Seorang gadis dengan bando yang menghias rambut pendeknya tersenyum kepada kedua sahabatnya. Yang satu gadis dengan rambut panjang sepunggung dan satu lagi pemuda cantik―ralat, gadis tomboy.

Sonoko Suzuki, nama gadis yang memakai bando itu menunjukkan empat tiket liburan selama seminggu di hotel milik keluarga Suzuki yang super kaya. "Lihat, kita bisa kesana bersenang-senang selama liburan musim panas!" ucapnya penuh semangat.

Ran Mouri―gadis berambut panjang―dan Sera Masumi―gadis tomboy―saling tatap dengan senyum mengembang di wajah mereka. Bayangan akan liburan yang menyenangkan mulai memenuhi pikiran ketiganya.

"Kutunggu di depan stasiun hari Minggu jam 8, jangan sampai terlambat ya?"

Sera dan Ran menyahut berbarengan. "Oke!"

Kemudian Sera menyenggol lengan Ran. "Jangan lupa ajak Conan-kun ya?" dan Ran hanya mengangguk. Ran tau jika Sera sepertinya memiliki ketertarikan tersendiri terhadap Conan.

.

.

Azure

T. Mistery. Standart disclaimer applied.

Warning: maybe OOC, alur kecepetan, kesalahan refrensi, typos, dkk.

Happy reading!

.

.

Minggu pagi yang cerah, seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, ketiga gadis dan seorang bocah lelaki itu melakukan perjalanan menuju hotel bintang lima milik keluarga Suzuki yang letaknya cukup jauh. Berbagai kegiatan mereka lakoni untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan, mulai dari bermain kartu hingga main sambung kata.

Tak lama, kereta tersebut berhenti di sebuah stasiun untuk mengangkut beberapa penumpang dengan tujuan sama. Seorang wanita dan seorang pria masuk ke dalam gerbong yang sama dengan Conan dkk.

Sebenarnya bukan hanya mereka, tetapi mereka lah yang terlihat mencolok di mata Conan. Bukan karena penampilan yang tidak biasa tetapi karena pertengkaran mereka.

"Jangan sentuh tanganku, kau lelaki brengsek!" ucap sang wanita dengan tampang jijik kepada pria yang membawakan koper yang sepertinya milik wanita tersebut.

Pria itu tampak tidak terima dengan celaan wanita di depannya. "Kau harus mendengarkan penjelasanku dulu, itu tidak seperti yang kau pikirkan! Dasar wanita keras kepala."

"Maaf, bisa tenang dan duduk di kursi masing-masing?" kondektur menegur keduanya karena telah membuat sedikit kehebohan dalam gerbong.

Wanita itu melirik Sera. "Hey kau, kumohon bertukar tempat duduklah denganku ya?" pintanya.

Sera tampak ragu tetapi akhirnya menuruti permintaan wanita tersebut. Ia beranjak dan duduk di bangku seberang bangku mereka. Ia mengedipkan matanya pada Ran dan berkata. "Tolong jaga Conan-kun ya?"

Ran hanya menganggu sembari membatin 'Seharusnya aku yang bilang begitu ketika kau melibatkannya dalam sebuah kasus.' Kemudian Ran menatap wanita yang duduk berhadapan dengannya. Ingin sekali menanyakan ada apa dengan dirinya dan pria yang duduk di sebelah Sera tetapi tidak sampai hati mengatakannya.

Yurina Kuroma (34)―seorang novelis.

"Dari tatapanmu itu, kau pasti bertanya-tanya ada apa denganku dan kekasihku, bukan?" wanita itu menatap Ran dengan senyum miring yang sukses membuat yang bersangkutan salah tingkah. "Dia kekasihku, kami sudah lama menjalin hubungan. Dan rencananya akan menikah dalam waktu dekat." Wanita itu memberi jeda membuat Sonoko yang tadinya berpura-pura tidur akhirnya menatap wanita itu antusias. "Tetapi dia malah selingkuh dengan wanita lain kemarin. Padahal kami akan mengumumkan tanggal pernikahan kami saat pesta perayaan ulang tahunku malam ini." Wanita tersebut menyeka air matanya menggunakan punggung tangan.

Ran dan Sonoko menatapnya iba. Sebagai perempuan, tentu saja ia bisa mengerti perasaan wanita itu. "Tidak bisa dimaafkan." Kata Sonoko menatap emosi pria yang tampak sedang berbincang dengan Sera.

Sementara itu, Sera dan kekasih Yurina sedang berbincang. Sera menanyakan ada masalah apa dengan pemuda itu secara to the point.

Yuuya Sonokawa (30)―seorang cosplayer.

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu sebelum semuanya terlambat." Pria bersurai biru kehijauan itu memberikan jeda sejenak dengan menghela nafas panjang. "Tetapi ia malah salah paham dan mengira aku berselingkuh dengan wanita lain. Ia tidak mau mendengarkan penjelasanku, benar-benar wanita keras kepala."

Sera menatapnya kemudian ber-ohh ria dengan beberapa anggukkan.

.

.

Mereka sampai setelah menempuh 4 jam perjalanan menggunakan kereta. Secara tidak disangka, ternyata Yurina dan Yuuya juga menginap di hotel yang sama dengan mereka.

"Kalau begitu kau novelis terkenal yang menyewa hotel untuk merayakan ulang tahunmu itu?" tanya Sonoko heboh saat mengetahui hal tersebut. Mereka telah sampai di lobby hotel.

"Iya, kau benar." Yurina tertawa lepas, sepertinya ia mulai melupakan masalahnya dengan sang kekasih. "Aku hanya ingin merayakan ulang tahunku secara besar-besaran karena sejak kecil aku tak pernah merayakan ulang tahun."

Ran bertanya dengan alis terangkat. "Kenapa?"

"Sejak kecil aku dibuang orang tuaku di panti asuhan sehingga tidak pernah merayakan ulang tahun sampai sekarang." Yurina mulai bercerita mengenai masa lalunya.

Conan hanya menatap malas wanita itu, ia kemudian menatap Sera dan pacar Yurina, Yuuya. Sedikit penasaran setelah Sera mengatakan jawaban Yuuya atas pertanyaannya. Entah sejak kapan mereka mulai bekerja sama.

"Yurina!" panggil seorang wanita yang membawa sebuah notes di tangannya. Ia tampak menggunakan kacamata hitam dan berambut hitam panjang sepinggang.

Rina Kobayakawa (34)―seorang novelis.

"Rina, kau datang?"Yurina mendekati kenalannya kemudian berpelukkan. "Apakah Kim juga datang?"

"Tentu saja, ia sedang beristirahat di kamarnya. Sebaiknya kau tidak menganggu acara minum tehnya." Rina menatap Ran dan Sonoko. "Siapa mereka?"

"Ran Mouri, putri Kogoro tidur yang terkenal itu dan Sonoko Suzuki, putri keluarga Suzuki pemilik hotel ini." Yurina memperkenalkan keduanya, Ran langsung membungkuk hormat pada Rina.

"Senang bertemu kalian, dan kebetulan sekali. Apakah aku boleh mendengarkan cerita kalian mengenai kasus pembunuhan untuk bahan novelku?" tanya Rina bersemangat dan langsung dibalas anggukan dari Ran yang tampak tidak keberatan.

Sementara Conan masih asik berbincang dengan Sera sebelum kedua gadis itu memanggil mereka. Pembagian kamar:

Kamar 102 ditempati oleh Ran dan Sonoko. Sementara Conan dan Sera di kamar sebelahnya, kamar 104.

Di hadapan kamar 102, yaitu kamar 103 ditempati oleh Yurina dan kamar 105 di sebelahnya sudah dipempati oleh orang bernama Kim.

Yuuya di kamar 106, di sebelah kamar Conan dan Sera. Sedangkan Rina sudah memesan kamar bernomor 101 yang bersebelahan dengan kamar Yurina.

"Kenapa aku harus sekamar dengan kak Sera?" tanya Conan pada Ran. Sementara Ran melirik Sonoko.

"Sudahlah Conan-kun, lagipula banyak yang ingin kudiskusikan denganmu." Sera mengedipkan matanya pada Conan yang akhirnya mengangguk pasrah.

"Rina, kau mau mendiskusikan sesuatu denganku sebelum mewawancarai putri Kogoro tidur kan? Aku perlu bantuanmu." Yurina menarik Rina masuk ke kamarnya dengan paksa.

Kemudian mereka segera memasukki kamar dan membereskan barang bawaan mereka.

.

.

Kamar 106…

Yuuya tampak gelisah seraya menatap layar ponselnya. Ia tampak seperti menunggu sesuatu. Tak lama kemudian handphonenya berdering dan ia segera mengangkatnya.

"Halo, bagaimana hasilnya?"

"Ini buruk, tuan Sonokawa…"

Tak butuh waktu lama ponsel itu terjatuh dari genggamannya. Air matanya mengalir dari sudut matanya. "Apa yang harus kulakukan?"

.

.

Satu jam setelahnya, kamar Ran dan Sonoko diketuk. Siapa lagi jika bukan Rina, novelis yang berniat mewawancarai Ran sebagai anak detektif. Sonoko membukakan pintu karena Ran sedang menghidangkan teh.

"Silahkan masuk, kak." Sonoko mempersilahkan Rina memasukki kamar mereka. Ran sengaja mempersiapkan tiga cangkir teh untuk menemani perbincangan mereka bertiga.

Rina duduk di tempat yang sudah dipersiapkan. "Loh gulanya stick seperti ini? Lucu sekali banyak warnanya." Rina terlihat kagum saat melihat bungkus gula yang warna-warni dengan gambar lucu di beberapa sisi. "Jadi sayang untuk dibuka."

Sonoko tersenyum bangga, "Bagaimana servis dari hotel bintang lima keluarga Suzuki?"

Sementara Ran hanya tertawa. Mereka pun akhirnya memulai sesi wawancara. "Namaku Rina Kobayakawa, seorang novelis yang mempunyai penname Azure. Nah, mari mulai dari trik pembunuhan ruang tertutup yang biasanya sangat sulit untuk diungkap."

"Wah, aku tau Azure. Bukumu mendapatkan best seller dan sudah dicopy 10000 buah, bukan? Kau termasuk pengarah novel misteri yang tokoh utamanya seorang gadis indigo." Sonoko langsung gempar sendiri setelah mengetahui penname Rina yang sebenarnya.

"Gadis indigo?" tanya Ran yang tidak mengerti.

Sonoko menatap Ran gemas, "Itu loh, novel yang pernah kuperlihatkan di sekolah. Oh ya, aku sangat menyukai tokoh 'Olivia' yang menjadi gadis indigo di novelmu." Sonoko beralih pada Rina.

Rina tersenyum masam, "Sebenarnya tokoh 'Olivia' adalah gambaran dari temanku di dunia nyata yang meninggal 10 tahun lalu karena sebuah kasus yang baru bisa terungkap baru-baru ini." Rina menatap ke luar jendela, menatap langit dengan tatapan kosong.

"Kasus pembunuhan?" tanya Ran yang mulai merasa iba.

Rina menggeleng, "Awalnya memang ditetapkan kasus bunuh diri, tetapi baru-baru ini terungkap jika kasus itu adalah kasus pembunuhan. Pelakunya baru mengaku saat seorang pemuda SMA menganalisis trik pembunuhannya 10 tahun silam. Katanya ia dihantui arwah 'Olivia'. Mungkin karena pengaruh novelku juga ya hahaha." Rina tertawa, berusaha mencairkan suasana.

"Kasus itu, apakah―" Ran menggantungkan kata-katanya.

Rina menyela sebelum Ran melanjutkan kalimatnya, "Kasus yang sangat berkaitan erat dengan seekor kucing hitam, kasus Black Neko."

.

.

Kamar 105 terbuka, seorang wanita dengan gaya berpakaian ala jaman Victoria kuno dengan warna serba hitam dan topi bercadar yang menutupi sebagian wajahnya. Tampak sedikit kerutan di wajahnya. Ia tampak menggenggam sebuah dompet kulit berwarna senada dengan pakaiannya yang serba hitam.

"Kim Ha Neul." Seorang pemuda berkacamata tampak memanggilnya dan mereka berdua berbincang menggunakan bahasa Korea selama beberapa saat kemudian pemuda berkacamata itu pergi kembali dengan terburu-buru. Wanita itu tersenyum, menyeringai lebih tepatnya. Kemudian ia memasukki kamar 103.

"Akhirnya datang juga, aku sudah lama menunggumu tahu!"

.

.

Pintu kamar Ran terbuka, dibuka oleh Rina yang baru saja menyelesaikan sesi wawancaranya. Pintu tersebut terbuka berbarengan dengan Kim yang keluar dari kamar Yurina. Mereka berpapasan.

"Kim-san, kau mau mengobrol denganku? Aku butuh saranmu." Begitu ucap Rina dengan riang tetapi Kim menolaknya.

"Aku harus berangkat ke Korea sore ini." Kemudian Kim mendahului mereka memasukki kamarnya. Rina sempat melihat Yurina terkekeh di dalam kamarnya.

"Dasar wanita picik nan licik." Desis Rina geram.

.

.

13.00

Sera dan Conan baru saja kembali dari kolam renang yang disediakan oleh hotel untuk para tamu. Tidak berenang, hanya berbincang di penggi kolam renang. Mereka membicarakan kasus terakhir yang mereka pecahkan; kasus Kucing Hitam. Walau sudah terungkap, mereka merasa ada yang ganjil dengan kasus tersebut. Kasus tersebut terjadi 10 tahun yang lalu, mereka hanya dituntut untuk memecahkan trik ruang tertutup yang diciptakan pelaku.

Mereka berdua mendengar teriakan emosi dari kamar 103, kamar Yurina sang novelis yang berulang tahun. Lalu Yuuya sang kekasih ditendang keluar kamar dengan lebam di mata kirinya. Sora dan Conan membantunya berdiri dan menggopohnya menuju kamar 106.

Kamar Ran dan Sonoko terbuka, mereka merasa terganggu dengan teriakan-teriakan perdebatan Yurina dan Yuuya. Begitu juga dengan Rina dan Kim yang membuka pintu kamarnya. Rina hanya menghela nafas setelah menebak apa penyebab teriakan dari kamar Yurina dan Kim hanya diam kemudian kembali mengunci rapat kamarnya. Ran dan Sonoko pun memutuskan untuk beristirahat.

.

.

"Dia pingsan, lelaki yang lemah." Sera melontarkan komentarnya setelah membaringkan Yuuya di atas ranjangnya. "Bagaimana menurutmu, Conan-kun?"

Conan tidak menjawab. Hanya berpikir jika pukulan seorang wanita ternyata mampu membuat seorang lelaki pingsan seperti itu. "Mungkin dia pingsan karena shock."

"Shock kenapa?"

Conan hanya menggeleng. Ia masih belum bisa memastikan kebenaran analisisnya akan kedua pasang kekasih yang sedang bertengkar tersebut.

.

.

Jam 15.00

Seorang pria berjas mengetuk pintu kamar 103. Ia berkali-kali memanggil nama sang pemilik kamar tetapi tak kunjung mendapatkan sahutan balasan. Pintu kamar terkunci sehingga ia tidak bisa memasukki kamar tersebut dengan mudah.

"Nona Yurina, anda harus mempersiapkan pesta nanti malam. Nona Yurina, kau di dalam?" ia terus mengulangi kalimat tersebut.

Yoshiro Mamiyano (45)―editor sekaligus asisten Yurina.

Sera baru saja keluar dari kamarnya untuk mencari udara sore di pesisir pantai. Kebetulan letak hotel Suzuki dekat dengan pantai sehingga para tamu bisa langsung bermain pasir di pantai tersebut. Tadinya ia ingin mengajak Conan, Ran dan Sonoko tetapi ketiganya sedang kelelahan dan terlelap di kamar masing-masing.

"Ada apa?" Sera menghampiri Yoshiro.

"Sudah sepuluh menit aku mengetuk pintu tetapi tidak ada jawaban dari Yurina, padahal aku sudah menelepon-nya berkali-kali." Pria tersebut memperlihatkan layar ponselnya, panggilan darinya tidak kunjung dijawab oleh Yurina.

"Ada apa sih? Berisik sekali." Rina keluar dari kamarnya sembari memeluk bantal. Ia baru saja terbangun dari tidurnya.

"Nona… tidak mau menjawab panggilanku dan tidak mau membukakan pintu." Jawab Yoshiro.

"Dia pasti marah besar pada pacarnya hingga berbuat begitu." Sonoko keluar kamar dengan berdecak pinggang. Ia melirik kesal ke arah kamar Yuuya. Ran ikut keluar dengan sedikit menguap di belakang Sonoko.

"Coba dobrak kamarnya atau minta kunci cadangan untuk memmbujuknya keluar." Wanita bernama Kim itu keluar dari kamarnya, ia tampak menggeret koper hendak mengejar pesawat yang akan mengantarnya menuju negara asalnya.

Yoshiro mengangguk dan segera menghampiri resepsionis di lobby untuk meminta kunci cadangan. Sementara Sera dan Conan berusaha mendobrak pintu kamar karena merasakan sesuatu yang ganjil.

"Satu…dua…ti―" Sera dan Conan mendobrak pintu kamar Yurina, membuat pintu tersebut terbuka paksa.

"―ga." Sera melanjutkan kalimatnya dengan wajah pucat melihat pemandangan di depannya.

"KYAAAAAAA!" pekik Ran dan Sonoko saat melihat pemandangan yang sama. Sementara Conan langsung mendekati Yurina.

Tubuh Yurina terkuai lemas di atas mejanya. Tangannya tampak meremas sebuah kartu berwarna biru kehijauan. Busa keluar dari mulutnya dan cangkir teh miliknya tampak tergeletak di lantai, membuat seluruh isi teh tersebut tumpah membasahi lantai walau sudah terlihat sedikit kering. Di atas mejanya tampak bungkus gula yang dirobek dan pulpen di sebelahnya. Mata Yurina terbuka, melotot ke arah Conan dkk.

Conan segera mendekati tubuh Yurina dengan berhati-hati. Ia memeriksa tengkuk Yurina dan menggeleng. "Dia sudah meninggal."

Semua orang yang menyaksikan itu mendadak pucat, Ran berteriak. Yoshiro yang baru saja kembali dengan membawa kunci cadangan pun langsung kaget melihat keadaan Yurina. Yuuya yang baru saja bangun dan penasaran dengan apa yang terjadi segera membuka pintu dan mendapati kekasihnya sudah tak bernyawa, Sera mencegahnya memasukki kamar Yurina.

"Tidak ada yang boleh masuk sampai polisi datang. Ran segera telepon polisi." Titah Sera kepada semuanya.

"Memangnya kau siapa? Kenapa kami harus menuruti perintahmu?" tanya Rina tidak terima.

Kim menambahkan, "Lagipula kami harus memastikan Yurina sudah tidak ada atau hanya tak sadarkan diri. Bukankah yang memeriksanya hanya anak kecil?" ia melirik Conan dan hanya dibalas tatapan dari yang bersangkutan.

'Dia memakai contac lens berwarna?' batin Conan saat menatap Kim.

"Sera Masumi, detektif SMA." Ucap Sera memperkenalkan dirinya. "Lagipula dia sudah berkali-kali ikut dengan Kogoro tidur, kurasa Conan-kun sudah lebih berpengalaman dibanding kalian." Sera mengedipkan sebelah matanya pada Conan yang dibalas dengan tawa gugup.

Conan melirik kembali ke dalam kamar. Jendela tertutup rapat, kamar mandi juga tertutup rapat, dan pintu keluar terkunci.

'Pembunuhan atau bunuh diri?'

.

.

TBC

.

.

A/N: hola, saya kembali menjajal fandom baru. Awalnya hanya iseng karena serius saya pengen banget nyari genre mystery di fandom ini tapi malah ketemu romance, kebanyakan romance. Jadi saya tergerak untuk membuat ff ini.

Bagaimana, apakah kalian bisa menebak siapa tersangkanya dan bagaimana trik yang ia gunakan sebelum saya memberikan pemecahannya?

Saya kasih bocoran:

Clue 1: namanya berkaitan dengan kata "Azure".

Clue 2: bungkus gula.

Clue 3: ia memilikki hal yang berkaitan dengan kata "Azure" di tubuhnya.

Duh saya kasih terlalu banyak bocoran nih. Pasti bakal langsung ketawan. Ups, saya tipe author yang banyak membuat plot twist ya, jadi jangan heran kalau tebakan kamu meleset. Ohya, bungkus gulanya hampir mirip sama Gulaku yang bentuk stick itu ya.

Oke, SEE YOU NEXT CHAP!