Title: Always Looking at You

Main Cast: Kim Junmyeon

Wu Yifan

Other Cast: Byun Baekhyun

Genre: Romance, Drama, Friendship, Hurt/Comfort (?)

Rated: T

Disclaimer: EXO © SMEntertainment

Yifan © His own entertainment

Always Looking at You © fanmyeonie

Warning: OOC, Typos, BoyxBoy alur kecepetan, keanehan tingkat tinggi

Happy Reading

.

.

.

.

.

Namja tersebut bernama Kim Junmyeon, lelaki yang akan berumur 18 tahun saat Mei nanti, memiliki perawakan mung- maksudku tidak begitu tinggi -iya, dia hanya mempunyai tinggi sekitar 173cm-an- dan dia benci sekali dipanggil mungil.. Hei! Dia ini juga laki-laki tahu.

Mempunyai teman yang relatif sedikit, wajar saja, kerjaannya saja setiap hari hanya berkunjung ke perpustakaan, jadi temannya hanya setumpuk bacaan buku membosankan bagi orang-orang tapi menarik baginya.

Tapi walaupun begitu, dia mempunyai seorang sahabat yang sangat berharga dan berarti bagi dirinya, Byun Baekhyun, lelaki yang tak kalah mungilnya dari Junmyeon ini mempunyai umur setahun lebih muda, tetapi ia setingkat dengan Junmyeon, katanya sih ibunya memasukinya ke TK setahun lebih cepat (aku nggak tau disana ada tk apa nggak jadi anggep aja ada ya).

Baekhyun adalah satu-satunya orang yang entah mengapa bisa tidak bosan dengannya, dan dia sudah menjadi teman sebangkunya sejak kelas sepuluh, Baekhyun anak yang periang dan mempunyai banyak teman, tapi anehnya ia malah memilih bersahabat dengannya.

Hanya Baekhyunlah satu-satunya orang yang mengetahui rahasia terbesar Kim Junmyeon, yaitu kenyataan bahwa lelaki yang lebih tua darinya itu menyukai tetangganya yang juga berjenis kelamin sama.

Memang terdengar aneh bukan mendengar seseorang lelaki menyukai sesama lelaki lainnya? Bukannya Junmyeon sama sekali tidak tertarik dengan perempuan - perempuan cantik yang berada di kelasnya maupun adik kelasnya yang manis - manis.

Ia tetap menganggap bahwa mereka semua adalah gadis yang baik, hanya saja ia sama sekali tak merasakan adanya getaran aneh didadanya ataupun merasa beribu-ribu kupu-kupu bagai keluar dari perutnya ketika tangannya tak sengaja menyentuh tangan milik adik kelasnya saat membantu gadis tersebut membereskan bukunya yang jatuh bereserakan karena bersenggolan dengannya.

Anehnya, ia justru merasakan perasaan seperti itu saat pertama kali menyaksikan pertandingan basket sekolahnya melawan sekolah kota sebelah.

Awalnya ia dipaksa oleh Baekhyun untuk menonton pertandingan olahraga sekolah mereka, alasannya sih agar ia tak bosan hanya bermain di perpustakaan setiap hari, ia ingin memprotes, pada kenyataannya ia membaca buku bukan bermain, tapi Baekhyun mana peduli.

Lalu dengan terpaksa ia ikut duduk menemani Baekhyun di barisan deret murid-murid SM High School yang sangat berapi - api mendukung sekolah mereka agar menjadi juara.

Junmyeon tidak pernah benar-benar tertarik dengan kegiatan olahraga manapun, tidak terkecuali basket, alasannya hanya satu, kondisi tubuhnya yang lemah, jadi Junmyeon tak pernah punya kesempatan untuk melakukan olahraga berat.

Makanya, ia tak begitu banyak menaruh perhatian terhadap pertandingan dihadapannya semakin memanas, ia juga tidak mempedulikan teriakan teman-temannya yang makin menggila.

Sampai matanya menangkap sesuatu yang sangat menarik perhatiannya, sang captain dengan nomor punggung 4, alias tetangganya.

Junmyeon tahu bahwa Yifan sudah bergabung dalam tim basket sejak mereka masih menduduki jenjang junior high, walau mereka memasuki sekolah yang berbeda waktu itu.

Ia memang sering mendapati lelaki itu sedang memasuki rumahnya dengan seragam basketnya dan sebuah bola di tangannya pada sore hari saat ia ingin membuang sampah.

Ia memperhatikan dengan seksama bagaimana lincahnya permainan basket sang captain yang juga merangkap sebagai center menerima bola dari kawannya dan langsung menembaknya ke dalam ring, atau bagaimana tangguhnya ia saat berada dalam posisi bertahan.

Jujur semua orang yang menyaksikkan hal tersebut pasti terkagum-kagum dengan gerakan Yifan termasuk Junmyeon yang ternyata mulai tertarik dengan pertandingannya.

Tetapi ada satu hal pasti yang membuat hati Kim Junmyeon berdebar pertama kalinya untuk seseorang selain permainan bola basket orang itu yang mengesankan, yaitu..

Senyuman yang terukir di wajah sang captain setelah berhasil mencetak skor.

fanmyeonie~

Sejak saat itu Junmyeon mulai sering memperhatikan Yifan, mulai dari saat ia latihan, di kantin, di perkarangan rumahnya hingga selalu hadir dalam setiap pertandingannya, ditemani oleh Baekhyun pastinya, ia tinggal beralasan bahwa ia datang menemani Baekhyun jika suatu saat nanti ia tertangkap basah oleh Yifan, hanya sekedar untuk berjaga - jaga saja.

Junmyeon sadar, ia paham dan jelas ia tahu bahwa tingkah lakunya sudah seperti stalker atau remaja perempuan yang sedang menyukai seorang laki-laki di komik shoujo yang tak sengaja ia baca di toko buku yang terletak tak jauh dari rumahnya.

Habis mau bagaimana lagi? Mengajaknya berbicara lalu mengobrol bersama? Tidak tidak mungkin, Junmyeon adalah orang yang pemalu.

Yifan kan teman masa kecilnya? Heh ia bahkan tak yakin bahwa mereka bisa disebut teman masa kecil kalau berbicara berdua saja jarang.

Lalu kenapa bisa kedua lelaki yang seumuran ini tidak berteman walau kenyataannya mereka sudah menjadi tetangga sejak lahir? Apakah karena kedua orangtua mereka adalah musuh sehingga kedua orang itu ikutan bermusuhan juga? Tidak, tentu saja tidak, keluarga Kim dan keluarga Wu menjalin hubungan keluarga yang sangat baik.

Lantas kenapa? Jawabannya mudah saja, Junmyeon, waktu ia kecil dulu daya tahan tubuhnya sangat lemah.

Padahal dulu, waktu usianya masih sangat belia, sekitar 3 tahun, ia hanya bermain diluar sebentar, lalu tiba-tiba saja suhu tubuhnya menurun, dadanya sesak, dan batuk-batuk, selalu begitu jika terlalu lama berada di luar rumah.

Akibat penyakitnya itu, Junmyeon lebih sering menghabiskan waktunya berada di dalam rumah, Mrs. Kim yang tak tega melihat anaknya yang hanya bisa bermain di dalam rumah, membeli banyak buku yang cukup untuk mengusir rasa kebosanannya, mungkin itu penyebab Junmyeon menjadi seorang maniak buku seperti sekarang.

Di saat anak lain bisa bebas bermain dan mencari teman sebanyak mungkin, ia harus berdiam diri di rumahnya, mungkin ini merupakan faktor penting mengapa Junmyeon menjadi anak yang pemalu, ia tak bisa bergaul dengan teman seumurannya mungkin bukan karena tak bisa tapi karena ia memang tak mengerti bagaimana caranya berteman.

Dan lagi ia selalu diantar pergi dan pulang sekolah oleh orang tuanya, hal itu berlangsung hingga dirinya menjadi kelas senior di junior high!

Junmyeon bertekad untuk menjadi mandiri dan tak selalu bergantung pada orang tuanya memasuki jenjang senior high, ia merasa semua perlakuan orang tuanya yang terlalu berlebihan tidak ada gunanya bagi perkembangan kesehatannya, ia harus melawan penyakitnya ini, maka dari itu ia memutuskan untuk menaikki bus untuk pergi dan pulang ke sekolah, toh tubuhnya tak selemah waktu dia kecil dulu.

Reaksi orang tuanya saat pertama kali ia memberitahukan hal itu tentu saja tidak disetujui, tapi ia berusaha keras meyakinkan kedua orang tuanya, pada akhirnya keputusannya itu disetujui.

Ternyata memang benar, kondisi tubuh Junmyeon memang jauh lebih baik saat ia mulai pulang pergi dengan bus daripada diantar orang tuanya terus.

Tapi walau ruang lingkup bermainnya sudah tak dibatasi lagi, ia tetap saja susah bergaul dengan orang lain, untungnya saja ia bertemu dengan Baekhyun di senior high, ia benar-benar bersyukur berteman dengan Baekhyun yang faktanya memang orang yang ceria, Baekhyun yang menyeretnya keluar dari kesendirian yang ia rasakan selama ini.

Sedangkan Yifan? Jangan tanya, dia adalah anak yang seratus delapan puluh derajat berkebalikan dengan Junmyeon.

Kalau Junmyeon waktu kecil tidak bisa diluar rumah dalam jangka waktu yang lama, Yifan malah takkan pulang sebelum jam lima sore.

Ia akan memainkan banyak permainan jika sudah bertemu teman-temannya, sampai ibunya harus terlebih dahulu menghampirinya dan memberitahuinya bahwa hari sudah semakin sore, dan tentu saja disertai dengan omelan, tak jarang Junmyeon melihat bekas luka dipipi Yifan dari kaca jendela kamarnya.

Tapi bukan berarti mereka tidak pernah saling mengobrol, tak mungkinkan kau tak pernah bertegur sapa dengan seseorang yang telah menjadi tetanggamu sejak lahir, walau hanya sekedar salam basa-basi saat mereka tak sengaja berpas-pasan, hal kecil tersebut sudah membuat dirinya bahagia.

"Ah, selamat pagi, Joon."

Seperti ini, saat mereka tak sengaja bertemu di depan pagar rumah masing-masing, mengagetkan Junmyeon yang baru saja melangkahkan keluar kakinya.

"Ah yah, Yifan, selamat... pagi." dan juga selalu seperti ini, ia akan menjadi gugup dan dadanya berdebar tak karuan saat sudah berhadapan dengan namja tinggi ini.

"Kau juga mau ke sekolahkan, mau berangkat bareng?" tawaran Yifan terdengar seperti lotre bernilai miliaran juta di telinga Junmyeon.

"Ehhh? aduh itu, aku.." Yifan menatapnya dengan bingung, Junmyeon bisa mengetahui hal itu dari sorot matanya.

"Emm maaf, ada barang yang ketinggalan, kau duluan saja!" setelah mengatakan itu, Junmyeon dengan terburu-buru memasuki lagi perkarangan rumahnya meninggalkan Yifan yang kebingungan.

Sesudahnya, ia akan memperhatikan Yifan dari jendela rumahnya, menunggu hingga laki-laki itu sudah pergi jauh, baru ia kembali keluar rumahnya, dan menapaki jalan yang sama yang dilalui Yifan untuk mencapai sekolahnya.

Selalu seperti itu.

TBC

Ngahahaha maap kalau jatuhnya gaje dan ngebosen di part ini, apa daya hasrat menulis sudah tak tertahankan, btw ini belom masuk inti ceritanya, inti ceritanya baru mulai di chapter depan, trs kayaknya sifatnya junmyeon sama yifan itu ketuker deh di realnya, harusnya yang pemalu itu yifan, yg banyak temen itu junmyeon /kayaknya sih, yasudahlah namanya juga fanfiction, hanya imajinasi, satu lagi, aku baru tau disini ada fandom exo next door jadi mending aku tetep post di screenplays atau pindahin aja kesana? Sarannya ya, juga jangan lupa reviewnya XD