Kelas sudah kosong.
Koro-sensei berdiri di depan kelas, seperti biasanya. Saraf otaknya bisa membayangkan kondisi kelas ini. Semua sibuk belajar untuk ujian kelulusan. Ritsu pasti akan membantu mengirimkan berbagai macam informasi ke teman – temannya. Maehara dan Isogai pastii sibuk berdiskusi. Nagisa dan Nakumara mungkin bercanda atau tidak Terasaka pasti sudah tertidur di pojokan kelas. Lalu Karma akan melempari sesuatu ke arahnya dan bercanda sudah kelewatan.
Ah. Sungguh, itu benar – benar memori yang tak terlupakan sepanjang hidupnya. Siapa sangka kalau nantinya seorang Shinigami seperti dia dapat merasakan kehangatan sebagai seorang guru. Kehangatan yang mampu melelehkan hatinya yang sudah beku.
Koro-sensei berrjalan ke meja Karma. Meja itu sudah tidak disentuh oleh pemiliknya selama tiga hari. Masih ingat betul Koro-sensei ketika Karma mendapatkan robot jarahan anak kelas C lalu mengobrol bersama Itona hingga akhirnya dibawa Shiro.
Tanpa sengaja, Koro-sensei menemukan sepucuk surat di balik kolong Karma. Mata Koro-sensei langsung membulat sempurna melihat tulisan ini.
"Ini..."
Dari Akabane Karma
—maukah kau menemuiku, Isogai-kun?
.
.
.
Fanfiction
Assasination Classroom own by Yuusei Matsui
Believe presented by aiharacchi
.
Isogai — Karma — Koro-sensei
Rated T
.
Chapter 3. Ketika Seseorang Berubah
.
.
.
Membunuh?
Apa—apa maksudnya?
Karma tertawa nyaring dan membahana. Namun suara tawanya itu sama sekali tidak menyenangkan di telinga Isogai. Tawanya mengerikan, seperti seorang psikopat yang menemukan kesenangan baru. Belum lagi pistol ditangannya masih mengarah ke Isogai. Mungkin dalam satu gerakan jari, kepala Isogai bisa – bisa terlubang.
Ada yang tidak beres dengan Karma.
"Kenapa Isogai-kun? Kau terlihat ketakutan sekali?" tanya Karma di sela – sela tawanya itu. "Ayolah... aku hanya ingin membunuhmu saja. Tapi kalau kau ingin hidup, kau harus membunuhku."
"Bukan itu maksudku!" balas Isogai. "Kau sudah menghilang tiga hari dan sekarang kau datang ingin membunuhku. Apa yang terjadi denganmu?!"
"Aku? Aku tidak ada yang berubah Isogai-kun," balas Karma sambil tersenyum manis. Tapi jelas senyuman itu menakutkan sekali. Bahkan Isogai sendiri merinding merasakannya. "Ayo Isogai-kun, sampai kapan kau benggong tidak jelas seperti itu. Kita harus memulai permainan ini—aku makin tidak sabar membunuhmu."
"Tidak Karma. Ini benar – benar salah. Tidak, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Apa Shiro brengsek itu te—"
Bunyi dorr! terdengar seketika juga, bersamaan dengan peluru timah yang hampir saja melubangi kepala Isogai kalau dia tidak menghindar beberapa senti. Beberapa helai rambutnya berjatuhan karena bersentuhan oleh peluru itu. Astaga...! Karma benar – benar serius dengan omongannya. Bahkan ketika menembak itu saja, dia sama sekali tidak menunjukan kegentaran hatinya. Mata tajam seperti elang, seolah – olah Isogai adalah musuhnya yang harus dibunuh.
Isogai memandang ngeri Karma. Tangannya mengenggam erat pistol ditangannya, sedikit dia kembali membalas tembakan itu. Tapi Karma adalah temannya! Mana mungkin Isogai bisa menembaknya begitu saja. Saat ini Karma pasti telah dicuci otaknya oleh Shiro. Benar, sekejam – kejamnya Karma, tak mungkin Karma melakukan ini.
Karma pasti telah dimanipulasi oleh Shiro!
Tapi bukannya peduli atau apa, Karma malah menembak Isogai bertubi – tubi. Terima kasih Karasuma-sensei telah mengajarinya untuk bela diri, jadi dengan mudahnya Isogai menghindarnya.
"Haha. Kenapa kau menghindar, Isoga-kun?" Karma menembak Isogai tanpa berpindah posisi. "Sudah bagus – bagus aku beri pistol. Dan kau sama sekali tidak mau menembakku."
"Tentu saja. Mana bisa aku menembak temanku sendiri!"
"Awww... manis sekali," cibir Karma. "Sayangnya kalau begitu. Lebih baik memang kau harus mati."
Detik kemudian, Karma melemparkan granat ke arah Isogai.
.
.
.
"Subjek ke-164 bahkan tidak ragu membunuh temannya sendiri."
Sosok pria berbaju serba putih itu terlihat sangat senang begitu melihat tayangan secara langsung; Akabane Karma melawan salah satu sahabatnya, Isogai Yuuma. Meski kedua tokoh itu sama sekali tidak menyadari ada kamera pengintai pertarungan mereka—gambar yang ditampilkan benar – benar jelas. Bagaimana Karma bertindak seperti seorang psikopat dan keraguan Isogai untuk membunuh temannya sendiri, benar – benar sempurna.
"Apakah itu baik – baik saja?"
Seorang perempuan yang seusia jauh lebih muda darinya itu membuat Shiro menoleh. Itu adalah pertanyaan mudah. Beberapa detik kemudian, Shiro menyunggingkan senyumannya. Perempuan itu agak terganggu dengan senyumannya, namun dia tetap memasang wajah pokerface.
"Kau tidak perlu khawatir. Meski 'Karma-kun' mati sekalipun rencana kita masih berjalan," kata Shiro tanpa rasa bersalah. "Justru yang kuharapkan dia dibunuh Isogai-kun."
Perempuan itu tersentak. Shiro mengharapkan Karma mati? Setelah menguji eksperimen berbahaya pada pemuda berambut merah crimson lalu mengharapkan dia mati? Yang benar saja.
Tapi sebelum perempuan itu menanyakan, Shiro mengangguk dan mengerti apa yang dipikirkannya. "Tidak. Karma-kun justru adalah subyek yang sempurna. Dengan bakat yang belum terasah dan tubuh yang sehat seperti itu mana mungkin dia gagal dengan percobaan ini. Ahh, justru tingkat keberhasilannya diatas Koro-sensei sekalipun."
"Lalu kenapa kau ingin Isogai-kun membunuh Karma-kun?"
"Justru itu adalah salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan percobaan kita."
Apa?
"Percobaan ini berbeda dengan Koro-sensei." Shiro tertawa renyah. "Ya. Meski percobaan ini jauh lebih kejam untuk ukuran remaja yang tidak tahu apa – apa."
.
.
.
"Fiuuhh.. hampir saja."
Sebelum granat mengenai tanah, Isogai tiba – tiba merasakan tubuhnya terikat dan dibawa menjauh dari tempat itu dengan kecepatan tinggi. Isogai mendongak, mendapati tentakel Koro-sensei yang melilit dan mengangkat tubuhnya menjauh dari ledakan granat. Tubuhnya pun diselimuti kulit pertahanan Koro-sensei agar mencegah dirinya terluka
"Kau baik – baik saja?"
Isogai mengangguk. Detik kemudian tubuhnya diturunkan ke tanah. Salah satu tentakel Koro-sensei membantu Isogai untuk melepaskan kulit pelindung itu. Mata Koro-sensei kini teralih ke laki – laki berambut merah yang menjadi penyebabnya ledakan kecil itu. Untuk saat ini ledakannya tidak mengacaukan kolam renang mereka. Hanya menyisakan bekas hitam karbon di tanah.
Koro-sensei terhenyak melihat Karma. Dari cara Karma menatapnya seperti penganggu yang harus dihancurkan. Tatapan membunuh tidak sehat. Dan juga senyumannya yang sempat Koro-sensei lihat sebelum Karma meledakan granatnya, seperti seorang psikopat yang haus darah. Meski dia adalah pembunuh ulung, tetap saja tatapan itu bukanlah tatapan yang diinginkannya, terutama pada bintang kelasnya.
Menyadari gelagat aneh Koro-sensei, Isogai berdiri dan memastikan gurita kuning itu baik – baik saja. "Koro-sensei, ada yang salah dengan Karma-kun."
"Ya. Aku tahu itu." Angguk Koro-sensei.
Karma mendesah pelan, tak suka. Ada penganggu yang datang menyelamatkan Isogai. Padahal dengan ledakan itu, seharusnya Isogai mati dan tersisa tubuhnya yang sudah tak terbentuk. Atau tidak minimal tubuhnya terluka parah dan Karma tinggal membunuhnya dengan pisau.
Tapi kehadiran gurita kuning yang sangat cepat itu di luar perkiraanya. Dia sangat cepat mengambil tubuh Isogai dan mendorong tubuhnya menjauh dari granat itu. Sekarang granat satu – satunya yang dia miliki itu tidak berguna lagi. Mau tak mau Karma harus membunuh Isogai dengan pisau atau pistol.
"Kau benar – benar penganggu," kata Karma memandang Koro-sensei tak suka. "Aku sama sekali tidak tertarik membunuhmu. Aku hanya ingin membunuh Isogai sekarang juga."
"Meski kita berada di kelas pembunuh bukan berarti aku mengizinkanmu membunuh temanmu sendiri."
"Jangan buat aku tertawa. Isogai Yuuma itu bukanlah temanku, dia hanyalah target yang harus kubunuh." Karma tersenyum manis. "Tapi jika Isogai Yuuma-kun tidak mau artinya dia harus membunuhku—itulah aturan mainnya."
Astaga. Seberapa jauh Shiro mengubah Karma sehingga mengatakan hal itu. Apa yang sebenarnya Shiro lakukan sekarang. Ini benar – benar kejam. Dalam waktu tiga hari itulah membuat Karma menganggap kalau Isogai Yuuma, temannya sendiri adalah targetnya dan jika dia gagal membunuh berarti kematian pada dirinya.
Isogai sendiri terlihat bimbang. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Tembakan yang bertubi – tubi serta ledakan granat jelas – jelas menunjukan kesungguhan Karma untuk membunuh Isogai. Sebetulnya untuk apa sih membunuh Isogai. Dia bukanlah yang terbaik urusan pembunuhan yang terjadi di kelas ini. Dia juga bukanlah anak yang pintar ataupun kaya.
Kalau begitu untuk apa?
Tapi Koro-sensei berusaha menutupi Isogai dari Karma. Memastikan Isogai aman dibelakangnya dan dia bisa berfokus menyelesaikan urusan Karma. Kalau seperti ini, memaksa Karma dengan kejailannya bukanlah ide yang bagus. Dia harus serius sekarang, layaknya seorang pembunuh.
Ujung bibir Karma terangkat, "Jadi kau pelindungnya Isogai. Wah, beruntung sekali kau Isogai-kun, memiliki mahluk pelindung. Kau curang sekali."
"Aku melindungi kalian semua. Termasuk kau Karma."
"Aku? Kau melindungiku?" kata Karma, sengaja meninggikan suaranya dan membuat terdengar seolah – olah tak percaya. "Untuk apa kau kurang kerjaan melindungiku. Lagipula... siapa kau? Aku sama sekali tidak mengenalimu."
Nafas Koro-sensei langsung tercekat di tenggorokan. Isogai memandang Karma tak percaya. Apa maksudnya? Karma tidak mengenalinya. Dia mengenali Isogai dan ingin membunuhnya lalu dia tidak mengenal Koro-sensei—guru yang selalu menjadi korban pelecehan Karma yang tidak pernah berhenti.
Karma tidak mengenalinya...
"K-ka-karma-kun..." Emosinya benar – benar sudah tidak bisa dibendung. Warna kulitnya yang semula kuning perlahan – lahan berubah menjadi warna gelap. "APA YANG SHIRO BRENGSEK LAKUKAN ITU PADAMU?!"
Dorr!
"Akkhh...!"
Karma menembaknya—dengan secara refleks dan mata tanpa ampun. Tentu saja Koro-sensei dengan refleks langsung menghindar dari lintasan peluru itu. Tapi berkat itulah, justru peluru itu malah mengenai pundak kanan Isogai yang sama sekali tidak tahu apa – apa karena terhalang oleh tubuh besar Karma. Darah langsung keluar dari lukanya, dan mengotori seragamnya. Isogai hanya bisa merintih sambil menahan lukanya dengan tangan kirinya untuk mencegah darah yang keluar dari tangannya.
Buru – buru Koro-sensei langsung menuju ke arah Isogai lagi. Lukanya memang tidak parah, hanya mengenai pembuluh vena. Namun jika dibiarkan bisa – bisa Isogai mati kehabisan darah.
"S-sensei..." Isogai berusaha untuk kuat. "A-aku baik – baik saja sensei."
"Jangan bercanda!" Koro-sensei terlihat sangat panik sekali. Sungguh, ini adalah pertama kalinya melihat muridnya terluka karena dia menghindar dari peluru timah. Ini semua salahnya...
Namun bukannya merasa bersalah, Karma justru menyeringai penuh kemenangan. "Haha. Kau bahkan tidak bisa melindungi Isogai-kun. Sudah seharusnya Isogai mati bu—!"
Seketika itu juga Koro-sensei langsung meninju perut Karma dengan tentakelnya. Bahkan belum sempat Karma mencium bau tanah, Koro-sensei langsung melilit erat tubuh Karma dengan tentakelnya dan memaksa Karma untuk melepaskan senjatanya di tangannya. Setelah memastikan luka Isogai tidak begitu parah, Koro-sensei menghadap laki – laki berambut merah yang berusaha melepaskan diri.
"KENAPA KAU MENEMBAKNYA?!" seru Koro-sensei marah. Untuk kali ini, dirinya tidak bisa toleransi. Sayangnya Karma sama sekali tidak terganggu dengan itu.
"Wajar saja bukan?" kata Karma meninggikan suaranya. "ITU KARENA KAU TELAH MENGHINA SHIRO-SENSEI!"
Shiro-sensei?
Tentakel Koro-sensei langsung melemas seketika itu juga. Tubuh Karma lansung terlepas dan jatuh ke tanah. Untuk saat ini sebaiknya jangan menembak terlebih dahulu. Gurita kuning itu masih berada disini, dan jelas dia pasti akan melindungi Isogai apapun yang akan terjadi. Kemampuan gurita kuning itu juga melebihi darinya, atau lebih tepatnya melebihi manusia biasa.
Namun tanpa Karma sadari, mata Koro-sensei berubah, menjadi lebih kosong. Seumur – umur hidupnya, belum pernah Koro-sensei melihat Karma menghormati guru sedemikian rupa. Menurut catatan pendidikan Karma, hampir semua guru pusing tujuh keliling menghadapi setan merah kecil itu. Tapi sekarang, Karma menghormati Shiro, bahkan dia marah ketika seseorang menghina shiro.
Kenapa...
Apa yang telah dilakukan Shiro padanya?
"Akabane Karma-kun." Tiba – tiba seseorang pria berpakaian serba hitam lengkap dengan senjata di samping pinggangnya muncul di balik semak – semak. Karma menoleh ke arah pria itu. "Percobaanmu sudah selesai. Shiro-sama menyuruhmu untuk pulang sekarang juga."
"Apa?" kata Karma tak percaya. "Aku belum membunuh Isogai-kun! Kenapa sensei ingin aku pulang. A-aku bisa!"
"Perintah tetap perintah. Yang jelas kali ini kau gagal."
"Tch. Kalau perintah apa boleh buat." Mata Karma menoleh ke arah Koro-sensei yang masih terlihat kosong. Sepertinya masih memikirkan kalimat Karma barusan. "Aku tidak jadi membunuh Isogai. Keberuntungan untukmu. Aku pergi dulu."
Mendengar kalimat itu, Koro-sensei langsung tersadar. Astaga, dia tidak bisa membiarkan Karma begitu saja. Dia harus melindungi Karma lagi—sebelum semua telanjur runyam. Seketika itu juga, dengan kecepatan 20 mach miliknya, tentakelnya langsung melilit tubuh Karma cepat.
"Hei!" Karma berusaha meronta. Namun justru lilitannya yang makin menguat. "Lepaskan aku!"
"Aku tidak akan membiarkan kau pergi begitu saja!"
"Sebaiknya kau lepaskan Karma-kun."
Suara pria yang terdengar berat dan sedikit nge-bass itu membuat Koro-sensei menoleh ke asal suara itu, belakangnya. Kini Isogai yang tampak lemah karena lukanya berada di dekapan pria berbaju serba hitam. Moncong pistol tepat pada dahi Isogai. Jemarinya siap menembak kapanpun jika Koro-sensei bertindak gegabah.
"Lepaskan atau aku akan menembak laki – laki ini."
Koro-sensei langsung mematung. Dia tidak bisa membiarkan Isogai mati begitu saja hanya karena ingin mempertahankan Karma. Akhirnya, Koro-sensei meletakan Karma perlahan – lahan ke tanah dan melepaskan tentakelnya. Karma memandangnya tak suka, namun dia memilih berjalan ke arah pria berbaju hitam itu.
Isogai juga dilepaskan. Hanya saja arah lintah tembakan pria yang menyandera Isogai tetap masih mengarah ke kepala Isogai. Tapi untuk saat ini sepertinya mereka tidak akan mengancam keselamatan Isogai. Di sisi lain, salah seorang pria berbaju hitam itu menyuntikkan sesuatu ke tangan Karma, dan membuat laki – laki berambut merah itu pingsan. Hingga akhirnya, pria itu kembali membawa Karma sekali lagi.
Lagi – lagi Koro-sensei gagal.
.
.
.
Keesokan harinya Isogai tidak masuk sekolah. Lebih tepatnya berada di rumah sakit pasca penembakan Karma.
Kelas hari ini pulang lebih cepat. Koro-sensei masih terpukul karena kejadian kemarin, sehingga dia lebih memilih mengajar cepat dan menyendiri di suatu tempat. Semua sudah tahu kejadian yang terjadi antara Karma dan Isogai. Bahkan tidak ada yang menyangka kalau nantinya Karma datang dan bermaksud untuk membunuh Isogai. Syukurlah luka Isogai tidak begitu parah. Namun Karma masih berada digenggaman Shiro. Entah sukarela atau memang dia dimanipulasi oleh Shiro.
"Well, sepertinya kau sudah sehat."
"Maehara-kun?!"
Laki – laki berambut jingga itu tersenyum lebar sambil membawakan bunga. Dia langsung mengambil bangku disamping kasur Isogai setelah meletakan rangkaian bunga yang biasa digunakan untuk menjenguk orang sakit.
"Dasar. Kenapa bisa sampai tertembak sama Karma," kata Maehara sambil merapikan rambutnya yang agak berantakan itu.
"Ya apa boleh buat. Aku sama sekali tidak menyangka kalau Karma bakalan nembak aku, serius. Tapi syukurlah lukanya tidak parah... yah, meski banyak kehilangan darah."
"Cepat sembuh. Aku enggak punya teman nih kalau kau sakit."
"Oh ya?" Alis Isogai sedikit terangkat. "Kau rindu denganku nih ceritanya? Padahal baru ditinggal sehari lhoo..."
"Sialan. Bukan itu maksudku!" seru Maehara salah tingkah. "Kalau kau tidak ada kan aku jadi binggung buat kerja pasangan kita. Mana tugas Koro-sensei makin menumpuk lagi. Ahhh... tuh guru benar – benar..."
Isogai terkekeh pelan. Ah ya, dia baru ingat tentang tugas pelajaran sains berpasangan yang belum kelar dan harus dikumpulin sekarang. Pantas saja daritadi rambut Maehara kusut begitu. Sains bukanlah bidang Maehara.
Maehara terdiam sejenak, terlihat seperti memikirkan sesuatu. "Tapi kenapa kau malah pergi ke Karma? Kenapa kau tidak beritahu siapa atau gimana jadi kau tak perlu berakhir seperti ini," sahut Maehara. "Kudengar lagi kau nyaris mati karena granat."
"Yah, apa boleh buat. Di surat itu dia minta aku datang sendiri." Isogai menunduk. "Sekarang Koro-sensei pasti terpukul."
"Tentu saja. Bintang kelas diculik dan kemungkinan dicuci otak untuk membunuhmu. Lalu dia tidak mengingat Koro-sensei dan lebih memilih pergi ke Shiro. Siapa sih yang tidak terpukul dengan kejadian itu. Apalagi Koro-sensei kan sensitif perasaannya."
Benar juga. Pasti Koro-sensei meratapi lagi masalahnya—sama seperti sebelumnya ketika dia mendapati masalah.
"Bicara soal Karma." Isogai menatap Maehara lekat – lekat. "Aku ingin ini menjadi rahasia diantara kita."
"E—eh?! Apa maksudmu?!"
Isogai mendesah pelan, sebelum akhirnya matanya menjadi serius. "Sebelum Karma diculik, dia pernah ngajarin aku tentang surat rahasia. Yah, dengan mengubah kanji menjadi hiragana lalu memberi tanda khusus pada kata yang ingin disampaikan."
"Lalu apa hubungannya?"
"Lewat surat yang dikirim Karma kemarin. Dia mengirim pesan rahasia." Isogai menarik nafasnya. "Pesan itu; Tolong aku."
.
.
.
Ini—sudah berapa lama.
Laki – laki berambut merah itu kini terbaring di perangkat khusus yang terhubung berbagai macam kabel. Kepalanya dipasangkan sebuah Nervgear, yang terus mengawasi kinerja otak laki – laki itu, Karma. Tubuhnya juga diberi selang infus yang sewaktu – waktu disuntikan berbagai macam obat yang membuatnya terus kesakitan. Belum lagi tubuhnya diikat agar dia tidak bisa kabur.
Yang benar saja. Mereka melumpuhkan tubuhnya. Mana mungkin dia bisa kabur. Bahkan dia tidak yakin bisa berdiri atau tidak.
Perlahan – lahan, suatu memori berputar di saraf otaknya. Entah itu memang memorinya atau memori implan. Dalam memori itu, dia melihat laki – laki berambut coklat yang memandangnya tak percaya—sepertinya Karma telah melakukan sesuatu yang salah. Beberapa saat kemudian, laki – laki berambut coklat itu makin jelas. Isogai. Hanya saja Isogai terlihat terluka dibagian pundak. Lalu memori itu berubah; Koro-sensei ada dihadapannya, meninjunya lalu melilitnya dengan keras.
Apa yang sebetulnya terjadi saat itu? Kenapa dirinya tidak bisa mengingat apapun lagi...
"Sepertinya percobaanmu gagal lagi. Kita akan mencoba membunuh Isogai lain waktu."
Karma tidak bisa melihat orang itu. Tapi sepertinya dia mengenali suara itu.
"A... a-apa... m-maksudmu..."
"Kau tidak perlu tahu detail tentang percobaan itu, Karma-kun. Tapi setidaknya percobaan [Connect] mengalami kemajuan. Terima kasih Karma-kun. Bahkan Koro-sensei tidak pernah mencapai kemajuan ini selama berbulan – bulan." Pria itu sepertinya tersenyum penuh kemenangan. "Untuk hari ini kau istirahat dulu untuk pertumbuhan sel tentakelmu. Ya, aku akan memberikan obat tidur lagi."
"A-aku... ti-tidak mau lagi..."
Tapi percuma saja. Karma bisa merasakan salah satu selang infus menyuntikkan obat tidur ke tubuhnya. Pandangannya makin memburam. Lagi – lagi harus tertidur. Dengan sesuatu yang sama sekali tidak diketahuinya. Bahkan hari esok saja belum tentu Karma akan terbangun.
Ini menyakitkan. Kumohon siapa saja... tolong aku...
.
.
.
Satu tentakel sudah tumbuh di tubuhnya.
.
.
.
—To Be Continued—
.
.
.
Muehehehe~~ sudah lama sekali yaaaakkk! /dilempar jamur/
Sebetulnya nih... rencana ai pengen nelantarin nih ff karena mager nulis action – action. Terus berkat Kuo-senpai jadi nulis lagi deh. Pliiss, list hutang fanficnyaaa.. mantep banget yaaaaakk. Yaudah, karena sampe dibikinin aku tulis ajaaa... tenang, karena ini kebetulan lagi adegan yang kusuka jadi aku bakal lanjutin koookk. Ampun... jangan gebukin saya.
Siippoo, balas repiuw.
Ratu Obeng: ASTAGA PANJANG BANGET, CASPLOK JEBOL XDD gara – gara senpai nih jadi dilanjutin terus maraton nih. Pliisss, list-nya benar – benar deh. Tenang kasus Isogai dengan Karma belum selesai. Mereka masih bakal bunuh – bunuhan dan semoga Korosen engga recokin petarungan maut mereka /dilempar/ Kayaknya ide bagus tuh, Itonanya dipake XD PLISSS KARUISOO ADUH JADI BAPER NIHHH! KAN JADI PENGEN LANJUTIN FFKU YG SATU LAGI PLISSS! Udaah... ini udah apdet senpai... arigato :"D
Yamashii Raura wiiisss akhirnya anda merasa tegang jugaa. Korosen emang cinta mati muridnya, nanti liat aja pengorbanan Korosen disini~~ arigato nee.
Yuukio Muehehehehe Karma bakalan dijadiin santapan iblis /digilas/ Engga kok, nanti bakal ai jelasin apa yang terjadi dengan Karma. Arigato nee
SheraYuki Rahasia dongg~~~ Nasib Isogai masih belum ditentukan. Apakah Isogai yang mati atau Karma yang mati. Liat aja nanti. Sepertinya anda kurang tepat. Karma memang dicuci otaknya tapiiiiii... rahasia. Arigato nee
Akiyama Seira aduuh makasih atas pujiannya. Muehehehe itu rahasia. Justru karena ada sesuatu kejadian di plot anime, aku menulisnya menjadi Karma. Intinya pengembangan dari plot anime terusss jadilaaahhh... siip udah apdet, arigato nee
Shiori no Yuki Emang. Kasihan my beb... kalau shiro... muehehehehe itu rahasia nanti nasibnya. Arigato neee
4Mekaliya-chan Apakah anda puas dengan chappie ini, semoga ajaaaa. Hayoo tadi mikir apa nihhh hayoooooo... arigato nee
Wako udah apdet kok nihh arigato nee
.
Sipp arigato yang telah membaca cerita ini. Tenanggg cerita ini masih kulanjutin kookkkkk, so review or discontinued XDD
Salam Hangat,
Aihara