CHAPTER 5
'tok' 'tok' 'tok'
Suara pintu yang diketuk terdengar begitu nyaring di pagi yang damai ini. Naruto mengernyitkan alisnya. Masih dengan mata tertutup. Merasa enggan untuk bangun dari singgasananya yang empuk itu.
'Tok' 'Tok' 'Tok'
Naruto masih cuek. Dia tidak peduli dan nggak akan mau peduli. Hari ini seharusnya dia libur dari segala macam misi. Itu yang dijanjikan Baa-channya seminggu yang lalu sebelum keberangkatannya untuk menjalankan misi bersama Tim Kakashi. Karenanya ia merasa ogah-ogahan jika harus membuka pintu untuk siapapun yang -mungkin- akan menyampaikan pesan dari sang Hokage untuknya.
'Tok!' 'Tok!' 'Tok!'
Ketukan dipintu yang semakin keras tidak merubah sedikitpun tekad Naruto untuk tetap bergelung dibalik selimutnya yang hangat. Si pirang meringkukkan tubuhnya. Menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sembari menutup kedua telinganya dengan tangan.
"LA LA LAA LA LAAA~ AKU TIDAK DENGAR!"
Si Uzumaki berteriak. Teriakan yang entah bisa tersampaikan atau tidak pada sosok dibalik pintu. Karena pada kenyataannya hal tersebut malah mengakibatkan-
'TOK!' 'TOK!' 'TOK!' 'TOK!' 'TOK!'
Ketukan yang awalnya begitu sopan berubah menjadi gedoran tidak pintusiawi yang menyulut nafsu birahi seorang Uzumaki Naruto. Tidak. Bukan nafsu untuk melakukan 'anuan'. Tapi lebih tepatnya nafsu untuk memutilasi sosok si penggedor dengan 'Pusaka Terselubung' milik Chara sebelah.
"Mou ii... tidak bisakah aku melewati pagi yang cerah ini dengan tenang?! Siapa pun kau yang ada di sana, bersiaplah untuk menghadapi kematianmu! Grrhh!"
Naruto mengeram, marah. Tiga kedutan kesal berukuran anti mainstream bersarang indah didahi dan surai pirangnya.
'Ceklek'
'Kriett'
Hug(?)
'Bruk'
"Ittai..."
Pintu telah dibuka. Menampilkan dua sosok berbeda tinggi badan yang berdiri didepan pintu apartemennya saat ini. Sosok yang lebih mungil berlari menerjangkan tubuhnya pada Naruto yang masih belum 'ngeh' dengan apa yang terjadi. Membuat keduanya ambruk dengan posisi si bocah yang menindih Naruto.
MENINDIH!
MENINDIH!
MENIN-
'DUAG!'
Ehem! Gomen... sengaja diulang karena kurang kerjaan /
"HUWAA~ KAA-CHAN! MENMA KANGEENN"
Teriak si bocah yang tidak lain adalah Uchiha Menma. Dengan tubuh kecilnya Menma masih menindih sang Kaa-chan. Enggan untuk melepaskan pelukan beruangnya walau sebentar saja. Naruto berkedip bingung membuat ekspresinya terlihat begitu lucu untuk dinikmati. Bagaikan tersengat listrik, begitu saraf-saraf otaknya tersambung dan berfungsi dengan normal ia langsung-
"NAANNIIIII?!"
-mengeluarkan suara melengking cukup keras yang dapat menulikan siapapun disekitarnya. Poor Menma!
"HUWAA... MEMANGNYA SEJAK KAPAN AKU PUNYA ANAK!"
"Tentu caja cejak Tou-chan memacukkan kejan- hmmph"
NARUTO © Masashi Kishimoto
The Bonds of Future © Fhy Winchester
Uchiha Sasuke X Uzumaki Naruto
Romance/ General, Rated T
Warning : Shounen Ai/ BL, Gaje, OOC, Many typo(s)
DON'T LIKE?! DON'T READ!
Sosok lain yang masih setia berdiri diambang kematian #duag err maksudnya diambang pintu demi mengamati interaksi antara Ayah dan Anak atau untuk kasus ini kita sebut saja 'Ibu' dan anak itu hanya bisa tersenyum palsu seperti biasa.
"HUWAA... MEMANGNYA SEJAK KAPAN AKU PUNYA ANAK!"
Teriak sahabat pirang yang diam-diam (kalo menurut Fhy sih blak-blakkan) ia taksir.
"Tentu caja cejak Tou-chan memacukkan kejan- hmmph"
Sai langsung membekap mulut Menma dengan tangan kanannya. Merasa sudah sewajarnya ia menghentikan kata-kata -sok tahu- bocah dibawah umur yang sempat menggegerkan kantor Hokage kemarin.
"Are... Menma-kun bukankah itu kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan anak berusia 5 tahun, hm? Benarkan Naruto-kun?"
Kalimat tersebut diakhiri dengan sebuah kedipan nakal -dan senyum mesum- yang tertuju pada pemuda Uzumaki.
"Hah?!"
Naruto merinding disko. Dalam hatinya ia bertanya-tanya apa salah Minato dan Kushina ketika mengandungnya? Mengapa dirinya selalu dikelilingi makhluk-makhluk bergender sejenis dengannya yang berpotensi untuk melecehkannya?!
'Ke-kenapa? Oh Kami-sama, kenapa dunia begitu kejam padaku?' batin Naruto menangis dalam hati.
Menma melonggarkan pelukannya pada Naruto yang saat ini telah mengambil posisi duduk. Ia membenamkan wajahnya pada dada berbalut piyama milik sang Kaa-chan, mencoba menghirup aroma citruz menenangkan yang sudah lama dirindukannya. Hangat. Kaa-channya benar-benar hangat. Syukurlah karena ia tidak merasakan kulit yang mendingin pada Kaa-channya. Seperti 'saat itu'. Dalam hatinya Menma bertekad apapun yang terjadi ia akan berjuang untuk melindungi pemuda didepannya.
"Ne ne ne... Kaa-chan, jangan pelnah pelgi tinggalin Menma lagi, ya? Cendilian itu... lacanya cangat menyakitkan... hikc"
Ucapnya lirih diantara isakan dan air mata yang mendadak jatuh membasahi piyama Naruto. Si pirang tertegun. Bibir ranumnya terbuka tanpa mampu mengeluarkan suara. Ia tidak tahu. Ia tidak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mendadak suasananya jadi terasa menyesakkan begini?Apa? Apa yang harus ia lakukan disaat-saat tidak terduga seperti ini? Walau bagaimana pun ia hanyalah seorang remaja yang nyaris menginjak usia 16 tahun. Remaja sok dewasa yang enggan mengakui kalau dirinya masih sering bertingkah layaknya bocah. Bocah yang hanya bisa membuat repot orang-orang disekelilingnya
Sebutir air mata jatuh dari iris sapphire-nya yang memandang sendu surai raven berantakan bocah dipangkuannya. Kenapa tiba-tiba ia menangis? Apa yang sebenarnya ia tangisi? Kenapa dadanya terasa begitu sesak? Siapa pun, ku mohon tolong aku! Batinnya memohon. Tangannya terangkat. Mengelus lembut helaian malam yang terasa menyenangkan untuk diacak-acak.
"...Menma" nama itu terucap lirih. Keluar begitu saja dari belahan bibir cherry-nya
Sai terdiam. Ia memperhatikan dengan intens moment haru dihadapannya. Merekam setiap detik hal yang terjadi dan menyimpannya dalam memori otaknya. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Bagaimana pun semua ini bermula dari hal konyol dan keinginan tak terbendung Menma untuk menemui Kaa-channya. Ia yang awalnya mendapat perintah dari sang Hokage untuk melaporkan keadaan Menma di kediaman Umino tiba-tiba dimintai tolong oleh sang tuan rumah untuk mengantarkan Menma menemui Naruto. Sai patuh. Tanpa basa-basi ia langsung berpamitan pada Iruka dan menggenggam tangan mungil Menma. Mereka berdua berjalan beriringan menuju apartemen Naruto. Dan di sinilah ia sekarang. Berdiri diam. Mencoba memahami emosi apa yang mendadak muncul diwajah teman se-tim-nya itu. Tanpa sedikitpun niat untuk menginstrupsi apa yang terjadi. Merasa lebih tenang, Menma pun mendongakkan wajahnya. Menatap polos iris sapphire yang masih terlihat basah. Tangan kecilnya terangkat, mencoba menghapus bekas aliran yang sempat menganak sungai dipipi chuby Kaa-channya. Menma tersenyum seolah semuanya baik-baik saja. Melupakan sejenak kesedihannya karena tidak mampu meraih orang yang paling disayanginya dulu.
"Kaa-chan... cebenalnya-"
'Kruyuuukkk~'
"EHH?!"
"Ugh... Menma... lapal.."
Sial!
Menma menunduk. Ia tidak jadi menyelesaikan kalimatnya karena insiden 'mendadak lapar' yang menyerangnya. Kedua pipinya merona malu menyadari perutnya yang seenak jidat protes minta diisi.
'Iie! Pelut, kau belbunyi di caat yang tidak tepat!' batin Menma sembari menangis ala anime. Hening. Ketiganya terdiam. Terlalu fokus pada pikiran masing-masing hingga sebuah suara memecah kesunyian itu.
"Ano... aku hanya bisa membuat ramen instan. K-kalau mau kita bisa makan di lu-"
"Biar aku yang masak"
Kalimat Naruto terpotong oleh instrupsi dadakkan Sai. Si surai raven yang hobi menebar senyum palsu itu segera masuk ke apartemen Naruto. Sai melangkah lebih dalam menuju dapur, dan tanpa persetujuan si tuan rumah ia langsung mengacak-acak isi kulkas. Dasar nggak sopan! Good kids don't do this! (^_^)
"Hmm~ sepertinya tidak banyak yang bisa dibuat. Baiklah kalau begitu. Naruto-kun mohon bantuannya, ya."
Ucap Sai sembari menoleh pada Naruto dan Menma yang mengikutinya dibelakang. Naruto merinding. Satu kakinya melangkah mundur dengan ragu-ragu.
"T-tolong jangan melakukan hal yang aneh-aneh!" ucap si pirang dengan muka yang pucat.
.
.
.
.
.
Di lain tempat
'Brak'
"Kuso! Apa yang mereka lakukan?!" Sasuke menggeram, marah. Seingatnya tangannyalah yang ia gunakan untuk meninju batang pohon disampingnya. Tangannyalah yang terluka dan mengeluarkan cairan berwarna merah dengan aroma besi. Tapi kenapa rasa sakit itu malah muncul dihatinya? Apa-apaan perasaan ini? Kenapa hanya dengan melihat pemandangan memuakkan didepan matanya bisa membuat -hati- nya jadi sesakit ini? Siapa? Siapa sebenarnya anak itu? Dan apa hubungan mereka?
Biarlah Sasuke mencari tahu tentang bocah itu nanti. Sekarang kedua tangannya sedang gatal. Ya, gatal karena ingin mencabik-cabik seseorang sebagai pelampiasan kekesalannya. Si raven menyeringai. Ia akan sangat bersyukur jika bisa menguliti mahluk berkulit pucat sialan yang berani mendekati Dobe-nya! Semoga.
.
.
.
.
.
Naruto menolehkan kepalanya ke arah jendela. Dia memang tidak memiliki insting yang bagus tapi perasaannya mengatakan ada sesuatu diluar sana. Sesuatu yang entah mengapa membuat Naruto merasakan kembali gejolak aneh yang sudah lama tidak dialaminya. Sesuatu yang ia rindukan. Hal yang hanya ia rasakan hanya dengan berada didekat orang itu.
"Kaa-chan, nani ka?"
Menma memiringkan kepalanya. Merasa heran dengan tingkah sang Kaa-chan yang sedari tadi menatap ke(luar) jendela. Memang ada apa di sana?
"Eh, tidak. Bukan apa-apa kok, h-ha ha haa" Sembari tertawa kaku. Masih belum terbiasa mendengar panggilan Kaa-chan dari bibir mungil Menma.
Uchiha Menma, 5 tahun. Putra sulung -itu katanya- dari pasangan SasuNaru yang mendadak muncul entah dari dimensi mana itu hanya mengedipkan kedua matanya, lucu. Menma anak baik. Selalu berbakti kepada orang tua. Suka menolong dan rajin menabung. Meskipun yang ia tabung bukan uang melainkan calon seme. Melihat Kaa-channya -sangat- galau entah karena apa, hati kecilnya tergugah untuk meringankan beban pikiran sang Kaa-chan. Menma pun segera turun dari kursinya. Agak kesulitan memang mengingat kursi yang didudukinya cukup tinggi untuk ukuran bocah seusianya. Kini kedua kaki mungilnya telah menapaki lantai. Menma berjalan mengendap-endap menuju si blonde. Berusaha sebisa mungkin untuk menghilangkan hawa keberadaannya. Dan kini kedua tangan Menma sudah siap untuk memeluk Naruto dari belakang. Ingin mengejutkan Kaa-chan tercintanya.
"KAA-"
'Bruk'
"GUK! GUKK!"
"HYAAA~"
Menma menjerit, terkejut. Niat mulianya untuk memeluk pemuda blonde terpaksa terhenti karena terhalang sekelebat bayangan hitam yang telah menindihnya. Bayangan hitam yang Menma sadari cukup berat, berliur, putih, dan ... berbulu?
'Eh? Belbulu? Mahyuk macam apa cih yang beyani jatuhin halga diyi Menma didepan Kaa-chan?!'
Batin Menma merasa agak kesal dengan insiden tersebut. Menma pun membuka sedikit matanya yang sempat tertutup tadi. Dan disaat itu juga, sapuan lidah berliur mendarat diwajah si bocah raven. Menma membeku. Iris sapphire-nya membola dan berkaca-kaca. Bibir mungilnya pun bergetar menahan ta-
"HUWAAA KAA-CHAAANN! CEYIGALA GUNUNGNYA MAU MAKAN MENMAA! HIKS... KAA-CHAN TACUKETEEE!"
Menma menjerit histeris. Naruto yang kaget mendengar teriakan Menma pun buru-buru menoleh ke belakang. Menuju sumber teriakan tersebut. Naruto shock. Shappier-nya membola sempurna. Dihadapannya saat ini tersaji pemandangan menggiurkan -kalau dia pedhofil- di mana sang anak tengah ditindih seekor anjing yang bukan hanya menjilati wajah putranya tapi juga perpotongan leher hingga bahu putih porselen sang anak. Belum lagi kaos berwarna baby blue yang tersingkap ke atas hingga nyaris memperlihatkan nipple berwarna pink si bocah raven.
"Yo Naruto! Berterima kasihlah karena aku sudah menyelamatkanmu dari serangan bocah in-" 'SYUUT'
'BRAK'
'PRANK'
"EHH?! C-chotto matte Naruto! Kenapa kau melempar kursi itu kearah ku?! Aku ini baru saja menyela- HEI! MAU KAU LEMPAR KE MANA PISAU DAGING ITU, HAH?! BAGAIMANA JIK-
'SYUUT' 'SYUUT' 'SYUUT'
'JLEB' 'JLEB' 'JLEEB'
"GYAAAAA!"
"KIBA SIALAN! SINGKIRKAN PACARMU (baca: Akamaru) DARI ATAS ANAKKU! GRRRrrr!"
Teriak Naruto sembari menutupi hidungnya yang mengeluarkan darah. Akal sehatnya sebagai seorang yang di panggil 'Kaa-chan' oleh Menma tidak terima melihat anaknya yang imut-imut itu ditindih anjing. Bukan hanya akal sehat. Sebenarnya kalau boleh jujur, imannya lebih tidak kuat melihat 'keindahan' putranya sendiri. Kami-sama cobaan apa lagi yang kau berikan kepadaku?! batinnya menangis lebay.
Sial! Sohib sehidup tapi ogah mati yang mengaku sudah menjalin pertemanan dengannya sejak mereka masih jadi zigot(?) itu ternyata sama brengseknya dengan Sai.
"..."
Eh chotto! Ngomong-ngomong ke mana perginya Sai? Naruto terdiam. Rupanya ia baru menyadari ketidak terlibatan Sai dalam dialognya dengan si Inuzuka tadi.
'Disaat seperti ini memang lebih bagus kalau Sai tidak ikut-ikutan! Huft... Yokatta.'
Diam-diam Naruto mengangguk-angguk atas pemikirannya sendiri. Selesai memberi pelajaran pada Kiba -dan Akamaru- yang kini pundung diluar sana, Naruto bergegas menghampiri putranya. Menma masih menangis. Kedua tangan kecilnya ia gunakan untuk menghapus aliran air matanya. Naruto yang tidak tega melihat pemandangan didepannya pun tanpa pikir panjang langsung merengkuh Menma dalam pelukannya.
"Gomen ne... kalau saja aku lebih memperhatikanmu kau tidak akan diserang Akamaru seperti tadi."
Lirih Naruto, masih memeluk si bocah. Menma terdiam. Ia memandang sendu pada Naruto.
"... daijoubu Kaa-chan. Tadi... Menma cuma telkejut kok. Coalnya ceyigalanya keliyatan celem banget. J-jadi... Kaa-chan nggak pelyu ikutan nangic. Cukup Menma aja, oke?" ucap Menma sembari menyentuh kedua pipi karamel Naruto. Mencoba menenangkan sang Kaa-chan.
"Umm! *Naruto tersenyum* Ano... Menma apa ada yang sakit?"
"Tid-"
"Lebih baik tidak usah ditahan. Ayo, kita pergi ke Rumah Sakit Konoha untuk mengobati lukamu!"
"Tap-"
"Oh atau kau mau aku memanggil Sakura-chan?"
"... Kaa-"
"Eh tidak! Lebih baik kita menemui Baa-chan saja! Meskipun galak dan kasar tapi dia adalah ninja medis no.1 di Desa Konoha!"
"..."
"Nande desuka ?"
"..."
"...?"
"... dulu, kalow Menma telyuka kalena jatuh Kaa-chan celalu punya obat mujalab buat cembuhin Menma."
Si bocah raven menunduk menyebabkan poni berwarna malamnya jatuh menutupi ekspresinya. Saat ini ia tengah menggali kembali memorinya saat bersama sang 'Kaa-chan'.
"Souka... Lalu obat apa itu?" tanya Naruto, menatap lekat pada Uchiha cilik dihadapannya. Menma mendongak. Secepat kilat ia dekatkan wajahnya dengan wajah Naruto. Mengikis jarak diantara keduanya dan
'CUP'
mengecup lembut bibir ranum pemuda Uzumaki.
"KISSU"
"EHH?!"
Tbc desuu
Fhy : *celingukan* Yo minna! Fhy kembali membawa chapter 5. Gimana? Gimana? Apa ceritanya makin bosenin? Bikin bingung? Alur gak jelas? Ato-
Menma : Cecungguhnya Fi-nee, celitanya menimbulkan hacelat ingin ngeplem!
Fhy : Hiks... Menma-chan hidoii desuu! :"v
Menma : Tapi benel kok. Menma kan anak baik jadi kalow ngomong nggak pelnah boong.
Fhy : *ambil tali buat nggantung* Menma-chan sayounara :'D #LambaikanTangan
Menma : *cuek bebek* Ne ne ne kapan Nalu Kaa-chan cama Cacu Tou-chan keteme? Ini udah kaptel 5 lhoo~ maca oltunya pemelan utama nggak ketemu2. #cemberut
Fhy : *nggak jadi mati* Tokoh utama? Dare? #digigitMenma Maa maa... Itu pertanyaan yg Fhy sendiri belum tau jawabannya. Mungkin dalam waktu dekat? #watados
Menma : *masukin Fhy kekarung* Onii-chan dan Onee-chan tachi hontou ni gomenacai kalena lipiyu kaptel kemalen belum bica dibalec di kaptel ini. Cekalang Menma mau ngebuang Auth- ehem! Makcudnya campah ini ke laut dulu. #SenyumInnocent Saa Minna-chan see you again desuu~ Jaa ne (-'_'-)
(Ano... buat michhazz makasih atas koreksinya :D Fic diatas udah diedit sesuai saranmu. Kalau ada yang mau kasih masukan atau koreksi lagi silahkan ^_^ Fhy terima dengan dompet terbuka #dilemparPotBunga )
39
Mind to review?