Apakah kalian percaya kalau Dunia Paralel itu ada? Dunia dimana 'dirimu yang lain' hidup dan menjalani kehidupan yang berkebalikan dengan apa yang kau jalani di dunia tempatmu tinggal saat ini?
Akashi Tetsuya tidak percaya, sebelum ia memutuskan bunuh diri kemudian bertemu dengan 'dirinya yang lain', Kuroko Tetsuya- yang memintanya untuk mewujudkan keinginannya lantaran waktunya di dunianya telah habis.
.
.
From You to You
Kuroko no Basuke (C) Tadatoshi Fujimaki-sensei
From You to you (C) Nameless Pierrot
.
.
Prologue
.
.
Ironis. Hidup yang Tuhan berikan padanya indah dan kejam di waktu yang bersamaan. Setidaknya, hanya satu kata itu yang bisa ia definisikan dari hidupnya ini.
Namanya Akashi Tetsuya, mahasiswa Jurusan Sastra Jepang tingkat pertama yang sedang menuntut ilmu di Universitas Tokyo.
Dilihat dari luar, mungkin orang-orang akan berpikir kalau hidupnya 'sempurna'. Yah.. itu hanya pandangan orang, tidak untuknya.
Akashi Tetsuya, sembilan belas tahun, putra bungsu dari enam bersaudara. Anak kandung dari pasangan Akashi Masaomi dan Akashi Yuzuki, pemilik perusahaan besar yang kini usahanya sudah sukses dan diakui sampai taraf Internasional. Keluarganya super kaya. Mempunyai lima kakak laki-laki yang tampan juga sukses. Sempurna.
Yang pertama, Akashi Seijuurou. Dua puluh sembilan tahun. Pernah memenangkan pertandingan shogi tingkat nasional saat remaja dulu. Sekarang, menjadi CEO Akashi corp, menggantikan ayahnya (karna suatu alasan).
Kedua, Akashi Shintarou. Sarjana muda jenius yang mendapat gelar dokter di usianya yang ke-dua puluh tahun. Sekarang, ia berusia dua puluh delapan tahun dan sudah memiliki rumah sakit sendiri yang cabangnya tersebar di beberapa distrik di Jepang.
Ketiga, Akashi Ryouta. Model terkenal yang memiliki wajah rupawan dan bercita-cita menjadi pilot. Beruntungnya, impiannya tercapai di usianya yang ke dua puluh tujuh tahun sekarang ini.
Ke-empat, Akashi Atsushi. Berusia dua puluh enam tahun dengan tinggi badan yang tidak normal. Sangat suka dan pintar memasak. Mempunyai toko pettisire yang terkenal karna rasanya. Cabangnya sudah tersebar seantero Jepang.
Terakhir, Akashi Daiki. Usia dua puluh tiga tahun. Sangat jenius di bidang olahraga terutama Basket. Sekarang menjadi pelatih pro Tim Basket Jepang.
Lihat? Dibandingkan kelima kakaknya, Tetsuya bukanlah apa-apa. Fisiknya lemah, keberadaannya sulit dideteksi, perawakannya mungil dan manis, prestasi di bidang akademik cukup memuaskan tapi tidak untuk olahraga (mengingat fisiknya yang lemah).
Di universitasnya, ia banyak ditaksir para gadis (tentu untuk yang me-notice keberadaannya) karna perawakannya yang lucu dan imut juga sopan. Momoi Satsuki salah satunya, gadis cantik dengan payudara berukuran F-cup ini sangat tergila-gila pada Tetsuya. Ketika ditanya apa alasannya, ia akan menjawab dengan malu-malu. "Karna Tetsu-kun baik, sopan pada perempuan, manis. Dan yang terpenting, karna dia telah memberiku stik es krim!"
Mungkin sekilas kehidupannya terlihat sempurna dan menyenangkan. Memang benar sih, Tetsuya juga mengakuinya. Tapi itu dulu, dulu sekali sebelum kedua orangtuanya meninggal. Kehidupan Tetsuya sangatlah menyenangkan, dikelilingi oleh kelima kakaknya yang sangat perhatian dan overprotektif padanya, juga kedua orangtuanya yang sangat menyayangi dan memanjakan mereka—khusunya dirinya.
Setidaknya, itu sebelum kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa kedua orangtuanya terjadi saat usianya delapan tahun.
Kematian kedua orangtuanya membuat kehidupan seorang Akashi Tetsuya berbalik seratus delapan puluh derajat.
Dimulai dari kakak sulungnya, Seijuurou, yang dipaksa meneruskan perusahaan Akashi Corp diusia 17 tahun lantaran CEO Utama, Ayahnya, meninggal tiba-tiba. Tentu ini menjadi tekanan batin tersendiri bagi Seijuurou, mengingat usianya yang masih muda, masa remajanya terampas begitu saja. Pun begitu dengan keempat kakaknya yang lain. Perlahan sikap mereka mulai berubah dingin dan tidak peduli, hingga tanpa sadar tumbuh jarak diantara mereka.
Tetsuya kecil mulai hidup dalam kesepian saat usianya sembilan tahun.
-Sampai hari ini— sepuluh tahun kemudian, usianya kini sembilan belas tahun, kehidupannya semakin membuatnya tersiksa dan tertekan.
Karena alasan ini juga, Tetsuya berada di sini, di pinggir atap universitas Tokyo. Ingin mengakhiri semuanya.
Kepalanya menengadah menatap langit. Diperhatikannya langit cerah berwarna biru muda yang memiliki warna sama dengan warna matanya. Bedanya, matanya ini tak secerah langit diatas sana. Terlalu redup.
Angin bertiup pelan, membelai helai biru muda perlahan. Tetsuya memejamkan matanya, "Setidaknya, ini hari yang cerah untuk mengakhiri semuanya."
Tubuhnya mulai condong kebelakang—
"Gomen ne, Nii-san tachi. Sayonara."
Hingga akhirnya tubuh mungilnya terjun membelah udara.
Akashi Tetsuya, memutuskan bunuh diri di usianya yang ke-sembilan belas tahun karena depresi dan kesepian.
.
.
Sakit.
Tidak bisa bergerak, kaku. Kepalanya juga berdenyut. Ia ingin berteriak, tapi lidahnya tidak mengizinkan, rasanya kelu. Jadi mulut itu hanya terbuka tanpa mengeluarkan suara.
Perlahan air mata mulai jatuh dari sudut matanya, menuruni pipinya.
Sakit sekali...
Samar, telinganya mendengar derap langkah banyak orang yang menghampirinya.
"Tetsuya!" "Tetsu!" "Tetsuyacchi!" "Tetsu-chin!"
Lima suara berbeda terdengar. Sekarang ia bisa merasakan seseorang mengangkat tubuhnya. Rasanya, kepalanya bersandar pada sesuatu yang empuk kini, tidak kasar dan keras seperti sebelumnya.
Merah. penglihatannya buram seperti dihalangi oleh sesuatu yang berwarna merah. Ia tak bisa melihat apa-apa, seperti orang buta.
"Panggil ambulan cepat!"
Ah, itu suara Midorima-kun, kenapa dia terlihat panik? Dan siapa yang sakit? Kenapa dia butuh ambulan?
"Tetsuyacchi, bertahanlah...!"
Kise-kun... jangan menangis...
"OI, TEME! APA YANG KAU LAKUKAN!? BERANINYA MENABRAK ADIKKU! KAU TARUH MATAMU DI MANA, HAH?!"
Aomine-kun, jangan berbicara kasar pada orang seenaknya...
"AKAN KUHANCURKAN KAU...!"
Murasakibara-kun, berhenti berbicara seperti itu. Kau bisa menakutinya.
"TETSUYA, TETAP DI SINI! DIMANA AMBULANNYA?! KENAPA LAMA SEKALI?!"
Akashi-kun... aku disini. Aku tidak akan kemana-mana.
Sirine ambulan tiba-tiba berbunyi kencang sekali.
Kemudian kenyataan memukulnya. Hei Kami-sama... rencanamu tidak lucu, sungguh.
Masih banyak yang harus aku lakukan, aku harus mengembalikan kakak-kakakku seperti semula, walaupun mereka bukan kakak kandungku, tapi aku sudah menganggap mereka seperti keluargaku sendiri.
Menyadari rasa sakit yang selama ini membelenggu tubuhnya menghilang, panik tiba-tiba datang menyerang.
TIDAK!
Visinya semakin menggelap.
JANGAN SEKARANG!
Dan entah mengapa, tubuhnya terasa ringan dan terangkat-membuatnya merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi, sebentar lagi.
O-ONEGAI..
"A-a..aku m-m-mas..sih i-i-ing..in h..hi..dup.."
"KUROKO TETSUYA!"
Kemudian,
BLANK
.
.
Putih.
Kenapa tempat ini begitu dipenuhi warna putih?
Apakah ini surga?
Ah... Salah. Surga tidak mungkin sekosong dan sehampa ini. Sewaktu kecil Ibunya pernah menceritakan padanya kalau surga adalah tempat yang indah.
Jadi ini apa? Apakah sekarang nyawanya terombang-ambing? Tidak diterima Tuhan karena Ia memutuskan hidupnya tanpa seizin-Nya?
Kemudian, sepasang iris aquamarine melebar.
Akashi Tetsuya terpaku— melihat sosok refleksi dirinya sedang berdiri tak jauh darinya.
Persis dirinya. Tidak ada yang terbuang, hanya bedanya mungkin ia terlihat lebih muda dan pendek. Seperti dirinya waktu ia berumur empat belas tahun.
Tetsuya mundur perlahan.
Sosok tersebut menyapanya, "Halo." senyum menghiasi wajah polos itu.
Kemudiam di detik berikutnya, Tetsuya terjungkal ke belakang. Sosok tersebut maju kehadapan Tetsuya, mengulurkan tangannya, berniat membantunya berdiri.
"Aku sudah lama menunggumu.."
.
PROLOGUE END~
.
A/N:
Ini idenya udah lama, tapi ceritanya masih remang-remang, belum tau kedepannya mau gimana x'D
maaf kalau kalau tulisannya berantakan, atau typos, atau ceritanya membingungkan. Baru prologue, chapter 1 dalam tahap pengetikan :')