I'm SORRY, BAEKHYUN

CAST

Baekhyun

Chanyeol

GENRE

Romance

DISCLAIMER

They're belong to GOD !

and STORY IS MINE

RATE

M

WARNING!

NO CHILD!

GENDERSWITCH

typo(s)

SUMMARY

Jika mencintaimu adalah suatu kesalahan, maka biarkan aku menghapusmu untuk selamanya. Namun jika kau adalah pelabuhan terakhirku, ijinkan aku tinggal di sisimu, karena aku membutuhkanmu.


"Maafkan aku Baekhyun, kurasa kita harus mengakhiri hubungan ini."

Malam itu Baekhyun tidak tahu kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga membuat seorang namja yang begitu ia percayai tega menyakitinya.

Mereka tidak bertengkar ataupun adu selisih sebelumnya, singkatnya mereka baik-baik saja. Mereka bahkan baru saja menghabiskan semangkuk ramen panas yang masih mengepulkan asap, bersama. Lalu mereka pulang dan juga saling menautkan jari-jari dinginnya hingga mereka merasakan hangat satu sama lain di bawah guyuran salju yang menghujani tanah Bucheon malam itu.

Lalu apa yang Baekhyun dengar sekarang? Gadis itu sama sekali tidak mengerti dengan yang namja di hadapannya katakan.

Menghakhiri katanya?

"Maafkan aku Baekhyun."

Tekanan terjadi di area tubuh bagian dalamnya, jantungnya berdenyut nyeri mendengarkan suara namja itu. Hingga air mata Baekhyun jatuh begitu saja saat namja itu mengulangi ucapannya.

"A-apa yang kau katakan Oh Sehun?"

Tanyanya berusaha tidak bergetar walau nyatanya ia ingin sekali.

"Aku akan segera memulai debutku menjadi artis."

Jadi ini alasannya Sehun mengabaikannya bebarapa bulan ini. Namja itu tengah sibuk dengan dunia barunya, yang diam-diam sedang merintis karir menjadi artis. Segampang itu kekasihnya mencampakannya. Segampang orang memakan permen karet dan ketika dia bosan mengunyahnya maka akan dibuang begitu saja. Demi Tuhan, Baekhyun manusia bukan batu yang tidak memiliki perasaan.

"Aku akan segera pindah ke Seoul untuk debutku. Kau pasti tahu bahwa aku akan menghabiskan banyak waktu dengan aktifitasku dan membuatmu menunggu. Saat itu aku yakin kalau kita pasti akan merasakan kebimbangan satu sama lain. Aku sibuk hingga melupakan waktu tentang kita, aku tidak mau menyakitimu Baekhyun dengan bilang bahwa aku tidak memikirkanmu, saat itu kau akan marah padaku dan membuatmu membenciku. Aku tidak mau itu terjadi Baek."

Lalu apa bedanya dengan sekarang?

Apa gunanya ponsel?

Pintar sekali namja itu berbicara? Apa ini karena sekolah aktingnya? Karena bakatnya inilah dia bisa menjadi artis.

Baekhyun ingin menyela tapi ia malah mengangguk hingga air matanya berjatuhan.

"Apa sudah selesai penjelasannya? Sekarang pergilah,"

Ucap Baekhyun lirih tidak mau membuat emosinya tersulut. Well, ia akan mengabulkan keinginan kekasihnya ah, atau mungkin kini sudah menjadi mantannya itu dengan lapang dada. Hatinya memang sakit, tapi tentu saja Baekhyun tidak bisa melarang keinginan seseorang. Apalagi itu tentang mimpinya.

Sehun termangu di tempatnya antara percaya dan tidak percaya mendengar kekasihnya melepasnya semudah itu. Setidaknya perkiraan bahwa Baekhyun akan menamparnya bahkan tak terealisasi.

Sehun maju selangkah berniat merengkuh kekasihnya yang terlihat begitu rapuh, namun saat kakinya melangkah Baekhyun segera memundurkan dirinya.

Menjauhinya...

"Jangan sentuh aku!" Lirih namun tersirat ketegasan didalamnya. Kepalanya menggeleng dengan pandangan mata nanar dan saat itu Sehun tahu bahwa dia telah menghancurkan hati gadis mungil itu. Perasaan bersalah tiba-tiba merayapi hatinya.

"Pergilah seperti keinginanmu, dan jangan pernah berani kau bertemu denganku lagi. Oh Sehun... Aku membencimu! Selamat tinggal."

Dan gadis itu langsung berlari memasuki rumahnya tanpa menolehkan kepalanya kebelakang lagi, menyisakan satu namja yang menatapnya sedih.

Empat tahun lamanya mereka menjalin hubungan sepasang kekasih dan hari ini tega-teganya Oh Sehun menghancurkan semua kenangan dan juga harapan yang sudah ditimbun dengan indah dalam waktu beberapa detik.

"Aku tahu aku memang egois Baekhyun, jika ada cara agar membuatmu tidak membenciku... pasti akan aku lakukan."


Dua wanita tampak bersenda gurau asyik dengan obrolannya, sambil berjalan beriringan menghampiri rekannya. Satu wanita berpostur semampai bak model iklan dan satu lagi wanita yang sedikit lebih pendek. Si wanita lebih tinggi menghentikan tawanya saat sampai di meja yang menjadi tujuannya.

"Editor Byun, letakkan pensilmu dan mari kita pergi makan siang,"

Ajak wanita tinggi itu pada rekannya yang masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Yang dipanggil pun mendongak melihat lawan bicaranya. Bibirnya mengerucut kecil.

"Sebentar lagi Tao, lebih baik kalian turun duluan saja. Nanti aku menyusul,"

Jawab wanita bernama Baekhyun tadi singkat lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Entahlah... mencatat sesuatu.

Wanita yang berada di belakang Tao akhirnya mendesah. Sambil menarik pelan lengan sahabatnya dia berbicara kepada Baekhyun.

"Cepat selesaikan pekerjaanmu Baekhyun, dan jangan menunda jam makan siangmu lain kali!"

Baekhyun menoleh disertai anggukan, "Arasseoyo eonni."

Setelah jawaban singkat dari Baekhyun akhirnya kedua wanita itu benar-benar pergi. Baekhyun mendesah berat, kepalanya pening meratapi nasib naskahnya yang kemarin hilang. Sedangkan editingnya sudah mencapai 80%, what the hell. Apalagi yang membuatnya tidak semakin gila jika deadline buku itu tinggal dua hari lagi. Demi Tuhan! dua hari lagi... Dan ia kehilangan semua file-file yang sudah disusunnya rapi.

Baekhyun tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri atas keteledoran itu. Dia lupa menyimpan dokumen kerjanya setelah melakukan evaluasi menyeluruh pada filenya. Dan beberapa hari ini laptopnya memang bermasalah. Hingga saat ia mematikan laptopnya ... Kaboooommm!

Baekhyun hampir saja mencakar wajahnya sendiri jika saja salah seorang rekannya tidak memanggilnya,

"Editor Byun, Manajer Kim memanggilmu ke ruangannya."

Oh astaga... Manajer Kim? Baekhyun ingin tenggelam saat ini juga. Dia tahu betul kalau manajernya pasti akan menanyakan pekerjaannya.

Akhirnya dengan gusar Baekhyun beranjak dari kursinya.

"Aku mengerti."

.

.

.

Baekhyun memasuki ruangan Manajernya dengan keringat dingin. Di dalam ruangan itu terdapat satu orang namja lagi, Baekhyun sempat meliriknya sekilas namun ia segera menolehkan kepalanya. Jantungnya sedang tegang dan dia tidak punya waktu memikirkan yang lainnya. Ia tersenyum kaku saat Manajer Kim tersenyum padanya. Manajer Kim orang yang baik karena sebelumnya ia tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi sayangnya saat ini...

Baekhyun tidak berani menebak apa yang akan Manajer Kim katakan padanya.

"Editor Byun bagaimana dengan naskahnya? Apakah kau sudah menyelesaikannya? Nona Lee sudah tidak sabar mengharapkan bukunya segera diterbitkan lusa,"

Ucap Manajer Kim dengan semangat dan senyum terkembang.

Baekhyun terpaku sesaat. Dengan gemetar ia memilin ujung kemejanya gusar. Ia terus menggigiti bibirnya kecil hingga tidak menyadari bahwa salah seorang namja disana tadi sibuk memperhatikannya.

"Manajer Kim saya minta maaf, bisakah anda mengundur jadwal deadlinenya sampai minggu depan?"

"Mwo?"

Baekhyun berjingkat kecil mendapati respon Manajernya. Wajah yang semula sumringah itu sekejap berubah menjadi tatapan horror. Baekhyun segera membungkukkan badannya sedalam mungkin dan meminta maaf.

"Maafkan saya, ini memang kesalahan saya karena tidak berhati-hati."

Baekhyun mendongak lagi dan menangkupkan tangannya di dada khas orang memelas.

"Saya mohon Manajer Kim, saya berjanji akan menyelesaikannya minggu depan. Tolong bantu saya."

Sang Manajer Kim pun mengerjap tidak percaya. "Bagaimana mungkin bisa begitu editor Byun?"

Tanyanya masih dengan kebingungan. Sukses membuat Baekhyun semakin merasa terpojokkan.

Tanpa Baekhyun duga bahwa namja yang sedari tadi memperhatikannya berdiri dan menghampirinya.

"Katakan alasan apa sampai-sampai membuatmu meminta mengundurkan jadwal yang sudah ditentukan?"

Glup~

Baekhyun menelan ludahnya susah payah saat mendengar suara berat namja di hadapannya berbicara padanya. Dia tidak tahu siapa namja itu, tapi didengar dari nada suaranya saja sudah membuat Baekhyun semakin mengkerut.

"Laptop saya rusak dan semua file-file yang sudah saya kerjakan hilang," Cicitnya lirih, astaga Baekhyun hampir menangis. Tatapan orang di depannya itu sungguh mengintimidasi.

"Apakah itu bisa di jadikan alasan?" Sahut Namja itu terdengar garang, lalu dia berdehem sebentar.

"Aku adalah Direktur di Random House Inc. Namaku Park Chanyeol dan perlu kau ketahui, aku tidak pernah mengalami hal seperti ini pada pegawaiku sebelumnya,"

Lanjut namja itu lagi dengan kalimat lirih tetapi sangat menusuk telinga satu-satunya wanita disana.

"Maafkan saya,"

Tunduk Baekhyun semakin tidak berani mengangkat kepalanya.

.

.

.

"Siapa dia Kim Jongin?"

Tanya namja berwajah tegas itu lalu mendudukkan tubuhnya di sofa panjang sebelah meja namja bernama Kim Jongin.

"Bagaimana bisa kau mempekerjakan pegawai teledor sepertinya?"

"Kau membuatnya ketakukan Park Chanyeol. Dia adalah salah satu editor terbaik yang kumiliki," Dengus Jongin itu tidak suka.

Chanyeol menatap miring Jongin yang terdengar membela wanita itu.

"Aku tahu mungkin dia sedang stres Chanyeol, mungkin karena itu dia jadi tidak fokus dengan pekerjaannya."

"Sejak kapan urusan pribadi diikut campurkan dengan loyalitas pekerjaan?"

Tanya Chanyeol tidak suka. "Atau jangan-jangan dia kekasihmu?" Decak namja itu lagi terdengar mengejak.

Jongin mendelik menatap balik lawan bicaranya. Park Chanyeol, sahabat sekaligus bosnya yang sedang menatapnya remeh.

"Jangan sembarangan bicara," Balas Jongin galak. Sedangkan Chanyeol malah berdecak bosan.

"Aku bisa melihatnya Kim Jongin, kau menyukainya. Ck, Transparan sekali."

Chanyeol menyilangkan kakinya dengan angkuh lalu mengeluarkan ponsel dalam sakunya. Mengetik sebuah pesan balasan pada seseorang di media sosIalnya, Line.

"Dia bahkan menolakku."

Chanyeol mendongak detik itu juga begitu Jongin menutup mulutnya. Matanya menatap tak percaya akan pengakuan sahabatnya.


Baekhyun membereskan barang-barangnya tidak semangat. Kepalanya berdenyut-denyut memikirkan nasib buruk yang dihadapinya. Semua tak akan begini jika laptopnya tidak rusak. Semua tidak akan begini jika dia bisa lebih hati-hati.

Selama ini Manajer Kim memang baik padanya, tapi wajar-wajar saja kalau namja itu bisa sangat kecewa jika dirinya bersalah. Dan Baekhyun juga tidak berani berkutik sama sekali saat onyxnya bertemu pandang dengan wajah garang seseorang yang mengaku sebagai Direktur Random House tadi. Apa itu berarti tidak ada kesempatan untuknya.

Baekhyun menjatuhkan kepalanya di atas meja dengan lemas. Mata sipit itu melirik kearah jam kecil yang berada di dekatnya tak bersemangat. Sudah hampir jam sepuluh malam. Bekerja lembur pun tak ada gunanya untuk hari ini. Ia bahkan baru bisa mengerjakan ulang naskahnya sebanyak 20%. Sedangkan otaknya sedang tidak bisa konsentrasi sama sekali. Apa iya ia harus tidak tidur malam ini.

Tao dan Yixng, kedua sahabatnya sempat menawarkan bantuan padanya. Tapi Baekhyun tidak mau egois dengan membebani sahabat-sahabatnya dengan pekerjaannya. Baekhyun tahu betul bahwa Yixing juga tengah mengerjakan naskah seperti dirinya. Dan Tao, demi Tuhan, wanita bak model itu bukanlah seorang editor melainkan desain grafis. Mau jadi apa presentasinya nanti jika ia membiarkan Tao menggarap editing itu untuknya. Tidak, Baekhyun tidak bisa membayangkan selanjutnya.

"Aih ya ampunnn... Byun Baekhyun, mati saja kau!"

Rutuknya semakin frustasi sambil memukuli kepalanya. Dia sungguh putus asa menghadapi ini sendiri. Membayangkan dulu ia masih mempunyai seseorang yang bisa menyemangatinya jika kesusahan, tapi sekarang ia tidak punya siapa-siapa. Baekhyun sendirian.

Baekhyun segera menggelengkan kepalanya kasar setelah sadar tentang apa yang dipikirkannya. Untuk apa dia masih memikirkan namja yang sudah mencampakannya tanpa perasaan. Apa dia bodoh atau idiot. Akhirnya setelah mengemasi barang-barangnya Baekhyun beranjak dari kursinya. Dia sudah kelaparan, setidaknya satu mangkuk ramen cukup untuk mengganjal perutnya malam ini.

Sedangkan di sudut ruangan yang tidak terlihat olehnya, seorang namja berwajah datar mengamati setiap gerak-geriknya. Tidak ada satupun yang luput dari penglihatannya. Namja itu tengah menggumam tidak jelas sebelum akhirnya juga keluar dari sana beberapa menit setelah Baekhyun sudah tidak terlihat.


"Dia sedang sakit."

"Sakit?"

Jongin tertawa geli melihat wajah serius Chanyeol yang menatapnya. Lihat, namja itu terlihat sangat penasaran sekali.

"Bukan sakit dalam artian sebenarnya. Kudengar dari teman dekatnya jika gadis itu baru saja ditinggalkan kekasihnya" Jongin menarik napasnya dalam. "Atau lebih kasarnya dicampakkan."

Chanyeol tampak semakin tertarik dengan perbincangan itu. Tanpa sadar dia menutup ponsel yang sedari tadi dimainkannya begitu saja. Telinganya ia buka lebar-lebar untuk mendengarkan tiap ucapan dari mulut Jongin.

"Kau tahu Oh Sehun? Artis muda yang tengah naik daun itu.?"

"Kudengar dialah mantan kekasih Baekhyun."

"Mworago?" Tanya Chanyeol dengan mata melotot.

"Kau pasti tidak percaya Park Chanyeol? Awalnya aku pun sama", Jongin tersenyum kecil mengingat betapa memalukannya dirinya saat pernyataan cintanya di tolak oleh wanita mungil yang sedang mereka bicarakan.

"Mungkin sangking patah hatinya, dia menolak semua orang yang menawarkan cinta padanya," Papar Jongin lalu meraih pulpen hitamnya untuk ia torehkan pada lembar-lembar dokumen kerjanya.

"Heh, sombong sekali," Desis Chanyeol tampak tak suka.

"Berani taruhan denganku? Dia akan bertekuk lutut di hadapanku dalam waktu kurang dari sebulan."

"Nde?"

Jongin segera meletakkan kembali pulpennya dan menatap sahabatnya kaget.

"Apa kau gila Park Chanyeol?"

.

.

.

Mungkin benar perkataan Jongin bahwa Chanyeol itu gila. Bagaimana dengan sadar namja itu mengikuti kemana Baekhyun pergi. Dan disini sekarang, di sebuah kedai ramen sederhana di pinggiran lampu merah kota, Chanyeol memarkirkan mobilnya. Kurang lebih setengah jam berlalu dia disana. Chanyeol menertaiwai dirinya begitu menyadari tingkah konyolnya. Menguntit seorang wanita yang sedang menikmati makan malamnya.

"Ck! benar-benar seperti orang bodoh," Gumamnya merutukki dirinya. Chanyeol begitu terpancing saat mendengar bahwa sahabatnya yang terkenal sebagai penjerat wanita bisa ditolak mentah-mentah oleh Baekhyun. Entahlah Chanyeol sendiri juga tidak mengerti kenapa dia malah mengajak Jongin sahabatnya yang sudah mendapat penolakan nyata itu taruhan. Jujur bukan hadiah taruhannya yang membuat Chanyeol tergiur, tapi sepertinya tanpa Chanyeol sadari dia tertarik dengan wanita bernama Baekhyun itu.

Chanyeol sudah hampir menginjak pedal gas mobilnya jika saja matanya tidak segera menangkap siluet wanita yang dia kenali keluar dari kedai ramen. Wanita itu tampak sempoyongan dalam langkahnya, Chanyeol mengernyit sebentar sebelum memilih mematikan mesin mobilnya dan beranjak keluar.

Chanyeol tepat waktu menghalau tubuh wanita yang hampir ambruk itu.

"Astaga! Ada apa denganmu?" Pekik Chanyeol kaget. Tapi yang di tanyainya malah tidak menjawab. Mata wanita itu terpejam dan itu cukup membuat Chanyeol ketakukan. 'Apa jangan-jangan yeoja ini mati?' batinnya. Untung saja dia cepat berlari dan menangkap tubuh mungil itu sebelum jatuh ke tanah.

Kejadian itu sontak menyedot perhatian beberapa orang yang sedang berjalan kaki. Karena tidak mau ditatap penuh selidik orang-orang disana akhirnya Chanyeol menggendong tubuh tak sadarkan wanita itu ke dalam mobilnya.

Di dalam mobil Chanyeol masih betah menatap lama tubuh wanita itu. Ternyata dia baru sadar jika wanita itu mimisan. Chanyeol bisa tahu karena melihat bekas darah di hidung dari jari-jari lentik wanita itu yang mengenai kemejanya.

Chanyeol berdecak lagi. "Ck, apa yang terjadi dengan yeoja ini."

.

.

.

.

.

Baekhyun memegangi kepalanya yang tiba-tiba nyeri ketika ia terjaga. Sambil meringis kesakitan saat mata sipitnya mencoba terbuka. Baekhyun mengernyit bingung ketika ia merasa asing dengan tempatnya saat ini berada. Ia mengerjap-ngerjap lagi berusaha memperjelas penglihatannya.

"Kau sudah bangun editor Byun," sapa seseorang yang sontak membuat Baekhyun menegakkan kepalanya. Bola matanya hampir keluar saat yang di dapatinya adalah.

"A-anda... D- direktur Park?" Ucap Baekhyun tergagap.

Chanyeol tersenyum kecil lalu meletakkan sebuah mug berisi teh yang masih mengepulkan asap di nakas sebelah ranjang.

"Minumlah ini ku kira teh madu bisa sedikit mengurangi pusingmu. Dan apa kau merasa baikkan?"

Tanya namja itu tidak menggubris raut kebingungan lawan bicaranya.

Tanpa sadar Baekhyun malah menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan yang dilontarkan itu. Namun sejurus kemudian ia segera tersadar dan kembali bertanya dengan panik.

"B-bagaimana saya bisa berada disini? Dimana saya sekarang?"

Chanyeol tidak langsung menjawab, dia duduk di sebuah sofa tunggal yang tak jauh dari tempat Baekhyun berada. Dengan gaya anggun namja itu menyilangkan kakinya dan meletakkan kedua telapak tangan lebarnya di atas lutut. Mengalihkan tatapannya kepada sosok mungil yang sedang dilanda kebingungan.

"Semalam aku tidak sengaja menemukanmu ambruk di tengah jalan, dan karena aku ingat bahwa kau adalah salah satu pegawai Manager Kim makanya aku menolongmu. Aku tidak tahu rumahmu, jadi yaa..." Chanyeol menggedikkan bahunya santai, "Aku membawamu ke apartemenku."

Sesaat Baekhyun merasa sangat berterimakasih karena orang itu mau menolongnya, tapi entahlah tiba-tiba perasaan malu juga membayanginya.

"Maafkan saya, tapi terimakasih atas pertolongan anda," Ujar Baekhyun merasa tak enak.

"Tidak masalah," Jawab Chanyeol tak merasa keberatan.

"Tapi jika boleh aku bertanya bagaimana bisa kau pingsan di tengah jalan?"

Baekhyun bertemu pandang dengan kedua obsidian milik Chanyeol. Ia melihat tatapan itu syarat akan kekhawatiran. Baekhyun menggeleng-gelengkan kepalanya, 'pemikiran bodoh macam apa itu'

"A~..." Baekhyun membuka mulutnya hendak berbicara. Ia mengingat-ingat kejadian semalam. Seingatnya sepulang kerja ia mampir ke kedai ramen langganannya, lalu memesan semangkuk ramen panas dan meminum sebotol soju. Baekhyun kemudian pulang dan tiba-tiba merasa pusing. Ah! Ia ingat, ia juga sempat mimisan sebelum akhirnya...

"Dan kau juga mimisan editor Byun, apa kau sakit?"

Pingsan.

Baekhyun tersadar dari lamunannya. Tidak, ia tidak sedang sakit, ia baik-baik saja. Dan Baekhyun sangat yakin akan kesehatannya.

"Mungkin saya mimisan karena kelelahan."

Chanyeol beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati ranjang. Baekhyun hanya menatapnya diam.

"Karena naskah itu? Kau yakin bisa bekerja dengan keadaan seperti ini?"

Tanya Chanyeol dengan nada yang entah kenapa berubah melembut.

Oh iya...bekerja. Mendengar kalimat Chanyeol, Baekhyun segera teringat waktu. Jam berapa sekarang, Baekhyun mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan itu mencari apa saja yang bisa menunjukkan jam berapa sekarang ini. Dan ia buru-buru beranjak dari atas kasur itu untuk bergegas pergi. Astaga! sudah hampir jam 8.

Namun belum sempat ia berdiri tegak Chanyeol sudah menghalau jalannya.

"Laptopmu rusak, bagaimana bisa kau menyelesaikan naskah itu saat hanya tinggal hari ini waktu yang tersisa?"

Begitu dekat, hingga Baekhyun merasa sangat gugup saat tubuhnya berada pada jarak bebarapa senti dari tubuh tegap namja itu. Bahkan saat menatap matanya pun Baekhyun harus mendongak. Tatapan itu, Baekhyun menyadari tatapan mengintimidasi itu lagi dilayangkan padanya. 'Kenapa namja ini sangat menakutkan'. Batin Baekhyun uring-uringan.

"Saya akan menservisnya," Jawab Baekhyun lirih. Seolah kepercayaan dirinya ditelan habis oleh tatapan tajam milik Chanyeol.

"Menservis akan memerlukan waktu berapa hari. Sedangkan deadline buku itu tinggal besok editor Byun!"

Baekhyun termenung sesaat. Memang benar yang dikatakan namja itu. Baekhyun memang tidak punya waktu lagi. Tapi dia bisa apa? Menyerah? Jangan harap.

"Atau... kau mau aku membelikanmu laptop baru?"

Dan begitu mendengar tawaran itu, Baekhyun segera tersadar ada yang tidak beres disini. Apa maksud Chanyeol berkata demikian.

Chanyeol mendesaknya hingga Baekhyun harus memundurkan tubuhnya. Perasaannya tidak enak menghadapi wajah tegas namja itu.

"Aku akan membelikanmu laptop baru jika kau bersedia menjadi temanku... teman mengobrol atau juga teman..."

Chanyeol menggantung kalimatnya lalu melirik ke arah ranjang yang berada di sebelahnya. Baekhyun mengikuti tatapan matanya, dan matanya membola saat sadar kemana jalan pikiran namja itu.

Walau dengan kaki gemetar ketakutan Baekhyun mencoba tenang. "Dimana tas saya, saya mau pulang karena sebentar lagi saya harus ke kantor,"

Ucap Baekhyun dingin dengan tatapan menyalang, demi Tuhan. Dia merasa dilecehkan jika semua yang dibayangkan tentang Chanyeol itu adalah benar.

Seperti di drama-drama yang sering ditontonnya. Bahwa seorang pengusaha kaya menawarkan harta dan kehidupan mewah kepada wanita miskin di atas kontrak dengan merelakan diri dijadikan pelacurnya atau bahkan budak seks mereka. Tidak terima kasih, Baekhyun masih menyayangi tubuhnya. Dan sebisa mungkin ia akan menjaga satu-satunya apa yang ia miliki itu.

Chanyeol memberitahu Baekhyun dengan gerakan kepalanya. Segera setelah Baekhyun menemukan yang dicari. Ia cepat-cepat mengambil tasnya dan pergi dari sana.


Baekhyun lagi-lagi di kejutkan oleh tingkah Tao yang tiba-tiba muncul di sebelahnya. Sebenarnya Baekhyun tidak harus terkejut jika ia tidak sedang melamun. Tapi nyatanya kejadian tadi pagi benar-benar membuatnya buta dengan sekitar. Baekhyun jadi tidak konsen dengan pekerjaannya. Dan malah melamun tidak jelas. Baekhyun semakin melemas mengingat dewi waktu sepertinya tidak mau memihak padanya. 'apa aku harus menyerah' desahnya berkali-kali.

"Baekhyun-ah apa kau sudah mendengar berita pagi ini?" Tanya Tao sambil memancarkan raut sumringah, sangat berbanding terbalik dengan Baekhyun.

Baekhyun balik menatapnya malas dengan wajah kusut. Tao sempat bingung sesaat tapi dia tetap ingin menyampaikan berita baik ini untuk sahabatnya.

"Baekhyun-ah deadline buku Nona Lee di undur seminggu."

"Apa?" Pekik Baekhyun cepat. Kaget tentu saja, selama yang ia tahu wanita bernama Nona Lee adalah orang yang membenci ketidak konsistensian. Dan apa yang sudah menjadi perjanjian maka itu harus dilaksanakan, tidak peduli apapun alasannya.

"Tadi sebelum kau datang Manajer Kim mencarimu, dia sendiri yang menyampaikan berita ini."

Baekhyun masih sibuk mencerna semua ucapan Tao. Bagaimana bisa begini? Kemarin ia sendiri yang mendengar bahwa deadline itu tidak bisa di undur.

"Kau ingin tahu sebuah rahasia editor Byun?" Tanya Tao penuh teka-teki. Kemudian tanpa menunggu Baekhyun menjawabnya Tao mendekatkan tubuhnya dan berbisik ketelinga wanita yang lebih mungil, "Direktur Park sendiri yang turun tangan bernegosiasi dengan Nona Lee."


Baekhyun berdiri dengan gugup memasuki ruangan Manajer Kim sambil membawa nampan berisi secangkir kopi. Mungkin ia tidak perlu gugup jika yang memberinya perintah itu Manajer Kim sendiri. Tapi demi Tuhan, suara disambungan telepon beberapa menit yang lalu bukanlah suara Manajer Kim. Ia ingat betul suara berat yang selalu mengintimidasinya, ya itu suara Park Chanyeol, dan bukan suara Kim Jongin, manajernya. Waupun ia sendiri bingung kenapa Direktur Park berada disini, tetapi Baekhyun putuskan tetap kemari.

Baekhyun mengetuk pintu kayu di depannya tiga kali sebelum memasuki ruangan itu. Di balik meja sang Manajer sudah duduk dengan manis namja berwajah dingin dan juga tegas menatapnya datar. Baekhyun berusaha sebisa mungkin tidak bertemu pandang dengan obsidian Chanyeol yang selalu mengintimidasinya.

Setelah meletakkan secangkir kopi yang diminta Baekhyun mundur beberapa langkah dari tempatnya. Ia mendongak sebentar karena tak ingin dinilai tidak sopan.

"Maaf Direktur Park apakah ada lagi yang anda perlukan?" Tanya Baekhyun tampak tegang.

"Pasti kau bertanya-tanya mengapa aku berada disini?"

Sebenarnya Baekhyun sama sekali tidak.

"Manajer Kim sedang mengambil cuti satu minggu, dan kerena minggu ini banyak sekali buku yang harus diterbitkan, makanya aku disini menggantikan posisinya sementara waktu."

Baekhyun mengerjab takjub, bagaimana mungkin seorang Direktur bersedia duduk di kursi bawahannya mengantikan tugas yang bukan miliknya. Tapi Baekhyun yakin bahwa selalu ada alasan tersendiri bagi Direktur Park melakukan itu.

"Mengenai deadline itu, kau tidak perlu terburu-buru menyelesaikannya. Masih tersisa seminggu untuk menyempurnakan semuanya, jadi... beristirahatlah yang cukup."

Untuk sesaat Baekhyun merasa tersanjung atas bantuan dan perhatian Direktur Park padanya. Tapi mengingat kejadian tadi pagi Baekhyun segera memasang sikap hati-hati. Bisa saja namja itu memanfaatkan kelemahannya untuk sebuah rencana jahat. Baekhyun tetap harus membangun benteng tinggi.

"Terimakasih anda sudah berbaik hati. Kalau begitu saya permisi,"

Baekhyun hendak berbalik sebelum Chanyeol menghentikannya,

"Tunggu editor Byun!"

Chanyeol beranjak dari kursinya dan maju beberapa langkah, Baekhyun tentu waspada. Pikiran-pikiran buruk segera menyerangnya. Dengan panik ia mundur ke belakang.

Alis Chanyeol terangkat menyadari tingkah ketakukan wanita di depannya. Tapi kemudian senyum manis terkembang di bibirnya.

"Kau tidak perlu takut padaku editor Byun, Aku hanya ingin meminta maaf."

Apa?

"Untuk tadi pagi... Aku tidak bermaksud untuk melecehkanmu. Aku bisa menebak apa yang kau pikirkan tadi pagi. Tapi sungguh, aku tidak ada maksud kesitu. Dan sebelum aku menyelesaikan ucapanku kau sudah lebih dulu memasang raut kesal. Tapi aku hanya tidak ingin kau salah paham kepadaku. Jadi... aku minta maaf jika ucapanku menyinggung perasaanmu."

Baekhyun merasa tertohok. Selain mendominasi bagaimana mungkin namja itu juga bisa mengetahui isi pikirannya.

Baekhyun kehilangan kata-kata. Anggapan buruk tentang Chanyeol memang belum terbukti tetapi Baekhyun sudah melempar spekulasi negatif begitu saja. Dia merasa telah menjadi wanita yang buruk.

Bibirnya terbuka hendak berucap, tetapi karena kegugupannya itulah yang membuat semua kalimatnya seperti tertelan kembali. Baekhyun menjilat bibirnya sesaat sebelum menunduk dan minta maaf.

"Jeoseonghamnida Direktur Park, saya ti-tidak bermaksud berfikiran seperti itu."

Chanyeol terkekeh geli. Wanita seperti Baekhyun itu sangat mudah didapatkan apanya yang susah? Jongin saja yang bodoh.

"Baiklah jika kau memang merasa bersalah maukah kau menerima ajakan makan malam dariku?"

"Ye?"

"Jangan berpikiran macam-macam dulu editor Byun, aku sungguh-sungguh tidak ada niat buruk padamu. Jika kau tidak percaya kau bisa memanggil polisi saat itu juga."

Baekhyun tercenung sesaat, namun akhirnya dia tertawa kecil hingga matanya menyipit dan membingkai indah, mendengar lelucon garing yang dillontarkan bosnya padanya.

"Baiklah, dimana anda akan mengajak saya, saya akan datang kesana men-"

"Tidak!" Chanyeol memotong ucapan Baekhyun dan menghentikan tawa imutnya.

"Kau tunggu aku didekat pos satpam, kita akan pergi bersama."


Seperti janji yang sudah diucapkan oleh Baekhyun, akhirnya mereka tiba di hotel berbintang terkenal di Seoul untuk acara dinner. Baekhyun mencoba menyembunyikan sifat kagum berlebihannya melihat bangunan yang begitu megah dengan aksen mewah disetiap sudut ruangannya.

Mereka berjalan beriringan dalam diam menuju ruangan khusus yang sudah dipesan Chanyeol untuk makan malamnya. Baekhyun ingin sekali protes pada namja itu, untuk apa mereka makan di tempat semewah ini jika mereka saja bisa menghabiskan semangkuk ramen panas yang luar biasa nikmatnya di kedai kecil langganannya. Ya~ Tuhan Baekhyun mulai ngawur, mana mungkin seorang Park Chanyeol, CEO di perusahaan penerbitan terkenal di Seoul makan di kedai ramen yang kelewat kecil itu. Baekhyun geleng-geleng menyadari pemikiran konyolnya.

"Editor Byun, kau baik-baik saja?" Tanya Park Chanyeol khawatir melihat wanita itu geleng-geleng. Baekhyun segera menegakkan kepalanya dan tertawa bodoh.

"A~ haha, saya tidak apa-apa, saya baik-baik saja," Jawabnya singkat karena kelewat malu. 'Astaga~ bagaimana bisa kau bertingkah pabo Baekhyun' gerutunya mengomeli dirinya.

Diam-diam Chanyeol tersenyum aneh melihat tawa kecil wanita itu. Begitu manis, batinnya.

Setelah itu Baekhyun kembali mengekori Chanyeol di belakangnya. Dua orang pelayan berpakain seragam sudah menyambut mereka, mereka hendak berbelok sebelum mata sipit Baekhyun menangkap sesuatu yang membuatnya menghentikan langkahnya tiba-tiba. Baekhyun menatap dengan mata melebar pada sebuah keramaian di sebelah aula tak jauh dari tempatnya. Jaraknya memang tidak terlalu dekat, tapi Baekhyun masih bisa menatap dengan jelas bahwa namja yang dilihatnya itu adalah.

Oh Sehun...

Chanyeol berbalik menyadari Baekhyun menghentikan langkahnya. Namja itu mengikuti bola mata Baekhyun mengarah.

"Sepertinya sedang ada event disini?" Tanya Chanyeol pada seorang pelayan itu dan berhasil menyadarkan Baekhyun dari keterpakuannya.

"Benar Tuan Park, Aktor Oh Sehun yang tengah naik daun itu sedang melakukan Fansign,"

Jawab pelayan itu sopan.

Chanyeol melirik ke arah Baekhyun sekilas, dia melihat bagaimana Baekhyun yang menunduk muram. Dan dia tidak suka melihat itu lama-lama. Akhirnya atas inisiatifnya Chanyeol menggenggam jemari-jemari yang begitu mungil di telapak tangannya itu dan menariknya pergi.

"Baekhyun-sii ayo kita pergi, aku sudah sangat lapar."

Baekhyun mengalihkan tatapannya kepada Chanyeol. Matanya tampak memerah dan menahan tangis tapi dia mengangguk. Ia bahkan sama sekali tidak keberatan saat Chanyeol menggandengnya.

Saat menoleh untuk terakhir kalinya Sehun juga tidak sengaja menatapnya. Baekhyun melihat namja itu terlihat sangat kaget mendapatinya disini. Tentu, Baekhyun yakin Sehun pasti sangat kaget melihatnya disini, namja itu pasti tidak menyangka bahwa wanita biasa sepertinya bisa berkeliaran di tempat mewah yang sangat privasi seperti ini.

Baekhyun tersenyum kecut sebelum kemudian memalingkan wajahnya dan kembali melangkahkan kakinya dengan tangan yang masih bertautan dengan telapak tangan Chanyeol.

.

.

.

"Editor Byun apa makanannya tidak enak? Kulihat sedari tadi kau hanya memainkan garpu di atas piringmu dan tidak berniat memasukkan makanan ke mulutmu."

Baekhyun tersadar dari lamunannya saat Chanyeol menegurnya.

"Jeoseonghamnida,"

Gumam Baekhyun terlihat menyesali perbuatannya.

Chanyeol meletakkan garpunya dan meraih gelas winenya. Meneguknya sebentar lalu beralih mengamati Baekhyun. Chanyeol tentu tidak lupa dengan apa yang Jongin katakan padanya. Hanya namja seperti Oh Sehun saja bisa membuat Baekhyun terperdaya. Ck, Chanyeol mulai muak melihatnya.

"Berhenti meminta maaf dan makanlah makanmu!"

Perintah Chanyeol setengah membentak yang langsung membuat nyali Baekhyun menciut.

Baekhyun akhirnya memilih mengiris daging yang berada di piringnya kecil-kecil lalu memasukkan ke mulutnya sebelum membuat Chanyeol murka. Tapi tetap saja nafsu makannya sudah hilang setelah melihat keberadaan Sehun yang sudah hampir enam bulan ini tidak di temuinya. Perasaan sakit hati itu tiba-tiba merayapi hatinya lagi melihat Sehun sangat bahagia. Meninggalkannya bagai sampah yang tidak ada gunanya. Baekhyun merasa sesak di dadanya. Dengan gerakan serampangan ia menarik gelas anggurnya dan meminum isinya sampai habis. Ia tidak ingin menangis di hadapan orang lain, apalagi di hadapan Chanyeol. Tapi Baekhyun tidak bisa, ia tidak bisa menahan kerapuhan hatinya lagi. Hatinya yang retak belum sempat mengering dan kini tiba-tiba sebuah hantaman martil tak kasat mata kembali melukainya.

Chanyeol mendorong kursinya ke belakang dan mengahampiri Baekhyun yang dilihatnya mulai terisak.

"Maafkan aku, apa aku terlalu kasar, aku tidak bermaksud membentakmu,"

Ujar Chanyeol takut-takut, sambil memberanikan menyentuh pundak rapuh Baekhyun. Ia tahu perasaan Baekhyun sedang tidak bagus tetapi dia dengan sadar malah membentak wanita itu.

"Hiks... kenapa dia begitu kejam."

Berhasil, akhirnya isakan yang sedari ditahanya berhasil lolos dan menyapa telinga Chanyeol. Baekhyun menunduk dalam, enggan mengangkat kepalanya. Tetapi bahu ringkih yang terguncang itu memberi tahu Chanyeol bahwa ia sedang menangis.

"Apa salahku...hiks." Isakannya semakin memilukan suasana hening di dalam restoran itu. Chanyeol memang sengaja memesan ruangan khusus untuknya makan bersama Baekhyun. Bukan bermaksud apa-apa tapi dia hanya ingin mengobrol dengan nyaman bersama Baekhyun.

"Baekhyun-sii ada apa denganmu?"

Chanyeol sebenarnya sudah tahu jawabannya tapi entah mengapa dia malah memilih berbasa-basi.

"Namja bodoh itu, kenapa dia melakukan ini padaku,"

Baekhyun mendongakkan kepalanya hingga ia bisa menatap Chanyeol yang memandanginya cemas.

"Aku bahkan mencintainya selama empat tahun. Aku selalu bersabar menghadapinya yang terkadang masih bertingkah layaknya balita. Aku selalu mengusahakan apapun yang dia inginkan. Aku mencintainya dengan segenap hatiku. Tapi kenapa... hiks," Baekhyun tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Tenggorokannya terasa kelu oleh liurnya sendiri. Ia tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang Sehun sebelumnya. Kecuali kedua sahabatnya yang memang sudah ia percayai. Tapi hari ini, atau mungkin juga karena efek wine yang diminumnya barusan. Baekhyun menumpahkan semua sakit hatinya kepada namja yang sama sekali belum ia kenali.

Entah dorongan dari mana yang membuat Chanyeol segera menarik tubuh kecil itu kedalam pelukan hangatnya. Dia tidak tahu mengapa ia perlu menenangkan wanita yang sedang kalut itu.

"Dia bahkan berjanji akan menikahiku akhir tahun ini... Tapi kenyataannya dia hanya namja brengsek yang tidak bisa memegang kata-katanya... Dia... pembohong!"

"Baekhyun-sii hentikan! sudah...jangan teruskan!"

Chanyeol menangkup kedua pipi basah Baekhyun dengan kedua telapak tangan hangatnya. Obsidiannya bertemu langsung dengan onyx milik sang wanita. Kepalanya menggeleng pelan seolah memberi isyarat Baekhyun untuk menghentikan tangisnya.

"ssshttt... jangan menangis. Lupakan namja brengsek sepertinya. Di luar sana masih banyak namja yang lebih baik darinya. Bahkan beribu-ribu kali lebih baik yang bisa kau dapatkan Baekhyun."

Baekhyun memejamkan matanya meresapi usapan lembut jemari Chanyeol pada pipinya. Baekhyun merasa...

tenang...

Ia membuka matanya lagi, tatapan matanya begitu sayu. Damn Shit, itu membuat Chanyeol kelimpungan dengan akalnya.

Dengan kenekatan yang mulai terkumpul Chanyeol mendekatkan wajahnya ke arah Baekhyun. Sedikit lagi hingga ia akan sampai pada bibir tipis merah muda nan sangat menggoda itu.

"Lupakan dia, dan mulailah semuanya denganku!"

Sebut Chanyeol gila, tanpa mempedulikan jika sewaktu-waktu Baekhyun akan menolaknya, Chanyeol segera membungkam bibir wanita itu dengan sebuah ciuman. Ciuman dalam yang begitu menuntut. Membuat Baekhyun terbelalak oleh serangan tiba-tibanya. Mata sipit wanita itu terbuka lebar merasakan bagaimana bibir tebal Chanyeol memagutnya begitu mendominasi, hinga tanpa sadar ia mengalunkan lengannya dan mulai terhanyut dalam ciuman penuh gairah itu. Seiring semakin intimnya kuluman itu Baekhyun mulai memejamkan matanya.

Bodoh, mungkin Baekhyun akan menyesal besok. Tetapi ia tidak mau menghentikan ini sekarang.

Chanyeol tidak akan berhenti sampai disini, begitu wanita itu mempersilahkannya maka jangan harap Baekhyun akan bisa mengusirnya. Dengan diliputi nafsu yang membara Chanyeol menuntun Baekhyun untuk mengikutinya. Menarik wanita itu tidak sabaran hingga menemukan pintu masuk menuju kamar hotel. Tidak sulit baginya untuk mendapatkan satu kamar dengan fasilitas super mewah disini. Apa yang tidak bisa Park Chanyeol dapatkan?

Pintu itu terkunci otomatis setelah tertutup. Chanyeol segera mendorong tubuh wanita yang berkali-kali lebih kecil darinya itu ke atas tempat tidur. Nafasnya berderu tidak teratur hingga menimbulkan sensani aneh di telinga Baekhyun. Setelah yakin wanitanya terlentang pasrah di bawahnya segera dia lumat kembali bibir Baekhyun yang sedikit membengkak karena ulahnya. Baekhyun sudah tidak bisa berfikir dengan benar, ia hanya menuruti apa saja yang Chanyeol lakukan padanya. Saat Chanyeol memberinya isyarat untuk membuka mulutnya maka tanpa diperintah dua kali pun ia melakukannya.

"Direktur Parkhh...!" Panggilnya lirih yang tidak ada bedanya dengan sebuah desahan. Baekhyun menggelengkan kepalanya mencoba menghentikan Chanyeol yang mulai bertindak jauh, entahlah Baekhyun ragu untuk menerimanya.

"Chanyeol... sebut namaku Baekhyun, panggil namaku," Balas Chanyeol sensual. Hasratnya sudah tak bisa di bendung, nafasnya memburu bak serigala kelaparan, apakah wanita di bawahnya tega menghentikannya. Tatapan matanya mengisyaratkan permohonan besar. Sungguh, dia tidak bisa berhenti setelah apa yang sudah dia lakukan sejauh ini.

Akhirnya walaupun tak percaya Chanyeol melihat sendiri. Melihat bagaimana Baekhyun mengundangnya, wanita itu... wanita itu menganggukkan kepalanya dan Chanyeol bersumpah. Dia tidak akan berhenti apapun alasannya.

Dengen terburu-buru dia raup kembali cherry lips Baekhyun. Melumatnya tanpa ampun seolah dialah satu-satunya sang pemilik. Libidonya semakin naik ketika mendengar Baekhyun mengerang disela-sela pagutannya. Ciumannya beralih ke dagu runcing itu, naik ke hidung dan beralih menjilati daerah sekitar kuping telinga Baekhyun. Baekhyun menggigit bibirnya merasakan sensasi aneh itu untuk pertama kali. Ia sama sekali tidak tahu harus melakukan apa.

Lidah basah Chanyeol beralih semakin ke bawah, menjilati rahang mulus dan semakin turun ke leher jenjang tanpa cacat itu. Dengan gerakan pelan agar membuat Baekhyun nyaman. Chanyeol melucuti kancing kemeja Baekhyun satu persatu. Menanggalkannya begitu saja setelah usahanya berhasil. Dia menyeringai mendapai dua buah gundukan yang memacu adrenalinya terbungkus rapi oleh bra berwarna hitam. 'warna yang cocok' batinnya. Chanyeol begitu gemas. Bagaimana dia bisa sangat terangsang dengan tubuh semungil ini.

Chanyeol tersenyum lembut ketika mendapati mata Baekhyun menatapnya sayu. Kembali ia kecup bibir itu sekilas, seakan menyampaikan pada wanita mungil itu untuk mempercayainya.

"Percayalah padaku Baekhyun..." Suara Chanyeol terdengar begitu berat dan serak, berhasil menggetarkan hatinya. Munafik jika Baekhyun menolak...

Gerakan tangan lebar Chanyeol mulai menyelusuri tubuh mungilnya yang hampir telanjang. Meraba bagian-bagian privasinya hingga membuat Baekhyun kegelian, ia menggeliatkan tubuhnya tidak nyaman. Tidak, bukannya tidak nyaman, mungkin hanya karena ia belum terbiasa. Lama-kelamaan ia pasti juga akan menerimanya, nanti.

Chanyeol mengecup bahu Baekhyun mesra, sedangkan tangannya tengah sibuk melepaskan kaitan bra di belakang punggung wanita itu. Baekhyun mengangkat sedikit badannya, secara naluriah ia memang sudah siap. Dan itu membuat Chanyeol tersenyum penuh arti.

"You're so perfect pretty,"

Decak Chanyeol kagum saat dia berhasil melepaskan kedua payudara Baekhyun dari kungkungan bra hitam itu. Dada yang tidak besar memang, tetapi memiliki puting yang begitu menakjubkan. Nipple berwarna merah muda itu tengah mengeras sempurna. Chanyeol tidak bisa membayangkan betapa terangsangnya Baekhyun saat ini. Seperti dirinya.

Tidak mau membuang waktu lama hanya untuk memandangi buah dada ranum itu, segera diremasnya kedua gundukan itu pelan agar tidak menyakiti si wanita. Lalu membiarkan mulutnya mencicipinya. Terlihat sangat menggiurkan dan Chanyeol tidak akan pernah menyesal. Mulutnya membasahi pucuk nipple itu menggoda. Menjilatnya lalu sesekali menghisapnya pelan sampai membuat Baekhyun mendesah frustasi.

Wanita itu sudah mencoba menahan desahannya, tapi rasanya percuma, Baekhyun terlalu awam. Dan ia tidak bisa mengatasi sensasi panas pada tubuhnya sendiri. Dicengkeramnya seprei putih yang kini sudah tak berbentuk itu sambil mengerang. Astaga~ Baekhyun merasa melayang.

"Eungh..." Desahan sexy itu akhirnya lolos juga. Tubuhnya menggeliat acak kerena cumbuan Chanyeol pada dadanya. Namja itu masih sibuk menggoda nipplenya tanpa bosan. Menjilati yang kiri, meremas juga sesekali memelintir yang sebelah kanan gemas.

Setelah puas dengan nipple mungilnya kini lidah Chanyeol semakin turun ke bawah. Menjelajahi sesuatu yang belum pernah terjamah. Lidahnya menari-nari dia atas pusar Baekhyun membuat wanita itu kegelian. Baekhyun terkikik tidak bisa menahan rasa geli yang Chanyeol salurkan padanya. Chanyeol ikut tersenyum simpul mendengar gelak tawa wanita di bawahnya, lalu kembali turun semakin ke bawah hingga sampai di area pribadi Baekhyun yang masih terbungkus celana kerjanya rapi. Tanpa ampun ia segera membebaskan hal paling privasi milik Baekhyun dari rumahnya. Menarik zipper celana hitam si wanita pelan hingga kain itu jatuh ke lantai. Setelah itu Chanyeol mulai membuka paha mulus Baekhyun, mengendus sesuatu di bagian terdalam. Baekhyun menggelinjang kehilangan seluruh akalnya. Bibirnya terus mendesah ketika Chanyeol sibuk memanjanya. Chanyeol melepas satu-satunya kain yang masih tersisa. Dia menyeringai melihat pemandangan menakjuban di hadapannya, dan Baekhyun sadar atas apa yang sedang Chanyeol lihat. Dengan malu ia mencoba menutup pahanya kembali namun Chanyeol siap sedia menahannya.

"Jangan malu... Aku ingin melihatnya,"

Goda Chanyeol setengah berbisik. Demi Tuhan, Baekhyun merasa seluruh wajahnya memerah padam. Akhirnya dengan ragu ia membiarkan Chanyeol menjamahnya semakin dalam lagi.

Baekhyun sudah basah dan Chanyeol tidak mau menunggu lebih lama. Segera dia bebaskan kejantanannya yang meronta dari dalam celananya.

Chanyeol merangkak naik melihat wajah wanitanya. Baekhyun masih setengah terpejam merasakan gelenyar-gelenyar panas diseluruh tubuhnya. Chanyeol mengecup bibirnya dan membuat si sipit membuka mata. Chanyeol menatapnya penuh nafsu dan membuatnya tersipu malu.

"Apa kau siap?"

Tanya Chanyeol penuh harap. Sebenarnya siap tidak siap Chanyeol tetap ingin memasukinya. Egois memang, salahkan tubuh mungil wanita yang sangat menggodanya itu. Chanyeol belum pernah merasakan nafsunya sebesar ini. Dan dia heran kenapa Baekhyun membuatnya begitu berbeda.

Chanyeol melihatnya, raut keraguan menghiasi wajah Baekhyun.

"Ini adalah pertama kalinya... aku takut," Cicit wanita itu gusar. Chanyeol sempat terkejut mendengarnya membuat kerja jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Tapi dia juga tidak bisa bohong dia teramat bahagia. Setidaknya Chanyeol berfikir jika Baekhyun mau maka dia akan menjadi yang pertama.

"Percayalah padaku Baekhyunn~"

Tidak ingin Baekhyun berubah pikiran. Segera Chanyeol tuntun miliknya yang keras menuju kewanitaan Baekhyun. Chanyeol sudah berusaha sebisa mungkin agar tidak meledak, dia bersikap teramat lembut dan pelan untuk penyatuannya kali ini. Menghargai Baekhyun yang telah rela memberikan mahkotanya yang paling berharga padanya.

Baekhyun tersentak saat benda keras milik Chanyeol menyapa kewanitaannya. Rasanya begitu perih pada detik-detik awalnya. Karena merasa kesakitan, secara reflek Baekhyun mencangkar pundak lebar Chanyeol hingga kuku-kukunya menancap disana. Tapi Chanyeol tidak mempedulikan rasa perih di pundakannya. Dia tahu Baekhyun lebih kesakitan, jadi dia harus segera membuat wanita itu terbiasa. Chanyeol mulai menggerakkan tubuhnya dengan ritme pelan, melesakkan miliknya menemukan titik kenikmatan wanita itu. Suara desah Baekhyun yang mengalun sexy adalah lagu terbaik yang pernah Chanyeol dengar seumur hidupnya. Dia bersumpah, dia tidak akan berhenti sampai dia puas.

"Ngghhh!"

Chanyeol segera membungkam bibir Baekhyun mencoba menenangkannya. Melumatnya atas dan bawah membuat Baekhyun hampir gila, sedangkan di bawah sana pinggulnya tidak berhenti bergerak. Menggesek dinding kewanitaan basah Baekhyun semakin intim. Sampai Chanyeol merasakan bahwa dia telah berhasil membobol sesuatu di dalam sana. Damn Rasanya sungguh sangat nikmat, Baekhyun memekik saat selaput kevirginannya benar-benar terkoyak. Tanpa sadar ia menggigit bibir tebal Chanyeol saat ia menjerit kesakitan. Namun hal itu malah membuat si jantan semakin bersemangat.

Tak terhitung sudah berapa kali Baekhyun orgasme. Kewanitaannya sudah basah oleh cairannya. Sedangkan Chanyeol belum sekali pun mencapai orgasmenya. Kini Baekhyun sudah mulai rileks dan menikmati percintaan panas mereka. Mulai terbiasa saat Chanyeol menusuknya makin dalam bergelora. Kejantanan Chanyeol menyodoknya semakin liar. Nafas Chanyeol tersengal-sengal menandai bahwa dirinya sudah dekat pada puncak kenikmatannya. Sedangkan kewanitaan Baekhyun semakin menjepitnya erat, baik Chanyeol maupun Baekhyun berdalih untuk menyampaikan rasa nikmatnya dengan kembali saling melumat. Menggigit sana-sini dan mengerang nikmat sebelum keduanya meledak bersama.

Chanyeol ambruk di sebelah Baekhyun yang tampak menstabilkan nafasnya. Kedua onyx wanita itu tertutup rapat sedangkan bibirnya sedikit terbuka dihiasi lelehan saliva yang entah milik siapa. Chanyeol menarik tubuh itu mungil telanjang itu mendekat padanya. Mengangkat dagu Baekhyun lembut agar menatapnya. Chanyeol sangat bahagia, sungguh. Dan dia sampai bingung dengan dirinya sendiri. Mungkinkah dia terlalu senang karena telah berhasil memperdaya Baekhyun atau karena...

Belum lama senyumnya terkembang namun Chanyeol sudah dibuat terkejut oleh pemandanganan di hadapannya, Baekhyun...

Menangis...

BERSAMBUNG


PS: Karena saya teracuni karakter polos Anastasia Steele. But i'm so bad in romanseu...

Saya gak akan basa-basi disini, FF ini hanya Threeshoot. Dan saya akan apdet chap selanjutnya jika mendapat sambutan baik dari reders deul.

Kkaebsoongg~