Chapter 1
Survive
Warn: BL, MalexMale, MPreg!
Typo (s), Gaje.
:::
Ananda Present
By © huhiho7
Inspired © -
Cast © Not mine, just borrowed. Right?!
:::
Jung Yunho Kim Jaejoong
Flame jangan, respon dibutuhkan.
.
.
.
21:28 KST
Tirai jendela kamar mansion Jung terlihat berkibas-kibas terkena angin malam yang menusuk kulit, jendelanya terbuka. Didalam sana. Yah, didalam kamar Tuan Muda Jung terhormat. Seseorang tengah meringkuk dibawah tebalnya selimut, matanya terlihat sembab. Bibir merah segar itu kini berubah warna menjadi putih, tidak cocok. Sangat terpadu dengan kulit porselen-nya. Membuatnya terlihat seperti mayat.
Tok.. Tok.. Tok..
"Jae, keluarlah. Bibi membawakan makanan untukmu." Hening, Jaejoong tidak tidur. Dan seseorang yang membawakan makanan untuknya tahu itu. Ia tak mau diganggu saat ini.
Bibi Park mencoba memanggil Jaejoong kembali, "Kalau kau tidak mau makan, bagaimana dengan anakmu? Apa kau tega membuatnya kelaparan didalam sana?" Jaejoong membuka matanya. Bagaimana ia bisa lupa kalau ada sesosok nyawa ditubuhnya? Sudah hampir setengah hari ia tak memasukkan apapun kedalam lambungnya. Maafkan Umma, sayang. Batin Jaejoong dengan tangan kanan membelai halus perutnya.
"Bagaimana, Jae? Apa kau mau makan? Bukalah pintu ini."
CKLEK
Bibi Park tersenyum saat Jaejoong mau makan, sedetik kemudian senyum miliknya pudar. "Apa kau baik-baik saja, Jae?" Jaejoong tersenyum lemah, meminta Bibi Park untuk meletakkan makanannya diatas meja nakas disamping ranjangnya.
Bibi Park mengangkat sup asparagus kesukaan Jaejoong. Asap mengepul diatasnya.
Jaejoong duduk dimulut ranjang. "Bibi, aku bisa sendiri. Lebih baik sekarang Bibi istirahat, ini suda larut." Jaejoong mencoba mengambil alih mangkuk sup tersebut dari tangan Bibi Park, namun dengan segera Bibi Park menjauhkan mangkuk tersebut.
"Kau, berbaringlah. Aku akan membantumu memakan ini." Jaejoong menurut. Tak ada gunanya adu mulut dengan Bibi Park. Tubuhnya sangat lemas, ditambah ia kedinginan karena angin dari arah jendela. Dan Bibi Park mulai merasa kedinginan.
"Astaga.. Kau tidur dalam dingin? Kesehatan badanmu sangat rentan, Jae. Perhatikan tubuhmu, kau berbadan dua sekarang." Bibi Park menutup jendela, ia merasa beku kala menutupnya. Ia tak tahan.
KLIK
Bibi menghidupkan penghangat ruangan, lalu kembali ke posisinya semula.
"Apa dia belum pulang, Bi?" Bibi Park menggeleng. Jaejoong semakin muram, Bibi Park mengerti itu. Ia sudah sangat tau seluk beluk hubungan seseorang yang ditunggu Jaejoong. Bibi Park hanya dapat mendesah, tak mungkin kalau ia mengatakan bahwa Tuan Muda Jung sudah…
Jaejoong lupa, ia benar-benar lupa kalau ia berbadan dua sekarang. Sejak insiden pagi tadi, ia pulang dengan keadaan kacau. Tidak ada satu orangpun di mansion megah ini saat itu. Bibi Park belanja, Paman Hong pergi mengantar mertuanya. Semua bodyguard sedang ditugaskan dan ia tak tau itu. Ia sendiri dan memilih mengurung diri didalam kamar. Membuka kaca jendela, terlihat begitu asri. Tanaman diselimuti salju tipis mengingat kemarin malam sempat turun salju.
Ia tertidur dan lupa menutup jendela.
07:39 KST
Jaejoong tersenyum memperhatikan hasil karyanya. Nasi goreng tidak terlalu merah namun wanginya sangat harum. Tak lupa diatasnya tersedia topping saos juga selada dan tomat. Ia menutup bekal tersebut, dan bersiap untuk pergi ke kantor suaminya.
"Yunho-ya. Aku harap kau suka." Jaejoong bergumam pelan dan mulai mengayuh sepeda biru miliknya.
Selama perjalanan, Jaejoong tak berhenti tersenyum. Sesekali ia mengelus perutnya yang masih rata, ia tak sabar melewati masa-masa menjadi ibu hamil. Jaejoong berpikir, siapa yang akan menang banyak untuk anaknya? Jaejoong sendiri, atau… Yunho? Maksudnya jika telah lahir nanti, anaknya akan lebih mirip siapa.
Jaejoong berhenti diparkiran khusus sepeda. Kemudian ia mengambil kotak bekal tadi dari keranjang. Haah, kenapa kau gugup Jaejoong? Ini bukan kali pertama ia kemari. Hanya saja, kotak ini akan selalu ia titipkan kepada Yoochun. Teman sekaligus rekan kerja Yunho. Kali ini ia harus mengantarkan ini sampai pada tangan Yunho.
'Annyeonghaseyo…'
Mesin suara otomatis terdengar saat Jaejoong menginjak bagian luar pintu. Tak lama pintu perusahaan terbuka.
"Annyeong, Kim Jaejoong-ssi." Sapa salah satu penjaga. Jaejoong melempar senyum terbaiknya.
"Nado Annyeong, Paman. Apa Yunho ada?"
"Beliau ada didalam ruangannya."
"Terimakasih, Paman." Jaejoong membungkuk kepada penjaga pintu tersebut kemudian berjalan melewati lorong yang sudah biasa ia lewati. Kenapa juga ruang kerja Yunho terletak sangat jauh.
"Oppa~ Kapan kau akan menikahiku? Kau bilang setelah menikah dengan namja itu selama 2 bulan kau akan menceraikannya. Kau berbohong padaku, Oppa." Samar-samar Jaejoong mendengar suara wanita didalam ruang kerja suaminya. Tidak, jangan berpikir negatif, Jaejoong. Ujarnya dalam hati.
"Ayolah, Boa. Tahan sebentar lagi. Aku tak sengaja menidurinya waktu itu, dan sekarang ia sedang mengandung."
"Apa?! Berapa minggu usianya?"
"1 minggu lebih." Jaejoong mencengkram kotak bekal yang ia bawa. Darahnya berdesir hebat, itu suara Yunho. Suaminya. Jadi waktu itu hanya sebuah ketidak sengajaan yang dilakukan Yunho? Namun kenapa ia menikmati itu? Ia sangat melihat jelas raut wajah Yunho yang lebih dulu menginginkan itu.
"Lalu apa yang akan kau lakukan, Oppa?"
"Akan aku buat dia tidak bisa mengandung lagi. Itu bisa mempermudah proses perceraianku dengannya. Bagaimana?" Jaejoong terbelalak, ia menutup mulutnya. Pandangannya mengabur, disini sepi dan tak ada yang berlalu lalang. Apakah ini alasan ruang kerja Yunho jauh? Agar ia dapat bermesraan dengan wanita itu tanpa ada yang mendengar? Ya Tuhan. Yunho bermain dibelakangnya. Hatinya perih mendengar Yunho yang ingin membuatnya tidak bisa mengandunglagi. Tidak! Itu tidak boleh terjadi.
"Baiklah, aku mencintaimu."
"Aku juga." Dari kaca buram pintu, Jaejoong bisa melihat keduanya menyatukan bibir mereka masing-masing dengan wanita itu yang duduk diatas paha Yunho. Ia tak kuat. Ia meletakkan kotak bekalnya dilantai, tanpa bersuara kakinya tertarik untuk meninggalkan tempat itu. Ia tak mau berpisah dengan Yunho. Tapi kalau kehilangan anaknya itu jauh lebih mengerikan. Jaejoong memilih melewati jalan alternatif saat pulang, kepalanya pening.
"Hoek.. Hoek.. Ahhnn.." Bibi Park mengurut tengkuk Jaejoong agar semua yang ada dalam perutnya dapat keluar. Namun yang keluar hanya cairan bening dan itu ludah Jaejoong sendiri.
"Sekarang istirahatlah. Lihat, wajahmu pucat sekali." Bibi Park menuntun Jaejoong menuju ranjangnya. Sekarang sudah larut dan Jung Yunho belum menunjukkan batang hidungnya. Jaejoong tahu, pasti suaminya sedang banyak pekerjaan. Ia mencoba berpikir positif. Tidak untuk Bibi Park, ia tahu bahwa Yunho sekarang sedang berduaan dengan 'mainan'nya diatas ranjang. Sungguh, ia geram dengan tingkah seenak hati Yunho mengabaikan istrinya yang hamil muda.
Jaejoong tak bisa bicara apapun kecuali menurut pada Bibi Park. Bibirnya pegal setelah 30 menit berada dikamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang sama sekali ytak membuahkan hasil. Dan juga lidahnya kelu, ia tak tahu harus bicara apa.
"Jae, jagalah bayimu. Jangan gegabah juga ceroboh. Sekarang tidurlah, aku akan menunggumu." Jaejoong tersenyum tipis lalu memejamkan kedua matanya. Tak lama terdengar dengkuran halus dari bibir Jaejoong.
"Semoga kau dan anakmu sehat, Jae. Aku berdoa pada Tuhan untukmu. Selamat malam." Bibi Park mengecup pelan dahi Jaejoong yang sudah ia anggap putranya. Berjalan kearah pintu, tak lupa ia mematikan lampu kamar Jaejoong.
TBC
.
.
Yunjae shipper saya persembahkan cerita angst, drama, hurt, sad jadi satu.
Juga permintaan maaf karena cerita yang dulu terhapus karena waktu itu akun ini dibawah kendali saudara saya. Semoga suka.
Huhiho7
17:44:30 WIB
Friday