Sasuke mengerjap pelan dengan tubuh berat dan kelopak mata yang lengket. Ia merasa kepalanya pening dan perutnya sedikit mual. Sasuke mengedipkan matanya secara perlahan, mulai membiasakan datangnya cahaya yang mulai masuk ke retina matanya. Dan saat pengelihatannya telah berangsur pulih, Sasuke mendapati dirinya berada di tempat yang asing dengan keadaan tangan dan kaki terikat.
Pemuda bersurai raven tersebut berusaha untuk tetap tampak tenang, ia mulai mengamati sekitarnya. Beberapa onggokan barang-barang tua tampak berserakan dimana-mana, sebuah sofa bludru usang berwarna mencolok dan sisa pesta diatas meja. Bau alkohol dan asap rokok tercium begitu pekat. Sasuke mengernyit tak suka, bau alkohol kelas rendahan seperti itu begitu menyakiti penciumannya.
Onix sekelam malamnya menatap sekeliling mencoba mencari tahu dimana ia berada, tetapi tak ada satu pun petunjuk yang membawanya pada jawaban atas pertanyaannya tersebut.
Sasuke melirik keadaan diluar dari celah fentilasi diujung atas bangunan tersebut. Tetapi sayangnya ia tak dapat melihat apapun. Sial! Padahal ia hanya ingin memastikan berapa lama ia pingsan disini.
Naruto.
Mendadak Sasuke teringat akan pemuda blonde itu.
Dimana dia? Apakah dia tahu jika saat ini Sasuke sedang disekap? Apakah ia mencarinya? Apakah ia baik-baik saja?
Segala pertanyaan bermunculan dibenaknya bak kembang api musim panas yang meledak-ledak dilangit. Sasuke harus segera keluar dan memastikan keadaan si blonde tersebut. Hanya saja tali yang mengikatnya ini cukup kuat dan tak mudah di lepas. Sasuke menghela nafas lelah... , sepertinya mau tak mau ia harus berbuat sesuatu karena ini semua.
Sasuke hendak berusaha untuk berdiri dengan bertumpu kepada lutunya saat terdengar suara tawa beberapa orang pria yang berjalan mendekat kearahnya. Pintu disudut ruangan itu pun terbuka, beberapa orang pria berwajah sangar masuk dan satu diantaranya Sasuke mengingatnya sebagai pemuda yang membiusnya ditaman tadi.
Pemuda bersurai putih dengan gigi meruncing bak ikan hiu yang tadi nya tengah tertawa-tawa bersama kawanannya itu sepertinya menyadari jika tawanannya telah siuman dari pingsan. Ia menyeringai lebar, menghembuskan asap nikotin yang dihisapnya keudara dengan cepat kemudian berjalan mendekati Sasuke.
"Kau sudah sadar rupanya", ia berucap dengan nada mengejek. "Selamat datang di markas kami, baby. Aku Suigetsu Hoshigaki, adik dari Hoshigaki Kisame penguasa distrik yang paling ditakuti. Ku harap kau merasa nyaman disini ne",
.
.
.
.
.
.
Naruto baru saja kembali dari membeli hotdog dikedai seberang. Kedua tangannya penuh dengan kantong plastik berisi makanan. Jujur saja Naruto tak tahu makanan apa yang bakal disukai oleh pemuda bersurai biru terkasihnya itu. Ia belum sempat bertanya dan tak mau ambil pusing mengenai hal tersebut, walhasil Naruto menghabiskan hampir seperempat jam penuh berbelanja beraneka macam makanan ringan yang mungkin akan disukai oleh Uchiha-san nya.
Naruto begitu bersemangat. Tetapi...
Begitu tiba ditempat dimana ia meminta Uchiha-san untuk menunggunya...
Bangku taman di dekat air mancur itu telah kosong...
Uchiha-san tidak lagi berada disana seperti terakhir Naruto meninggalkannya..
Bungkusan tas plastik berisi keperluan kantor yang tadi mereka beli bersama tergeletak begitu saja dipinggir bangku taman.
Ini aneh.
Karena jelas Uchiha-san bukanlah tipe orang yang meninggalkan barang miliknya sembarangan seperti itu. Naruto mencoba menghubungi ponsel pemuda raven tersebut tetapi nihil. Karena pesan suara yang menyapanya diseberang.
Iris shapire Naruto menatap berkeliling, ia berlari kecil mencoba mencari keberadaan Uchiha-san disekitar taman sambil sesekali berteriak nyaring menyerukan namanya.
Tetapi lagi-lagi hasilnya masihlah NIHIL.
Pemuda bersurai kebiruan itu tak ada dimanapun.
Naruto hampir putus asa dibuatnya , saat tiba-tiba smartphone di sakunya bergetar nyaring menandakan satu pesan mampir kedalam kotak e-mail nya. Ia membukanya cepat, tetapi yang diterimanya bukanlah email dari si raven melainkan sebuah e-mail yang berisi peringatan mengenai pemuda tercintanya tersebut .
Dan seketika itu juga Naruto mengumpat penuh amarah kemudian berlari cepat menerjang trotoar yang penuh dengan pejalan kaki. Naruto berlari seperti orang kesetanan, entah sudah berapa kali ia diteriaki karena menabrak pejalan kaki lainnya. Segala sumpah serapah dan nama penghuni kebun binatang sudah diteriakkan padanya dengan penuh semangat dan riang gembira. Tetapi Naruto tak peduli itu. Ia sama sekali tak peduli. Meski orang-orang meneriakinya bahkan sampai mengejarnya sekalipun, Naruto dengan tegas sangat sangat tak peduli. Asalkan meraka tak menghalangi jalannya saat ini, itu saja sudah cukup. Karena Naruto saat ini sedang dalam keadaan dimana ia harus segera bergegas tanpa membuat sedikit pun waktu terbuang percuma.
Dan disinilah Naruto berakhir setelah berlarian bak kesetanan tadi. Di sebuah bekas gudang penyimpanan tua didekat hulu sungai yang dikenalnya sebagai markas musuh bebuyutannya. Suigetsu.
.
.
Naruto berjalan dengan penuh kepercayaan diri, Dari kejauhan ia dapat mendengar suara gelagak tawa yang berasal dari lantai dua bangunan tua tersebut. Naruto langsung menerobos kedalam tanpa rasa takut sedikit pun meski hanya seorang diri masuk kedalam sarang buaya. Ia sama sekali tak menggubris keselamatannya, yang diotaknya saat ini hanyalah keselamatan Uchiha-san nya semata.
Itu saja sudah cukup baginya. Ya.. Uchiha-san nya adalah prioritas utama.
"SUIGETSU!", ia berseru keras.
Naruto mendobrak pintu reot dihadapannya dengan tendangan maut yang begitu keras; membuat engsel-engsel tua berkarat dari pintu tersebut terlepas dan teronggok reot disampingnya..
Suigetsu yang tengah asik berpesta bersama dengan anak buahnya sedikit terkejut dengan kedatangan tiba-tiba pemuda tan yang ditunggunya tersebut. Ia tersenyum miring sambil mengacungkan gelas berisi alkoholnya keudara.
"Kau sudah disini ya.. Cepat juga larimu", ucap Suigetsu dengan nada mengejek.
Gigi Naruto bergemlutuk menahan amarahnya. "Dimana Uchiha-san! Lepaskan dia sekarang juga! Apa mau mu, brengsek!" Naruto berteriak nyalang; iris shapirenya berkilat kejam, memberikan death glare mematikannya sebagai ancaman.
"Wohoo tunggu dulu ..", Suigetsu mengangkat tangannya ke udara sekali lagi. "Jangan terlalu terbawa emosi yellow-man! Pacar cantik mu ada disebelah sana. Lihatlah",
Naruto mengikuti arah yang ditunjukkan Suigetsu. Iris sebiru langit itu berkilat merah dan membulat penuh untuk kesekian kalinya. Shapire tersebut menatap nanar pemuda tercintainya yang terikat tak berdaya diatas lantai yang kotor.
"Uchiha-san!", Naruto berteriak keras.
Pemuda raven yang tadinya hanya menunduk diam itu terlihat sedikit terkejut " Do.. Dobe", ia berseru nyaring menjawabi panggilan dari pemuda tan tadi.
Naruto tersenyum simpul, sedikit lega mengetahui Uchiha-san nya baik-baik saja. Setidaknya meski terikat, tubuhnya tak lecet barang se inchi pun.
Ia hendak berlari menghampiri pemuda terkasihnya tersebut, berniat melepaskan ikatan terkutuk yang telah mengikat tubuh mempesona Uchiha-san nya; namun langkah Naruto tertahan oleh 2 orang pria berwajah sangar yang menahan kedua lengannya.
"Lepaskan aku, brengsek!", Naruto bergerak memberontak. "Apa mau mu, Sui?!", ia berteriak nyalang dengan amarah diubun-ubun.
Suigetsu terkekeh keras. Ia menatap pemuda musuh abadinya itu dengan tatapan kemenangan. "Apa mau ku katamu...", Suigetsu berjalan mendekat, jemarinya menjabak surai blonde Naruto dengan keras. "Mau ku tentu saja adalah kekalahan mu, baka! Aku mau kau bertekuk lutut dikakiku dan menyerahkan seluruh wilayah mu padaku!", kekehnya keras.
Naruto menggeram pelan, ia mengepalkan erat kedua telapak tangannya bersiap untuk memukul mulut kurang ajar pemuda hiu tersebut. Sayangnya ke dua tangannya bahkan ditahan sehingga tak dapat berbuat apapun.
"Hanya itu mau mu heh?! Cuma demi itu kau sampai menculik orang yang tak bersalah! Kau sungguh pengecut, Sui!",
Suigetsu mengangkat bahu. "Ya.. Terserah padamu mau berucap apa. Bagi ku yang terpenting adalah kemenangan atas mu, Rubah Iblis dari Konoha gakuen",
Ini semua sangat konyol, pikir Naruto. Ia sama sekali tak menyangka musuh bebuyutannya tersebut sampai harus menyekap Uchiha-san demi mengalahkan dirinya. Sungguh tak masuk akal!
"Cukup, brengsek!", Naruto mendesis pelan. "Lepaskan Uchiha-san sekarang juga! Jangan pernah mengikut sertakan seseorang yang tak bersalah dalam masalah ini lagi! Kau tak akan mendapatkan apapun, Sui!", tukasnya mantap.
Suigetsu menyeringai lebar. "Souka...", ia berjalan mendekati Sasuke yang terbaring disudut sana. Sebuah pisau lipat kemudian ia keluarkan dari dalam saku celananya.
"Ku lihat, kau sangat mencintai kekasih lelaki mu ini ne...", Suigetsu mendekatkan pisau kecil itu tepat kearah pipi kiri Sasuke kemudian terkekeh pelan. "Jika pisau ku ini menggores sedikit saja tubuh porcelene nya tentu akan sangat disayangkan bukan, Na-ru-to",
Sudah cukup! Amarah si blonde sudah mencapai ambang batasnya. Ia sudah cukup emosi karena Suigetsu sampai berani menculik Uchiha-san nya, tetapi pemuda hiu itu sepertinya ingin sekali mati ditangannya saat ini juga karena telah berani mengancam belahan jiwanya menggunakan pisau lipat. Naruto sudah tak dapat menolerin semua ini lagi...
Dan dengan kecepatan penuh kaki Naruto sudah menendang dengan keras dua orang yang menahannya tersebut. Membuat mereka mengaduh cukup keras karena Naruto menendang tepat ditulang kering mereka. Naruto bergerak cepat dengan memukul tengkuk belakang kedua anak buah Suigetsu tersebut hingga mereka akhirnya jatuh pingsan.
Beruntungnya dia karena mewarisi ilmu beladiri dari kedua orang tuanya.
"Kau benar-benar cari mati ya, baka! Ayo kita duel! Tak perlu sampai melibatkan dia, brengsek!",
Naruto menerjang dengan kepalan tangan penuh menuju Suigetsu. Ia sudah tak peduli lagi dengan semuanya. Peduli setan! Pemuda Hiu itu sudah memicu amarahnya dengan membahayakan Uchiha-san nya seperti itu. Naruto sama sekali tak akan membiarkan siapapun menyakiti kekasih hatinya tersebut .
"Mati kau..!", dengan pukulan penuh, Naruto mengarahkan tinju nya ke muka Suigetsu, tetapi sayangnya pemuda hiu tersebut lebih dahulu menghindar.
"Kau berani juga ya... Mencoba melawan ditengah markas musuh seorang diri seperti tadi.. Sangat menarik",
Suigetsu mengerakkan tulang-tulang tangannya sampai berbunyi nyaring, ia menatap nyalang pemuda blonde dihadapannya itu dengan kekehan dalam.
Ia berjalan mendekat, mengambil sebilah pipa besi panjang yang tergeletak dilantai kemudian mengayunkan begitu saja kearah Naruto, beruntung pemuda blonde itu dikaruniai refleks gerak yang bagus dengan lincah ia menghindarinya.
"Naruto!", Sasuke yang melihat hal tersebut cuma bisa berseru keras memanggil nama si pemuda.
Onixnya membulat penuh manakala melihat dengan jelas adegan perkelahian diantara kedua orang berbeda surai tersebut. Hatinya berdebar kencang saat tahu pemuda hiu itu mengayunkan sebilah pipa kearah Naruto. Sungguh, ia tak berani bertaruh apa yang akan ia lakukan jika saja pukulan tadi berhasil mengenai pemuda blonde tersebut.
"Cukup, dobe! Pergi dari sini! Lapor polisi sekarang juga! Kau jangan bodoh Naruto!", Sasuke memperingatkan.
Naruto menggigit bibir. "Tidak Uchiha-san! Aku tidak akan meninggalkanmu disini!", ia berlari mendekati Sasuke, dan dengan cekatan Naruto berusaha membuka tali yang mengikat di tubuh pria raven tersebut. "Kau lah yang harus lari Uchiha-san! Aku akak bereskan ini semua, tenanglah", Naruto tersenyum kemudian menyentuh pipi pucat Sasuke dengan lembut seraya menyalurkan kehangatannya disana.
Namun tiba-tiba hantaman keras mendarat tepat dikepala belakang Naruto, membuatnya terhuyung dan pengelihatannya mengabur seketika.
"NARUTO!", Sasuke berteriak keras.
Pemuda blonde itu mengucurkan darah segar dari belakang kepalanya, onix nya bergetar nanar. Sasuke memalingkan pandangannya kepada si pelaku pemukulan yang tak lain adalah Suigetsu.
"Kau...", ia mendesis dalam.
Suigetsu tertawa keras mendapati rivalnya itu tersungkur bersimbah darah. Dirinya merasa begitu senang bisa memukul telak musuhnya itu dengan begitu mudahnya. Merasa sedikit bersyukur telah menculik kekasih musuhnya tersebut dan membuat Naruto teralihkan perhatiannya sehingga ia dapat menyerang dengan begitu mudah. Tak sia-sia usahanya menguntit sepasang loveydovey itu berkencan di toko buku tadi dan sekarang kemenangan sudah didepan mata.
"Kau benar-benar mengenaskan baka! Jadi ini akhir dari si Rubah Iblis Konoha? Menggelikan", tukas nya dingin.
Suigetsu terkekeh pelan, ia mendekat kearah pemuda raven yang sedari tadi menatapnya nyalang. Tentu pemuda itu tak terima jika ia telah memukul sang kekasih hatinya didepan matanya sendiri. Sungguh ironis, pikir Suigetsu. Ia menarik dagu pucat pemuda tersebut, menatap sepasang onix yang mematri kedua irisnya dengan begitu dalam.
"Kekasihmu sudah kalah dan keselamatan mu ada ditanganku sepenuhnya saat ini... Jadi bersikaplah manis dan berhenti memandangiku seperti itu! Memohonlah cantik",
Jemari Suigetsu dengan berani meraba pipi kenyal Sasuke, menatap dalam sepasang obsidian cantik yang berkilat-kilat tersebut . Ia baru menyadari betapa pesona pemuda raven dihadapannya tersebut begitu tak terbantahkan logikanya.
Ia tersenyum miring. "Kau sangat cantik rupanya.. Akan sangat disayangkan jika aku melepaskan mu begitu saja, baby. Jadilah milikku dan nyawamu akan ku selamatkan karenanya...",
4 siku di dahi Sasuke berkedut riang. Ia sudah cukup bersabar saat ini. Dan kelakuan bocah Hiu itu benar-benar sudah membuat kepalanya seakan mendidih.
Suigetsu mulai memperluas daerah jamahannya, jemarinya mulai aktif bergerilya masuk kedalam perpotongan leher kemeja putih yang dikenakan sang raven. Ia terkekeh pelan.
"Aku sungguh tertarik padamu, baby. Kau harus — ",
BRUAK
Ucapan Suigetsu terputus, sebuah serangan telak bersarang di perutnya membuat pemuda bergigi runcing tersebut terpental jauh dan memekik menahan sakit diulu hatinya.
Naruto berdiri dengan nafas terengah. Separuh wajahnya kotor bersimbah darah miliknya. Tangannya terkepal erat, terlihat amarah yang besar tersulut dimatanya.
"Jangan kau sekali-kali menyentuhnya dengan tangan kotor mu itu, Sui! Dia milikku — ",
Naruto berseru keras. Ia menyerang pemuda Hiu tersebut dengan membabi buta. Menendang kepala Suigetsu dengan keras dan membuat hidung pemuda itu berdarah cukup parah.
Naruto sudah bersiap akan memukul pemuda laknat itu kembali tetapi tiba-tiba saja tubuhnya tersungkur jatuh dan injakan keras bersarang tepat di lengan kirinya.
"ARRGGGHHH — ", Naruto menjerit keras, suara tulang lengannya yang perlahan patah terdengar begitu jelas. Rasa sakit dengan segera menggelayar ditubuhnya.
Onix Sasuke membulat sempurna.
Seorang pria berwajah aneh adalah pelaku penginjakan itu. Wajah pria tersebut berwarna kelabu begitu aneh terlihat tak nampak seperti manusia pada umumnya. Pria itu menyeringai dengan mengerikan.
"Jadi kau pemuda rubah yang dikatakan adikku itu...", ucap pria tersebut meremahkan. Ia menjambak rambut pirang Naruto keras. "Ternyata yang kulihat cuma bocah pirang yang lemah, sia-sia aku sampai datang kesini. Brengsek, membuang waktu saja", hinanya
"Kisame nii-san!", Suigetsu muncul dengan terengah, ia menutup hidungnya yang bersimbah darah dengan telapak tangannya lalu menunduk hormat kearah pria aneh tersebut.
Naruto merintih pelan, pria yang dipanggil Kisame itu masih belum juga melepaskan injakannya pada lengannya. Keringat dingin mulai keluar, rasa sakit semakin menggerogoti otaknya. Pengelihatnnya mulai mengabur lagi.. Tidak! Naruto tak bisa menyerah disini! Ia masih harus menyelamatkan Uchiha-san apapun yang terjadi.
"MINGGIRR...!", Naruto berkelit cepat, ia berhasil meloloskan diri dari injakan Kisame atas lengannya. Nafasnya memburu berat, darah segar dari kepalanya bahkan masih belum berhenti mengalir.
Kisame bersiul senang melihat bocah pirang tersebut masih bisa bergerak dengan lincah.
"Kau masih bisa bergerak rupanya.. Lumayan!", ia berkomentar sinis.
Naruto memasang kuda-kuda siap bertarung. Lukanya cukup parah, Naruto tahu ia tak akan sanggup lagi. Tetapi ia harus tetap melawan demi keselamatan Uchiha-san nya.
"MATI KAU...!", Naruto berlari menerjang, bersiap melancarkan pukulan ataupun tendangan untuk membalas. Tetapi pria bernama Kisame itu dengan gesit menghindar. Serangan Naruto meleset, ia terhuyung merasakan keseimbangannya mulai memburuk.
Kisame tergelak keras, ia tertawa terbahak-bahak mendapati serangan bodoh darinya. Ia mengambil pipa besi Suigetsu yang tergeletak dilantai dan berjalan mendekati Naruto.
"Lukamu sudah parah tapi kau masih juga berani melawan huh?!", Kisame menyeringai. "Kau berani mati demi kekasih homo mu itu, sungguh ironis! Kau sungguh memalukan, brengsek!",
Pipa besi tersebut terayun keras, melemparkan tubuh kesakitan Naruto tergulung dilantai. Naruto terbatuk, darah segar keluar dari mulutnya. Ia memegang pertunya yang terasa nyeri, death glare mematikan Naruto layangkan sebagai ancaman.
"Itu sama sekali tak memalukan kau tahu...", Naruto berucap lirih. Ia berusaha menegakkan tubuhnya meski kepayahan. "Apa yang salah jika ingin melindungi seseorang yang aku cintai?! Justru kalianlah yang memalukan! Mengikut sertakan orang yang tak bersalah dalam masalah konyol seperti ini! Kalianlah yang pecundang!",
Onix Sasuke membola mendengar pernyataan mengejutkan dari pemuda blonde tersebut. Jantungnya berpacu cepat, rona merah sedikit terselip dipipi pucatnya. Entah mengapa hatinya terasa hangat saat ini. Naruto benar-benar mencintainya.. Sasuke tau itu ... Hanya saja...
Tanpa ia sadari, Sasuke menyunggingkan senyum tipis dibibirnya. Ia kemudian bersiap meregangkan tulang-tulang bahunya. Sasuke merasa ia sudah cukup berada diposisi penonton saja, sudah saatnya...
"HUAHAHAHAHAHAHA...!", Kisame tergelak keras, perutnya terasa sakit melihat adegan mellow drama yang begitu menyakiti pengelihatannya tersebut. Bocah kuning didepannya itu terlihat begitu bodoh karena sudah mengatakan hal-hal absurd macam itu.
Ia berjalan mendekat, mengajak sang adik untuk bergabung Kisame bersiap untuk menghajar bocah kuning menyebalkan itu .
Suigetsu menyeringai penuh kemenangan, setidaknya berkat bantuan sang kakak ia tak terlalu sulit untuk menghajar musuh bebuyutannya itu. Ini akan sangat menyenangkan. Kemenangannya sudah didepan mata...
"Kau akan mati, Naru — ",
BRUAKKKK!
Ucapan Suigetsu yang kali ini terputus, perhatiannya teralih saat mendengar suara benturan yang begitu keras dibelakangnya. Matanya membulat sempurna manakala mendapati sang kakak -Kisame- sudah tersungkur didekat tembok dengan wajah bonyok.
"Nii-san!", ia berteriak keras. Lagi-lagi ia harus menatap ngeri manakala mengetahui siapa pelaku pemukulan tersebut.
Bibirnya menganga tak percaya akan apa yang dilihatnya. Pemuda cantik itu telah bebas dari ikatannya dan menghajar dengan telak anikinya.
"Kau...bagaimana — bisa...", tubuh Suigetsu bergetar hebat, ia menatap horor pada pemuda yang kini mulai berjalan mendekatinya.
Suigetsu merangkak mundur. Entah mengapa hawa pemuda raven tersebut terasa begitu berbeda dari yang pertama. Kini dengan menatapnya saja Suigetsu merasa tercekik dan gemetaran. Hawa pebunuh menguar begitu saja dari nya.
Sasuke menatap pemuda bersurai putih itu, melayangkan death glare andalan Uchiha dengan seringai mengerikan dibibir tipisnya. Suigetsu bergidik ngeri. Keringat dingin membanjiri keningnya.
"Kau tak akan lari bukan...", tanya Sasuke dengan suara yang dalam.
Suigetsu menelan ludah berat. "Berhenti! Jangan dekati aku!", teriaknya ketakutan. Tubuhnya tak mau berhenti gemetaran.
Sasuke menyeringai kejam, ia berucap lirih namun penuh penekanan, "Aku sudah bosan mendengar bualan mu dan kakak bodoh mu itu..
Sekarang aku akan mengajarimu akibat sudah berani menyentuh aset Uchiha, bocah", dan semua berakhir dengan lolongan keras dari Suigetsu.
.
.
Naruto terduduk tak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi. Pengelihatannya memang sudah tak bagus, namun ia jelas melihat semuanya dengan baik. Uchiha-san menghajar musuh bebuyutannya Suigetsu beserta kakaknya dengan begitu mudahnya. Naruto tak bisa mempercayai bahwasanya pria seperti Uchiha-san nya tersebut bisa berkelahi sehebat itu tadi. Jemari lembut yang biasanya lihai menata karangan bunga-bunga yang cantik itu kini berlumuran darah.
Naruto tak takut, baginya Uchiha-san tetaplah Uchiha-san ; apa pun yang terjadi. Hanya saja ia masih sedikit terkejut atas semuanya itu, melihat sisi lain dari pria tercintanya.
"Uchiha-san ...", panggilnya lirih.
Sasuke melempar pandangannya pada pemuda tan yang terduduk dilantai tersebut kemudian berjalan mendekat.
"Kau tak apa dobe? Bisa berjalan..?", ia bertanya cemas. Sasuke mengulurkan tangannya untuk membantu pemuda tan tersebut berdiri.
Naruto menerima uluran tangan itu dengan senang hati. "Arigato Uchiha-san ...",
Sasuke tersenyum tipis, ia membantu Naruto berjalan dengan memapahnya. Darah segar dari luka si blonde menetes mengotori kemeja putihnya, hatinya terhenyak ngilu... Secepat mungkin ia harus membawa pemuda tan tersebut kerumah sakit. Sasuke mengeluarkan smartphonenya, mengirim sebuah email pada anikinya untuk segera menjemputnya kemari. Ia tak bisa membuang waktu lagi, Naruto sudah cukup banyak kehilangan darah.
"Uchiha-san ...", lagi Naruto memanggilnya lirih.
"Hnn..", jawab Sasuke singkat.
Naruto menatap pemuda raven di sampingnya itu bingung, ia sedikit ragu untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berterbangan diotaknya. Ia takut menyakiti hati pria cantik itu, tetapi rasa penasaran juga begitu menyesakkan dadanya.
Sasuke menghelan nafas panjang, ia jelas tahu apa yang ada di pikiran Naruto. Tentu semua akan bertanya-tanya jika berada di posisi seperti Naruto.
"Aku akan menjelaskannya dobe...", Sasuke berucap pelan, ia tersenyum lembut kearah Naruto kemudian mengacak surai pirang pemuda tan tersebut lembut. "Aku janji akan menceritakannya, Tapi sekarang kita harus ke rumah sakit dulu.., aku tak mau kau semakin dobe karena kehilang banyak darah", candanya jahil.
Naruto mem-pout kan bibirnya lucu. "Kau menyebalkan Uchiha-san, aku tidaklah sebodoh yang kau kira ne..", rajuknya kesal.
Sasuke tersenyum. Ya setidaknya pemuda tan tersebut baik-baik saja saat ini, itu sudah cukup baginya. Sasuke lantas memapah Naruto berjalan menuju pintu keluar secara perlahan, berharap anikinya sudah menjemputnya diluar sana.
Tetapi baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba tubuh Naruto ambruk kelantai dengan darah bersimbah dipunggungnya. Onix Sasuke membulat sempurna, ia menatap nyalang siapa pelaku utamanya. Sementara Kisame sang dalang dari semuanya, menyeringai kejam dengan sebilah pisau berlumuran darah ditangan kirinya.
"Aku berhasil membunuh kekasih mu itu, brengsek! Kini giliran mu...",
Kisame menyerang Sasuke dengan membabi buta menggunakan pisaunya, Sasuke berkelit dengan sempurna baginya menghindar dari serangan seperti itu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.
Sasuke balik menyerang, ia menggunakan sejenis tehnik melumpuhkan untuk menangkis pisau Kisame dan itu berhasil. Bilah besi tajam tersebut terpental kelantai begitu saja membuat Kisame menggeram kesal.
"BRENGSEK...!",
Pria berwajah aneh tersebut kembali menerjang, ia berhasil mengunci lengan Sasuke saat tengah lengah.
Beruntung, sang raven tak pernah habis akal. Ia memluntir tubuhnya dan berkelit lincah untuk melepaskan kuncian dari Kisame membuat sebagian kemeja putihnya terpaksa harus robek akibat dari tarikan yang terjadi. Tubuh setengah telanjang itu terekspos sempurna, membuat Kisame terbelalak kaget menatap tak percaya kearah punggung pemuda berwajah cantik tersebut .
Tato bergambar naga, awan merah dan uchiwa jelas terpatri agung disana, membuat setiap orang yang mengenal arti tato tersebut pastilah bergidik ngeri.
"Kau... Kau — dari... Klan U... U... Uchihaa... Tidak mungkin...", cicit Kisame gemetaran.
Sasuke menatap dalam diam, musuh yang tadinya menyerang dirinya dengan membabi buta itu kini gemetaran melihatnya.
Ia menghela nafas panjang, "Pergi jauh dari sini sebisa yang kau mampu, jika sampai aku menemukanmu maka nyawamu berakhir saat itu juga! Lenyaplah dari hadapanku! Kau mengerti...", ancamnya sarkatis.
Ini sudah berakhir, pertarungan konyol ini sudah berakhir cukup sampai disini saja. Sekarang Sasuke harus segera menolong nyawa Naruto secepatnya. Sasuke bersimpuh, mengangkat tubuh bersimbah darah itu untuk memapahnya keluar. Tubuh Naruto mulai dingin, Sasuke tahu ia tak punya banyak waktu lagi jika tak ingin kehilangan pemuda tan tersebut.
DORRRR —
Desingan suara tembakan mengagetkan Sasuke, didepannya sang aniki mengarahkan pistol yang baru saja ditarik pelatuknya. Sasuke menatap kebelakang, Kisame bersimbah darah dengan peluru panas bersarang di pahanya. Sepertinya pria aneh tersebut berniat menyerangnya kembali, beruntung anikinya datang tepat waktu.
"Kau baik-baik saja ototou?", tanya sang kakak cemas.
Sasuke mengangguk kecil. "Ya, tapi kita harus bergegas sekarang. Itachi-nii, nyawa Naruto dalam bahaya",
.
.
ILOVETHEWAYYOULIE
.
.
.
Tak banyak yang bisa dilakukan oleh sang Uzumaki selain berbaring di ranjang rumah sakit yang empuk sambil sesekali menggeliat lelah. Hiburannya hanyalah chanel TV dan smart phonenya semata. Sudah 3hari Naruto habiskan waktunya untuk menginap di ruangan serba putih tersebut, saluran infusnya baru semalam dicabut. Dokter bilang kesehatannya mulai membaik, hanya cidera dilengan kirinya saja lah yang masih memerlukan perawatan lebih lanjut lagi tapi rasanya Naruto sudah begitu gatal ingin melepas gips yang membalut lengannya tersebut.
Hembusan air conditioner sedikitnya bisa membuat tidur Naruto sedikit lebih nyaman. Shikamaru, Kiba dan Neji baru saja pulang setelah menengoknya. Mereka bertiga selalu menyempatkan diri untuk menengok Naruto di rumah sakit setiap pulang sekolah. Sementara orang tuanya, tak usah bertanya lagi apakah Kushina sang ibu tak menjerit histeris saat tau anak semata wayangnya itu terbujur diruang inap rumah sakit karena jawabannya itu sudahlah pasti. Berhubung wanita ayu berambut merah itu tengah berada di Kyoto mengikuti perjalanan bisnis sang suami tercinta, jadilah dirinya belum bisa menengok keadaan sang putra. Naruto sudah berhasil menenangkan sang ibu agar tidak terlalu mencemaskan keadaannya itupun sedikit banyak berkat bantuan dari Uchiha-san. Ya semua itu berkat dirinya...
"Kau melamun...?",
sebuah teguran membuat Naruto terhenyak dari alam lamunannya. Naruto tersenyum lebar karena sudah hapal betul siapa pemilik suara tersebut.
"Uchiha-san kau datang ne..., apakah tokonya kau tutup cepat?", tanya Naruto dengan wajah sumringah.
Sasuke yang baru saja tiba dengan sebuket bunga matahari ditangannya menjawab dengan anggukan kecil.
Naruto mengamati pria cantik tersebut yang tengah asik menata bunga di vas. Iris shapirenya berbinar penuh semangat karena jujur saja hari ini Naruto begitu merindukan sosoknya.
Mungkin ini yang disebut sebagai cinta yang sesungguhnya, batin Naruto sarkatis.
Ya , Naruto sudah mengetahui semuanya.
Kebohongan dari Uchiha Sasuke.
Setelah sehari dirawat dirumah sakit, Uchiha-san nya itu menepati janjinya untuk menjawab semua pertanyaan yang akan Naruto utarakan. Awalnya Naruto sempat ragu bahkan sedikit melongos tak percaya dengan apa yang ia dengar dari pernyataan Uchiha-san nya.
Uchiha Sasuke, pewaris ke dua organisasi Yakuza dari klan Uchiha yang tersohor. Semua yang berkecimpung di dunia hitam jelas tahu betul siapa klan Uchiha itu. Mereka penguasa terbesar kerajaan bisnis hitam yang memegang hampir seluruh wilayah di Jepang bahkan sampai diluar negeri.
Naruto tak pernah menyangka jika dirinya akan berhubungan dengan orang-orang dari dunia semacam itu. Ia memang preman sekolah, tapi bukan berarti dirinya adalah anggota yakuza. Tidak! Itu tidak benar!.
Dan sekarang kenyataannya adalah...
Pria yang sudah membuatnya jatuh cinta adalah seorang pewaris tahta Yakuza. Fuckin hell !
Pria cantik berkulit pucat yang sehar-harinya mengurusi beraneka bunga yang indah itu ternyata selama ini adalah Naga yang tertidur. Sasuke dengan sengaja menyembunyikan taringnya, menyimpan jubah kekuasaannya dan memilih membaur seperti rakyat biasa.
Ya, siapapun yang pernah melihat Sasuke di toko bunganya pastilah tidak akan menyangka.
Bahkan sampai detik ini pun terkadang Naruto sukar mempercayainya.
Tetapi..
Bagi Naruto...
pria cantik dihadapannya itu masihlah tetap Uchiha-san nya yang ia kenal dulu. Dan terbukanya rahasia tentang jati diri Sasuke yang sebenarnya itu tidak akan pernah merubah apapun. Justru hatinya semakin tertambat pada pria bersurai raven tersebut .
Naruto tersenyum tipis kemudian ia menyentuh pipi pemuda pucat tersebut lembut.
"Aku mencintaimu, Uchiha-san ", Naruto berucap dengan tulus, shapirenya memandang teduh kearah sang raven yang bersemu malu.
Jantung Sasuke berdebar kencang, rasanya setiap perlakuan si pirang itu terhadapnya selalu dapat membuatnya bersemu malu. Dadanya begitu sesak dan panas tiap kali berada didekat
Pemuda tan tersebut.
Sasuke menarik tangan Naruto yang tadi mengusap pipinya, menggenggamnya erat kemudian mencondongkan tubuhnya untuk mengecup bibir Naruto lembut.
"Baka dobe...", wajah Sasuke merah padam, dan Naruto tertawa renyah melihatnya.
Kini Sasuke benar-benar sudah berdamai dengan dirinya sendiri. Kejadian-kejadian kemarin benar-benar sudah membuatnya membuka hati nya untuk si pirang. Terlebih lagi kenyataan bahwa Naruto dapat menerima dirinya seutuhnya semakin menguatkan perasaan Sasuke terhadapnya.
Mungkin Sasuke memanglah seorang pria yang terlahir dalam keluarga penerus Yakuza.
Mungkin kedepannya akan semakin sulit untuknya menjalani hubungan sesama jenis seperti ini...
Terlebih dirinya adalah seorang pria dewasa sementara Naruto hanyalah bocah SMA berumur 17 tahun.
Mungkin ini tidak masuk akal.. Ya, bahkan dalam dunianya tak ada satu pun yang masuk akal.
Tetapi...
Sasuke sudah membulatkan tekadnya. Apapun yang terjadi ia menginginkan pemuda pirang bodoh itu untuk selalu disisinya. Dan itu sudah final.
Naruto mengerjap geli saat mendapati kekasih hatinya itu tengah memandangnya dengan teduh, ia menarik tubuh ramping Sasuke dan menjatuhkannya dalam pelukan.
"Ada apa? Apa ada yang aneh dengan wajah ku, Uchiha-san atau aku harus memanggil hime-sama?", goda Naruto jahil, tak lupa dengan kerlingan genit andalannya.
Sasuke tersenyum kecut. "Aku bukan wanita, baka dobe! Just shut'up your mouth, jerk!", umpatnya sengit.
Naruto terkekeh pelan, baginya ucapan pedes dari bibir sang raven sudah sama halnya dengan nyanyian merdu menjelang tidur. Ia sudah sangat terbiasa untuknya. Naruto menyamankan pelukannya terhadap Sasuke, mengeratkan rengkuhannya dan menyandarkan kepalanya pada ceruk leher sang raven. Menghirup dalam aroma mint tubuh langsing tersebut .
"Aku mencintaimu Uchiha-san , sangat mencintaimu..."
"Baka! Apa yang — nggghhh",
Cacian Sasuke berubah menjadi lenguhan panjang yang dalam, tubuhnya bergetar manakala pemuda pirang yang tengah memeluknya tersebut tiba-tiba menjilat cuping telinganya begitu saja; membuatnya meremang merasakan sesuatu yang seakan menyengat otaknya.
Naruto menyeringai tipis melihatnya. Setelah pemuda cantik itu akhirnya membuka hati untuknya, Naruto belajar banyak hal begitu cepat. Salah satunya adalah tempat dimana Uchiha-san begitu lemah.
"Suaramu sexy sekali Uchiha-san. Apa kau tak takut jika orang lain akan mendengarnya huh?", Naruto bertanya jahil
Sasuke memberontak dengan wajah merah padam. "Lepaskan aku dobe! Jangan bertindak bodoh", rontanya kesal, berusaha melepaskan diri dari pelukan sang blonde.
Naruto seakan tak memperdulikan makian kesal dari sosok menawan dihadapannya itu, ia menarik lagi tubuh Sasuke mendekapnya dari belakang seakan takut kehilang pria yang begitu dicintainya itu.
Sasuke menghela nafas panjang, ia tahu Naruto tak akan melepaskannya meski ia meronta sedemikian rupa. Dengan malas, akhirnya Sasuke memberhentikan pemberontakkannya tersebut. Wajahnya memerah semerah tomat, diperlakukan seperti ini bukanlah suatu kebiasaan bagi Sasuke, terlebih yang melakukannya adalah bocah SMA berumur 17 tahun. Ini sangat memalukan sejujurnya.
Hanya saja.., pelukan Naruto kini begitu bisa membuatnya merasa sangat nyaman. Punggungnya yang menyentuh dada bidang tersebut terasa panas. Mungkin Naruto pun juga dapat mendengar suara detak jantung nya yang berdebar kencang saat ini.
"Uchiha-san .. Hei..",
panggilan Naruto membuyarkan lamunan Sasuke, ia menoleh kebelakang dan mendapati Naruto tengah memandangnya dengan tatapan heran.
"Ada apa dobe?", tanyanya
Naruto terkekeh pelan. "Kau tak mendengar ucapanku ya, Uchiha-san? Menyebalkan", rajuk Naruto manja.
Ia mendekatkan dahinya sehingga saling menempel dengan dahi Sasuke, mematri iris obsidian yang begitu menawan itu dalam shapirenya.
"Kau tahu Uchiha-san — ", Naruto berucap lirih. "Kau adalah hal terindah dari yang terindah yang pernah ku dapat. Aishiteru Uchiha-san",
Entah siapa yang memulai namun yang pasti kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu kini tengah menautkan bibir mereka satu sama lain. Saling memangut mesra, bertukar saliva dan menyalurkan hasrat terdalam diantara keduanya.
Naruto menyesap lembut bibir kemerahan itu membuat sang empunya melenguh panjang. Onix dan shapire saling menatap, mematri tatapan penuh cinta yang tak pernah tersalurkan sebelumnya.
Perasaan diantara mereka adalah rahasia.. Dan kebohongan yang terjadi selama ini hanyalah bumbu pemanis dalam percintaan. Yang pasti kini mereka telah jujur pada diri mereka masing-masing. Bahwasanya cinta adalah alasan dibaliknya.
Ciuman itu pun terhenti dengan meninggalkan jejak saliva yang terlihat basah. Naruto mengusap sudut bibir Sasuke dengan ibu jarinya, kemudian merengkuhnya dalam seakan tak ingin kehilangan. Hatinya begitu bahagia bisa berada begitu dekat dengan sang kekasih hatinya. Sungguh, ini adalah ending yang begitu dinanti olehnya.
Naruto berbisik lirih dengan senyum bahagia terukir diwajah tampannya. "Aku mencintaimu Uchiha-san , selalu akan begitu...",
.
.
.
.
FIN.
.
.
.
.
Hueee sudah TAMAT,,!
Sudah TAMAT...!
Akhirnyaaaaaa...,
Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca, dan jangan sungkan untuk meripiu tulisan saya ini baik dari comment atau pun langsung dari akun fb pribadi saya at Misaki Yukina.
Akhir kata...
Sankyuuuuuuu minna-san :*
Mo-Myo-Za
Ditunggu ya bentar lagi bakal ada ff baru yang nongol loh :3 :3