Hal pertama yang Chanyeol dapat ketika ia memasuki kediaman Minseok adalah sambutan hangat dari nyonya Kim. Mereka berbincang barang sebentar, bercerita mengenai liburan nyonya Kim di Bali dan mendeskripsikan bagaimana budaya orang-orang Indonesia.
"Chanyeol?"
Minseok memanggil ketika sang ibu sudah beranjak dari sana. Mereka masih berada di ruang makan dengan perut yang sudah terisi. Chanyeol menoleh, menangkap siluet Minseok yang masih setia menatapnya.
"Ibu terlihat ingin menjodohkan aku dengan Jongdae, temannya Baekhyun."
Ia pikir Chanyeol akan bertanya lebih lanjut, maka Minseok menanti respon pemuda tinggi itu dengan sebuah harapan yang ia sembunyikan. Kemudian Chanyeol mengangguk, tersenyum sebelah bibir hingga lesung pipitnya tercetak jelas. "Dia lelaki baik-baik, sedikit freak dengan anime dan belum pernah punya kekasih." Itulah informasi yang Kris sampaikan pada Chanyeol.
Tidak Minseok pungkiri jika ia kecewa dengan kenyataan yang, Chanyeol biasanya akan berkata 'tidak' jika ia tidak setuju. Tapi kali ini berbeda, tak ada sanggahan yang keluar dari bibir Chanyeol dan fakta itu membuat Minseok sedikit kesal.
Kemudian Minseok berdeham pelan, memperbaiki raut kecewanya dengan senyum yang terlihat baik-baik saja. "Baekhyun,." Ia sengaja mengantung nada bicara di sana, memberi jeda yang taunya segera mendapat perhatian Chanyeol. "Dia partnermu sekarang, kan?" Pertanyaan itu dijawab dengan sebuah anggukan dari yang lebih tinggi.
Berdeham pelan, Minseok kembali menatap Chanyeol tepat pada binarnya. "Kapan kalian berakhir?" Ia bertanya dengan penuh kehati-hatian.
Chanyeol tidak langsung menjawab, sedikit sangsi karena tidak biasanya Minseok menyinggung mengenai hal tersebut. "Aku tidak merencanakannya." Tapi setelah itu Chanyeol berkata sesuai dengan yang ia pikirkan.
Jawaban yang Minseok dapat adalah hal yang tidak ingin ia dengar dan perasaan Minseok semakin menciut karenanya. Berkedip beberapa kali, Minseok berdeham lagi sambil mengumpulkan suaranya agar tidak bergetar. "Bagaimana jika ia ingin pergi?"
Chanyeol menangkap umpan yang Minseok beri dengan tatapan dingin pertanda ia tidak setuju. "Maksudmu?"
"Dia juga punya kehidupan, Chanyeol." Minseok menjawab pelan, netranya awas mengamati setiap perubahan pada air wajah Chanyeol.
"Kehidupan yang tidak ada kau di dalamnya."
Perkataan itu berhasil membuat Chanyeol tersenyum sinis. Ia berdiri, berkilat kesal dengan pandangan tenang namun mematikan. "Maka tidak akan ku biarkan."
Pergi, Chanyeol berjalan keluar meninggalkan Minseok di sana.
.
.
Berjalan terseok-seok tidak membuat Baekhyun menyerah meski tubuhnya hampir limbung. Baekhyun bahkan tidak menoleh barang sebentar, tidak perduli apakah Chanyeol masih di sana atau benar pergi meninggalkannya. Ia tidak membersihkan wajah, luka pada sudut bibirnya Baekhyun biarkan juga sembab dikedua mata yang sangat kentara. Tangan Baekhyun bergetar ketika ia sudah berhasil meraih pintu utama, perlahan ia buka dan ternyata Joonmyeon di sana.
Kim Joonmyeon memiliki feeling tidak baik kepada Baekhyun, terlebih ketika ia berpapasan dengan Chanyeol di lobby bawah. Ia segera naik dan menghubungi Baekhyun berkali-kali tapi tak ada jawaban yang Joonmyeon terima. Joonmyeon juga telah menekan bell beberapa kali tapi tidak ada tanda bahwa Baekhyun akan membuka pintu. Lalu Joonmyeon terdiam, bersandar pada dinding dan menanti dengan harapan pintu akan terbuka.
Benar jika tidak lama setelah itu pintu terbuka oleh Baekhyun sebagai pelaku. Tapi yang membuat Joonmyeon terkejut di tempat adalah ketika ia melihat bagaimana Baekhyun di sana. Kedua pipi Baekhyun bengkak dan luka pada sudut bibirnya membuat Joonmyeon meringis sendiri.
Baekhyun'pun terkejut saat ia melihat Joonmyeon, tiba-tiba kedua kaki Baekhyun kehilangan kekuatan dan membuat ia terjatuh di tempat. Beruntung Joonmyeon bergerak cepat untuk menangkap Baekhyun sebelum pemuda itu limbung di lantai.
"Baekhyun!" Joonmyeon berseru karena terserang panik. "Ayo kita ke rumah sakit." Ia bergumam sendiri dan hendak membopong tubuh Baekhyun di punggungnya. Tapi perlahan tangan Baekhyun menyentung jemari Joonmyeon, membuat atensi pemuda itu teralih pada Baekhyun yang hendak berkata.
"Aku tidak mau ke rumah sakit, Suho."
Dan dunia kembali menjadi gelap.
.
.
Suasana hati Chanyeol tak kunjung membaik meski ia sudah menghabiskan beberapa botol alkohol hingga kepalanya terasa pening. Ponselnya terus bergetar disebabkan oleh panggilan Minseok yang tidak dijawab oleh Chanyeol. Chanyeol tidak perduli dengan riuh musik yang memekakan telinga, iapun tidak tertarik untuk turun ke lantai dansa. Beberapa wanita penghibur menghampirinya, namun toh Chanyeol tidak peduli dan mengabaikan mereka begitu saja.
Sempat terlintas dalam pikirannya jika yang ia lakukan kepada Baekhyun sedikit berlebihan. Ia terlalu terbawa suasana; ia pulang dengan hati yang kesal karena ucapan Minseok dan sialnya Joonmyeon di sana.
Menatap Baekhyun dengan penuh cinta.
Ia pulang saat hari sudah menuju siang, kesalnya sudah berkurang dan hal pertama yang ingin ia lihat adalah Baekhyun. Maka ketika Chanyeol sudah berhasil membuka pintu apartemen, ia segera melangkah menuju kamar Baekhyun untuk menemui pemuda tersebut.
Namun ketika Chanyeol sampai ruangan tersebut tidak berpenghuni. Baekhyun tidak berada di sana, tidak di dalam kamar mandi, bahkan Chanyeol tidak dapat menemukannya ketika ia mencari Baekhyun hingga ke sudut apartemen.
Ia mencoba menghubungi Baekhyun namun ponsel Baekhyun ditinggalkan di dalam kamar.
Chanyeol berkerut dalam, pergi ke mana Baekhyun dalam keadaan seperti semalam?
.
.
Byun Baekhyun terbangun disore hari karena bias senja yang menerpa wajahnya. Kedua jendela matanya terbuka dan untuk beberapa saat ia berpikir di mana ia tengah berada. Aksen putih dalam kamar tersebut menyadarkan Baekhyun jika Joonmyeon membawanya ke dalam apartemen pemuda itu. Baekhyun sedikit lega karena Joonmyeon memenuhi permintaan Baekhyun untuk tidak pergi ke rumah sakit.
Namun bukan Joonmyeon namanya jika ia akan membiarkan Baekhyun begitu saja. Ia memanggil dokter pribadi keluarganya begitu ia menemukan Baekhyun di sana. Sang dokter berkerut kening dalam, berkata jika luka pada tubuh bagian belakang Baekhyun tidaklah berat namun pada bagian lengan Baekhyun begitu parah.
"Untung kau segera memanggilku sekarang."
Samar-samar Baekhyun mengingat bagaimana sang dokter berbicara dengan Joonmyeon. Rasanya ia sudah merasa kebas saat seluruh lukanya dibersihkan oleh dokter tersebut. Alkohol yang ia dapat pada tubuhnya sudah melebur dengan perih yang ia terima sejak tadi. Joonmyeon mengalihkan perhatian Baekhyun dengan mengusap pipi Baekhyun beberapa kali ketika dokter tersebut melakukan pekerjaannya.
Baekhyun melirik sedikit dan menemukan bagaimana kedua lengannya dibalut perban. Dokter bilang Baekhyun harus menjaga mereka hingga jahitannya mulai kering. Tubuhnya tengkurap dan Baekhyun sungguh merasa letih karena ia tidur dengan posisi itu seharian. Napas pelan itu Baekhyun hempaskan bersamaan dengan ingatan ia akan yang terjadi semalam.
Hal yang tidak pernah Baekhyun kira.
Perlahan perhatian Baekhyun teralih pada pintu kamar yang terbuka pelan. Joonmyeon masuk dan duduk tepat di tepi tempat tidur begitu ia sadar bahwa mata Baekhyun sudah terbuka.
"Bagaimana tidurmu?"
"Buruk—" Ia memang tidak berencana untuk berbohong. Joonmyeon menatap Baekhyun dengan sendu seakan ia juga merasakan apa yang Baekhyun rasa. Ia mengusap surai Baekhyun, sangat lembut seolah ia tak ingin melepaskannya.
Baekhyun meminta Joonmyeon untuk membantunya duduk. Sangat merepotkan karena punggungnya begitu sakit jika harus menanggung berat tubuhnya sendiri— itulah mengapa Baekhyun tengkurap sepanjang ia terlelap.
"Apakah sakit?" Joonmyeon bertanya ketika Baekhyun sudah duduk di tepi tempat tidur dan ia menjawab pertanyaan Joonmyeon dengan gelengan pelan. Bokongnya memang sedikit nyeri tapi Baekhyun pikir ia dapat mengatasinya.
Joonmyeon sudah menyiapkan makanan untuk Baekhyun dan ia mengambilkan untuk Baekhyun makan di dalam kamar. Kemudian ia mengambil sebuah kursi, menggeser kursi tersebut hingga berada tepat di hadapan Baekhyun dan Joonmyeon duduk di sana.
"Makan, ya?" suapan pertama diberi oleh Joonmyeon kepada Baekhyun, lelaki itu tidak menolak karena iapun ingat bahwa dokter memintanya untuk tidak banyak bergerak terutama untuk tangannya. Luka pada sudut bibir Baekhyun kembali terasa ketika tidak sengaja bersinggungan dengan sendok yang masuk ke dalam mulutnya. Baekhyun mengatup kedua bibirnya rapat barang sebentar, memberinya jeda agar nyeri bibirnya hilang dan berharap Joonmyeon tidak sadar akan hal tersebut.
Di sisi lain Joonmyeon tak bersua apapun begitupula dengan Baekhyun. Ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Joonmyeon namun Baekhyun yang kini berada di hadapannya sudah membuat Joonmyeon merasa cukup. Ia mengamati, menatap Baekhyun yang tengah mengunyah dalam diam dengan guratan wajah yang tidak secerah kemarin.
"Katakan saja," Adalah Baekhyun yang berkata dan Joonmyeon tersadar dari lamun yang ia buat sendiri. "Katakan jika ada yang mengganjal dalam benakmu." Baekhyun sadar kalau sahabatnya itu tengah membungkam bibirnya rapat-rapat meski ia ingin tahu bukan main. Raut gelisah itu tidak berhasil Joonmyeon sembunyikan dan Baekhyun rasa tak ada yang perlu ia tutupi dari seorang Kim Joonmyeon.
Pupil Joonmyeon melebar karenanya, Baekhyun kini menatap Joonmyeon dengan senyum tipis yang kelewat manis. Tapi perasaan yang menusuk dada Joonmyeon adalah kesedihan di sana, Byun Baekhyun menutupi semuanya dengan senyum setenang danau. Ia tahu jelas jika Baekhyun tidak ingin membuatnya khawatir.
"Apa yang terjadi?"
Baekhyun sudah mengira bahwa hal tersebutlah yang akan Joonmyeon lontarkan. Ia mengambil jeda untuk menghirup napas sebentar, "Aku dan Chanyeol memiliki sebuah hubungan yang unik."
Belum Baekhyun berkata lebih lanjut namun Joonmyeon sudah mengerti poinnya. Jelas jika yang terjadi pada Baekhyun adalah ulah dari Park Chanyeol. Hatinya beban bukan main karena amarah yang perlahan memupuk, maka Joonmyeon segera mengeluarkan ponsel dan meletakan benda itu tepat di telinga begitu nada sambung sudah terdengar.
"Apa yang kau lakukan?" Baekhyun, tentu saja.
"Menghubungi kepolisian." Ia menjawab cepat dan itu berhasil membuat Baekhyun memekik di tempat.
Sambungan di ujung sana sudah terjawab oleh suara bapak-bapak paruh baya. Baekhyun di hadapannya tengah menggeleng lemah dan memberi Joonmyeon tatapan permohonan. Pelan sekali lagi Baekhyun menggapai jemari Joonmyeon yang berada di sana, "Kumohon jangan."
Ia memutus sambungan meninggalkan si bapak berkerut kening karena heran. Ponselnya ia letakkan sembarang dan ia menatap Baekhyun yang tersenyum lega. "Kau tahu jika apa yang sudah dia lakukan adalah kriminal, kan, Baek?"
Baekhyun tahu, sangat tahu kalau Joonmyeon mencapai batas toleransinya. "Dengannya aku sudah berakhir. Aku tidak ingin memperpanjang masalah ini." Baekhyun menjawab selirih rintik gerimis yang turun. Kalimat yang baru ia ucapkan membuat dadanya bergemuruh karena ia sendiri tak menginginkannya. Kemudian Baekhyun menahan perasaannya dengan sebuah dehaman pelan agar membuat tubuhnya sedikit rileks. "Lagi pula aku dan Chanyeol melakukannya atas persetujuan kami berdua," Ia mengangkat kepala untuk mendongak menatap Joonmyeon yang mematung tidak percaya.
"Aku baik-baik saja, maka dari itu kau tidak perlu khawatir."
.
.
Beberapa hari berlalu dan Chanyeol masih tertinggal di dunianya. Ia mencari Baekhyun tapi tak ada secuilpun informasi yang ia dapat. Ia mendatangi kelas Baekhyun sesuai jadwalnya, ia datang dan menanti di depan flat lama Baekhyun namun tak ada orang di sana, ia pun bertanya kepada Zitao dan Kyungsoo tapi tak ada jawaban yang Chanyeol dapatkan.
Ia bahkan melewatkan waktu kuliahnya dan Yifan sudah mengomel karena harus memberikan Chanyeol sebuah salinan catatan. Chanyeol tidak perduli. Ia'pun mengunjungi beberapa rumah sakit dan klinik tapi tak ada nama Baekhyun dalam daftar pasien mereka.
Mulanya ia pikir Baekhyun akan kembali di sore hari, Chanyeol menanti dengan sebuah waffle yang ia buat; juga kata maaf yang ia sudah persiapkan untuk pemuda itu.
Tapi hingga malam datang dan hari berganti, Baekhyun tak kunjung pulang.
.
Minseok menjadi saksi bagaimana Chanyeol melakukan segalanya untuk mencari Baekhyun. Pemuda tinggi itu bahkan menyewa seseorang untuk mencari tahu informasi tentang Baekhyun. Pemuda itu mengabaikan jadwal makannya, baru beberapa hari tapi Chanyeol terlihat begitu redup. Dia benar melakukan sesuatu yang diluar kebiasaannya.
Dan Minseok benar tak suka akan fakta tersebut.
Makanan yang Minseok siapkan di atas meja sudah mendingin tanpa disentuh sekalipun. Chanyeol pergi tanpa perduli dan ia mengabaikan Minseok yang sedia menantinya di sana. Pemuda tinggi itu pulang saat hari sangat larut dan yang ia lakukan adalah berdiam diri di dalam kamar.
Hal tersebut terjadi berulang kali hingga rasanya Minseok tidak tahan. Ia berjalan, menghampiri kamar Chanyeol kemudian menerobos masuk dan menemukan Chanyeol yang tengah berdiri di dekat jendela sambil menatap malam dengan tatapan kosong.
Minseok mendekat dan berhenti begitu ia berada di sebelah Chanyeol. Ia ikut menatap bagaimana Seoul di malam hari terlihat. "Apa kau masih mencari Baekhyun?" Ia bertanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari yang semula ia lihat.
"Ya,"
Jawaban Chanyeol tegas dan Minseok tahu kalau perasaannya tidak baik-baik saja. "Bukankah ku bilang kalau dia juga punya kehidupan sendiri, Chanyeol?" Ia kembali bertanya tanpa takut kalau Chanyeol akan kembali meradang, "Tanpa dirimu?"
Benar adanya jika Chanyeol segera menatap Minseok tidak suka. Dingin yang Chanyeol sampaikan menyakiti Minseok karena Minseok tahu tak ada celah untuk dirinya di sana. Bertahun-tahun ia berada di sisi Chanyeol dan sedia bersama pemuda itu dalam keadaan apapun. Ia tidak bermaksud pamrih, tidak. Ia hanya jatuh cinta dan tanpa sadar perasaan itu semakin besar.
"Bukankah ini artinya jika Baekhyun ingin pergi darimu?" Dengan egois Minseok kembali berucap meski ia tahu jika perkataannyapun menyakiti Chanyeol. Ia sengaja selalu berada di sekeliling Chanyeol, mencari Chanyeol untuk berada dalam radius yang bisa ia raih dan ia akan kembali menjadi ekor untuk Chanyeol. Minseok pikir bahwa tak akan menjadi masalah jika ia akan terus seperti itu, tidak akan ada yang terjadi karena toh Chanyeol tak pernah jatuh cinta kepada para partner yang pemuda itu miliki.
Hingga pada akhirnya Baekhyun hadir di antara mereka.
Chanyeol menatap Minseok kosong tapi ujaran Minseok sungguh menamparnya tepat sasaran. "Kim Minseok, ku harap kau mengerti apa yang sedang kau katakan." Toh pada akhirnya Chanyeol tetap bertahan dengan ego yang setinggi langit.
Nanar, sekali lagi Minseok membalas tatapan Chanyeol dengan perasaan yang ia tekan dalam-dalam. Bertanya akan satu hal yang ia jelas tahu bagaimana jawabnya, "Tidakkah kau sekalipun menoleh padaku?"
.
.
Luka pada punggung Baekhyun sudah membaik dan hal itu benar membawanya pada perasaan bahagia. Ia sudah terlalu bosan dan tubuhnya sangat kaku karena tengkurap selama ia tidur dan kini Baekhyun sudah bisa terlentang seperti yang ia mau. Baekhyun masih berada di apartemen Joonmyeon, pemuda itu melarang Baekhyun pergi ke manapun dan memberi titah kalau Baekhyun akan menghabiskan waktu istirahatnya di sana.
Jongdae datang hampir setiap hari dan selalu membawakan Baekhyun makanan ringan karena anak itu kerap merajuk. Adalah permintaan Baekhyun kepada Joonmyeon untuk memberitahu Jongdae mengenai keberadaannya. Jongdae datang dengan wajah yang luar biasa panik dan ia berkata kalau ia membenci Chanyeol setengah mati.
Pemuda berwajah kotak itu juga berkata kalau ia akan mencabut bulu-bulu kaki Chanyeol dan perkataan Jongdae sukses membuat Baekhyun tertawa di tempat.
Waktu kunjungan Jongdae sudah selesai karena ia ada kelas malam yang harus ia ikuti. Joonmyeon tak kunjung kembali dan sebenarnya ia ragu untuk meninggalkan Baekhyun sendiri. Meski keadaan Baekhyun telah membaik, nampaknya ia masih kerepotan melakukan berbagai hal mengingat kedua tangannya yang masih terbalut perban.
"Aku akan marah kalau kau tidak pergi sekarang." Itu Baekhyun, mengancam Jongdae karena pemuda itu memutuskan untuk menunggu hingga Joonmyeon pulang.
Taunya ancaman Baekhyun dapat membuat Jongdae menurut. Pemuda itu pergi menggunakan ransel yang ia topang di bahu. Ia berkata pada Baekhyun untuk tidak perlu mengantarnya hingga pintu depan, toh milik Joonmyeon akan segera terkunci secara otomatis begitu pintu di tutup.
Letak apartemen Joonmyeon tidaklah jauh dari pintu lift sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk Jongdae sampai pada tempatnya. Ia menekan tombol buka, menanti lift tersebut hingga berdenting dengan bersiul ringan demi membunuh waktu yang berjalan.
Tidak lama setelah itu denting terdengar bersamaan pintu lift yang terbuka. Satu hal yang tidak Jongdae prediksi adalah sosok Chanyeol di sana. Chanyeolpun sama terkejutnya dengan Jongdae, pemuda itu terdiam beberapa saat dan ia memutuskan untuk tetap berada di dalam lift. Jongdae masuk, menekan tombol lantai tujuannya dan sama sekali tak berniat menyapa Chanyeol.
Jongdae pikir waktu berjalan dengan sangat lambat, tak ada satupun yang bersua karena Chanyeolpun sama diam dengannya. "Kau tahu di mana Baekhyun?" Namun pada akhirnya Chanyeol tidak dapat menahan diri untuk bertanya, Jongdae adalah orang terdekat Baekhyun dan masuk akal jika ia tahu keberadaan anak itu.
Namun sepertinya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak pada Chanyeol. Pintu lift terbuka dan Jongdae sampai pada tujuannya. Ia melirik Chanyeol melalui ekor matanya, enggan menoleh meski ia tahu atensi Chanyeol berfokus kepadanya. "Dengar, Chanyeol." Seumur hidup, ini adalah kali pertama Jongdae berkata dengan tenang namun diselimuti rasa benci pada seseorang.
"Jangan kau bermimpi untuk membuat Baekhyun kembali."
.
.
.
ToBeContinued—
.
.
.
Note :
Sampe ketemu di chapter selanjutnya! :D