tersenyum remeh, "Sudah kubilang bukan. Kris jagonya."

Dara menatap geram mobil Kris yang sudah melintasi garis finish.

.

.

.

.

Hari berganti, siang ini Luhan kembali disibukan dengan kerja paruh waktunya. Walaupun cafe ini merupakan cafe temannya sendiri, Luhan selalu melakukan semua hal dengan benar.

"Luhan Hyung, ada yang mencarimu." Panggil Baekhyun.

"Nugu?" jawab Luhan.

"Temui saja sendiri." Ucap baekhyun sambil tersenyum mengejek.

Luhan langsung melepas apron yang masih melekat ditubuhnya. Stelah dirinya sampai di depan café, kedua mata Luhan terbuka lebar.

"Luhan hyung, kajja kita makan." Ucap Sehun.

Tidak biasanya Sehun akan mengajaknya untuk makan siang bersama.

"S-sehun. Tumben sekali." Jawab Luhan canggung.

Sehun memasukan kedua tangannya yang dingin kedalam saku celananya.

"Hanya menawarkan saja." Ucap Sehun singkat.

Luhan menghela napas dan tersenyum.

"Geurae, kajja."

Tepat saat Luhan akan melangkah pergi bersama Sehun, sebuah tanagn menariknya. Kedua mata Luhan kembali terbuka lebar.

"Kai?"

"Kita makan bersama." Ujar Kai.

Sehun menatap geram kai yang dengan beraninya mmcari gara-gara dengannya. Kedua mata mereka saling menatap marah sedangkan kedua kening Luhan bertaut bingung.

To be continue…..

Chapter1 selesai!

Huft, semoga readers suka ya. BERIKAN SARAN NE ^^ gomawo..