Sebenarnya chapter ini sudah selesai dari sebelum lebaran. Tapi saya sedang mengalami mood buruk untuk mengeditnya ke dalam ruang lingkup Naruto. Untuk temen-temen yang udah nunggu lama, saya minta maaf banget...

Saya rasa ini masih suasana Lebaran, jadi harus ikhlas maafin saya... :P

OoOoO

Sasuke belum paham apa yang terjadi. Baru saja dia keluar kelas, seseorang dengan penampilan mencolok langsung merangkapnya dalam sebuah rengkuhan erat.

"Er, Menma, apa yang kau lakukan?"

"Memelukmu."

Sasuke mengernyit. "Dan apa yang kau lakukan di sini," tanyanya lagi.

"Menemuimu."

Dan cowok raven itu langsung mengalami kebingungan luar biasa.

OoOoO

Pernahkah Sakura berkata jika dia punya sepupu ganteng tapi bego? Tidak? Baiklah. Namanya Danzoku Menma, delapan belas tahun, kelas 2 highschool, dan gitaris band di sekolahnya. Meski beda sekolah dengan Sakura, tapi kadang-kadang mereka bertemu atau jika sibuk mereka akan saling ngobrol di media sosial, dimulai dengan kata sapaan "Hai, Jerk!" dan dibalas dengan "Hallo juga, Bitch!", lalu diakhiri dengan "Go to the Hell!".

Mereka musuh yang saling menyayangi, Sasuke bahkan mengakui itu. Pertama kali Sakura mengenalkan Menma dengan temannya itu saat ulang tahunnya yang ke lima belas. Sasuke yang lebih banyak diam dengan Menma yang hiperaktive adalah perpaduan tidak biasa, sekilas mereka terlihat tidak cocok, tapi sebenarnya mereka memang benar-benar tidak cocok, menurut Sasuke—tidak dengan Menma, "Sasu itu cool! Aku akan tambah keren jika berteman dengannya karena cewek-cewek suka cowok cool." Sakura tahu jika Sasuke selalu memutar kedua bola matanya setiap kali Menma datang dan mengungkapkan alasan tersebut.

"Untung dia tidak masuk Yamasuke Highschool." Sasuke bersyukur suatu hari, membuat Sakura terkikik mendengarnya.

Dan apa gerangan yang membuat Menma tiba-tiba muncul di sekolah Sasuke dan memeluk cowok itu? Mari beranjak ke dua jam sebelumnya.

Sakura tahu hati Sasuke sedang tidak enak gara-gara kelakuan Naruto, cowok yang dulu sempat dia sukai. Entah ide cemerlang itu muncul dari mana, tapi sepertinya membuat Naruto cemburu adalah pembalasan yang setimpal, maka dia menelepon sepupunya itu.

"Jerk, datang ke sekolahku saat jam pelajaran selesai."

"Bitch, kau meminta diwaktu yang tidak tepat. Aku ada latihan band!"

Sakura mendengus. "Ini tentang Sasuke. Dia sedang kesulitan dan hanya kau yang bisa membantunya."

"Oke, jelaskan!"

Maka Sakura menjelaskan seluruh detailnya, dari mulai Sasuke yang pacaran sama cowok bernama Naruto, sampai ke masalah Naruto kembali bermain dengan cewek hingga membuat Sasuke cemburu.

"Ho, pantas aku tidak pernah mendengar berita dia pacaran dengan cewek. Ternyata dia gay."

Sakura mendengus. "Itu tidak penting. Jadi bagaimana?"

"Apa untungnya bagiku?"

"Apa untungnya? Hei, bukankah kau bilang jika Sasuke temanmu?" Sakura hampir berteriak, kesal dengan sikap sepupunya itu.

"Memang. Tapi ini rencanamu, kan?" kata Menma santai. "Jika kau ingin aku melakukan apa yang kau perintahkan, lakukan sesuatu juga untukku."

Perasaan Sakura tidak enak, sepupunya selalu gila dalam banyak hal.

"Oke. Kau ingin aku melakukan apa?"

Di seberang sana Menma tersenyum penuh kemenangan. "Kerjakan semua tugasku."

"Apa?"

"Tidak banyak, kok. Cuma buat makalah, rangkuman, sama soal—dari semua pelajaran."

"Gila!" seru Sakura. "Kau sekolah ngapain saja."

"Main band."

Tidak ada pilihan lain. Dia menghela nafas dan menerima semua itu. "Oke," ucapnya pasrah.

OoOoO

Pertama kalinya Naruto gelap mata. Dia menghampiri Sasuke yang sedang dipeluk oleh cowok yang tidak dikenalnya dan langsung memisahkan mereka berdua dengan kasar. Selama dia pacaran dengan siapapun, tidak ada satu pun mantan-mantannya yang selingkuh di belakangnya, tapi sekarang Sasuke malah asik peluk-pelukan dengan cowok lain? Tidak bisa dibiarkan.

"Menjauh, Brengsek!" seruannya dibarengi dengan tonjokan tepat di sudut bibir Menma. Sasuke terbelalak melihatnya dan segera menarik tubuh Naruto. "Apa, sih, yang kau lakukan?"

Anak-anak di sekitar koridor langsung menonton mereka. Sasuke menggeram seraya menatap tidak suka pada Naruto.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu!" seru Naruto. "Kau pacarku tapi malah pelukan dengan cowok lain."

"Cowok lain?" Sasuke mengernyit tidak percaya. Menma berusaha bangkit sambil memegangi bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah, meringis pelan. Hatinya bedo'a semoga gitarnya baik-baik saja di belakang punggungnya.

"Bung, kau kasar sekali..."

"Diam!" tunjuk Naruto tidak sopan pada Menma, tapi Sasuke segera menepisnya. "Tidak. Kau yang diam, Namikaze! Kau tidak berhak mengaturku apa-apa atau melarangku berdekatan dengan siapapun!" ucapnya penuh penekanan. Suara Sasuke hampir bergetar saking kesalnya. Dia tidak suka dengan sikap Naruto yang seolah menuduhnya selingkuh tapi tidak mengaca pada diri sendiri. Dan meskipun sebenarnya dia kurang suka dengan kehadiran Menma, tapi dia akan lebih memilih membela Menma daripada Naruto karena cowok itu—bisa dibilang—temannya.

Naruto tertawa sinis. "Tidak berhak? Aku pacarmu!"

Sasuke membalasnya dengusan kasar. "Kau harusnya ingat kenapa kita bisa pacaran dan alasan dibalik itu." Dia lantas menarik Menma pergi dari kerumunan, meninggalkan Naruto dengan muka kesal luar biasa.

"Woah, kau yakin tidak apa-apa meninggalkan pacarmu seperti itu?" tanya Menma.

"Bukan urusanmu!"

Di belakang, Naruto menggeram ingin menonjok siapapun, tatapan matanya menyeramkan saat pergi dari sana, mengabaikan ketiga temannya yang baru saja muncul di antara kerumunan.

"Naru—"

Sasori memegang pundak Deidara seolah menyuruhnya untuk tidak memanggil pemuda itu, tidak ketika emosinya sedang berkuasa.

"Aku baru melihatnya marah seperti ini," kata Deidara.

"Ya, aku juga."

Kiba tidak bersuara dan malah memasang wajah serius, seolah sedang berpikir akan sesuatu hal.

OoOoO

Sasuke menempelkan kaleng minuman dingin tepat di sudut bibir Menma yang terluka. Menma tersentak dan segera mengambil alih minuman kaleng tersebut, lalu berucap "Thanks," padanya. Tas gitarnya bersandar pada kursi di sampingnya. Isi dalamnya sudah di cek tadi, dan Menma langsung melakukan sujud syukur karena benda kesayangannya itu baik-baik saja.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Sasuke.

"Lebih dari baik-baik saja," jawab Menma, membuka kaleng minuman tersebut dan meneguknya sekali.

"Sorry, dia memang bajingan brengsek," ucap Sasuke pelan, membuat Menma tertawa kecil.

"Tenang saja," katanya. "Ini memang rencananya, kok."

Sasuke menoleh tidak paham. "Maksudnya?"

"Aku sudah bisa menebaknya jika kau tidak tahu tentang rencana ini," kata Menma, tersenyum miring. "Sakura memintaku datang untuk membuat pacarmu cemburu, dan BOOM! Pacarmua Benar-benar cemburu, padahal aku belum melakukan banyak hal padamu." Ucapannya diakhiri tawa geli menggemaskan.

Sasuke hampir tidak percaya mendengarnya. "Jadi ini yang dia sebut rencana? Ya ampun, buat repot saja."

"Hey, jangan mengeluh seolah kau tidak suka," kata Menma cemberut. "Aku tahu kau senang karena tahu pacarmu pasih peduli padamu."

Sasuke mendengus mendengarnya. Peduli? Jangan bercanda!

"Oya, Suke," kata Menma menatap Sasuke sambil tersenyum.

"Hm?"

"Terakhir kita bertemu, kau tidak bicara sebanyak ini." Menma lalu meraih rambut Sasuke dan mengacaknya. "Meski menurut cerita Sakura kalau pacarmu itu 'sedikit' brengsek, tapi setidaknya dia bisa membuatmu banyak biacara. Sesekali kau memang harus mengeluarkan isi hatimu, tahu."

Sasuke tidak menyadarinya sama sekali. "Aku memang seperti ini, kok, dari dulu."

"Tidak." Menma menggeleng yakin. "Dulu kau hanya akan merespon "Hn", "Oh", "Ya", "Tidak", dan tidak ada inisitif untuk bertanya."

Sasuke tertegun. Masa, sih, dia berubah? Dia menggeleng pelan, mencoba mengalihkan pembicaraan. "By the way, kau tidak merasa aneh mendengar aku pacaran dengan cowok."

"Aneh?" Menma lantas tertawa kencang, membuat Sasuke ingin sekali memukul kepalanya sampai pingsan. "Kenapa harus merasa aneh. Aku malahan senang karena teman-temanku semakin beragam jenisnya." Dan Sasuke Benar-benar memukul kepala Menma saat itu.

"Kau pikir aku spesies hewan!"

Jauh dari sana, tepat di perpustakan Kirin Highschool, Sakura tengah terkapar karena mengerjakan tugas Menma yang menumpuk.

"Sialan! Menma sialan!"

OoOoO

Itachi tidak terlalu paham apa yang dipikirkan adiknya hingga mau mempertahankan hubungan tidak menguntungkannya bersama Naruto. Kata 'coba-coba' itu tidak pernah selalu berakhir baik. Lagipula, darimana ide gila tentang coba-coba pacaran dengan cowok?

Ah, sayangnya Itachi tidak tahu jika kebenarannya bukan hanya tentang coba-coba, tapi taruhan yang sama sekali tidak menguntungkan Sasuke.

"Hey, Uchiha, ingin minum di luar?"

Itachi menoleh dan mendapati rekan kerjanya, salah satu model yang cukup terkenal (dan lebih terkenal darinya), Ryosuke Kurama. Pakaian yang dikenakannya bukan kemeja dan jas yang biasa dia gunakan saat sedang menjadi model di panggung atau di depan kamera, tapi baju kasual yang pas dengan tubuhnya. Itachi berpikir sejenak, lalu menatap jam di tangannya. Masih ada waktu beberapa jam lagi sebelum dia bekerja sebagai DJ, maka dia mengangguk menyetujui ajakan rekannya itu.

Bar yang dipilih Kurama tidak jauh dari sana, tempat yang biasa dia dan teman-teman seagency minum jika ada waktu senggang. Tapi ini pertama kalinya dia dan Kurama minum bersama, berdua saja. Dia tidak terlalu dekat dengan laki-laki itu, inginnya menolak ajakannya tadi, tapi rasa-rasanya tidak sopan seorang junior menolak ajakan seniornya.

"Ini pertama kalinya..." ucap Kurama membuka pembicaraan, tangannya memainkan gelas minumannya.

Itachi menolah, tidak terlalu paham. "Hm?"

Kurama tertawa pelan, lalu menggeleng. "Bukan apa-apa," katanya. "Oya, kau masih bekerja sebagai DJ?"

"Yeah, begitulah. Aku bukan kau yang punya gaji besar." Sinis. Ah! Itachi langsung membuang muka, merutuki mulutnya yang tidak pernah dijaga dari kata-kata 'pedas'. "Sorry, aku tidak bermaksud..."

Kurama mengibaskan tangan kekarnya yang berwarna sedikit kecoklatan. "Bukan masalah," katanya. "Semua orang di agency tahu sikapmu yang blak-blakan, tapi mereka tetap menyukaimu, kan, termasuk aku."

"Err, thanks?" nada Itachi bertanya, keningnya berkerut. Tiba-tiba mengajaknya minum dan membicarakan hal yang tidak penting seperti ini? Apa tujuan pria ini sebenarnya?

"Aku... senang bisa minum berdua denganmu."

Oke, adakah yang mau menjelaskan apa maksud Kurama sebenarnya? Karena Itachi benar-benar tidak paham disini.

Itachi tiba di apartemen hampir tengah malam. Saat menutup pintu, dia mendapati adiknya, Sasuke, tertidur di sofa dengan televisi yang menyala, sebuah buku pelajaran dengan beberapa gambar bunga dan hewan terbuka di dadanya dengan sampul menghadap ke atas. Itachi tersenyum seraya mendekati adiknya, meraih remote yang tergeletak di sampingnya dan mematikan televisi.

Setelah mengambil minum di dapur, Itachi kembali mendekati adiknya dan duduk di atas karpet. Dia tergerak saat melihat ponsel milik Sasuke yang tergeletak begitu saja di meja—penasaran. Seberapa jauh hubungannya dengan cowok bernama Naruto itu? Bagaimana mereka berkirim pesan. Bagaimana isi pesannya? Atau tidak pernah? Mengingat mereka hanya coba-coba, kan. Tapi begitu membuka kontak pesan dari ponsel Sasuke, Itachi mendapati banyak pesan dari Naruto, beberapa pesan belum dibuka, mungkin Sasuke keburu tidur saat itu.

Naruto—"Oh, ayolah balas pesanku. Aku harus minta maaf berapa ratus kali lagi, hah? Atau kau sudah tidur? Baiklah, selamat istirahat."

Pesan terakhir. Itachi berdecih dan langsung menghapus pesan itu. Dia menghapus semua pesan yang belum dibaca adiknya. Mencoba manis, hah? Tapi... minta maaf? Apa yang telah Naruto lakukan pada adiknya? Itachi menoleh menatap Sasuke, matanya menyipit. Dia akan menanyakannya besok pagi. Mungkin saja itu akan menjadi alasan kuat menyuruhnya putus dengan Naruto. Selama ini Sasuke hanya diam dan tidak melakukan apapun, dan selalu berkata "Itu tidak akan terjadi. Jatuh cinta padanya tidak ada dalam kamusku." saat dia memintanya memutuskan cowok itu. Tapi dasar adiknya itu bego, hati siapa yang tahu, kan.

OoOoO

Sasuke menatap sebal pada Naruto yang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Cowok itu masih memeluknya dan menciumnya sembarangan, membuatnya gondok. Oh ayolah, apa kepalanya terbentur hingga kejadian kemarin tidak masuk sama sekali ke dalam memorinya.

"Kau ini tidak tahu malu atau bagaimana sih?" tanyanya pada akhirnya. Naruto menaikan salah satu alisnya.

"Kenapa?"

Sasuke berdecih. "Kenapa?" Dia hampir tertawa kesal dibuatnya. "Apa kejadian kemarin tidak berarti sama sekali, hah? Memukul Menma—"

"Oh, jadi namanya Menma?" potong Naruto. "Siapa dia? Akrab sekali sampai peluk-peluk segala..."

Kini kening Sasuke berkerut. "Akrab? Dia temanku, Brengsek!" Yeah, anggap saja seperti itu. Lanjutnya dalam hati. "Dan berpelukan seperti itu masih sangat wajah dibanding melakukan sex di tolet."

Mata Naruto terbelalak mendengarnya. Sex? Apa yang kemarin— "Jadi, kau cemburu?" wajahnya lantas mendekat, menatap Sasuke lekat-lekat.

"Cih! Jangan terlalu besar kepala, Damn ass. Kelakuanmu yang kemarin lebih pantas dikatakan cemburu."

Wajah Naruto langsung menghangat mengingat kejadian kemarin. Dia sendiri merasa aneh? Cemburu? Dia rasa tidak. Wajar dong dia marah jika mainannya dipegang-pegang orang lain.

"Apa itu balasanmu karena aku melakukan sex dengan orang lain, hm?" tangan Naruto menarik tubuh Sasuke hingga masuk ke dalam pelukannya, wajahnya menempel pada leher cowok itu, menghirup aromanya dalam-dalam. "Kau ingin membuatku cemburu."

"Aku tidak serendah it—Ungh!"

"O!" Naruto buru-buru mengangkat wajahnya dan menatap Sasuke yang kini membekap mulutnya sendiri. "Kau mendesah."

"Brengsek! Itu karena kau mencium leherku tiba-tiba!" Sasuke mendelik, tapi wajahnya memerah sempurna. Ah, Naruto ingat. Di area sekitar telinga memang tempat sensitifnya, kan. Tapi ini baru pertama kalinya... Oke, dia jadi terlampau senang sekarang. Sasuke benar-benar lucu saat ini. Tanpa aba-aba lagi, dia langsung mencium cowok itu tepat di bibir.

Ciuman itu... hanya saja tidak seperti diharapkan Naruto yang akan berlangsung lama. Sasuke buru-buru mendorong tubuhnya hingga bibir mereka saling terlepas. "Kau tidak bisa melakukan ini sesuka hatimu sebelum kau minta maaf."

"Hey, aku sudah minta maaf ribuan kali, oke!" ucap Naruto tidak terima.

"Ribuan kali?" Sasuke tertawa meremehkan. "Kau sepertinya benar-benar terbentur, hah? Kapan kau melakukan itu?"

"Aku mengirim banyak pesan kepadamu tadi malam, tapi kau bahkan tidak membalas satu pun."

"Tidak ada pesan satupun darimu."

Naruto berdecak, langsung menunjukan ponselnya sendiri dan memperlihatkan kontak keluar kepada Sasuke. "Lihat!"

Sasuke mengernyit, lantas teringat kejadian tadi pagi saat kakaknya tiba-tiba menanyakan hubungannya dengan Naruto. Apa Itachi yang menghapus semua pesan dari Naruto?

"Nyatanya aku tidak menerimanya satu pun," kata Sasuke pada akhirnya, tetap keras kepala. "Lagipula, yang seharusnya menerima permintaan maafmu bukan aku, tapi Menma." Setelah berkata seperti itu, dia pergi meninggalkan Naruto sendirian di belakang sekolah.

OoOoO

Sasuke menghampiri Sakura di perpustakaan saat istirahat tiba. Gadis itu sedang berkutat dengan beberapa buku dengan raut wajah acak-acakan, nampak stres.

"Apa masih banyak?" tanyanya saat ikut bergabung, mengambil beberapa makalah yang sudah dibuat Sakura.

"Si brengsek itu, pekerjaan ini bahkan akan memakan waktu satu minggu lebih," Sakura meratap, menjambak rambut hitamnya kuat-kuat.

"Maaf ya, gara-gara aku kau jadi seperti ini," ucap Sasuke tidak enak.

Sakura tersenyum di tengah penderitaannya. "Aku senang melihat Naruto cemburu kemarin," katanya. "Ini baru pertama kalinya, loh..."

"Benarkah?" Salah satu alis Sasuke terangkat, tidak percaya.

Sakura mengangguk mengiyakan. "Um. Meskipun dia brengsek, tapi sepertinya dia lebih menyukaimu dibandingkan gadis-gadis yang pernah dikencaninya."

"Cih, jangan sembarangan bicara. Memangnya kau tahu darimana?"

"Hey, aku kan fans nomor satu Naruto. Aku tahu banyak tentang cowok itu!" ucap Sakura, tapi kemudian buru-buru menambahkan, "tapi aku sudah tidak mengharapkannya jadi pacarku, loh."

"Santai saja," Sasuke tersenyum. "Jadi, berapa banyak lagi tugas Menma yang belum selesai?" Dia meraih buku-buku yang sudah Sakura ambil dari rak buku. "Aku akan membantumu menyelesaikan sisanya."

"Benarkah?" mata Sakura berbinar.

"Tentu saja. Kau seperti ini gara-gara ingin membantuku, kan."

"Thank you, Suke. Thank you!" Sakura mendekap lengan Sasuke penuh haru.

"Oya, bisa kau hubungi Menma supaya datang pulang sekolah nanti?" tanya Sasuke.

"Kenapa? Ingin membuat Naruto cemburu lagi?"

"Tidak, lah. Hanya saja, ada yang ingin minta maaf padanya," kata Sasuke.

"Siapa? Naruto?"

Sasuke tersenyum miring. "Mungkin..."

OoOoO

Saat kelas Fisika berlangsung, Naruto tidak pernah sekalipun melepaskan genggaman tangannya pada Sasuke di bawah meja. Sasuke sudah berusaha menariknya, tapi Naruto tetap bersikukuh, dan malah menggenggamnya lebih erat dari sebelumnya.

"Lepas!"

"Tidak!" tolak Naruto tegas. "Kau hanya menyuruhku berhenti menciumu, tapi tidak dengan menggenggam tanganmu."

"Apa yang kau inginkan sebenarnya, hah?" desis Sasuke hampir kesal.

Naruto lantas menoleh ke arahnya, wajahnya serius. "Mengambil hatimu, apalagi?"

Sasuke langsung tersentak dibuatnya, perkataan Itachi langsung terngiang. "Bagaimana kalau kau jatuh hati padanya sedangkan dia tidak?"

"Uchiha-san?"

"Ya, Sensei?" Sasuke mendongak terkejut ke depan.

"Bisa kau kerjakan soal nomor dua ini?"

"Baik, Sensei." Sasuke bangkit dan berusaha menarik tangannya, tapi bukannya dilepaskan, Naruto malah ikut bangkit. Anak-anak mulai memperhatikan mereka.

"Namikaze-san, apa kau butuh sesuatu?" tanya Yamato Sensei.

"Tidak, Sensei," jawab Naruto. "Saya hanya tidak bisa melepaskan Sasuke untuk sementara waktu sampai dia memaafkan saya."

Ucapannya barusan membuat semua anak di kelas berseru menggoda mereka, Sasuke sampai malu dibuatnya.

"Apa yang kau lakukan, Brengsek!" desis Sasuke, kini benar-benar kesal. Tapi Naruto tidak mengindahkan, dan malah meminta persetujuan laki-laki paruh baya di depannya. "Tidak apa-apa, kan, Sensei?"

Yamato Sensei menghela nafas. Hubungan Naruto dan Sasuke sudah diketahui publik sekolah, jadi dia tidak heran sama sekali, malah sedikit bersyukur karena setelah berhubungan dengan Sasuke, Naruto jadi sering ikut pelajaran, jarang membolos lagi.

"Baiklah."

"Sensei!" Sasuke melotot, tapi Naruto tersenyum puas dibuatnya. Tidak ada pilihan lain, Sasuke maju dengan tangan kirinya masih digenggam Naruto, dan sialnya, jantungnya jadi berdetak tidak normal. Pasti karena malu! Pasti karena malu! Rafal Sasuke berulang kali dalam hati.

"Hai, Suke!"

Menma melambai dari arah parkiran, membuat Naruto yang masih menggenggam Sasuke mengernyit tidak suka.

"Untuk apa dia kesini?"

"Aku yang memanggilnya."

Naruto melotot menatap Sasuke. "Untuk apa? Ingin membuatku cemburu lagi?"

Bukannya takut, Sasuke malah menyeringai mendengarnya, balas menatap Naruto. "Jadi kau akhirnya mengakui jika kejadian kemarin karena kecemburuanmu?"

"Apa? Tidak, tentu saja!"

Sasuke tidak peduli, kembali melihat Menma yang sudah berjalan ke arahnya. "Aku memanggilnya karena kau ingin minta maaf, bukan?"

"Aku tidak pernah—" ucapannya berhenti saat Sasuke menatapnya tajam. "Oh, baiklah."

Menma tiba di depan mereka dan sudah akan memeluk Sasuke, tapi dengan cepat Naruto menjadi tameng di antara mereka.

"Oh, hai pacarnya Sasuke!" sapa Menma ramah. "Wajahmu masih semenyeramkan kemarin ya."

Naruto tak membalas dan malah menatap tajam Menma, membuat cowok itu meneguk ludahnya dengan susah, buru-buru beralih pada Sasuke. "Jadi, Suke, untuk apa kau menyuruh si Bitchie memanggilku?"

Sasuke tersenyum. "Ada yang ingin meminta maaf padamu." Dia menunjuk Naruto dengan kepalanya, membuat Menma kembali menatap cowok itu.

Naruto berdeham, lantas membuang muka. "Aku minta maaf."

Mata Menma menyipit, lantas menatap Sasuke dan tersenyum lebar, mengusap kepala cowok itu. "Jangan memaksakan pacarmu untuk minta maaf padaku, Suke."

"Hey, jangan menyentuh Sasuke!" Naruto tanpa sadar langsung mendorong tubuh Menma kasar.

"Naruto!" Sasuke sudah akan marah saat Kiba tiba-tiba datang menginterupsi.

"Hey, Naru! Kau ini benar-benar tidak tahu caranya meminta maaf, ya," ucapnya seraya merangkul pundak Menma. Mata Naruto menyipit tidak suka, tapi kemudian paham maksud dari tatapan Kiba, seolah berkata "Cepat minta maaf dan aku akan mengurusnya."

Menma menatap Kiba tidak paham, heran juga karena ada cowok yang tidak dia kenal merangkul pundaknya sok akrab. Tapi hatinya membatin—Dia keren!

"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud memkulmu kemarin, atau mendorongmu seperti tadi. Tapi aku hanya tidak suka pacarku disentuh orang lain—Sasuke milikku," ucapan Naruto mungkin tidak dari hatinya, tapi jantung Sasuke berdegup kencang mendengarnya. Ada apa ini? Dia membatin takut.

"Well, aku sebenarnya tidak masalah selama Sasuke tidak masalah juga," tanggap Menma. "Jadi, bagaimana, Suke?"

"O-oh," Sasuke refleks mengangguk, membuat Naruto tersenyum dan langsung menciumnya.

"Woops, dia benar-benar agresif," gumam Menma saat melihat Sasuke kewalahan menerima serangan dari Naruto. Kiba tersenyum di sampingnya.

"Sebaiknya kita jangan mengganggu mereka." Dia menarik Menma menjauh dari sana.

Di depan pintu masuk, Sakura tersenyum senang dengan beberapa makalah di tangannya. Tubuhnya lelah, tapi hatinya bersemangat melihat Sasuke sudah baikan dengan Naruto.

"Manisnya..." Tapi matanya langsung tajam saat melihat Menma yang sedang dirangkul Kiba tak jauh dari sana. "Jerk, mati kau!"

TBC

Woofs, chapter ini berasa OOC banget ya.. kayanya efek kebanyakan baca manga yaoi :P

Sumimasen..

Saya minta maaf karena updatenya lama banget

Tolong jangan tampar saya!

Karena update lama, chapter ini saya kasih sedikit panjang..

Dan buat next chap, saya ga janji bakal cepet... Saya lagi persiapan sidang skripsi, sih :P

So,

Revew?