Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Vocaloid & Utauloid © Crypton Future Media, Yamaha Corporation dll

.

.

.

Pairing: Naruto x Miku

Genre: romance/fantasy/action/humor

Rating: T

Sabtu, 10 Oktober 2015

Note: JANGAN KAGET JIKA INI ADALAH CHAPTER YANG TERAKHIR!

OKE, SELAMAT MEMBACA YA DI AKHIR-AKHIR KISAH INI!

.

.

.

Soundtrack this story: Denganmu aku bahagia by Maggna

Lagu yang dipakai untuk menghidupkan suasana dalam cerita ini. Jika mau coba, silakan membaca cerita ini sambil mendengar lagu tersebut. Pasti akan dapat feel-nya.

.

.

.

DENGANMU AKU BAHAGIA

By Hikari Syarahmia

.

.

.

Chapter 5: Aku bahagia bersamamu

.

.

.

Naruto menyusul Miku. Miku yang berhenti berlari di belakang sekolah, tepatnya di dekat pohon rindang. Miku menundukkan kepalanya sambil menutupi wajahnya dengan dua tangannya.

"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Mikuo-nii," rupanya Miku menangis.

Naruto tertegun mendengarnya. Seketika wajahnya sangat kusut. Ia iba melihat Miku.

'Benar apa yang dikatakan gadis yang bernama Tohoku Zunko itu. Kalau Miku selalu mengingat tentang kakak laki-lakinya. Aku kasihan melihatnya,' batin Naruto yang juga ikut merasa sedih.

Lantas Naruto berjalan mendekati Miku. Dipegangnya bahu Miku dengan pelan.

"Miku!" panggil Naruto.

Merasa sentuhan halus menyentuh bahunya dan suara Naruto yang memanggilnya, membuat Miku menyadarinya dan menoleh ke arah Naruto.

"Menma ..."

"Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Naruto dengan nada lembut.

Miku masih saja menangis. Secara langsung, ia memeluk pinggang Naruto. Naruto sedikit kaget dibuatnya.

"Miku ...?!"

"Menma, aku sedih ... Aku sedih karena mengingat Mikuo-nii. Jika saja Rin tidak mengingatkan tentang Mikuo-nii padaku, aku pasti tidak akan mengingatnya lagi. Padahal aku berusaha untuk tegar dan tidak sedih lagi. Tapi, tetap saja aku sedih. Aku benar-benar sedih sekarang. Menma, apa yang harus kulakukan sekarang agar aku tidak sedih lagi?" ujar Miku panjang lebar sambil terisak-isak.

Laki-laki ninja itu terdiam sejenak. Sedetik kemudian, dia membalas pelukan Miku itu.

"Tenang saja. Aku ada di sini. Aku akan menemani kamu. Jangan sedih. Jangan menangis lagi," kata Naruto berusaha untuk menghibur Miku yang sedang terguncang."Kamu tenang saja. Bahagialah dan terus tersenyum. Aku berjanji akan selalu membuatmu bahagia dan tersenyum di sepanjang hidupmu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Itulah janjiku, Miku."

Miku terpaku mendengarnya.

"Benar yang kamu ucapkan itu, Menma? Kamu berjanji tidak akan pernah meninggalkan aku. Itu benar, kan?"

Naruto mengangguk. Ia tersenyum kecil.

"Ya, itu benar. Aku berjanji padamu."

Miku tersenyum di sela-sela tangisannya.

"Terima kasih, Menma."

"Hm, sama-sama."

Mereka berpelukan dengan erat. Mereka tersenyum bersama. Sungguh senang melihatnya.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka. Dia adalah Tohoku Zunko. Seorang ninja yang mengirim Naruto ke dunia ini. Dia tersenyum melihat Naruto dan Miku yang sedang berpelukan.

"Hm, mereka semakin dekat saja sekarang. Semoga mereka saling jatuh cinta. Dengan begitu, tugasku untuk membahagiakan hidup Miku akan terwujud sebentar lagi," gumam Zunko berpakaian seragam sekolah yang sama dengan Naruto dan Miku. Dia bersembunyi di balik pohon rindang yang lain. Sambil mengamati Naruto dan Miku dari kejauhan.

.

.

.

Pada hari minggu yang cerah, Miku mengajak Naruto berjalan-jalan di sepanjang jalan setapak di kebun teh di sekitar rumah Miku. Hari libur yang indah dan ceria, usai makan pagi. Mereka berjalan-jalan bersama sambil menikmati suasana sejuknya daerah pegunungan.

Di atas langit, matahari tersenyum menyapa mereka. Awan-awan putih bergumpal dan membentuk suatu rupa tertentu. Menemani kebersamaan Naruto dan Miku yang sedang bercengkerama di bawah pohon rindang, berada tepat di tengah perkebunan teh.

Di bawah pohon rindang tersebut, terdapat bangku kayu bercat hijau. Mereka duduk di sana sambil memperhatikan keadaan sekitar. Angin yang bertiup lembut. Menambah kesegaran suasana pagi yang sejuk ini. Betapa menyenangkan jika bersama seseorang saat-saat seperti ini.

Sejenak Naruto melirik Miku. Miku yang terus tersenyum sambil menatap langit. Rambutnya yang panjang diikat twintail berkibar-kibar dimainkan angin. Betapa manisnya.

Sukses membuat Naruto terpana melihatnya. Rona merah tipis hinggap di dua pipinya. Lalu ia merasakan jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Entah apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Ia tidak tahu perasaan apa yang kini bermain-main di hatinya sekarang.

Ya, sudah lima bulan lamanya, Naruto berada di dunia ini. Sudah lima bulan, dia tinggal bersama Miku. Mempelajari semua hal yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Tentang apa saja selama belajar di sekolah bersama Miku. Miku mengajarinya dengan sabar dan tekun. Sehingga Naruto bisa mempelajari semua pelajaran yang ada di sekolah. Ia merasa pikirannya menjadi luas dan enteng. Tentang dunia yang begitu luas beserta isinya. Ia sudah mengetahui semuanya.

Namun, hanya satu perasaan aneh yang kini tidak dimengertinya. Perasaan yang nyaman ketika di dekat Miku. Perasaan yang ingin selalu melindungi Miku. Perasaan yang ingin selalu membahagiakan Miku, membuatnya tersenyum dan tertawa. Entahlah, perasaan ini membuat Naruto bertanya-tanya. Ada apa dengan dirinya sekarang?

Sedang asyik-asyiknya bergelut dengan perasaannya sendiri, Naruto menutup kedua matanya. Dia ingin menemukan jawaban atas kegelisahannya karena perasaan aneh yang bersarang di hatinya. Untuk itu, ia menemui seekor makhluk yang berada di dalam tubuhnya lewat alam bawah sadarnya.

.

.

.

CRRRRSH!

Terdengar bunyi riak-riak air yang menggenangi tempat gelap antah berantah itu. Naruto berdiri di atas permukaan air yang tergenang. Menghadap seekor musang berekor sembilan yang sedang terbaring dengan santainya. Kedua mata si musang menutup. Sepertinya ia sedang asyik tertidur.

"ZZZZZ ... ZZZZZ ... ZZZZZZZ!" suara dengkuran keras menggema di tempat itu. Sedikit mengguncang tempat itu sehingga menimbulkan gempa kecil.

Naruto mampu menyeimbangkan badannya saat terjadi gempa kecil itu. Sweatdrop besar muncul di kepalanya.

"HEI, MUSANG RAKSASA! BANGUN! HARI SUDAH SIANG, TAHU!" teriak Naruto keras berharap si musang bangun dari tidurnya.

Harapan Naruto terkabul, si musang menggeliat dan membuka salah satu matanya. Tampaklah mata merahnya yang menajam.

"Hei, bocah! Kau rupanya. Kenapa kau mengganggu tidur siangku yang damai ini? Hoaaaam," si musang yang bernama Kyuubi itu menguap lebar. Hingga tampaklah gigi-gigi tajamnya dari dalam mulutnya.

Naruto sewot melihatnya.

"Ternyata kau adalah makhluk yang pemalas juga rupanya."

Kyuubi membuka kedua matanya lebar-lebar. Dia tetap terbaring dengan malasnya. Ia menatap Naruto dengan serius.

"Terserah apa katamu, bocah. Aku tidak peduli itu. Tapi, apa yang membuatmu datang kemari, hah? Apa ada keluh dan kesahmu lagi?" tanya Kyuubi.

Naruto maju sedikit ke arah Kyuubi. Wajahnya terlihat serius.

"Aku mau bertanya tentang suatu hal padamu," kata Naruto.

"Tentang apa?" Kyuubi penasaran.

"Aku merasakan perasaan yang aneh sekarang."

"Perasaan aneh apa?"

"Perasaan aneh ketika di dekat Miku. Aku merasa nyaman jika di dekatnya. Ada perasaan yang mendorongku untuk selalu ingin melindunginya dan selalu ingin membahagiakannya. Membuatnya tertawa dan tersenyum. Aku tidak ingin membuatnya sedih. Bahkan aku malah berjanji kalau aku tidak akan pernah meninggalkannya. Aku ingin selalu berada di sisinya," ungkap Naruto dengan penuh perasaan."Jadi, aku tidak tahu perasaan apa yang kini mendorongku untuk melakukan semua itu. Apa kamu tahu tentang apa yang terjadi padaku sekarang? Kyuubi, apa kamu tahu? Perasaan apa itu? Aku mohon jawablah pertanyaanku ini!"

Naruto memasang wajah yang kusut. Membuat Kyuubi cengo di tempat setelah mendengarnya.

Sepertinya kepolosan Naruto sudah mencapai di ujung tanduk. Dampak hilang ingatan tentang dunia asalnya, membuat Naruto semakin polos saja. Dia tidak seperti Naruto yang biasanya. Semakin tidak peka dan semakin payah. Tentunya begitu.

POK!

Kyuubi menepuk jidatnya dengan kaki depannya. Naruto memperhatikannya dengan bingung.

"Aku tidak tahu dengan apa yang kamu bicarakan. Tapi, sepertinya kamu sudah semakin parah saja," tukas Kyuubi langsung.

"Maksudmu?"

"Maksudku, kamu semakin polos saja. Kamu tidak seperti Naruto yang kukenal dulu. Kamu semakin aneh."

"Aneh? Maksudmu?"

Membuat Kyuubi sewot melihat tampang Naruto yang polos itu. Sejenak Kyuubi menghelakan napasnya.

"Aaaah, sudahlah. Tidak perlu dibahas lagi," Kyuubi menatap Naruto lagi."Mengenai perasaan aneh yang muncul di hatimu sekarang. Aku tidak tahu itu. Aku ini cuma seekor biju. Aku tidak mengerti soal perasaan manusia. Tapi, kamu bisa tanyakan itu pada orang lain. Bukan bertanya padaku. Kamu mengerti, bocah?"

Si musang berharap perkataannya ini dapat dimengerti dengan baik oleh Naruto. Terlihat Naruto manggut-manggut. Itu menandakan Naruto mengerti dengan ucapan si musang.

"Oh, begitu. Aku mengerti."

"Jadi, ada lagi yang kamu tanyakan?"

"Ada."

"Apa itu?"

"Dengan siapa, aku bisa menanyakan tentang semua ini?"

DOOONG!

Wajah Kyuubi menjadi datar. Ia terdiam sejenak. Sweatdrop hinggap di kepalanya.

SIIING!

Tempat itu menjadi hening. Naruto menunggu jawaban Kyuubi dengan sabar.

Sedetik kemudian, Kyuubi menggeram kesal. Sudut perempatan muncul di atas kepalanya.

"HUH, KAMU ITU MEMUSINGKANKU, BOCAH! KAMU MEMBINGUNGKANKU! KAMU BISA BERTANYA PADA SIAPA SAJA YANG KAMU PERCAYA! JADI, PERGI DARI SINI SEKARANG JUGA!"

DUAAAK!

Kyuubi menjentik Naruto dengan sekali hentakan kaki depannya. Naruto pun terlempar jauh ke atas sana.

"WUAAAAAAAAAAAAH!" seru Naruto yang sangat keras dan menggema di tempat itu.

.

.

.

Naruto tersentak dan kembali ke alam nyata. Ia membuka matanya dengan cepat. Saat bersamaan, ia merasakan sentuhan halus yang menimpa bahunya. Naruto menyadarinya dan menoleh ke arah samping.

"Menma, ada apa?" tanya Miku yang mengerutkan keningnya.

Naruto terpaku memandangi wajah Miku yang kelihatan manis itu. Sedetik kemudian, Naruto menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil.

"Hehehe ... Tidak ada apa-apa," jawab Naruto enteng.

Miku juga tersenyum. Ia menjauhkan tangannya dari bahu Naruto.

"Oh, baik. Jika tidak ada apa-apa," kembali Miku memandang ke arah lain. Memandang lepas ke arah kebun teh yang terbentang luas di kejauhan sana.

Naruto terus memperhatikan Miku. Ia teringat dengan perkataan Kyuubi tadi.

"HUH, KAMU ITU MEMUSINGKANKU, BOCAH! KAMU MEMBINGUNGKANKU! KAMU BISA BERTANYA PADA SIAPA SAJA YANG KAMU PERCAYA! JADI, PERGI DARI SINI SEKARANG JUGA!"

Begitulah perkataan Kyuubi beserta saran yang dilontarkan padanya melalui kemarahan yang beringas. Sehingga mendorong Naruto untuk menanyakan semua ini pada Miku.

Segera saja ia bertanya Miku dengan polos.

"Miku."

Miku menoleh ke arah Naruto.

"Ya, ada apa?"

"Aku ingin bertanya padamu."

"Tanya apa?"

"Ini mengenai tentang sesuatu hal yang kurasakan akhir-akhir ini. Perasaan yang timbul ketika berada di dekatmu. Aku merasa ingin selalu melindungimu, menjagamu, membahagiakanmu, membuatmu tersenyum dan tertawa. Aku benar-benar tidak mau meninggalkanmu. Aku ingin selalu di dekatmu. Aku senang dan bahagia bersamamu," tukas Naruto dengan jujur."Jadi, apa kamu tahu tentang apa yang kurasakan ini? Kamu tahu perasaan apa itu?"

SIIING!

Hening. Angin bertiup kencang. Sehingga menerbangkan benda apa saja di tempat itu. Terlebih membuat Miku kaget mendengarnya. Dia pun terpaku di tempat.

Naruto mengangkat salah satu alisnya. Miku terdiam tanpa menjawabnya sama sekali.

Tiba-tiba terdengar suara yang menyapa Naruto.

["Hei, dasar bocah payah! Mengapa kamu malah bertanya pada Miku, hah?"]

Ternyata Kyuubi. Suaranya menyeramkan begitu.

Naruto menjawabnya lewat suara hatinya.

'Katamu, aku harus bertanya pada orang yang kupercaya. Ya, karena orang yang kupercaya adalah Miku. Makanya aku menanyakan hal ini pada Miku. Kyuubi, bagaimana kau ini?'

Kyuubi yang berada di dalam tubuh Naruto, terus berbicara.

["Tapi, bukan dengan Miku, baka. Tapi, pada orang lain selain Miku. Kau ini malah mengatakan sejujur-jujurnya pada Miku. Namun, aku rasa tindakanmu ini tepat juga. Baguslah."]

Naruto sweatdrop mendengarnya.

'Apanya yang bagus sih? Apa maksudmu, Kyuubi?'

["Hehehe ... Lihat saja apa yang akan terjadi."]

Kyuubi tertawa terkekeh-kekeh. Membuat Naruto semakin bingung saja.

Tak lama kemudian, Kyuubi tidak bersuara lagi. Naruto memanggilnya berkali-kali.

'Kyuubi! Kyuubi! Apa kamu mendengarku?'

Tidak ada jawaban. Hening.

'Pasti Kyuubi tertidur lagi. Dasar, musang yang pemalas!' batin Naruto sewot di dalam hatinya.

Lantas Naruto melayangkan pandangannya ke arah Miku. Miku yang masih terdiam. Entah apa yang dipikirkan oleh Miku.

Angin terus bertiup menerpa mereka berdua. Sesaat Miku mulai menjawab perkataan Naruto tadi.

"Menma ..."

"Ya, Miku," Naruto penasaran.

"Perkataanmu tadi telah menunjukkan kalau kamu mempunyai rasa untukku."

"Maksudmu?" Naruto benar-benar tidak mengerti.

Miku menoleh ke arah Naruto. Wajahnya sedikit memerah.

"Itu berarti kamu suka padaku. Perasaan aneh itu adalah cinta. Kamu jatuh cinta padaku. Kamu mencintai aku."

Si Uzumaki tercengang. Kedua matanya membulat. Ia terperanjat.

"Eh, cinta? Berarti ..." Naruto belum paham sama sekali.

Miku tertawa kecil melihat tampang Naruto yang polos. Naruto bertingkah seperti bocah yang masih berumur lima tahun. Benar-benar membuat Naruto seperti orang bodoh yang tidak peka sama sekali.

CUP!

Miku mencium pipi Naruto secara langsung. Naruto tersentak. Wajahnya memerah seketika.

"Mi-Miku?!" sekali lagi Naruto membulatkan kedua matanya. Ia benar-benar tidak menyangka mendapat kejutan manis dari Miku.

"Ini namanya cinta," ujar Miku tersenyum malu-malu."Kamu polos sekali. Kenapa kamu tidak tahu juga kalau perasaan aneh itu adalah cinta? Itu berarti kamu menyukai aku, Menma."

Naruto terpana. Wajahnya masih memerah. Dia tidak mampu mengatakan apapun. Dia benar-benar syok.

GREP!

Miku merangkul pinggang Naruto. Naruto kaget lagi dibuatnya.

"Aku ... Aku juga suka kamu, Menma. Aku mencintaimu. Aku juga ingin selalu berada di sisimu. Aku ingin bahagia bersamamu," sahut Miku dengan penuh perasaan. Kedua pipinya merona merah.

Naruto yang masih syok, belum bisa mengatakan apapun. Dia hanya terpaku dan membiarkan Miku memeluknya.

Terasa aneh. Tapi, begitulah keadaannya. Pada akhirnya, Naruto dan Miku sudah mengatakan perasaan masing-masing. Kini mereka sudah mulai menjalin hubungan yang sangat serius.

Diam-diam ada seseorang yang memperhatikan mereka. Seseorang itu tengah berdiri tak jauh dari mereka, tepatnya di dekat tanaman teh yang berderet-deret. Seorang laki-laki berambut hitam dan bermata kuning. Dia adalah Kagene Rei.

Rei memandang Naruto dan Miku dengan tatapan yang datar. Di tangan kanan Rei, tergenggamlah sebuket bunga mawar merah. Bunga yang ingin diberikan untuk Miku. Sebab, Rei juga menyukai Miku.

Rencananya, hari ini Rei ingin menyatakan cintanya pada Miku. Tapi, niatnya batal karena didahului oleh Naruto.

Kini dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat Miku berpelukan dengan Naruto. Hancur sudah harapannya untuk memiliki hati Miku. Dia sudah terlambat.

"Sudah kuduga, mereka berdua bukanlah saudara sepupu. Sepertinya mereka adalah sepasang kekasih," kata Rei tanpa ekspresi sama sekali di wajahnya."Tapi, tidak apa-apa. Aku senang melihat mereka begitu. Miku bukanlah orang yang ditakdirkan untukku. Ya, aku harus menerima kenyataan ini dengan ikhlas."

Setelah itu, dia memutuskan pergi dari sana. Meninggalkan suasana yang sangat membuatnya cemburu.

.

.

.

"Jadi, namamu adalah Uzumaki Naruto?" ujar Miku saat berhadapan dengan Naruto.

Saat ini mereka masih berada di kawasan kebun teh. Di jalan setapak di antara dua sisinya dipenuhi tanaman-tanaman teh. Mereka berdiri sambil menikmati kesejukan suasana pegunungan di tempat itu.

Miku sudah mengetahui siapa sebenarnya Naruto. Setelah Naruto dan dia meresmikan hubungan menjadi pacar, dua jam yang lalu. Naruto memutuskan untuk menceritakan tentang apa yang terjadi sesuai dengan arahan Kyuubi. Agar Miku dapat memahami tentang siapa sebenarnya Naruto itu.

Miku sangat kaget dengan apa yang diceritakan oleh Naruto. Tapi, sedetik kemudian reaksi Miku biasa-biasa saja.

Lalu Naruto mengangguk untuk membenarkan perkataan Miku tadi.

"Ya, Miku. Namaku adalah Uzumaki Naruto. Seorang ninja dari dimensi lain. Aku adalah orang asing yang dikirim oleh gadis yang bernama Tohoku Zunko. Karena Zunko, aku bisa kemari dan bertemu denganmu secara langsung. Lalu dia menyarankan aku agar aku selalu bersamamu. Dia ingin kita berdua menjadi pasangan yang hidup bersama sampai tua nantinya," jelas Naruto panjang lebar."Tapi, apa kamu mengerti dengan semua yang terjadi, kan?"

Miku terdiam. Ia menatap ke arah lain sebentar.

Sedetik kemudian, ia menjawabnya.

"Tohoku Zunko ya? Aku mengenal anak itu. Dia adalah keturunan Tohoku yang bertugas untuk melindungiku. Aku jarang juga bertemu dengannya. Soalnya dia suka menjelajah waktu. Tapi, aku tidak menyangka jika dia melakukan semua ini demi kebahagiaanku. Dia memang teman yang baik. Lalu aku sangat mengerti dengan apa yang terjadi. Aku paham," jawab Miku dengan wajah yang berseri-seri.

Naruto tersenyum simpul mendengarnya.

"Jadi, setelah kamu mengetahui semua ini. Aku tidak hilang ingatan. Aku bukan orang yang berasal dari dunia ini. Apa kamu tetap mencintai aku, Miku?" tanya Naruto penasaran.

Gadis itu melirikkan matanya ke arah Naruto. Wajahnya sedikit memerah.

"Naruto, siapapun dirimu dan darimana pun asalmu, aku tidak peduli itu. Aku akan tetap mencintaimu. Kamu sudah membuatku bahagia. Denganmu aku bahagia. Aku tidak ingin kehilangan kamu."

Naruto terpana mendengarnya. Secara refleks, dia memegang kedua bahu Miku. Ia tersenyum lagi.

"Miku, terima kasih karena kamu telah menerimaku di sini. Jadi, karena kita sudah saling jatuh cinta, aku memutuskan untuk tinggal di dunia ini. Bersamamu, Miku. Bersamamu untuk selamanya."

Miku sangat bahagia mendengarnya. Dia tersenyum dengan manisnya.

"Ya, sama-sama, Naruto. Aku senang kalau kamu tinggal di sini bersamaku."

Mereka tersenyum bersama. Lalu Naruto menarik Miku dalam pelukannya. Mereka saling berpelukan di tengah angin yang bertiup kencang.

Tapi, tak jauh dari ujung jalan setapak itu, ada dua orang yang mengamati Naruto dan Miku. Dua orang itu adalah ninja.

Satu pria berpakaian serba hitam dan berkacamata. Satu lagi adalah gadis berambut hijau pekat dan berpakaian kasual. Mereka adalah Kiyoteru dan Zunko.

"Akhirnya misiku untuk membuat Miku bahagia sudah selesai. Aku senang akhirnya Naruto dan Miku saling menyukai. Dengan begitu, Naruto bisa tinggal di dunia ini dan melupakan ingatannya dari dunia asalnya. Karena di sinilah, Naruto merasakan kebahagiaan agar dia tidak kesepian lagi," ucap Zunko melipat tangan di dada. Ia tersenyum senang melihat Naruto dan Miku yang saling berpelukan.

Kiyoteru mengangguk.

"Ya, aku juga senang jika Nona Miku senang. Tidak ada yang lebih membahagiakan melihat Nona Miku tertawa dan tersenyum. Nona Miku tidak akan sedih lagi," Kiyoteru tersenyum sambil memegang kacamatanya erat-erat.

"Hm, tapi kita harus tetap menjaga mereka berdua. Jangan sampai ada orang ketiga yang mengganggu hubungan cinta mereka."

"Pasti, Zunko. Aku pastikan hubungan Nona Miku dan Naruto bertahan sampai ke jenjang pernikahan nantinya. Aku akan menjaga mereka dengan segenap jiwaku."

Kiyoteru mengepalkan tinjunya ke udara. Tiba-tiba dia bersemangat sekali.

Zunko hanya tersenyum simpul melihat tingkah Kiyoteru. Kiyoteru yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri.

Kini perhatian mereka dialihkan pada Naruto dan Miku. Naruto dan Miku yang masih berpelukan dengan erat. Terlihat senyuman bahagia tercetak di wajah mereka.

Dengan Naruto, Miku bahagia. Ya, Miku sangat bahagia bersama Naruto. Mereka akan selalu bahagia untuk selamanya.

.

.

.

PENUTUP

.

.

.

BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN ...

Terlihat seorang pria berambut pirang yang dipangkas pendek sedang berjalan santai bersama wanita berambut panjang hijau tosca yang dibiarkan tergerai. Mereka sedang menapaki jalan setapak yang menanjak di sekitar perkebunan teh.

Mereka adalah Naruto dan Miku. Naruto dan Miku sudah menikah. Saat ini, Miku sedang mengandung anak pertamanya yang sudah memasuki usia sembilan bulan.

Ya, sejak menjalin hubungan cinta dengan Naruto. Miku memutuskan untuk tinggal di daerah perkebunan teh itu dan berhenti dari pekerjaannya sebagai penyanyi idola. Hingga hubungan cinta mereka berhasil dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Mereka menikah. Lalu Naruto sudah berhenti menjadi ninja dan memutuskan untuk mengelola perkebunan teh milik keluarga Miku.

Di hari yang masih pagi, Naruto mengajak Miku berjalan-jalan untuk menghirup udara yang segar agar Miku bisa melahirkan dengan mudah. Sesuai dengan anjuran dokter yang menangani masalah kehamilan Miku, jadi Miku harus banyak bergerak saat memasuki kehamilan usia sembilan bulan ini. Agar proses persalinan nanti berjalan dengan lancar dan tanpa kendala.

Lalu mereka duduk di bangku bercat hijau di bawah pohon rindang, tepatnya di tengah perkebunan teh. Tempat di mana dahulunya Naruto menyatakan cintanya pada Miku.

Miku mengingatnya. Ia melirik ke arah suaminya. Sang suami yang sedang asyik menikmati alam sekitar.

"Naruto ..."

Naruto menoleh ke arah Miku.

"Ada apa, Miku?"

"Apa kamu ingat tentang tempat ini?"

Naruto mengerutkan keningnya sebentar. Sedetik kemudian, ia tersenyum.

"Tentu saja aku mengingatnya. Di sinilah tempat di mana kita jadian dulunya," jawab Naruto.

Miku tersenyum senang mendengarnya. Lantas ia menyandarkan kepalanya di bahu Naruto. Dia duduk sangat dekat dengan Naruto.

"Terima kasih, karena kamu sudah membuatku bahagia, Naruto," kata Miku dengan nada yang lembut."Kamu telah memberikanku kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Kita akan mendapatkan seorang anak sebentar lagi."

Lantas Naruto meraih tangan Miku. Digenggamnya erat tangan Miku sambil berkata,"Ya, kita sebentar lagi akan menjadi Ayah dan Ibu. Kita akan menjadi orang tua untuk anak pertama kita ini."

Tangan Naruto yang bebas, mengelus pelan perut Miku yang membesar. Naruto tersenyum lembut sambil membayangkan calon bayi yang akan lahir dan memanggilnya "Touchan" nantinya. Itu tidak dapat menandingi kebahagiaannya yang sangat besar. Dia sungguh-sungguh bahagia.

Miku juga tersenyum saat melihat Naruto mulai berlutut di depannya. Naruto meletakkan telinganya tepat di perut Miku untuk mendengarkan suara si jabang bayi. Dia merangkul pinggang istrinya dengan erat.

Angin menerpa dua manusia itu, mengantarkan kebahagiaan yang tidak terkira dalam menanti sang buah hati. Itulah kebahagiaan lain di antara Naruto dan Miku.

Naruto menutup matanya. Rambutnya dielus pelan oleh tangan Miku. Dia tersenyum dengan bahagianya.

"Anakku, Touchan tidak sabar menanti kedatanganmu. Cepatlah hadir dalam kehidupan kami. Kamulah kebahagiaan terbesar kami. Touchan menyayangimu," bisik Naruto pelan seiring desiran angin yang bertiup menerpa tempat itu. Menerbangkan apa saja yang berada di sekitarnya. Menyemarakkan suasana bahagia di tempat itu.

Uzumaki Naruto dan Hatsune Miku sudah bersatu untuk selamanya dalam ikatan suci yang akan selalu bahagia.

"Denganmu, aku bahagia, Naruto," balas Miku yang terus mengelus rambut pirang Naruto.

.

.

.

TAMAT

.

.

.

A/N:

Chapter 5 update nih!

Chapter yang terakhir.

Ya, seperti inilah akhir dari kisah ini. Karena saya nggak mau konfliknya terlalu berat dan saya nggak mau panjang-panjang amat ceritanya. Jadi, saya putuskan untuk mengakhiri cerita ini sampai 5 chapter saja.

Oke, terima kasih udah baca cerita ini dari awal sampai akhir.

Sampai jumpa lagi di karya yang baru tentang pairing Naruto x Miku.

Berminat mereview?

Dari Hikari Syarahmia

-DENGANMU AKU BAHAGIA-

-RESMI DITAMATKAN-

vvvvv

vvvv

vvv

vv

v

Cerita ini ditamatkan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015.

HAPPY BIRTHDAY FOR UZUMAKI NARUTO!

NARUTO, HE IS A MY FAVOURITE ANIME CHARACTER!