Disclaimer: Jika keduanya milik saya, terutama Highschool DxD, percayalah Rias dan Harem Issei tak akan berakhir bersama, dan tentu saja... MEREKA SEMUA AKAN JADI LOLI... Akwakwakwakwakwak
[Arc IV: Nearest Place From Heaven]
.
[Chapter 40]
[Resurrection — A Little Piece from the Past!]
—Former Capitol of Underworld, Lucifaad.
Lucifaad, sebuah kota yang dulunya menjadi pusat pemerintahan fraksi iblis sekaligus ibukota Dunia Bawah. Dibanding Lilith dan wilayah Gremory ataupun wilayah klan lain sekarang, luasnya tak lebih dari 20 kilometer persegi.
Ya, itu dulu. Sekarang kota ini tak lebih dari kota mati tak berpenghuni setelah perang saudara. Sebagai ibukota Dunia Bawah, Lucifaad menjadi salah satu pusat peperangan hingga hancur. Mungkin itupula alasan fraksi iblis dibawah komando Sirzechs, Seratall, Ajuka dan Falbium setelah menang memilih mengabaikan kota ini dan membangun ibukota baru. Selain untuk membuktikan kemenangan mereka, dipindahkannya ibukota dan pusat pemerintahan resmi melupakan segala hal terkait Old-Satan Faction.
—Dan disinilah pergerakan awal Naruto dibantu Starrk dimulai.
Tiba dengan tehnik Descorrer (Loosed Void) milik Starrk jauh di atas Lucifaad, perasaan nostalgia seketika menggerogoti tubuh Naruto melihat pemandangan kota mati di bawahnya.
"Sudah lama sejak aku ke kota ini."
Muncul dengan penampilan yang lebih santai, Naruto memakai jaket merah bergaris hitam bertudung dibiarkan terbuka, dibaliknya adalah kaos hitam polos yang dipadukan celana biru gelap mirip standar Jounin dan Anbu desa Konoha. Terakhir adalah sepatu hitam.
Di samping Naruto seperti biasa Starrk memakai setelan serba putih miliknya.
Karena ketiadaan kemampuan terbang tanpa bantuan api Kurama, Naruto terpaksa menumpang pada kemampuan berdiri di udara kosong Starrk entah bagaimana caranya.
"Jadi, adakah alasan kenapa kau memilih tempat ini sebagai tujuan pertama?"
Naruto tak langsung menjawab. Wajanya ditolehkan ke kanan, arah sebaliknya dari Starrk berdiri. Hembusan angin membuat beberapa helai poni rambut perak gelapnya melambai-lambai di depan mata yang menyipit.
"Untuk mengamankan jalur." Dia menjawab pelan. "Jalur ke rumah lama." Lanjutnya semakin pelan.
"Rumah lamamu?" Starrk menoleh ke arah sama dan melirik keturunan Lucifer yang mengangguk disampingnya. "Kenapa tak langsung saja kesana?"
"Mekai berbeda dari Dunia Manusia. Udara disini mengandung energi mentah yang menguatkan Yōuki para Iblis. Itu membuat sensor mereka lebih kuat. Bahkan iblis kelas menengah mampu mendeteksi perubahan Yōuki atau kekuatan lain beberapa kilometer jauhnya... Belum menghitung beberapa iblis kelas Ultimate yang bisa mendeksi sekecil apapun perubahan energi pada satu tempat."
Menghabiskan masa remaja di Underworld sebagai pelindung Heiress Gremory dan Kapten Divisi Elit bentukan Sirzechs Lucifer membuat Naruto hampir mengetahui semua hal tentang salah satu lantai pada Underworld milik fraksi iblis ini.
Kota-kotanya, daerah lokasi penelitian Ajuka, tempat beberapa kejadian penting dan masih banyak lagi tentu saja tersimpan rapi dalam kepala perak Naruto.
Termasuk alasan selain 'ingin membersihkan jalan ke rumah' dia mengunjungi Lucifaad. Di pusat kota, dibawah reruntuhan bangunan terbesar terdapat sebuah rahasia penting sejarah ras iblis.
"Tak perlu repot-repot menajamkan sensormu. Energi mentah tersebut hanya bisa dirasakan pengguna Senjutsu." Sela Naruto cepat sebelum Starrk membuang percuma tenaga yang jelas lebih dibutuhkan setelah ini. "Bahkan para Maōu pun tak tahu menahu tentang ini. Mereka hanya berteori Mekai adalah tanah milik iblis sejak dulu karena mendukung keberadan mereka disini."
"—Baiknya pakai saja sensormu mencari tahu berapa banyak iblis dibawah sana."
Mengangguk malas, Starrk melakukan perintah Naruto. Bersama-sama, duo mulai menajamkan sensor mencari tahu jumlah kehidupan pada kota mati di bawah mereka.
"Lima puluh," Starrk memulai.
"Dua ratus lima puluh,"
"Tiga ratus dua puluh lima,"
"Empat ratus lebih?"
Naruto mengerutkan kening pada jumlah diluar dugaannya. "Sejak kapan Lucifaad dijaga seketat ini?"
"Tiga ratus berada di tingkat iblis menengah ke bawah, sisanya adalah iblis kelas tinggi dan mereka dipimpin satu kelas ultimate." Starrk memberikan detail, Naruto hanya mengangguk untuk informasi itu.
"Terakhir kali kesini, Lucifaad hanya dijaga puluhan iblis kelas rendah yang dipimpin satu kelas menengah atau tinggi."
"Ini adalah efek serangan keluarga barbarmu di Lilith. Fraksi Iblis, bukan! Aliansi nampaknya ingin mempertahankan Mekai agar tidak jatuh bila apa yang kau katakan tentang energi mentah tadi adalah benar. Jelas itu menjadi aset berharga apabila perang benar-benar pecah antara mereka dan Khaos Brigade—Tunggu!"
Starrk cepat berpaling ke Naruto, matanya melebar menyadari sesuatu. "Jangan bilang kau ingin melakukan sesuatu yang baru saja terlintas di kepalaku, bocah?!"
"Ya."
Naruto memberi satu anggukan mantab dengan kilayatan penuh keyakinan di dalamnya.
"Begitulah. Aku tak akan ragu memulai perang untuk memastikan mereka bisa aman."
'Itu sedikit mengejutkan. Dan kuakui cukup gila.'
Hanya itu yang bisa Starrk gambarkan untuk Naruto sekarang. Starrk memang sudah diberitahu garis besar tujuan Naruto adalah membalas semua usaha mereka telah dikembalikan dari alam kematian, memberinya kesempatan kedua.
Starrk menghela nafas agak panjang menengkan diri dari rasa terkejutnya pada ucapan Naruto.
"Bocah,... "
"Hm?"
"Jangan asal Open War, goblok!"
Tanpa ampun Starrk menjitak kepala Naruto hingga keturunan Lucifer hampir tersungkur ke depan jika tak cepat menyeimbang tubuh. Ketika diberi tatapan nyalang oleh Naruto, dia membalasnya sama.
"Apa yang kau lakukan, brengsek?!"
"Kubilang jangan asal Open War, goblok!"
"Memangnya kenapa?"
"Kalian belum nge-Buff, bego!"
Jitakan lain bersarang ke kepala Naruto.
Situasi yang tadinya begitu serius seketika berubah 180 derajat.
Mengabaikan lokasi mereka, duo ini memulai sesi baku hantam di atas langit malam Underworld yang tak akan lengkap tanpa men-summon seluruh penghuni kebun binatang sebagai bumbu.
Ya, setidaknya kematian tak membuat kesablengan Naruto hilang.
Tapi, memulai perang bukanlah sebuah candaan.
.
.
"Cih! Kenapa tak bilang dari tadi, bajingan?"
"Makanya jangan asal jitak, keparat!"
"Haah, lupakan!"
Sesi baku hantam ala bocah berakhir dan dilanjutkan dengan penjelasan detailnya bagaiamana, Starrk pun mengerti jalan pikiran Naruto kenapa ingin Open War sembarangan. Gila tapi menarik untuk dilihat bagaimana hasilnya.
'Dengan keadaannya yang tak memiliki takdir. Mungkin ini jalan terbaik. Heh, bahkan sebelum mengetahui statusnya, dia sudah bisa memanfaatkannya... Pertahanan terbaik adalah menyerang, heh.'
Ketika berpikir demikian, Starrk kemudian teringat pada pesannya pada Raziel.
'Sepertinya pesanku pada Malaikat Raziel akan berakhir sebaliknya. Bocah ini, bukan tak perlu dikhawatirkan, tapi justru harus dikhawatirkan.'
Karena terlalu tenggelam pada dunia sendiri, Starrk jadi tak mendengar semua yang dikatakan Naruto di sampingnya.
Tidak, sampai Naruto memanggilnya dengan suara agak dikeraskan.
"Oi, Starrk!"
"Oi, bangsad! Kau dengar tidak?!"
Starrk tersadar. "Hm, apa?"
"Kubilang, bisakah kau membantuku?"
Starrk menaruh tangan kiri pinggang sambil menoleh dengan wajah seolah mengatakan 'apa lagi sekarang?' yang agak dongkol. Anak ini sepertinya terlalu memanfaatkan situasi Starrk memutuskan untuk ikut dalam perjalanannya. Starrk jadi khawatir jam tidurnya akan berkurang drastis setelah melihat senyum tipis Naruto yang diarahkan ke dia.
Beberapa skenario terburuk berputar di kepala gondrong Starrk. Bepergian ke banyak mencari sesuatu seperti sihir hebat atau senjata sekelas pembunuh dewa, menyerang beberapa tempat penting milik aliansi ataupun Khaos Brigade untuk memancing peperangan dan lain sebagainya yang sudah pasti menyita banyak waktu tidur.
Namun, diluar dari semua skenario Starrk. Naruto malah memberi jawaban mengejutkan yang tak pernah dia sangka akan diminta.
"Bantu aku melewati batasanku yang sekarang ..."
'Aah,...'
Starrk memasang wajah datar. Kenapa dia tak memikirkan bahwa Naruto meminta hal tersebut, yang artinya meminta dilatih. Sepertinya kekhawatiran jam tidur bisa berkurang drastis membuat Starrk melupakan soal Naruto yang sebelumnya tewas di tangan Pemimpin masing-masing fraksi dalam aliansi.
Lagian beberapa saat yang lalu dia juga mengatakan bahwa Naruto belum mendapatkan Buff untuk meluruskan jalan kedepannya.
"Sebelum itu, berikan alasan kenapa kau ingin kulatih?"
"Kenapa kau masih bertanya padahal sudah tahu tujuanku?" Naruto bertanya balik dengan sebelah alis terangkat.
Melihat Starrk terdiam beberapa saat. Naruto kembali berbicara,
"Oiy, keparat. Jangan bilang kau belum mengerti?"
"Gah, kau berisik sekali bocah api."
"Berhentilah memanggilku bocah." Naruto memperlihatkan wajah cemberut. Entah kenapa dia sangat tidak suka dipanggil demikian. "Lagipula umurku sudah tak bisa dipanggil bocah lagi."
"Dimataku berapapun umurmu, kau tetap bocah, bocah." Starrk merespon dengan bahu terangkat seolah tak peduli dengan pembelaan Naruto. "Ngomong-ngomong, aku dengar semuanya."
"Lalu?"
"Haaah, merepotkan."
Starrk mendesah pasrah pada keadaan. Jika berniat melihat Naruto bisa atau tidak merealisasikan hingga akhir, mau tak mau dia harus memberi sedikit bantuan. Sudah terlalu lama dia tak menemukan seseorang seperti Naruto sejak mengatakan 'halo' pada dunia tepat setelaj keluar dari perut ibunya.
"Aku sudah menentukan pilihan dan tak bisa mundur. Kita sudah berada disini dan kenapa tidak memulai saja?—Hooo, jangan memasang wajah terkejut begitu. Kau pikir aku tak tahu tujuanmu ke sini bukan hanya untuk mengamankan jalur."
"Baguslah." Kata Naruto sambil menyeringai. "Setidaknya otakmu membuatku tak perlu repot lagi menjelaskan panjang lebar."
Starrk menarik keluar Katana miliknya lengkap dengan sarungnya dari jepitan sabuk di pinggang. Mengopernya ke tangan kiri lalu diserahkan ke Naruto, dia hanya mengangguk ketika diberi tatapan bertanya dari bocah Lucifer.
"Jangan terlalu berharap banyak. Katana itu tak akan sekuat bila aku yang memakai. Di tanganmu, dia tak lebih katana biasanya yang hanya bisa memotong."
Naruto meraih gagangnya dan ditarik keluar dari sarungnya yang masih dipegang Starrk. Seperti yang dikatakan pria itu, ketika berada di genggamannya, katana itu tak lebih dari senjata tajam biasa dengan keringanan menjadi pembeda dari kebanyakan.
"Berikan waktu terbaikmu membantai habis semua iblis dibawah sana. Aku akan mengawasi dari atas sini selain untuk melihat batasanmu—"
Ketika mengambil jeda, di tangan kanan Starrk muncul pistol kuno ukiran unik di gagang. Pistol tersebut bermodel Flitlock perak dan merah pada ukirannya.
"—juga untuk mencegah siapapun yang hendak mengambil tindakan meminta bantuan. Entah kabur dan berteriak seperti pelacur, sihir teleport ataupun sihir komunikasi."
"Sekarang, pergi dan perlihatkan batasanmu, Naruto Lucifer!"
Tanpa perlu menunggu Starrk memberi aba-aba selain perintah tadi, Naruto diam sejenak, sekitar 15 detik mengumpulkan sebanyak mungkin energi alam dan memasuki mode Senjutsu.
"Mari menari!"
Kebiasaan lama yang diturunkan Madara nampaknya juga tak hilang dengan kematian Naruto. Bagaimanapun, dia tetaplah murid terbaik yang pernah dimiliki Madara.
Meluncur kebawah seperti meteor kecil. Tindakan kecil Naruto ini akan menjadi pintu menuju level berikutnya dari perselisihan di dunia.
Sementara Starrk yang ditinggal di atas langit turun beberapa puluh meter. Moncong pistolnya mulai mencari mangsa. Untuk mendukung pengawasannya terhadap iblis-iblis nakal yang hendak meminta bantuan, Starrk memakai kemampuan sensor yang telah dikembangkan.
"Perquisa Aumentado." (Improve Inquiry)
Menghitung sejak meluncur turun dari langit, sudah berlalu hampir 20 menit. Kurang lebih setengah dari jumlah iblis yang terdeteksi telah dihabisi Naruto. Entah dengan ditebas, dibakar ataupun dipukul hingga hancur berkeping-keping dengan Senpō: Daihōken (Sage Art: Great Breakdown Fist).
Beberapa puluh meter di atas langit sendiri Starrk melakukan tugasnya dengan baik. Sudah ada beberapa iblis nakal yang hendak melapor ada penyerangan terhadap Lucifaad. Pistolnya benar-benar tanpa ampun menjejal korbannya hingga tewas jika lonjakan sihir tertentu terasa.
Seperti namanya, Perquisa Aumentado memungkinkan Starrk mendeteksi perubahan tertentu pada sihir para iblis. Kemampuan ini dia latih agar bisa menjadi Marksman untuk membantu garis depan. Hanya saja, fokus yang dipakai Starrk pada perubahan aliran sihir, Yōuki ataupun energi spiritual lain membuatnya rentan terhadap serangan dadakan ataupun jarak dekat. Yang berarti kemampuan sensor ini menjadikannya True Marksman.
Kembali ke permukaan kota mati Lucifaad. Naruto kini mengambil sisi kanan dari Starrk diatas sana yang merupakan tempat beberapa High Class Devil berada. Markas penjagaan tepatnya.
Mengambil gerakan zig-zag menghindari banyak proyektil berbasis Yōuki yang dilancarkan sekitar dua puluh lawannya, Naruto segera mendongak ketika lima iblis datang dengan tombak terhunus.
Otaknya langsung bertindak cepat mencari cara untuk lolos dari dua serangan dua arah.
'Arggh! Fuck you, Starrk!'
Naruto langsung mengumpat sedalam-dalamnya sensor Senjutsu merasakan kekuatan orang yang ditujukan umpatan tersebut terasa dari atas kiri.
Dia melirik ke sana dan melihat ratusan proyektil biru sekuruan bola tennis mengarah tepat ke arahnya.
Sekarang menjadi serangan tiga arah. Depan, atas depan dan atas kiri.
'Kau di pihak mana sih, njing?!'
Seratus persen dari pikiran Naruto sekarang, dia berani bersumpah Starrk tertawa puas di atas sana.
Tak adanya pilihan memaksa Naruto beralih ke mode serangan besar. Pada lompat terakhir, dia menarik kebelakang tangan yang memegang katana. Dalam keadaan melayang dia melempar katana tersebut dan tepat mengenai kepala satu iblis di depannya.
Masih dalam keadaan melayang, dia menyulut api kedua tangan dan tepat setelah kakinya menapak tanah, tangannya saling mengapit jari-jari lalu dihantamkan pada permukaan tanah.
"Hibashira." (Flame Pillar)
Seperti namanya, pilar api raksasa muncul, menjulang tinggi ke langit menghapuskan segala macam keberadaan dalam ruang lingkup api jingga tersebut.
Kobaran pilar api tersebut menghilang tak serta merta memberikan sedikit nafas untuk Naruto rehat sejenak. Di tengah-tengah tanah kosong bekas serangannya, Naruto berputar 180 derajat dengan mulut mengeluarkan percikan api.
Pilar apinya tadi nampaknya menjadi penutup sesi kill and run dan beralih ke sapu bersih apapun yang ada.
"Kōen no Hōkō." (Brilliant Flame's Roar)
Sekali lagi, namun berbeda bentuk, api jingga Kurama melenyapkan apapun yang ditargerkan dalam bentuk raungan.
Sekitar 50 iblis dan beberapa banguan terpaksa harus menghilang dari dunia disapu bersih api jingga manifestasi Yōuki Kurama.
"Sisa seratus lebih termasuk Ultimate-Class yang dibilang Starrk. Sepertinya dia tak bergerak dari posisinya di bawah reruntuhan kastil Daiyondai Maōu terdahulu." Gumam Naruto pelan merasakan dengan sensornya.
Tidak hanya satu yang terkuat, iblis yang tersisa nampaknya tak bergerak dari lokasi kastil sehingga Naruto mau tak mau harus datang ke sana.
Menghela nafas sejenak, dia kemudian berbalik dan berjalan menuju katana Starrk yang dilempar tadi. Katana itu tergeletak agak jauh karena lemparannya menembus tubuh iblis tadi sebelum lenyap ditelan tehnik Hibashira.
"Siapa gerangan yang memimpin penjagaan istana peninggalan kakekku ini?"
Rasa penasaran sedikit menggelitik Naruto terhadap Ultimate-Class Devil yang ditugaskan menjaga peninggalan Daiyondai Maōu terdahulu di bawah reruntuhan kastil.
Beberapa tahun berlalu nampaknya belum bisa bagi pihak iblis untuk memanfaatkan peninggalan tersebut bila masih berada di tempatnya. Malah sampai diperketat penjagaannya efek dari penyerangan Lilith yang memberi dampak besar pada kewaspadaan fraksi iblis terhadap daerahnya.
Dengan katana yang sudah ditangan, Naruto mendongak ke lokasi Starrk. Giginya terkatup rapat melihat ekspresi tak bersalah Starrk di atas sana sehabis melancarkan ratusan proyektil biru ke arahnya tadi.
"Dia sengaja ... Bajingan itu ..."
Setelah memutuskan untuk membalas tindakan Starrk ketika pemanasan ini berakhir, Naruto tanpa membuang banyak waktu segera berlari menuju lokasi kastil di tengah kota.
Beberapa Mid-Class Devil yang ditemui di sepanjang jalan cukup merepotkan Naruto untuk dilenyapkan.
Butuh sekitar sepuluh menit sampai iblis di luar area kastil dihabisi. Agak lama dibanding tadi mengingat mereka semua berada di tingkat Mid-Class dan High-Class Devil beberapa klan dari 72 Pilar yang tersisah.
"Tidak ada perubahan sama sekali."
Di depan gerbang masuk area reruntuhan istana, Naruto bergumam pelan melihat-lihat keadaan bangunan tersebut yang terakhir kali dilihat beberapa tahun lalu.
Senyum tipis kemudian tersungging di mulut Naruto ketika puluhan iblis terbang keluar dari reruntuhan kastil. Dengan begini dia tak perlu membuang waktu lebih banyak lagi untuk mencari mereka semua.
"Kōen no Hōkō."
Serangan anti-army langsung dilancarkan Naruto. Meh, persetan dengan reruntuhan kastil yang sebenarnya masih belum sepenuhnya hancur. Dia sudah membuang banyak waktu karena terlalu lembut hanya melancarkan serangan-serangan berskala kecil ataupun sekedar menebas lawan.
Setelah membersihkan jalan, Naruto segara berlari menuju bangunan yang sudah berlubang sangat besar di tengah-tengah oleh Kōen no Hōkō miliknya barusan.
Melompat masuk ke dalam kastil, serangan anti-army selanjutnya Naruto lancarkan didalam sana. Serangan besar yang seketika meratakan reruntuhan kastil tanpa menyisahkan apapun—
"Bakuen Musōu." (Unparalleled Combustion)
—Berupa lima bola api raksasa secara bergantian muncul di tempat berbeda yang menelan semua area kastil diatas permukaan tanah.
Melompat dari satu batu bongkahan batu ke bongkahan lain, Naruto tiba di sebuah ruangan yang cukup luas.
Pendaratan tersebut agak kasar hingga kepulan debu mengepul diikuti lantai yang retak.
Berjalan keluar dari kepulan debu, mata Naruto melebar terkejut.
Di tengah-tengah ruang bawah tanah yang luasnya kurang lebih setengah dari lapangan sepakbola dengan tinggi sekitar 50 meter. Dindingnya terbuat dari beton hitam mengkilap. Pada sisi dinding di depan Naruto terdapat pintu besar yang dihiasi empat lingkaran sihir, dua diantaranya Naruto kenal betul.
Lucifer dan Leviathan.
Namun, bukan itu yang membuat mata Naruto melebar. Di depan pintu tersebut seseorang berdiri.
Pria di akhir tahunan berambut coklat yang dipangkas rapi kebelakang. Mengenakan jubah khas Ultimate-Class Devil. Sama halnya Naruto, mata hitam pria itu juga melebar.
Lagi, kedua juga mengeluarkan satu kata yang sama.
"Ka-kau—"
Naruto segera menenangkan dirinya. Senyum pahit terukir melihat orang didepannya.
Fuck!
Diantara sekian banyak orang, kenapa orang ini yang memimpin pasukan penjagaan peninggalan bangsa iblis?
"Lama tak bertemu, Bael-san ... Atau bisa kupakai panggilan lamaku untukmu, Fuku-Taichō."
"Ka-kau seharusnya sudah—"
"Mati."
Naruto dengan cepat menyela. Akan jadi pertanyaan besar apabila pihak aliansi belum membocorkan soal kematiannya yang menjadi pemicu serangan Lilith. Ditambah ekspresi Mantal Wakil Kaptennya semakin yakin bahwa sebagian besar pihak sudah tahu tentang kematiannya.
Namun, di titik ini Naruto tidak ingin membeberkan kebenaran soal dirinya.
"Tapi, aku tidak."—'Sudah tepatnya, dan dihidupkan kembali'
Iblis Bael di sana terlihat semakin terkejut. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemimpin masing-masing fraksi dalam aliansi mengkonfirmasi bahwa Naruto Lucifer sudah tewas ditangan mereka.
Apakah Naruto Lucifer selamat? Atau dibangkitkan kembali?
'Itu tak mungkin. Belum ada yang pernah membangkitkan kembali mahluk selain manusia dari kematian. Berarti, Brengsek ini tidak tewas malam itu.'
"Tak perlu repot memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, Fuku-Taichō. Kenyataannya aku belum mati. Aku berada di sini, berdiri di hadapanmu dan masih bernafas dengan sedikit luka kecil."
Menyembunyikan keterkejutannya, Iblis Bael mengukir senyum kecil. "Ya, berarti kau tak tewas malam itu. Seperti yang diharapkan darimu, Tai—"
"Hey, ayolah. Aku tidak lagi, dan semua itu berkat kau."
Pada tahap ini Naruto benar-benar menahan diri untuk tidak mengutuk iblis Bael di depannya. Melihat wajah pria itu saja sudah membuat darah memanas. Naruto membuang nafas lelah. Lelah dengan sagala macam konflik di kehidupannya.
"Tapi ... Tapi, aku tahu kau tak sepenuhnya disalahkan. Kau hanyalah anjing para tetua klan 72 Pilar terutama klanmu."
Naruto menyipitkan mata ketika pria di depannya tertawa datar. Tawa yang kembali menaikkan tensi darah Naruto ditambah ucapannya selanjutnya.
"Aku bertanya-tanya kenapa kau begitu marah padaku, Taichō."
"Tak terlalu penting sebenarnya. Hanya sakit saja ditikam dari belakang oleh orang yang kutitipkan kepercayaan sebagai Fuku-Taichō—Dan sudah kubilang jangan memakai panggilan tersebut."
"Kau memanggilku Fuku-Taichō. Sedang kau melarangku memanggil Taichō. Lagipula itu caraku menghormati kepercayaan yang Taichō berikan padaku."
"Itu satu-satunya panggilan yang cocok. Cukup menggelikan harus memakai panggilan 'Bael-san' atau semacamnya." Sangat jelas terdengar ada nada jijik di setiap kata dalam bualan Naruto. "Kembali ke awal ... Benarkah yang memerintamu hari itu adalah bajingan tua Zekram?"
"Oya, oya ... Entah kenapa aku sangat ingin menghancurkan mulut Taichō karena memanggil Zekram-sama begitu buruk."
Seringai menantang seketika mengembang di wajah Naruto.
"Kenapa tidak mencobanya? Tertarik menari bersamaku, Fuku-Taichō?"
"Masih arogan seperti biasa, heh? Menyebut pertempuran sebuah tarian?"
"Sebuah penghormatan. Penghormatan untuk orang yang sangat pantas mendapatkannya. Tidak seperti mahluk-mahluk keparat seperti kalian yang membalas kebaikan dengan sebuah rasa sakit bertahun-tahun—Bahkan jika kalian semua bergantian menjilati kakiku takkan kuberikan."
"K—"
"Halah, bacot! Cukup mulai saja, njing!"
Gas pun diinjak. Naruto memberi sedikit kekuatan pada kaki kanan mengambil dorongan kuat untuk berlari dalam kecepatan tinggi.
Iblis Bael menyeringai bak maniak dan ikut melakukan hal serupa.
Dua kepalan berlapis energi berbeda berbenturan. Tangan Naruto dilapisi api jingga dan Bael dilapisi Power of Destruction. Benturannya cukup kuat sampai menciptapkan gelombang kejut yang menyapi debu dan bebatuan kecil.
Kembali, dua kekuatan di tingkat penghancur mendekati absolut bentrok.
Seringai Bael semakin lebar ketika melihat intensitas Power of Destruction miliknya lebih banyak dan kuat dari api Naruto.
"Urryaaaah!"
Mengikuti teriakan Naruto, dia lebih memfokuskan kekuatan pada pukulan dan membuahkan hasil.
"Na-nani?!"
Mata Bael melebar keterkejutannya. Tangannya terlempar ke belakang kemudian wajahnya dengan indah ditabrak pukulan berbalut api yang langsung mengirimnya terbang ke belakang dan menabrak dinding.
Pandangan beringas Naruto langsung terpampang. Memberi teror nyata kepada Bael yang barbaring sambil mengadu kesakitan di bagian wajah.
"Bangun Fuku-Taichō. Jangan membuatku kecewa jika berakhir secepat ini ... Tarian untuk neraka pribadimu baru saja dimulai!"
"Haaah, merepotkan!"
Starrk tak bisa menahan diri untuk melenguh panjang atas tindakan Naruto barusan yang melancarkan serangan berkonsentrasi Yōuki besar-besaran.
Seluruh iblis di permukaan mungkin telah mati dan tak ada satupun yang berhasil mengirim pesan darurat ke Daiyondai Maōu, namun Bakuen Musōu Naruto akan menjadi penyebab masalah lain akan datang.
Menghilangkan pistol Flitlock miliknya, Starrk berjalan agak malas ke satu titik di atas langit.
"Bocah itu benar-benar tak tahu arti kata menahan. Mari kita lihat siapa yang akan datang ..."
Berhenti pada satu menara tinggi yang masih utuh. Starrk mengambil posisi duduk bersilah sambil bertopang dagu. Rambut gondrongnya melambai-lambai diterpa hembusan angin selagi memikirkan sesuatu.
Jika memang Yōuki Naruto dirasakan pihak iblis, Starrk hanya bisa berharap kiriman bantuan yang datang bukanlah Iblis terkuat Underworld. Bukan Sirzechs Lucifer ataupun eksistensi setingkatnya.
Ya, dia terlalu malas untuk bertempur habis-habisan melawan musuh sekelas Sirzechs.
Seperti yang telah disabdakan Naruto kepada mantan Wakil Kaptennya, dia benar-benar memberikan penyiksaan neraka pribadi.
Bael mungkin memiliki kemampuan Power of Destruction, namun levelnya masih dibawah Sirzechs Lucifer yang sudah pernah Naruto hadapi, bahkan memiliki cara untuk ditangkal.
Ditambah penguatan Senjutsu, gaya bertarung agresif namun efektif klan Uchiha dan kemampuan berimprovisasi dalam setiap tindakan. Sudah bisa dipastikan, bahkan jika di buku takdir mengatakan hari ini bukan kematian dari Bael, iblis dari beberapa klan tertua di dunia bawah itu akan kalah.
Kalah dengan keras dan menyakitkan.
Sangat keras dan begitu menyakitkan.
"Tck! Iblis dan kemampuan pasif terbangnya yang merepotkan."
Naruto mendongak ke langit-langit dengan mata menajam kesal. Di atas sana, hampir mencapai langit-langit, wakil kaptenya tengah melayang dibantu oleh sepasang sayap mirip milik kelelawar.
"Bukankah Taichō juga iblis, setengah iblis. Kenapa tidak dipakai?"
Sedikit Naruto merasa terganggu dengan wajah tenang wakil kaptenya, seolah dalam keadaan luka parah masih bisa menang. Seolah-olah kehilangan kaki kiri dan lubang besar menganga di perut sama sekali bukan hambatan.
Naruto tersenyum kecut. "Identitas asliku sudah tersebar rupanya ... Ya, anggap saja aku tak memilikinya lagi."—'Belum tepatnya, dan aku bertanya-tanya kapan itu kembali.'
"Hm, begitu rupanya."
Naruto mengangguk kecil.
"Kalau begitu aku punya keuntungan kecil disini walau ruang lumayan terbatas."
Seringai terukir di mulut Naruto. "Tak memiliki kemampuan terbang iblis bukan berarti tak bisa, Fuku-Taichō."
Sebelum Bael mempertanyakan maksudnya, Naruto memompa banyak Yōuki Kurama menuju telapak kaki dan meledakkannya disana. Ledakan tersebut digunakan sebagai pelontar sehingga bisa terbang—terlempar ke depan Bael yang terlambat bertindak.
"A-apa?!" matanya hanya bisa melebar.
"Senpō: Hōken." (Sage Art: Breakdown Fist)
Pukulan bertenaga puluhan kali lipat dari tabrakan Truck-kun menghantam perut Iblis Bael. Darah segar tersembur keluar bercampur dengan air liur dari mulut sebelum iblis Bael meluncur deras menuju pintu tersegel disana. Yang anehnya tak memberikan dampak sedikitpun.
Melakukan gerakan yang sama di udara, Naruto kembali melontarkan tubuh ke Iblis Bael dan melancarkan tendangan salto mid-air.
Iblis Bael meraung kesakitan merasakan beberapa tulang rusuknya patah, menambah rasa sakit di perut yang sudah lebih dulu bolong. Melihat keadaan Iblis Bael, sesuatu menggelitik hati Naruto.
Naruto pada dasarnya bukanlah Sadistic. Dibanding menyiksa yang kemungkinan bisa berakibat fatal lawannya bisa melakukan comeback, Naruto lebih memilih mengakhiri atau setidaknya mencari cara mengakhiri lawan dengan cepat.
Namun, hari ini, melawan Iblis Bael yang dulu pernah menjadi wakilnya, sekaligus yang membuka cerita panjang berujung penyesalan kisah cinta bertepuk sebelah tangannya pada Rias Gremory. Sesuatu dalam diri Naruto menuntunnya untuk menyiksa Iblis Bael, memberinya tarian neraka pribadi.
Terjadilah Naruto menyiksa Iblis Bael hingga meraung-raung meminta pengampunan.
Di area terbatas seluas setengah lapangan bola ini. Jika seseorang yang melihat Naruto sebagai orang baik akan menarik kata-katanya. Serangan demi serangan Naruto daratkan pada tubuh tak berdaya Iblis Bael.
Tidak peduli wajah Iblis tersebut sudah dipenuhi luka memar dan darah segar, ataupun tubuh yang sudah tak utuh lagi Naruto tak berhenti menyiksanya.
Mendarat sangat kasar pada lantai setelah ditendang keras di udara, Bael untuk kesekian kalinya memuntahkan darah segar setelah punggungnya mencium lantai keramik keras.
"Ohook—"
Mata hazel Bael menyipit bahaya menyaksikan tangan dominan Naruto di dikepung kobaran api orange yang benar-benar mempecundangi Power of Destruction miliknya di atas sana dalam keadaan melayang. Dia memutar tubuhnya yang berbaring, ingin merangkak dari sana untuk kabur. Fisiknya sudah terlalu lelah untuk bergerak, sedangkan Yōuki sudah terkuras sangat banyak dipakai mempertahankan keberadaan dari panasnya api Naruto sehingga tak bisa lagi mengaktifkan sihir teleport.
Dengan kata lain, kematian sudah memberikan salam hangat kepadanya.
"Kōen no Gekitetsu." (Brilliant Flame's Firing Hammer)
Namun, pada akhirnya tindakan Bael sia-sia. punggungnya sudah dihantam pukulan sekuat tabrakan 100 truk sebelum akhirnya ditelan ledakan besar. Beruntungnya Bael selalu melapisi tubuhnya dengan Yōuki sehingga api Naruto tak sampai membakarnya hingga hancur, namun tak bisa menyelematkannya dari hawa panas diatas milik api milik klan Phenex.
"Empat Raja Iblis pertama benar-benar habis-habisan pada ruangan ini. Gekitetsu bahkan tak meninggalkan goresan sedikitpun."
Bael perlahan-lahan membuka mata ketika mendengar samar-samar gumaman tersebut. Kesadarannya yang sempat menghilang sudah pulih, dia dalam keadaan tengkurap di lantai dan kaki Naruto menempel di punggungnya.
"Kau benar-benar monster." Dia memutar kepala ke kiri, dan melirik Naruto yang berdiri di atasnya. "Tak heran Zekram-sama ingin menjauhkanmu dari Mekai."
"Kau orang kesekian yang memanggilku demikian ... Meh, persetan dengan itu."
"Ya, persetan juga denganmu."
"Sayapmu sangat menganggu—"
Naruto membungkuk. Masing-masing lengan meraih dua sayap iblis Bael. Mengabaikan teriakan Bael yang kembali meronta-ronta, Naruto mengeratkan pijakannya di punggung Bael.
"—Akan kusingkirkan!"
"Arrrrrrrgggggghhhh—"
Dengan sekali tarikan bertenaga, Naruto memisahkan sepasang sayap dari punggung Bael hingga membuat pria iblis itu meraung kesakitan.
Bael tak hanya kesakitan di fisik, harga dirinya juga hancur karena sayap kebanggan sebagai iblis dicabut paksa.
"Selesai." Naruto melempar sembarang dua sayap iblis tersebut. "Nah, selanjutnya ..."
Dia meraih bahu kiri Bael dengan tangan kanan, memutar pelan tubuh tak berdaya itu dan meraih leher dengan tangan kanan. Tatapan kasihan seketika dia lemparkan ketika mencekik dan mengangkat tubuh tak berdaya Bael.
"Lihatlah dirimu, Fuku-Taichō. Aku bertanya-tanya tindakan seperti apa yang akan diambil fraksi iblis terutama Bajingan Zekram itu mendengar salah satu iblis yang membawa nama klannya dibuat sangat menyedihkan sampai memohon-mohon untuk diampuni. Setidaknya masih lebih baik Riser Phenex waktu itu karena dia tak sampai memohon."
"Haah, ha, ha ... Persetan denganmu, Lucifer!"
"Apa hanya itu yang bisa kau lakukan? Mengumpat? Ayo, memohon lagi. Itu adalah pemandangan yang menarik iblis dari salah satu klan tertua dan terkuat memohon ampun."
Bael sedikit menunduk karena posisi tubuhnya yang diangkat lebih tinggi dari Naruto. "Apa sebenarnya tujuanmu? Bunuh saja aku, bajingan!"
"Memang itu yang kuinginkan. Tapi, sebelumnya, aku ingin memastikan sesuatu ... Apa yang sebenarnya Zekram Bael takutkan dariku? Aku penasaran."
"A-aku lebih baik mati."
"Kau yakin?"
Dalam benaknya Naruto merengut kesal. Tak bisa mendapatkan informasi tentang Zekram Bael. Seandainya dia memiliki kemampuan membaca pikiran seseorang, itu akan lebih mudah. Seperti kemampuan [Memori Alteration] milik iblis, salah satu kemampuan unik Sharingan milik Madara, atau Shintensin no Jutsu milik klan Yamanaka di desa Konoha.
Dia yakin bahwa Zekram Bael memiliki alasan kuat kenapa sangat tidak menginginkan keberadaanya di Mekai. Tidak mungkin hanya karena dia manusia—setengah manusia.
"Ya sudah. Setidaknya salah satu tujuanku ke sini sudah tercapai."
Bael menyipitkan mata pada Naruto. Apalagi ketika pemuda di pertengahan 20 tahunan itu menyeringai.
"Apa maksudmu?"
"Orang mati tidak bisa menceritakan sebuah kisah."
Pikiran Bael sempat berputar di beberapa titik pada pernyataan Naruto. Ya, dia tahu akan dibunuh beberapa saat lagi, itu tak terhindarkan lagi. Menghubungkan setiap kemungkinan yang ada, Bael jatuh pada satu kesimpulan. Naruto menyerang tanah Lucifaad yang dulu menjadi pusat pemerintahan Daiyondai Maōu terdahulu, membantai semua yang ada.
Mata Bael langsung melebar.
"K-kau ..."
"Ding dong! Seseorang baru saja mendapatkan jawaban. Seseorang harus memberimu hadiah, Fuku-Taichō. Katakan padaku, apa yang kau dapatkan."
"Lucifer-sama dan Daiyondai Maōu lain tak akan jatuh pada umpan sederhana ini. Kau tak akan mendapatkan apa-apa, Naruto!"
"Tidak, tidak! Mereka pasti jatuh. Aku kenal Sirzechs cukup lama. Ditambah adanya Azazel, mereka pasti menarik kesimpulan tersebut ... Dihianati teman terdekat kadang memiliki keuntungan."
Seringai Naruto makin lebar. Tak ada salahnya dia memberikan jawaban pada mahluk malang yang nyawanya sudah diujung tanduk ini.
"Kau pikir Sirzechs akan berpikir aku ataupun kelompok Uchiha Madara tertarik pada peninggalan Daiyondai Maōu terdahulu ini? Aku mungkin punya hubungan dengan Lucifer pertama, tapi itu hanya sebatas garis keturunan. Madara, meh, dia lebih baik mati daripada memakai sesuatu yang berkaitan dengan iblis ... Jadi, satu-satunya kelompok yang bisa dia curigai, KyūmaŌ-ha (Old Satan Fraction)."
Menyulut api Kurama pada tangan kanan yang mencekik Bael, Naruto memberi satu tatapan yang berarti selamat tinggal.
"Oke, waktu bicara selesai."
"Senpō: Moechire." (Sage Art: Burn Away)
Sejumlah besar Yōuki Kurama terfokus pada tangan kanan Naruto. Api tersebut lalu menyebar dari leher ke seluruh tubuh Bael yang panasnya sudah hampir mencapai tahap maksimal. Hanya dalam waktu singkat, tubuh Bael akhirnya menghilang dari keberadaan fisik oleh nyala orange manifestasi Yōuki Kurama.
Setelah membunuh iblis terakhir di Lucifaad. Pandangan Naruto tertuju pada pintu besar yang terdapat empat lingkaran sihir sebagai segel. Tak bisa dia pungkiri bahwa dia kagum pada empat pemimpin fraksi iblis di Great War meninggalkan sesuatu dibawah Lucifaad dan dibuat sangat sulit untuk dibuka.
Naruto bisa merasakan hampir semua hal di ruangan ini terbuat daripada Yōuki gila-gilaan milik empat iblis tersebut yang dipadatkan. Jumlahnya sangat besar dan banyak sampai kemampuan Kurama tak bisa memberi goresan barang sedikit pun.
Naruto bertanya-tanya, apa sebenarnya dibalik pintu besar tersebut sampai kakek buyut dan tiga iblis teman seperjuangannya all-out mencegah siapapun selain mereka melihat ke dalam sana.
Menghela nafas terlebih dahulu, Naruto memberi satu tatapan panjang sebelum berbalik dan berjalan menuju akses keluar dari ruangan besar tersebut.
"Lain kali, kakek. Lain kali."
Setelah keluar dari ruang bawah tanah istana besar Lucifaad yang sudah hilang bentuk aslinya, Naruto segera menemui Starrk di atas menara tertinggi di kota tersebut.
Sampai disana dan melihat Starrk duduk bersilah pada atap sambil memandang jauh ke arah selatan, tahu-tahunya dia langsung disambut kalimat yang cukup menohok hati.
"Hampir sejam. Kau melembek, bocah."
"Aku punya alasan kenapa lama. Iblis kelas ultimate tadi ternyata mantan wakilku di divisi yang dibentuk Sirzechs. Karena penasaran, aku sedikit berbincang-bincang dan pada akhirnya hanya mendapatkan sedikit informasi."
Naruto mengakhiri dengan lenguhan panjang. Dia agak kecewa tak mendapatkan apa-apa tentang Zekram Bael. Tetapi, kabar baiknya dua tujuan dia bertolak ke Lucifaad sudah tercapai.
Setelah mengembalikan katana Starrk, Naruto menciptakan portal tehnik ruang dan waktu Senjutsu miliknya.
Tanpa diberitahu lebih lanjut, Starrk bangkit dan melompat masuk ke dalam cahaya emas disusul Naruto.
Puluhan kilometer dari Lucifaad, terdapat gunung batu yang lumayan tinggi mengelilingi kompleks besar. Seolah-olah gunung batu tersebut bukan tercipta secara alami, melainkan karya mahluk hidup melalui kemampuan mengendalikan elemen alam.
Komplek itu yang sendiri luasnya ada beberapa hektar dengan satu bangunan besar seperti mansion besar berada di tengah-tengah.
Selain mansion, ada beberapa bangunan yang kecil serta taman luas mengisi area kosong.
Kompleks kediaman keluarga Lucifer.
Disinilah lokasi kedua Naruto bersama Starrk berlabuh di Underworld. Naruto mengingat tempat ini dari kepingan-kepingan memori yang telah dia perolah di labirin langit dalam tubuhnya. Berbekal ingatan tersebut, dia mampu berpindah ke sana menggunakan tehnik teleportnya mengingat masih berada di Realm atau ruang atau alam yang sama.
"Man, apakah keluargamu semacam konglomerat atau yang lain, bocah?" komen Starrk mengedarkan pandangan ke segala arah. Namun, kemudian tertuju pada satu area yang hancur seperti habis terjadi pertempuran hebat disana.
Naruto ikut memandang ke sana. Matanya langsung memancarkan berbagai macam emosi. Dia ingat area tersebut.
Area di depan bangunan yang dikhususkan untuk iblis klan Lucifuge.
Area yang sempat menjatuhkannya ke dasar jurang keputusasaan.
Area tempat dia membantai ratusan iblis klan Lucifuge.
Sekaligus menjadi tempat dia menyadari bahwa kakeknya adalah tipe mahluk terburuk yang pernah dia kenal—walau masih dalam bentuk ingatan saja.
"Mereka bahkan tidak membersihkannya." Gumam Naruto pelan meski Starrk masih dapat mendengarnya.
"Apakah itu ...?"
Naruto hanya menganggukkan kepala, tak perlu menjelaskan karena Starrk sudah mendengar semua ceritanya.
Starrk ikut mengangguk, paham atas situasi Naruto. Agaknya Starrk mengerti bagaimana perasaan Naruto melihat lokasi tersebut.
"Kita menginap disini malam ini, sekaligus mengambil beberapa barang yang kuharap masih ada. Setidaknya kita aman disini karena Kekkai yang dipadang kakekku masih aktif sampai sekarang."
"Apa kau berencana berlatih disini?"
Naruto diam sesaat memikirkan jawabannya. Dia memang bisa memakai tempat ini, namun resikonya cukup besar ketahuan mengingat latihan yang ingin dia jalani mengharuskannya mengeluarkan semua kekuatannya, bahkan melewati batasannya.
"Begini ..." Starrk mengambil jeda, tangan kanannya menggaruk belakang kepala. "Kalau tempat latihan, aku sudah memilikinya, bahkan aku menjamin keamanannya."
Naruto segera berbalik, wajahnya menggelap. "Starrk teme ..."
"Hmn?"
"Kenapa tak bilang dari awal, bangsat?!—Seandainya kau bilang, kita bisa memulainya langsung tanpa perlu menyerang Lucifaad."
Starrk mendesah. "Aku lupa. Ya maaf."
"'Ya maaf' pantatmu!"
"Kabar baiknya, aku sudah tahu batasanmu dan cara melewatinya. Setidaknya tidak ada waktu yang terbuang." Stark menjelaskan, mengabaikan Naruto yang masih memberinya pelototan tajam.
"Cih!" Naruto membuang muka, berbalik dan mulai berjalan menuju pintu masuk utama mansion beberapa meter di depannya. "Baiklah, kau menang. Lagipula dengan itu Sirzechs dan aliansi akan sibuk mengurusi Lucifaad."
Starrk mengangkat bahu dan bergumam pelan. "Ya, ya, ya. Kau dan rencana adu dombamu yang ingin menaikkan tensi konflik aliansi dan Khaos Brigade."
Kemudian, dia segera menyusul Naruto yang sudah berada di depan pintu dan mengetuk-ngetuknya pelan.
Starrk menyipitkan matanya curiga. Perquisa miliknya mendeteksi tekanan Yōuki dari dalam mansion mendekat dengan kecepatan tinggi dan Naruto sama sekali tak terganggu oleh itu. Dia yakin Naruto juga merasakannya.
Beberapa saat kemudian, kecurigaan Starrk menghilang entah kemana. Ekspresi wajahnya berubah kosong dengan setetes keringat sebesar jempol kaki muncul di belakang kepala menyaksikan yang terjadi.
Pintu mansion terbuka, sosok wanita di pertengahan dua puluh, memakai seragam maid, berambut putih bersih panjang dengan dua poni membingkai wajah, keluar dan menerjang Naruto dalam pelukan ganas. Terjangan itu begitu kuat sampai Naruto dan sang Maid jatuh di permukaan tanah.
Jika disuruh berkomentar tentang Maid itu. Starrk bisa berkata bahwa wanita itu adalah memiliki kencatikan alami seorang iblis. Bahkan ketika air mata mengalir deras dari mata biru tersebut.
Namun, dibalik kecantikan sang Maid, Starrk sedikit terganggu pada satu hal.
'Sial! Yōuki Iblis ini setingkat dengan Sirzechs Lucifer—Oy, oy, oy. Jangan bilang kalau iblis ini ....'
Sayangnya lamuan Starrk buyar seketika kala dalam keadaaan berpelukan, Naruto dan Maid tersebut saling mengucapkan kalimat yang dilontarkan orang-orang yang telah lama berpisah.
"Naruto-kun! Demi Lilith-sama, lihat dirimu, sayang! Kau benar-benar berubah banyak."
Naruto membalas pelukan sang Maid. Dengan senyum bahagia, dia berujar,
"Aku pulang."
"Selamat datang di rumah, sayang!"
TBC
[TrouBlesome Cut!]
Author Note: Oke, done 4 Chapter seperti yang dijanjikan ke FI - Shinn Kazumiya. Ditunggu Lemon Dedek Scheherazade-nya...
Selebihnya mungkin gak ada yang perlu dibahas dulu. Untuk balasan Review-nya. Chapter depan saja. Lagi malas, ini saja Update-nya sebenernya ogah—Akwakwakwakwakwak
FI - Brengzeck-id 014 dan yang ikut serta dalam pembuatan cerita ini out.
Saya mau tidur cantik bersama Dedek Wendy dan Dedek Scheherazade setelah bermain-main sebentar dengan Charlotte Izoard.
Salam Lolicon dari Author Pinggiran pengidap Lolicon tingkat akut ini.
—BUKAN PEDO, BGSD!
Ciao~
.
.
.