My Princess

Naruto always belong Masashi Kishimoto

My Princess © KiRei Apple

Pairing : Uchiha Sasuke X Haruno Sakura

Typo (s), Ooc, Eyd ancur, gaJe

Don't Like, Don't Read!

Enjoy it!

...

Summary : Uchiha Sakura, Permaisuri dari kerajaan Uchiha yang mengalami tragedi atas penyerangan Kerajaan, dan Suaminya Uchiha Sasuke tewas saat melindunginya. Namun saat ia memeluk sang Suami, tiba-tiba Ia terbangun dan berada sendirian di bawah rimbunan sakura yang sedang bermekaran. Dan ia menemukan kembali sosok yang ia yakini suaminya, berada di dunia yang menurutnya aneh, dan di sebut zaman modern.

Chapter 1

-oOo-

Bunga sakura bermekaran, angin berhembus pelan menerbangkan kelopaknya. Surai pink itu melambai karena terpaan angin. Sosok itu bersender di salah satu pohon sakura. Wajahnya tercoreng noda darah, pun dengan bajunya yang terkena darah di area depan baju yang ia kenakan.

Seiring dengan lengkuhan kecil, perlahan sosok itu membuka kelopak matanya, dan menampilkan iris klorofil yang sangat mengagumkan.

Terdiam, sosok itu sepertinya belum menyadari sepenuhnya saat ia terbangun.

"A-aku di mana?" tanyanya yang bingung keadaan dan tempat asing sekarang ia berada.

Iris klorofil itu menitikan air matanya saat mengingat Suaminya. Ia mengangkat tangannya -darah- yang memenuhi telapak tangannya. Tangannya meraba wajahnya. Sentuhan terakhir Suaminya kepadanya.

"Di masa mendatang, selamanya aku akan bersama dan melindungimu."

Air matanya melesak menuruni pipinya. Kata-kata itu terakhir di ucapkan suaminya. Suami yang melindunginya dari puluhan pemberontak hanya dengan sebuah pedang. Andai saja ia menuruti perkataan Suaminya untuk pergi. Tapi, ia tidak mampu meninggalkan Suaminya sendirian walau ia sangat pandai dalam berperang. Ini kecerobohannya. Karenanya... Suaminya mengorbankan nyawanya demi melindungi dirinya.

"S-Sasuke-kun."

Apa yang terjadi? Ia memandang sekitar dan ini sangat asing. Di mana Suaminya?

"Sasuke-kun... Sasuke-kun..." sebutnya, dan berharap jika Suaminya datang dan masih hidup.

Ia menjatuhkan badannya, menyembunyikan wajah di rerumputan. Menangis saat menyadari jika kejadian itu bukan mimpi belaka. Namun ia sekarang di mana?

"S-sasu-ke-kun."

"Sakura."

'DEG'

Ia mendongak, dan membangunkan dirinya. Duduk dengan tangan bertumpu di rerumputan.

Suara itu... sangat ia kenali. Air matanya terus mengalir deras seiring pandangannya kepada sosok yang berada di depan, tidak jauh darinya berdiri sosok lelaki dengan helaian merah bata sedang memandangi bunga sakura. Benarkah itu dia? Sosok yang sangat ia rindukan saat di Istana.

"O-Onii-sama!?"

Sosok lelaki itu menoleh, dan terkejut saat mendengar suara seseorang yang ia yakini jika hutan ini tidak ada siapapun. Tapi, sungguh tidak menyangka jika di sini ada seseorang yang... berpakaian aneh. Kimono yang terlihat cantik seperti yang di pakai keluarga kerajaan.

"Kau siapa?" tanyanya kepada sosok gadis yang masih terduduk, dan memandangi dirinya dengan air matanya. Kenapa? Sosok itu seperti sangat menderita? Apa ia gadis tersesat atau gila?

Dengan penuh keberanian lelaki itu mendekat, iris jadenya membulat saat melihat pakaian gadis itu penuh dengan darah.

"Onii-sama."

Pemuda itu berjongkok di depan gadis yang masih bergeming dan menyebutkan 'Onii-sama.' dengan mata yang terus berurai air mata.

"Kau sia..."

'BRUK'

Perkataan Pemuda itu terhenti karena gadis itu yang tiba-tiba memeluknya.

"H-hey!"

"Onii-sama... S-sasuke-kun... kami di serang."

Pemuda itu tidak mengerti. Di peluk tiba-tiba dan sekarang mendengar perkataan yang ia sendiri tidak tau. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan gadis ini? Sungguh ini adalah pertama kalinya ia di peluk wanita selain Ibu dan Kakaknya.

Pemuda itu melepaskan pelukan gadis itu dengan mendorong bahu mungil itu perlahan. Kenapa sepertinya ia sangat sakit melihat tangisan gadis ini. Tangannya bergerak, menyentuh sisi wajah yang sangat halus walau di penuhi noda darah.

"Kau siapa?" tanyanya dengan gerakan tangannya menghapus air mata yang terus menetes melintasi pipi gadis itu.

Gadis itu bergeming. Mulutnya perlahan terbuka, dengan badan yang masih bergetar. "Aku Uchiha Sakura, Onii-sama... adikmu."

Hah! Sungguh pernyataan gadis ini membuat pemuda itu shock bukan main. Ia anak bungsu, dan gadis ini berkata dia adiknya? Apa mungkin Ayahnya selingkuh? Ia menggeleng pelan guna membuang fikiran anehnya.

Menghela, ia bangun dan menarik gadis itu untuk berdiri. Ia yang memang sedang berlibur dan berencana melihat hutan milik kekasih Kakaknya itu malah menemukan hal tak terduga.

"Di mana rumahmu?"

Gadis menggeleng. "Aku tinggal di istana Uchiha... Onii-sama, masa kau lupa."

Gaara mendengus kasar. Hey, ia tau jika Uchiha itu ada tapi bukan istana melaikan mansion.

"Keluargamu, siapa keluargamu?"

"Aku adikmu, Haruno Sakura!" kini gadis yang mengaku Haruno Sakura terlihat kesal karena pemuda yang ia sebut Onii-sama menanyakan hal-hal yang membuatnya kesal.

"Dengar!" Gaara menghela. Ia pandangi Gadis itu dengan pandangan datar. "Aku bukan Kakakmu, dan aku adalah...,"

"Haruno Gaara." potong Sakura cepat, dan Gaara mengeryit alis heran mendengar namanya namun berbeda marga.

"Aku Rei Gaara Nona."

Sakura menundukan wajahnya. Ia tidak mungkin salah jika orang di depanmya ini 'Onii-sama' nya. Namun, kenapa Onii-sama seperti tidak mengenalinya. Sebenarnya ia sedang berada di mana atau mimpi kah?

Sejak tadi Gaara hanya memperhatikan gadis itu dalam diam. Apa mungkin gadis ini tersesat, dan hilang ingatan saat di culik? Begitulah fikirnya mengenai gadis yang tidak tau rumah, dan darah yang membekas di baju yang di pakainya.

Menghela nafas, Gaara menepuk bahu gadis itu pelan sehingga gadis itu mendongak -menatapnya- dengan pandangan yang ketakutan dan kebingungan.

"Sebaiknya kau ikut aku...," Gaara menggantungkan ucapannya. Ini adalah keputusannya dan ia akan menanyainya saat di rumahnya. Ia tidak mungkin meninggalkan gadis yang sepertinya asing bahkan tidak tau jati dirinya sendiri. Tersenyum ia melanjutkan ucapannya. "Sebaiknya kau ikut aku sementara."

"A-apa kita akan pulang ke Kerajaan Haruno, dan bertemu Tou-sama?"

Demi tuhan! Gaara tidak tau harus menjawab bagaimana lagi agar gadis ini sadar jika mereka bukan berada di zaman edo atau purba.

Menyerah. Akhirnya Gaara hanya mengangguk agar Gadis iu berhenti menanyainya hal yang ia sendiri bingung harus menjawabnya. "Hm. Ayo!" ajak Gaara berbalik berjalan terlebih dahulu. Tapi langkahnya terhenti saat sebuah tangan mungil memeluk lengannya erat. Menoleh, Ia dapat merasakan badan gadis itu bergetar.

"A-aku takut Onii-sama."

"Hm."

.

.

.

-oOo-

.

.

.

Gaara menunggu gadis itu membersihkan dirinya. Ia mengajak Sakura ke apartementnya dan membiarkannya menempati kamar tamu di sebelahnya. Ia berencana akan menanyai tentang gadis itu dan baru lah ia akan memutuskan keputusannya.

"Onii-sama."

Suara dari arah belakang membuat Gaara menoleh.

"Ya?"

Sakura yang menyebul dari balik pintu dan ternyata masih berpakaian lengkap.

"A-ano... Di mana airnya?" tanya gadis itu dengan raut kebingungan.

Gaara bangkit dan menghampiri Sakura. Ia masuk, dan berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dekat pantry. Kamar mandi memang terletak di luar. Hanya kamarnya yang lengkap dengan kamar mandinya.

Gaara memutar keran hingga membuta air berjatuhan dari atas. "Kau hanya perlu memutar ini nanti akan keluar kok." jelas Gaara dan kembali memutar keran -mematikannya.

"Seperti hujan." ujar Sakura dengan senyumannya.

"Aku menunggu...,"

"Mana bunganya?"

Ucapan Gaara terpotong pertanyaan Sakura. Bunga? "Untuk apa?"

"Mandi lah Onii-sama."

Gaara mendengus kasar. Sedikit demi sedikit ia mulai yakin jika gadis ini bukan dari zaman sekarang. Ia menunjuk deretan rak kecil di dinding. "Di sana kau akan menemukan sabun."

"Sabun?"

"Dulu mungkin bunga, tapi sekarang mandi ya menggunakan sabun."

Sakura mengangguk mengerti. Ia melangkah mendekati rak yang di tunjuk Gaara. Membukanya, ia hanya memandangnya dalam raut kebingungan.

"Kenapa?" tanya Gaara kembali menghampiri Sakura.

Sakura menoleh. "Ini apa?"

Gaara menunjuk botol besar dengan aroma buah-buahan. "Ini sabun," ia kembali menujuk botol yang sedikit berukuran kecil berwarna merah. "Yang ini shampo dan kau gunakan pada rambutmu. Basahi rambutmu dulu lalu pakai. Setelah itu bilaslah dengan air hingga bersih." jelas Gaara panjang lebar.

Pandangan Sakura tertuju kepada benda panjang berbulu seperti sisir tapi tidak sama. "Itu?" tunjuknya.

Gaara menghela. Sungguh ia seperti pemandu wisata saja. Hanya saja ini adalah seperti pemandu wisata pemandian. "Itu sikat gigi...," Gaara mengambil sikat gigi dan pasta gigi. "Kau pakai itu untuk membersihkan gigimu."

Sakura mengangguk mengerti. Ini hampir sama dengan di istana. Tatapannya kini teralih kepada kolam yang berada di pinggir jendela besar itu. "Apa itu kolam untuk kita berendam?"

Gaara mengangguk. "Ya. Sebaiknya kau cepat. Taruh bajumu di keranjang cucian itu!" tunjuk Gaara pada keranjang di sudut ruangan.

"Ya."

Gaara melangkah keluar. "Aku menunggumu setelah kau selesai. Baju ganti ada di rak itu." lalu ia pergi menutup pintu kamar mandinya.

Sakura memandangi sekeliling. Ini sangat nyaman, walau lebih kecil dari tempatnya di Istana. Tangannya mulai meloloskan pakaiannya. Tangannya terulur memutar benda yang Gaara putar tadi hingga air berjatuhan menghujam tubuhnya. Ia kembali teringat seiring air mata yang kembali jatuh dari iris klorofilnya.

"Sasuke-kun."

...

Gaara duduk di tempat tadi. Sudah lama ia menunggu gadis itu. Ia sudah memasak dan sekarang hanya menunggu gadis itu selesai.

"Onii-sama."

Gadis itu -Sakura- berganti pakaian dan sekarang terlihat cantik. Rambut panjangnya yang sedikit basah dan wajahnya yang benar-benar putih bersih tanpa ada noda darah yang di wajahnya. Untung pakaian kakaknya yang memang sengaja di tinggal di sini jika untuk menginap bisa di pakai, walau ukurannya sedikit kebesaran.

"Sakura...," Gaara menyebutkan nama gadis itu pelan. Membuang wajahnya ke arah lain karena debaran yang tiba-tiba ia rasakan melihat kesempurnaan gadis itu. "Duduklah!" titahnya.

Sakura mengangguk menghampiri Gaara, dan duduk di sofa bersebrangan dengannya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu."

"Ya. Onii-sama."

Gaara sudah menyerah akan panggilan Sakura kepadanya yang terus memanggilnya 'Onii-sama' itu. Yang harus ia lakukan adalah menanyakan tentang gadis ini.

"Pertama, siapa namamu?"

Sakura menghela nafas pelan. "Uchiha Sakura, Onii-sama."

"Kau anak dari Uchiha?"

Sakura menggeleng. "Aku Haruno Sakura, tapi kini menjadi Uchiha Sakura karena telah menikah dengan Sasuke-kun."

Gaara baru ingat jika di hutan tadi gadis ini menyebut nama Sasuke. Apa itu Sasuke yang di kenalinya?

"Kau kenal Sasuke, adik Itachi?"

Sakura mengangguk. "Ya. Aku kan Istrinya," ujar Sakura dengan muka yang tiba-tiba menampakkan kesedihan. "Itachi-nii, dan orang tua Sasuke-kun sudah meninggal Onii-sama." jawab Sakura lirih.

Gaara menukikan alisnya heran. Hey, keluarga temannya itu masih utuh dan masih hidup.

"Jadi, sebenarnya kau itu siapa dan kenapa kau berada di hutan sendirian?"

Sakura berusaha mengingat kejadian yang ia alami sebelum ia terbangun, dan berada di tempat asing ini.

"Itu...,"

Flash Back On

"Sasuke-kun."

Sakura mencengkram erat baju Suaminya. Ia sedang berada dalam pelukan suaminya.

Sasuke memeluk tubuh Sang Istri dengan menggunakan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan memegang pedang untuk menghalau para musuh.

Ia memandang puluhan orang yang sedang mengepung mereka. Ia tidak menyangka ada pengkhianat dan pemberontak di Istananya.

"Maaf yang mulia, aku harus melaksanakan tugas agar aku menggantikanmu menguasai tahta ini."

Perkataan seorang di belakangnya membuat Sasuke memutarkan tubuhnya -tidak lupa Sakura yang selalu di peluknya- hingga kini berhadapan dengan orang itu.

Orang itu adalah kepercayaannya tapi kenapa?

"Nagato."desis Sasuke yang tidak menyangka jika orang yang ia percayai berbuat seperti ini.

"N-nagato-san." ucap Sakura yang juga tidak mempercayai kenyataan ini.

Nagato merunduk, berlutut. "Maafkan yang Mulia... tapi aku harus melakukan perintahnya."

Sasuke mengeggeram mendengar Nagato mengatakan 'perintahnya' jadi siapa dalang dari semua ini?

'HYAAA'

Puluhan pasukan itu tiba-tiba menyerang Sasuke. Sungguh jika ia sedang tidak melindungi Istrinya mungkin ia akan mengalahkannya dengan cepat.

Serangan itu terus bertambah, dan seseorang sukses memisahkan Sakura dari pelukannya karena serangan anak panah dari kejauhan dan itu membuatnya sedikit susah.

Saat onyx itu menoleh melihat Istrinya yang tidak jauh darinya hanya terdiam dengan badannya bergetar.

Chk! Ia berusaha meraihnya, namun anak panah yang banyak melesak, dan tertuju kepada...

"Sakura!"

'WUSHH'

'Jleb'

"Akh...," Sasuke berhasil menyelamatkan sang Istri dari puluhan anak panah yang menghincarnya.

'BRUK'

Sasuke terjatuh di ikuti Sakura yang ikut memegang tubuh Suaminya. ia memeluknya erat dengan air mata yang menetes dari iris klorofilnya.

"S-sasu...," ia berusaha melepaskan anak panah yang berada di punngung Suaminya.

Sasuke tersenyum, tangannya menyentuh punggung yang penuh dengan anak panah dan mencabutnya.

"AKHH!"

Ini tidak mungkin. Anak panah ini terlalu banyak dan ia sudah merasa lemas. Mengulurkan tangan ke wajah sang Istri ia tersenyum.

"UHUK!"

Sasuke terbatuk dengan darah segar keluar dari mulutnya. Membuat Sakura menangis kencang.

"S-sasuke-kun bertahanlah!"

Sasuke menggeleng lemah. Ia mengelus wajah sang Istri dengan tangannya yang penuh darah.

"Jangan menangis!"

Sakura menggeleng. "Sasuke-kun... "

"Aku mencintaimu."

"Kau harus selamat Sasuke-kun... aku juga mencintaimu." ujar Sakura di sela tangisannya dan tangannya menggenggam erat tangan suaminya yang menyentuh wajahnya.

Sasuke tersenyum. "Di masa mendatang, selamanya aku akan bersama dan melindungimu."

Sakura terus menggeleng. "Ku mohon jangan tinggalkan aku... jangan tinggalkan aku." sungguh ia tidak mau kehilangan Suaminya.

Sasuke tersenyum, dan perlahan onyxnya menutup dengan perkataan terakhirnya.

"Aishiteru."

"TIDAK! SASUKE-KUN... SASUKE-KUN... SASUKE-KUN!" jerit pilu Sakura memeluk tubuh Suaminya.

Iris klorofil itu menggelap. Tangannya mengambil pedang di tangan Suaminya.

Ia menatap penuh kebencian kepada semua yang berada mengelilinginya.

"KALIAN HARUS MATI!" Teriak Sakura mengacungkan pedang itu. Ia harus membalasnya dan ikut mati dengan Suaminya.

"Sakura Hime."

Suara itu...

"Neji-sama."

Sosok itu perlahan menghampiri Sakura.

"Kau kah... Yang melakukan ini?"

Lelaki itu adalah Pangeran Hyuuga, dan ia juga sahabat dari suaminya. Tapi kenapa ia melakukan itu?

"Jadi lah Permaisuriku!" ujar Neji berjongkok di depan Sakura. Iris mutiaranya menatap datar sosok sahabatnya sang sudah tidak bergerak dalam pelukan Sakura.

"Kau... kenapa... KENAPA?!" Teriak Sakura yang tidak menyangka jika sosok yang sangat baik di hadapanya itu melakukan ini semua.

Neji menghela. "Aku mencintaimu."

Sakura tertawa dan menangis bersamaan. Apa dunia sedang mempermainkan-ku?

Menggenggam pedang itu erat ia berucap dan seketika cahaya mengelilinginya.

"Di kehidupan yang akan datang pun aku hanya akan mencintai dan bersama Sasuke-kun."

Flash Back Off

"Itu lah yang terjadi." kata Sakura yang menyudahi ceritanya.

Gaara hanya mengangguk antara percaya dan masih belum percaya. Jika benar, apa mungkin ada pintu ajaib seperti yang ia tonton? Ini adalah zaman yang tidak mungkin menemukan hal imajinasi itu bukan?

"Aku akan mempercayaimu, walau itu sedikit sulit. Tapi, untuk saat ini kau boleh tinggal bersama-ku."

Sakura mengangguk. "Arigatou Onii-sama."

"Jangan panggil aku seperti itu Sakura."

"T-tapi...,"

"Gaara. Panggil saja seperti itu!"

Sakura mengangguk. Ia tau walau sosok ini sangat mirip bahkan namanya juga, tapi sekarang ia berada di zaman yang berbeda.

"B-baiklah G-Gaara."

Gaara tersenyum tipis. Setidaknya gadis itu bukan gadis gila. Walau ia masih meragukannya. Setidaknya untuk saat ini ia bisa membuat gadis itu aman sebelum ia mengingat hal yang sebenarnya. Pada dasarnya, ia yakin jika gadis ini seperti terjebak dalam imajinasinya.

"Sebaiknya kita makan. Aku sudah memasak kare."

Sakura mengangguk setuju. Ia juga sepertinya lapar dan kare juga selalu di hidangkan di Istana. "Hm."

.

.

.

.

-oOo-

.

.

.

'Tok'

'Tok'

Gaara mengetuk kamar yang di gunakan Sakura. Ia sudah berfikir semalaman mengenai hal ini. Ia tidak mungkin meninggalkan gadis yang tidak mengerti apa-apa itu sendirian di apatementnya.

'CKLEK'

"O-Gaara-kun."

Sakura yang memang sudah mandi dan berganti pakaian itu memandang Gaara heran. "Ada apa?"

"Apa kau ingin sekolah?" tanya Gaara.

Sakura memiringkan kepalanya bingung. "Sekolah?"

Gaara menghela. Apa di zaman dulu tidak ada sekolah?

"Tempat kau belajar dari yang belum dan ingin kau tau jadi tau." jelas Gaara.

Sakura mengangguk. Jadi sekolah tempat ilmu yang harus ia pelajari. Sama saja saat dulu. Hanya saja ia belajar di Istana bersama Kakaknya.

"Aku mau!" antusias Sakura. Ia memegang lengan Gaara membuat pemuda itu seketika salah tingkah walau hanya sesaat.

"Hm."

"Tapi aku ingin belajar dengan O-Gaara-kun." kata Sakura yang belum terbiasa menyebut nama pemuda yang mirip dengan Kakaknya.

Gaara mengangguk. "Ayo kita sarapan dulu sebelum berangkat!" ajaknya dan melangkah menuju pantry. Sedangkan Sakura mengikutinya dengan senyum mengembang membayangkan ia bisa seperti dulu dengan Kakaknya.

...

Untuk kesekian kalinya seorang Rei Gaara menghela nafas panjang melihat tingkah gadis yang hingga kini tidak bisa diam di sampingnya. Ia berangkat dengan menggunakan bus seperti biasa kesekolahnya. Sebenarnya sekolahnya tidak melarang menggunakan kendaraan pribadi. Namun ia menikmati menggunakan fasilitas yang di sediakan Negara ini dan juga jika seperti ini ia bisa melihat keramaian yang membuatnya merasa nyaman.

"Ne Gaara-kun... kita sedang menaiki apa?"

Pertanyaan Sakura membuat Gaara menoleh. "Bus. Kau mabuk?"

Sakura menggeleng. "Tidak. Hanya saja, jalan kendaraan ini sangat cepat." ujar Sakura antusias. Ia kembali membalikan badannya menatap takjub bangunan yang megah -menurutnya. "Itu seperti Istana,, namun itu sangat tinggi."

Gaara hanya hanya bergumam. Ia membiarkan gadis itu melakukan apa pun. Toh, ia jadi tidak merasa sunyi.

"Itu namanya gedung, Hotel, Mall dan Kantor."

"Nanti aku ingin ke sana!"

"Hm."

"Sakura."

Sakura menoleh. "Ya Gaara-kun?"

Gaara menatap lekat Sakura. "Ingat kau adalah Haruno Sakura dan aku Rei Gaara sepupumu."

Sakura mengangguk. "Ya." Gaara bilang ini demi keselamatannya dan ia harus menurutinya sebelum ia bisa menemukan jalan pulang untuknya.

.

.

.

-oOo-

.

.

.

Sakura berjalan menyusuri bangunan yang Gaara sebut sekolah. Ia sedang menunggu Gaara yang sedang mengurusi urusan tentangnya di sekolah ini. Ia boleh melihat asalkan nanti harus kembali ke tempat ia masuk bertemu orang yang bernama kepala sekolah. Ah, entahlah. Ia masih belum mengerti keadaan ini.

Ia memakai rok merah selutut dengan atasan putih mirip sang Miko. Tapi, ia memakai sepatu senada dengan roknya. Sedangkan rambutnya ia geraikan begitu saja.

Bunga sakura berguguran membuatnya tertarik memandangnya. Ia kembali teringat Suaminya. Iris klorofil itu meredup seiring ingatannya tentang Suaminya. Ia yang selalu menemaninya berjalan berdua menikmati bunga sakura yang bermekaran di sekitar Istananya. Tapi sekarang? Ia sendiri tidak tau bagaimana kembali ke masa itu, tempat asalnya.

"Sa-suke-kun."

"KYAA... SASUKE-KUN!"

"SASUKE-SAMA!"

Teriakan-teriakan itu membuat Sakura menegang. Benarkah? Benarkah apa yang di dengarnya? Apa mungkin...

Ia berbalik!

Terlihat jauh di depannya, sosok itu berjalan beriringan dengan pemuda pirang di sampingnya. Ia memakai pakaian seperti Gaara. Apa ini nyata? Dia masih hidup. Sosoknya berjalan, rambutnya, matanya dan tubuhnya sama. Tidak salah lagi.

Cairan bening turun dari iris emerald itu. Badanya bergetar menangis dan tersenyum. Benarkah?

"A-anata."

Kakinya bergerak perlahan. Kenapa sangat berat dan ia seakan lemas melihat kenyataan yang membuatnya membuncah... Jadi... Ia selamat? Kami sama, terima kasih telah menyelamatkannya.

Melangkah pelan, lalu perlahan berlari menemui kenyataan yang membuatnya bahagia.

'BRUK'

Sakura memeluk pemuda yang ia yakini adalah suaminya dan meluknya erat.

Ia tidak pedulikan teriakan-teriakan yang terjadi di sekelilingnya. Sungguh ia sangat bahagia mengetahui kenyataan ini.

"H-HEY!"

Sakura terisak pelan dan bersyukur, "kau masih hidup... Sasuke-kun."

Sedangkan pemuda yang tadinya ingin melepaskan pelukan gadis itu tertahan, saat gadis itu menyebut namanya dengan tangisannya. Kenapa ia tidak bisa bergerak seperti ia menyingkirkan para wanita yang terang-terangan mendekat ke arahnya.

"Siapa kau?"

Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya, dan kemudian melepaskannya. Onyx dan emerald saling bertubrukan menatap satu sama lain.

Kenapa? Siapa? Batin Sasuke. Kenapa seperti... Ia menggelengkan kepalanya karena fikiran anehnya.

"Aku Sakura... Is...,"

"Sakura!"

.

.

.

.

.

Tbc

Hehe malah nambah utang :D

Mind to Rnr ^^

WRS