ERO HYUNG

-VKOOK-

DLDR. Rate M untuk bahasa dan pembahasannya. Lemon? Masih saya pikirkan.

Jungkook POV

Tok..tok..tok..

Kurasa tiga kali mengetuk pintu pun tak cukup. Asrama ini terlihat sepi, oh bahkan tidak layak disebut asrama. Bangunan tua, lantai kayu yang berderit, halaman yang ditumbuhi rumput liar, boleh kusebut panti jompo? Tuhan benar-benar mengujiku di tahun awal aku menginjak Sekolah Menengah Atas. Aku, Jeon Jungkook siswa baru di Sina High School jurusan seni. Kenapa aku di asrama ini? Karna murah. Biaya hidup di Seoul sudah keterlaluan mahalnya.

Kesabaranku semakin sirna, aku mencoba menggeser pintu kayu itu. Ah, tidak terkunci?

"Permisi ... apa ada orang?"

Tak ada jawaban. Kulangkahkan kaki jenjangku menelusuri lorong sepi itu.

Tap ... Tap ... Tap

"Ne? Besok malam? Well, jadwalku kosong. Di apartemenmu kan? Jangan lupa pakai lingerie merah."

Oh sial terkutuklah pendengaranku ... Apa aku salah masuk rumah? Bukan panti jompo tetapi tempat prostitusi? Bahkan itu lebih menyeramkan. Mimpi apa aku semalam.

Aku berbalik dan berniat meninggalkan tempat yang kurasa benar-benar tak beres ini. Yang ada di pikiranku sekarang adalah keluar dari sini masih dengan status perjaka.

Baru saja selangkah menginjakkan kaki, kurasakan sebuah tangan menyentuh pundakku.

"Hei ... apa kau anak baru itu?"

Oh God! Suara ini ... suara laki-laki penjual lingerie tadi?

.

.

.

Lupakan insiden pertemuan pertamaku dengan laki-laki mesum tadi. Dihadapanku sekarang ada tiga pasang mata yang menelusuri tubuhku dari atas hingga bawah—termasuk si laki-laki lingerie.

"Kau Jeon Jungkook siswa baru itu?" Laki-laki dengan takaran mata yang terbilang minim—sipit, membuka pembicaraan yang sempat 'krik krik'.

Aku mengangguk,"Iya benar, aku Jeon Jungkook. Salam kenal hyung!"

Ia tersenyum dan merangkul pundakku. "Ah benar kau Jungkook. Kenalkan aku Park Jimin kelas 2."

Aku hanya tersenyum canggung.

"Kau mendengar percakapanku tadi?" Si laki-laki lingerie yang kuakui tampan itu menginterupsiku.

"Mian hyung! Aku tidak bermaksud menguping."

"Tak apa, tadi itu salah satu teman ranjangku. Dia suka dengan daun muda seperti kita. Kau mau coba?"

HAAHH? Kalau bisa dideskripsikan, wajahku sudah melongo dengan tidak etisnya.

"Pabo! Jangan racuni anak baru, hyung!" Laki-laki berhidung runcing dengan tulang pipi yang besar itu menonjok pelan pundak si laki-laki lingerie.

"Hei, aku hanya bercanda. Perkenalkan namaku Jin. Kim Seok Jin. Laki-laki paling sempurna di asrama ini. Aku kelas 3."

"Dan aku Jung Ho Seok. Panggil saja Hopie. Kelas 2 sama seperti Jimin." Ceramah si hidung runcing.

.

.

.

Jimin hyung mengantarku berkeliling asrama yang jujur saja lebih pantas disebut rumah. Asrama ini terdiri dari dua lantai, 4 kamar dibawah dan 4 kamar di atas. Satu dapur dan dua kamar mandi luar.

"Ini kunci kamarmu. Disini ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi." Ia meneguk soft drink di tangannya. Lalu melemparkan sebotol soft drink lainnya ke arahku.

"Ada juga peraturannya. Apa saja hyung?" Aku membuka minuman kemasan itu.

"Simpel saja, hanya saling menjaga privasi masing-masing. Tidak ada jam malam disini. Asrama ini selalu dikucilkan warga sekolah dan kau harus kuat mental." Cerca Jimin hyung dengan lancarnya. Aku tahu asrama ini memang dipandang sebelah mata oleh warga sekolah. Karena apa? Kudengar gosip bahwa siswa siswi seni itu aneh. Suck it!

Aku mengikuti rute berjalan Jimin hyung. Ia menjelaskan bahwa lantai satu dihuni oleh tiga orang siswa tingkat akhir.

Kamar 11 : Jin hyung. Siswa sewaan tante tante. Mulai dari perawat, guru, artis bahkan direktur suatu perusahaan. Damn! Aku prihatin. Dia adalah chef di asrama ini.

Kamar 12 : Suga hyung. Aku belum bertemu dengannya. Kata Jimin hyung dia seorang komposer bersama dengan penghuni kamar nomor 14. Dia seseorang yang gila tidur.

Kamar 14 : Namjoon hyung. Rapper dan komposer. Ia bekerja part time di salah satu restoran cepat saji.

Well ... kurasa orang-orang disini tak seburuk yang aku bayangkan. Aku dan Jimin hyung sampai di lantai dua. Ia mengajakku ke pojok kanan dari lorong lantai itu.

Kamar 21 : Kamar Hopie hyung. Dia seorang pemeran drama musical. Jimin hyung berkata ia akan mengajakku untuk sesekali melihat Hopie hyung saat di atas panggung teater. Boleh juga.

Kamar 22 : Adalah kamar Jimin hyung sendiri. Ia seorang penari otodidak yang gemar meng-cover tarian para Boyband. Hebatnya, dia bekerja part time sebagai pelatih tari di salah satu agensi entertainment di Korea Selatan.

Drrt ... Drrt ... Drrt

"Annyeong? Ah ne? Baik bos, aku akan kesana sekarang." Jimin hyung menutup panggilan dari ponselnya. Dan menatap kearahku.

"Mian Kook, aku ada panggilan mendadak. Kau berkenalan langsung dengan pemilik kamar 23. Dia agak sedikit berbeda dengan kita. Bye~" Ia meninggalkanku sendiri. Di lorong sepi ini. Apa maksutnya berbeda? Aku penasaran.

Berjalan beberapa langkah, sekarang aku ada di hadapan pintu kamar nomor 23. Sekilas tidak ada yang aneh dengan pintu kayu ini. Hanya ada papan bertuliskan 'Adult Area'. Oh jangan bilang dia sekaum dengan Jin hyung.

"Permisi?" Aku mengetuk pintu coklat itu. Setelah menunggu sekitar 10 detik. Terdengar bunyi suara bass seorang laki-laki.

"Ucapkan password-nya" Astaga orang aneh macam apalagi ini. Password apa? Sempat terbesit dalam otakku untuk langsung mendobrak pintu didepanku sekarang.

"Mian ... Password apa? Aku penghuni baru di kamar sebelah anda."

Tidak ada jawaban dari dalam sana. Tapi aku melihat ada kertas muncul dari bawah pintu. Aku meraih secarik kertas itu dan membacanya.

'Ucapkan kalau bokongmu seksi.'

Brengsek! Mesum! Aku bergidik ngeri. Sepertinya tinggal disini akan membuatku menjadi seorang maniak seks.

"Bokongku seksi!" Aku beranikan diri untuk melawan bedebah gila yang akan keluar dari pintu itu.

Krieett ...

Badanku terhuyung melawan gravitasi tertarik ke dalam kamar nomor 24. Hei, tangan itu menarikku paksa. Badanku menabrak pintu yang sekarang ada di belakangku. Ketika mencoba menyadarkan diri, aku sudah berada dalam kungkungan sesorang.

'Tampan.' Satu kata yang tiba-tiba muncul di otakku setelah melihat orang itu.

Kami berpandangan dalam diam selama beberapa detik.

"Boleh juga. Bokongmu memang seksi." Hei, suaramu bahkan lebih seksi daripada bokongku.

"Kau seorang pengamat bokong?" Dan image image polosku yang sudah aku bangun sejak dari tadi hancur sudah.

"Ya, aku seorang pembuat ero manga. Aku butuh bantuanmu. Dan sebagai seseorang yang punya bokong seksi, kau harus membantu pengamat bokong seksi." Laki-laki itu menyunggingkan bibirnya ke arahku.

"Bantuan apa password-nim?"

"Telanjang di hadapanku sekarang."

KEEP or DELETE?

Ero manga = Komik Jepang yang ber-genre erotic

Fic apa ini? Saya menulis ini ketika imajinasi saya liar. Wah wah maaf kata-kata saya ada yang kasar. Jadi, keep or delete?

Review nde?

-Salam elephant couple-