Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: OOC, OC, AU, cerita pasaran, alur ngebut, cerita GaJe, sedikit incest, dll
Love You Onii-san!
chapter 1
Normal POV
Di suatu daerah di pinggiran Tokyo hiduplah kakak dan adik dalam satu rumah yang sederhana, orang tua mereka telah lama tiada, sekarang yang menjadi tulang punggung keluarga adalah sang kakak. Sang kakak adalah seorang pria yang berumur dua puluh lima tahun, dan bekerja sebagai karyawan di perusahaan Hyuuga Corp, sementara sang adik adalah gadis berusia delapan belas tahun dan masih berstatus sebagai pelajar.
"Tadaima." ujar Naruto yang baru pulang dari kantornya.
"Okaeri, bakka onii-chan." balas Naruko dengan wajah diliputi kekesalan.
"Hei ayolah, ada apa denganmu Naruko? aku baru pulang dan sudah disambut seperti itu denganmu, kau kenapa sih?" tanya Naruto yang bingung dengan sikap adiknya.
"Habisnya, kau pulang larut malam lagi." jawab Naruko masih dengan raut wajah penuh kekesalan.
"Aku mendapat tugas lembur dari atasanku..." jelas Naruto.
"Aku tidak mau mendengar penjelasan tidak bergunamu itu bakka onii-chan." potong Naruko.
Naruto pun beranjak dari duduknya, ia segera masuk ke ruang makan dan membuka kulkas dan mengambil sebotol sake, lalu langsung menenggaknya. "Hei! ganti dulu bajumu nii-chan! jangan seperti anak kecil!" ujar Naruko yang benar-benar kesal melihat tingkah kakaknya itu. "Aku ingin mandi terlebih dahulu, apa air panas sudah kau siapkan?" tanya Naruto.
"Sekarang sudah dingin kembali, gara-gara kau pulang telat!" jawab Naruko.
"Haaaah... ya sudahlah, apa boleh buat." ujar Naruto, akhirnya ia memlih mandi dengan air yang dingin di malam hari itu.
...
Naruto mengeringkan rambutnya dengan handuk, ia kembali ke ruang makan, perutnya telah berbunyi. Tapi meja makan kosong sama sekali, tidak ada apapun disana, "Naruko.. mana makan malamku?" tanyanya setelah ia memanggil adiknya itu. "Aku tidak memasakanmu makan malam, beli saja sendiri di minimarket." ujar Naruko dengan santai.
"Tidaaaaak! sekarang sudah sangat malam, semua minimarket pasti sudah tutup." protes Naruto.
"Salah sendiri, kenapa kau pulang selarut ini?" ujar Naruko dengan penuh kemenangan.
"Oh ayolah Naruko, sudah berapa kali kubilang kalau aku lembur karena ditugaskan oleh atasanku." ujar Naruto yang kini merasa risih dengan pertanyaan itu.
"Harusnya kau telepon aku, jadi aku tidak khawatir padamu, dasar kakak merepotkan." Naruko tidak mau kalah dari kakaknya.
"Baik.. aku menyerah, maafkan aku Naruko, lain kali aku akan memberitahumu kalau aku lembur." ujar Naruto mengalah dan segera pergi menuju kamarnya tanpa menghiraukan rasa laparnya.
"Tunggu, aku rasa kita masih memiliki persediaan cup ramen dilemari, kau bisa ambil satu dan menyeduhnya." ujar Naruko yang tiba-tiba jadi peduli pada kakaknya.
"Benarkah?" tanya Naruto dengan air liur membasahi sekitar mulutnya.
"Iyaa, ambil saja di lemari." ujar Naruko.
Akhirnya Naruto menyeduh cup ramen di meja makan, dan ia pun menikmati ramen tersebut dengan ditemani oleh adiknya. "Kau sendiri, apa kau sudah makan?" tanya Naruto, walau sering membuat kesal, namun Naruto tetap perhatian pada adik satu-satunya itu.
"Tidak, aku sedang diet." jawab Naruko.
"Kau kan sudah kurus, untuk apa diet?" tanya Naruto yang tidak mengerti jalan pikiran adiknya.
"Kau tidak mengerti, ini juga untuk kesehatan." jelas Naruko.
"Apa jangan-jangan kau sedang mengincar pria di sekolahmu? hahahaha... aku tidak bisa membayangkan kau jatuh cinta pada seorang pria..." goda Naruto diiringi tawa terbahak-bahaknya.
DUAAAK!
Sebuah jitakan dari Naruko terlontar untuk kakaknya, membuat Naruto kesakitan dan tidak melepaskan kepalanya yang mulai benjol itu. "Jangan bicara sembarangan! lagipula kau tidak boleh bicara kalau sedang makan, dasar bodooh!" pekik Naruko dengan gurat merah di pipinya. Naruto hanya tertawa dengan senang, sepertinya ia sangat senang menggoda adiknya.
...
Setelah makan, Naruto menyibukan dirinya dengan menonton televisi, mungkin gulat cukup menjadi hiburan dan pelepa penat baginya. Naruko datang dari kamarnya dan menghampiri sang kakak, Naruto yang melihat adiknya datang hanya menatapnya sebentar dan bertanya padanya, "ada apa?" tanya Naruto yang kembali sibuk menatap layar televisi.
"Errr... Naruto nii-chan.." ujar Naruko dengan malu-malu.
"Ada apa?" tanya Naruto bingung.
"Berhubung besok libur, apakah kau mau menemaniku berbelanja?"
"T-tidak! kau mengajakku agar aku dapat membayar semua belanjaanmu, bukan?" tegas Naruto.
"Ada tas dan dompet Bvlgari keluaran terbaru nii-chan, aku mohon padamu, sekali ini saja, lain kali aku tidak akan meminta yang berlebihan lagi, aku janji." ujar Naruko dengan nada melas. Memang naruko adalah seorang yang memiliki selera fashion yang bagus, sangat berbanding terbalik dengan kakaknya yang selalu tampil sederhana, Naruko juga sedikit manja, namun semenjak orang tuanya tiada, ia mulai merubah sifatnya dan perlahan menjadi gadis yang mandiri, namun terkadang sifat jelek itu masih ia perlihatkan kepada kakaknya.
"Pokoknya aku tidak mau, bisa-bisa dompetku kosong, padahal ini tanggal tua!" ujar Naruto yang tetap bersikukuh pada pendiriannya.
"Ya sudah kalau begitu! jangan pernah panggil aku lagi, dan aku juga tidak mau bicara denganmu selama sebulan!" ancam Naruko yang merajuk seperti anak kecil, kemudian ia hendak beranjak ke kamarnya lagi.
"T-tunggu, o-oke.. aku akan menemanimu besok, jadi jangan berkata seperti itu lagi, oke.." ujar Naruto yang panik dengan ucapan adiknya itu.
Akhirnya hari itu diakhiri dengan Naruko yang kembali gembira dan langsung memeluk kakaknya dengan penuh sukacita. Sementara Naruto hanya tersenyum kecut sambil memikirkan nasib keuangannya.
xXx
Keesokan harinya
Normal POV
Kini Naruto dan Naruko berada di kawasan Ginza, kawasan yang penuh dengan pusat perbelanjaan dan orang-orang yang berlalu-lalang. Naruto hanya memakai kaus oblong berwarna oranye dan celana jeans, sementara Naruko memakai casual dress serta blazer. Mereka berdua berjalan menyusuri jalan dari stasiun terdekat. Akhirnya mereka masuk ke dalam departemen store, suasana sangat ramai dan toko-toko perbelanjaan dipenuhi banyak pengunjung.
Naruko langsung menarik lengan kakaknya dang melesat menuju butik terdekat, sementara sang kakak duduk menunggu dengan tampang bosan, Naruko asyik memilih pakaian-pakaian terbaru serta mencobanya. Naruto hanya menunggu dengan bosan, suasana saat itu benar-benar tak mendukung, 'lihat dia, dia bilang hanya ingin membeli tas dan dompet, tapi nyatanya dia juga memerasku untuk membeli baju, dasar wanita.' ucapnya dalam hati.
"Onii-chan, lihat ini, apa aku cocok menggunakan ini?" tanya Naruko seraya menunjukan long dress yang ia bawa.
Namun Naruto tak menjawab, ia masih asyik dengan pikirannya sendiri, untuk sejenak suasana benar-benar terasa hening. Hingga Naruko menjetik-jentikan jarinya barulah Naruto tersadar dari lamunannya, "Ada apa Naruko?" tanyanya risih.
"Etoo... apakah pakaian ini cocok denganku?" tanya Naruko dengan malu-malu, entah kenapa ia seperti itu.
"Ya cocok, apakah sudah selesai?" jawab singkat Naruto.
"Jawabanmu itu seperti kau terpaksa mengatakannya, onii-chan kenapa sih?" tanya Naruko yang kesal dengan tingkah kakaknya itu.
"Tidak ada, ayo cepat selesaikan keperluanmu disini Naruko." jawabnya dengan singkat lagi.
"Ya sudah kalau Naruto-nii tidak mau menemaniku, pulang saja sendiri!" ujar Naruko telak, seraya meninggalkan Naruto yang masih yang masih bergeming disitu.
"Heeeh... dia ngambek lagi, apa boleh buat?" ujar Naruto, kemudian ia langsung mengejar adiknya itu.
...
Akhirnya Naruko berhasil dibujuk oleh kakaknya dengan dibelikan long dress yang ia sukai itu, dibayar oleh Naruto pastinya, Naruto masih mengelus-elus kartu kreditnya, sebenarnya ia tidak rela, tapi demi adiknya ia korbankan tabungannya itu. "Onii-chan, ayo kita kesana." ajak Naruko dengan manja, dan tangannya bergelayutan di pundak sang kakak.
"Naruko, kalau kau terus membeli semua barang, kau tak akan dapat kesempatan untuk membeli tas dan dompet yang kau cari-cari." ujar Naruto menasehati.
Namun Naruko tak menanggapi sama sekali, ia kembali menarik lengan Naruto dan membawanya menuju toko kacamata, dan naruko merengek kepada sang kakak untuk membelikannya kacamata yang terlihat modis. Mau tak mau, Naruto harus menuruti permintaan adiknya, karena tidak mau terlihat memalukan di depan orang-orang yang kebanyakan bergaya high class.
Akhirnya mereka berdua menuju toko utama, Naruko berjalan dengan riangnya, sementara dibelakangnya sang kakak berjalan terengah-engah sambil membawa barang belanjaan milik adiknya. "Tahan sebentar lagi ya onii-chan, sebentar lagi selesai kok." ujar Naruko menyemangati kakaknya.
Akhirnya mereka memasuki sebuah butik yang megah dan dipenuhi barang-barang mahal, Naruto hanya melongo, ia tak percaya adiknya akan membaanya kesini. Naruto bahkan tak yakin uang tabungannya cukup untuk memuaskan keinginan sang adik, saking pusingnya pikirannya sampai-sampai ia tak sengaja menabrak seseorang. Naruto berusaha bangun dengan terhuyung, dan ia pun menolong orang yang ia tabrak untuk bangun.
"G-gomen, tadi aku melamun sambil berjalan." ujar orang yang Naruto tabrak sambil menunduk, ia adalah seorang gadis dengan surai rambut yang indah.
"Tidak, aku yang salah, nona." sanggah Naruto, karena memang sebenarnya dirinya yang salah.
"T-tapi.." balas gadis itu, namun tak sempat dilanjutkan karena sudah ada yang memanggilnya.
"Kau dipanggil tuh." ujar Naruto seraya menunjuk orang yang memanggil gadis tersebut.
"Go-gomenasai, p-permisi." ujar sang gadis seraya membungkukan badannya dan segera pergi dari pandangan Naruto.
Naruko langsung menghampiri sang kakak dan memegang pundaknya, "Kau tak apa kan?" tanya Naruko dengan penuh kekhawatiran. "Tak apa, aku hanya lapar." ujar Naruto menunjukan tubuh kuatnya.
"Kau lapar? tenang saja, setelah selesai aku akan mengajakmu ke restoran sushi di dekat sini, rasanya sangat lezat dan harga terjangkau." ujar Naruko dengan lembut.
"Loh? kenapa kau tahu daerah sini?" tanya Naruto, bingung.
"Aku kan sering kesini dengan teman-temanku." ujar Naruko yang mengejek sang kakak dengan mengeluarkan lidahnya.
"NARUKOOOOO!" teriak Naruto yang baru sadar kalau selama ini adiknya sering bermain kesini tanpa memberitahu dirinya.
...
Akhirnya Naruko memilih-milih tas dan dompet yang ingin dibelinya, sementara Naruto menunggu di bangku yang disediakan.
"Apa terlihat cocok denganku?" tanya Naruto sambil menunjukan gaya feminimnya.
"Bagus, kau cocok sekali memakai tas itu." puji Naruto.
Lalu datanglah karyawan butik tersebut, dengan wajah ramah ia berkata, "tas itu sangat cocok untuk pasangan anda, tuan." ujarnya memuji, namun yang dipuji malah kaget bukan main, mereka berdua kaget karena disangka pasangan oleh sang karyawan, sontak mereka berdua menyanggahnya.
"KAMI BERDUA BUKAN PASANGAN!" teriak mereka secara bersamaan.
"M-maaf saya tidak tahu hal itu, sekali maafkan kelancangan saya, apakah kalian teman satu tempat pekerjaan? atau satu sekolah?" tanya sang karyawan yang berusaha menebak.
"Kami berdua adalah saudara, dia adikku." jawab Naruto yang mencoba meluruskan.
"J-jadi kalian berdua adalah sepasang saudara? m-maafkan aku yang telah lancang.." ujar sang karyawan dengan rasa malu, ia pun membungkukan badannya.
Naruto dan Naruko pun tak menghiraukan sang karyawan itu, mereka berdua pun lebih memilih menyelesaikan urusan mereka disini. Setelah memilih tas dan dompet yang ingin dibelinya, Naruko dan kakaknya menuju kasir untuk membayarnya, begitu diberitahu harganya, Naruto kaget bukan main, ia merasa tak rela menyerahkan kartu kreditnya, namun demi adiknya, ia tak punya pilihan lain.
xXx
Normal POV
Naruko dan Naruto sedang dalam perjalanan ke restorsn sushi yang di rekomendasikan Naruko tadi, restoran tersebut berada di dalam Mall yang masih berada dalam di kawasan Ginza, Mall yang cukup, atau bahkan sangat elit ini sangat ramai didatangi pengunjung.
"A-ku bahkan baru pertama kali datang ke tempat ini seumur hidupku." celetuk Naruto.
"Onii-chan kuno! tempat ini adalah tempat yang sedang digandrungi anak-anak remaja, bahkan orang-orang yang seumuran dengan Naruto-nii banyak yang datang ke tempat ini." ejek Naruko.
"Uhh.. mana kutahu, aku selalu menghabiskan waktuku dengan tumpukan berkas-berkas pekerjaan." ujar Naruto dengan malas. Naruko berpikir sejenak, memang benar kakaknya itu jarang menikmati waktu senggang, sejak orang tua mereka meninggal, Naruto yang menjadi tulang punggung keluarganya, ia rela tidak melanjutkan kuliahnya dan memilih untuk melamar kerja di berbagai perusahaan walau selalu ditolak, dan akhirnya ia mendapatkan pekerjaan yang layak walau harus mengorbankan waktunya, tapi karena itulah mereka berdua dapat melanjutkan hidup, karena itu pula Naruko masih dapat bersekolah.
"Tapi aku berterimakasih sekali pada onii-chan, kau sangat baik padaku, aku sayang padamu onii-chan." ujar naruko pada sang kakak, walau pada kata-kata terakhir diucapkannya dengan sedikit rasa malu.
"Tapi aku tidak suka padamu, kau terlalu sering menghambur-hamburkan uang, kalau boleh memilih, sebenarnya aku ingin memiliki adik lelaki saja." kritik Naruto.
GLEK
"Jadi begitu ya.." ujar Naruko singkat, yang memendam rasa kecewa atas kalimat yang dilontarkan kakaknya itu.
"Kau kenapa?" tanya Naruto yang bingung melihat perubahan mimik wajah adiknya.
"Tidak, tidak apa.." jawabnya singkat.
Suasana menjadi canggung untuk saat ini, entah kenapa dari mereka tak ada yang memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Naruto merasa melihat seseorang yang dikenalnya di depan sana, ia mencoba menghampirinya. "Hyugaa-sama! anda sedang apa?" sapa Naruto yang segera menghampiri seseorang yang ternyata adalah Direktur di perusahaan tempat ia kerja.
Setelah Naruto memberi hormat, ia mulai berbicang dengan direkturnya itu, dan membiarkan Naruko menunggu. "ada keperluan apa disini?" tanya Hiashi yang ingin tahu urusan Naruto. "Saya hanya menemani adik saya berbelanja." jawab Naruto dengan lugas, namun pertanyaan Naruto masih belum dijawab oleh atasannya ini, hingga Naruto sekali lagi bertanya padanya.
"Anda sendiri, apakah anda mempunyai urusan di tempat ini?" tanya Naruto.
"Sama sepertimu, aku menamani putriku belanja." jawab Hiashi.
"Ah.. putri anda." tanggap Naruto.
"Soal putriku, mulai besok dia akan dipindahkan ke perusahaan pusat, setelah lama bekerja di cabang perusahaan di Osaka, jadi aku mohon kepadamu untuk membimbingnya karena menurutku kau karyawan terbaik di perusahaanku, Naruto." puji Hiashi.
Naruto terkesan atas pujian dari atasannya itu, dan jadi merasa semangat untuk hari esok. "Aku merasa senang jika bisa membimbing putri anda Hyuuga-sama." ujar Naruto dengan sopan, ia pun kembali berbincang seputar pekerjaannya dengan sang direktur tersebut. Sementara Naruko yang jenuh menunggu kakak dan atasan kakaknya selesai berbincang hanya memberi kode agar segera melanjutkan perjalanan mereka, dan untungnya Naruto mengerti, akhirnya Naruto menyudahi pembicaraannya dengan sopan pula.
"Putriku seumuran denganmu, pasti dia sangat senang bekerjasama denganmu, karena kau adalah orang yang enerjik dan asyik, apa kau ingin bertemu putriku terlebih dahulu agar kalian bisa saling mengenal?" tawar Hiashi.
"Aaah.. saya sangat senang jika bisa bertemu dengan putri anda, namun kami masih memiliki beberapa keperluan sekarang, mungkin besok saya akan langsung bertemu dengan putri anda, saya berjanji, Hyuuga-sama." tolak Naruto.
"Hahaha.. tidak apa, aku tahu kau masih memiliki urusan, santai saja, Naruto." ujar Hiashi mencairkan suasana.
"Kami mohon pamit, Hyuuga-sama." ujar Naruto seraya memberi salam perpisahan kepada direkturnya itu.
Akhirnya Naruto dan adiknya bergegas ke restoran yang merek tuju, "habis dijodohkan eh.." goda Naruko pada kakaknya itu. "Apa-apaan sih?" sanggah Naruto yang mukanya langsung memerah, ia benar-benar malu. Sementara dalam diri Naruko, ada kecemburuan yang tak dapat dijelaskan, entah kenapa dadanya terasa sedikit sakit ketika Naruto sedang membicarakan putri direkturnya tadi.
Akhirnya mereka telah sampai di restoran sushi yang mereka tuju, mereka pun memesan makanan disana.
xXx
Keesokan harinya
Langit ketika itu masih membiru, matahari masih belum menampakan sinarnya, namun seorang pria beriris sapphire telah lengkap dengan kemeja dan dasi sedang menyiapkan keperluannya untuk pergi kerja. Sementara sang adik pun telah rapi dengan seragam sekolahnya dan dengan rambutnya yang diikat ponytail sedang menyiapkan sarapan untuk dua orang.
"Nasi goreng dengan telur mata sapi, sepertinya sangat lezat, boleh aku mencobanya?" tanya Naruto yang mulai menyiapkan sendok dan garpu.
"Silakan dicoba, onii-chan." tawar Naruko yang sedang melepaskan celemek masaknya.
Naruto makan dengan lahapnya, sementara Naruko mempersiapkan keperluan sekolahnya, tentu saja ia tak ikut sarapan karena dirinya sedang menjalankan program dietnya. Ia memasukan buku-buku ke dalam tas miliknya, ia masih memikirkan ucapan kakaknya semalam, 'mungkin saja putri Hyuga-sama itu cantik dan menarik, itu bisa jadi kesempatanku hehehe..'
Entah kenapa, ketika mendengar ucapan itu keluar dari mulut sang kakak, telinganya menjadi panas seketika, sesak menjalar ke dadanya, giginya gemeretak. Entah kenapa, ada raut tak suka di wajahnya ketika sang kakak membicarakan putri sang direktur, Naruko tidak mau kakaknya terus terpaku pada orang yang bahkan belum pernah dilihat olehnya, ia hanya mau dirinyalah yang menjadi perhatian dari kakaknya, setidak saat dirinya berada di dekat sang kakak.
"Naruko, aku segera berangkat, ittekimasu!" ujar Naruto tergesa-gesa, ia langsung berangkat dan menutup pintu sementara Naruko masih di lantai atas dan hendak beranjak turun.
Naruko hanya menatap pintu yang tertutup dan menghela napasnya, "itterasshai."
Sementara di kantor Naruto
Naruto memasuki kantornya dengan tergesa-gesa, keringat mengucur deras dari pelupuk dahinya, mungkin karena berdesak-desakan di kereta tadi. setelah mengisi absen Naruto segera berjalan menuju ruangannya, saking besarnya perusahaan Hyuuga Corp, karyawan sekelas Naruto saja sudah mendapatkan ruangan yang layak.
Ketika berjalan di lorong, ia bertemu dengan Kiba, sahabat baiknya sejak SMA, Naruto pun menyapanya. "Hoi, apa kabar pecinta anjing?" sapanya dengan tidak etis, yang disapa pun hanya menggeram kesal dan menggerutu. "Dasar kau rambut jabrik, kau beruntung sekali, satu ruangan dengan calon penerus Hyuuga yang sangat cantik."
"EEEEE? apa katamu?" Naruto kaget dan langsung berlari menuju ruangannya.
Kini ia berada di dalam lift, ia terus melihat arlojinya, 'd-dia sudah datang, berarti aku sudah telat, betapa lancangnya aku yang membiarkan seorang Hyuuga menunggu sedemikian lama.' ujarnya dalam hati dengan rasa gugup. Tanggung jawab yang berat telah diberikan oleh sang atasan pada dirinya, membimbing sang penerus perusahaan, ia tidak mau main-main, karen pekerjaan ini memiliki resiko yang besar.
Setelah pintu lift terbuka, ia pun bergegas menuju ruangannya, dengan langkah cepat ia akhirnya tiba di ruangannya. Ia pun segera membuka pintu dan berniat meminta maaf atas keterlambatannya, ia benar-benar malu atas gelarnya sebagai karyawan terbaik bulan ini. "Saya minta maaf Hyuuga-san atas kerlambatan saya, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi..." ujar Naruto seraya membungkukan badannya, kemudian tak berselang lama ia pun berdiri tegak kembali, dan menjadi kaget bukan main.
"K-kau kan y-yang kemarin aku t-tabrak?" ujar Naruto dengan wajah benar-benar gugup.
Bersambung...
Author note:
Halo minna-san, kembali lagi dengan author gaje macem aku ini hehehehe, seperti di fic ku sebelumnya, aku menjanjikan fanfic baru, nah seperti inilah fic terbaruku, aku sedikit gugup dalam meulis fic ini karena baru kali ini aku menulis fanfic seperti ini, aku harap kalian suka. Aku berpikir Narutonya sangat OOC, karena aku sesuaikan dengan tokoh kembarannya, yaitu Naruko, Naruko? aku suka dengan pair NaruNaru, aku berpikir masih jarang author yang membuat fic NaruNaru, dari yang niatnya bikin fic NaruHin, lebih baik aku tambahkan aja jadi NaruNaruHina hehehe emang agak nyeleneh sih, jadi fic ini menceritakan tentang Naruko yang menyukai kakaknya, namun terhalang oleh ikatan saudara, dan lebih membuat Naruko kesal, sang kakak malah dekat dengan gadis lain, garis besarnya sih kayak gitu, untuk selebihnya akan aku pikirkan,jadi jangan lupa review ya minna-san ^^