.

.

THE GENDER TRAP

.

.

CHAPTER 1 OF 2

.

.

FF ini adalah FF yang muncul dari kegalauanku terhadap seorang cosplayer asal China bernama Kumaqi. Dia gantengnya tujuh turunan, bahkan dia lebih tampan dari karakter anime sungguhan. Tapi setelah tahu kalau dia seorang perempuan, hatiku hancur karena PHP. Seharian aku dan temanku mencari beberapa bukti kalau dia laki-laki asli. Bahkan kami berdua berdiskusi tentang fisik dan leher KumaQi yang keliatan macho. Dadanya yang datar, pinggangnya yang lurus. Mungkin aku lebay tapi seriusan aku patah hati :3

.

.

.

Hinata adalah seorang gadis penggila anime dan penggemar cosplay. Walaupun ia suka semua hal-hal yang berbau cosplay namun Hinata masih tak punya keepercayaan diri untuk menjadi seorang cosplayer. Ia hanya melihat dan mendatangi semua event cosplay bersama sahabat karibnya, Sakura. Ia dan Sakura sering datang ke Harajuku untuk melihat para cosplayer yang beraksi sesuai dengan karakter anime yang mereka perankan. Harajuku adalah wilayah populer tempat anak muda berkumpul di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Sibuya, Tokyo, Jepang. Lokasi komunitas kostum ekstrim (cosplay) ini meliputi kuil meiji, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita, Departement Store Laforet dan Gimnasium Nasional Yoyogi.

Cosplay adalah sebuah wadah yang menurutnya serba tidak mungkin. Hinata pernah begitu menyukai seorang cosplayer yang memerankan Sata Kyoya dari anime Wolf girl and black prince karena ketampanannya. Tapi, ia terkejut ketika mengetahui pemeran Sata Kyoya adalah seorang wanita. Shock, tak percaya dan sedikit menggelikan. Sejak saat itu Hinata tak yakin jika pria tampan dalam dunia cosplay adalah seorang pria yang sebenarnya.

"Hinata, lihat bukankah mereka karakter anime yang kau suka?" ucap Sakura sembari menunjuk ke sebuah arah. Sebuah gerombolan orang yang berpenampilan seperti pria yang menampilkan karakter dari anime Psyco Pass di Taman Yoyogi.

"Ah benar, Sakura ayo kita kesana. Aku ingin berfoto dengan mereka." ajak Hinata girang. Sakura tersenyum mengikuti saran sahabatnya.

Kalau Hinata mau jujur, pemeran cosplay Psyco Pass ini sangat tampan apalagi yang memerankan Shinya Kogami. Dia yang paling tampan daripada yang lain. Namun Hinata di Harajuku ini, ia tak mau menyimpulkan jika ketampanan hanya dimiliki oleh laki-laki asli tapi perempuan pun bisa menjadi tampan. Banyak sekali para wanita yang jatuh cinta kepada para cosplayer tampan yang sebenarnya wanita. Aneh tapi memang itu kenyataannya.

"Maaf, apa aku boleh berfoto denganmu?" tanya Hinata malu-malu. Seorang yang memerankan Kogami itu tersenyum pada Hinata.

"Boleh," jawabnya ramah. Hinata terbelalak, mendengar suara pemeran Kogami. Suaranya besar seperti laki-laki tapi tidak jarang juga sosok perempuan yang memiliki suara besar. Postur tubuhnya juga tidak terlalu tinggi, apalagi ia juga tak memiliki jakun. Dia pasti seorang perempuan, batin Hinata.

"Sakura-chan, apa kau bisa memfotoku?" pinta Hinata.

"Tentu saja," jawab Sakura dengan senang Hati.

Hinata mulai mengumbar senyum di depan kamera ponselnya. Deg, tiba-tiba pemeran Kogami melingkarkan kedua tangannya di perut Hinata dan menaruh dagunya yang ramping di bahu Hinata. Glek, Hinata menelan ludah. Pipinya memerah, entah kenapa ia begitu malu. Tak hanya itu, jantungnya berdegup kencang seakan mau meledak. Kontak fisik mereka tak hanya itu saja, cosplayer itu juga menempelkan pipinya pada pipi Hinata. Ekspresi Hinata yang awalnya santai dan alami kini berubah menjadi sedikit kaku. Senyumnya pun terkesan dipaksakan karena shock. Tak hanya Hinata yang terkejut, Sakura pun juga merasakan hal yang sama. "Sugoi, serasi sekali mereka," batin Sakura. Setelah usai memberikan mengambil beberapa gambar, ia menyerah kan poselnya pada Hinata.

"Terima kasih, Hinata-chan," gumam sosok yang berperan sebagai Kogami ditelinga Hinata. Deg, degup jantung Hinata semakin tak beraturan. Darimana orang ini mengetahui namanya. Tak masuk akal.

"Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya Hinata heran. Sosok cosplayer itu hanya tersenyum dan tidak segera menjawab pertanyaan Hinata.

"KumaQi, ayo cepatlah. Kita harus mengunjungi tempat yang lain," seorang temannya mengajak sosok itu untuk segera pergi.

"Maaf aku harus pergi, bye," ucapnya sembari melambaikan tangan.

Sepeninggal pemeran Kogami yang memiliki nama samaran KumaQi, Hinata bergelut dengan pikirannya sendiri. Darimana dia bisa mengetahui namanya? Apakah dia laki-laki atau perempuan? Kalau dilihat dari fisik, ia tidak tinggi seperti teman cosplaynya yang lain. Kulitnya juga terlalu halus untuk ukuran laki-laki.

"Sakura, menurutmu pemeran Kogami itu laki-laki atau perempuan?" tanya Hinata sambil menatap sosok itu dari jauh.

"Menurutku dia perempuan," jawab Sakura tegas.

"Oh begitu ya."

"Memang kenapa?" tanya Sakura.

"Tidak apa-apa," jawab Hinata singkat.

ooOOoo

Langit malam begitu gelap, Hinata berjalan sendirian menyusuri jalan Teiji untuk meminjam beberapa komik kesukaannya di sebuah rental komik. Cuaca begitu dingin, walaupun sudah berpakaian tebal dan menggunakan syal serta sarung tangan, rasa dingin itu masih menusuk tulangnya. Hidungnya mulai memerah. Hinata bergegas memasuki rental komik demi sebuah kehangatan. Rasanya begitu lega ketika ia bisa merasakan hangatnya udara sebelum ia mati kedinginan diluar. Setelah mengembalikan komik, Hinata berjalan menuju rak dengan tumpukan komik Shonen. Ia mengambil beberapa tumpuk komik Kuroko No Basuke dari rak. Ia ingin membaca di tempat sambil menikmati hangatnya coklat panas pesanannya.

Sebelum membaca, ia penasaran dengan sosok cosplayer yang berfoto dengannya tadi pagi. Berhubung rental komik ini difasilitasi wifi, Hinata ingin mencari informasi tentang siapa sebenarnya cosplayer yang bernama KumaQi yang memerankan Shinya Kogami. Hinata membuka situs pencarian terkenal. Ia mengetik keyword KumaQi cosplayer Japan. Sedetik kemudian muncul beberapa gambar cosplay, matanya berbinar ketika melihat sosok cosplayer yang tak asing. Orang yang berfoto dengannya tadi siang. Ia membuka sebuah gambar dan mengklik situs yang terpampang di samping foto KumaQi. Kebetulan sekali situs itu menjelaskan biodata lengkap KumaQi. Hinata melongo sesaat. Ia menelan ludah, mencoba untuk tak percaya jika sosok tampan itu adalah seorang perempuan. Apa lagi KumaQi juga sangat cantik jika memerankan karakter anime perempuan.

"Ya Tuhan, dunia semakin terbalik," gumam Hinata. "Lalu, bagaimana dia bisa tahu namaku. Ahh sudahlah." Hinata tak mau menghabiskan waktunya memikirkan hal-hal yang tak penting. Hinata menyeruput coklat hangatnya sambil membaca komik kesukaannya.

"Hinata-chan, apa aku boleh bergabung denganmu?" tanya seorang tiba-tiba. Ketika Hinata mendogakkan kepalanya, ia terpaku. Orang ini adalah KumaQi si perempuan cosplayer.

"Ahh tentu saja, silahkan," ucap Hinata mempersilahkan. Orang yang memiliki nama samaran KumaQi itu duduk di depan Hinata sambil tersenyum. Aneh, dia masih tetap saja berdandan sebagai seorang laki-laki daripada perempuan. Apa sekarang ia juga melakukan cosplay. "Kau KumaQi, cosplayer itu kan?" tanya Hinata sedikit memberanikan diri.

"Iya benar, ternyata kau masih ingat denganku," jawabnya ramah.

"Kalau boleh tahu, darimana kau bisa tahu namaku?" tanya Hinata.

"Aku tadi siang membaca nama yang menempel di seragammu."

"Ahh benar juga," jawab Hinata singkat.

Hinata memperhatikan KumaQi membaca Komik KnB, sama seperti dirinya. Perempuan didepannya itu memakai hoodie putih berbalut jaket jeans, celana jeans dan sepatu kets. Deg… deg… deg… jantungnya kembali berdetak aneh. Ini gila, Hinata merasa sudah gila, kenapa dia seperti ini ketika berhadapan dengan perempuan. Orang di depannya memang tampan tapi ingat dia perempuan. Apalagi mata safirnya itu begitu tajam dan terlihat gentle sekali. Jangan-jangan dia sudah menjadi gadis lesbian.

"Maaf, tapi kenapa kau selalu berpenampilan seperti laki-laki?" tanya Hinata penasaran. Jika Hinata ada kesempatan, ia ingin sekali mengatakan sesuatu pada "KumaQi jangan pernah menggunakan pakaian seperti itu jika dihadapannya. Jika seperti itu, aku semakin menganggap kau laki-laki." Itulah kalimat yang ingin ia katakan.

"Apa?" tanya KumaQi bingung.

"Kau ini kan perempuan, tapi kenapa kau selalu memakai pakaian laki-laki. Jujur saja kau lebih tampan dari laki-laki sungguhan," celetuk Hinata sambil menyeruput coklat hangatnya.

"Ahahaha benarkah aku lebih tampan dari laki-laki sungguhan?" tanya KumaQi yang memiliki nama asli Uzumaki Naruto.

Jujur saja, dia sebenarnya laki-laki bukan perempuan, hanya saja wajahnya yang cantik sekaligus tampan membuat penggemar cosplay internasional bingung dengan gendernya. Ia bahkan sengaja mengatakan kalau dia seorang perempuan di salah satu fanspage yang di kelolanya namun disisi lain ia mengisi data pribadinya di akun facebooknya sendiri berjenis kelamin laki-laki. Namun Ia ingin tahu apakah ribuan penggemarnya akan menjauhinya jika tahu kalau dia adalah seorang perempuan. If you love someone very much, will you care about the gender ? itulah yang Naruto pikirkan. Dan benar banyak diantara mereka yang kecewa dengan pengakuannya. Ia tak menyangka jika perempuan didepannya ini juga percaya kalau dia seorang perempuan. Apakah gadis ini tak bisa membedakan antara fisik laki-laki dan fisik perempuan?

"Iya benar, bahkan kau lebih tampan dari karakter anime yang sesungguhnya. Para pria pasti akan iri padamu," ucap Hinata polos.

"Mungkin ini adalah kelebihan yang Tuhan berikan padaku," jawab Naruto ramah.

"Penampilanmu benar-benar menipu KumaQi, lihat dadamu rata, lehermu juga besar seperti laki-laki, suaramu juga besar tapi memang kau kurang tinggi. Wajahmu juga cantik. Dunia memang tak adil," keluh Hinata.

"Kenapa bisa begitu?" tanya Naruto sembari memperhatikan Hinata lekat-lekat.

"Kau perempuan tapi wajahmu cantik sekaligus tampan. Aku juga merasa kau lebih cantik dariku."

"Ahahahaha, kau ini ada-ada saja. Sudahlah jangan dibahas, jika kau sudah tahu aku perempuan. Bisahkah mulai sekarang kau berteman denganku?" ucap Naruto sembari mengulurkan tangannya kepada Hinata. Gadis cantik bermata lavender itu tersentak, namun seseSaat kemudian ia tersenyum. Ia membalas jabatan tangan Naruto dengan perasaan bahagia.

"Tentu saja, mulai sekarang kita akan berteman," ucap Hinata ramah. Memiliki banyak teman adalah hal yang paling menyenangkan apalagi jika teman itu adalah seorang cosplayer lumayan terkenal di Jepang.

Begitulah awal kisah pertemanannya dengan seorang yang Hinata ketahui sebagai seorang perempuan. Sejak pertemuannya di rental komik, kedekatan keduanya semakin melekat. Hinata dan Naruto selalu menghabiskan waktu bersama. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama untuk membaca komik kesukaan. Dan sampai pada suatu hari Hinata meminta bantuan Naruto untuk menemaninya semalaman di rumah karena kedua orang tua Hinata bepergian di luar kota. Naruto tak keberatan, selama ia bisa membantu orang lain pasti akan ia lakukan dengan perasaan tulus. Uzumaki Naruto, berdiri tegap di depan pintu rumah Hinata sembari memencet bell beberapa kali. Dua menit kemudian, pintu terbuka. Mata Naruto terbelalak ketika melihat Hinata hanya membalut tubuh sexynya dengan sebuah handuk putih polos. Wajah Naruto memerah melihat pemandangan vulgar yang disuguhkan Hinata.

"Akhirnya kau datang juga Qi-chan. Aku pikir kau tidak datang," jawab Hinata girang.

"Sudah aku bilang padamu kalau aku akan datang," jawab Naruto sambil menunduk karena ia malu melihat lekuk tubuh Hinata yang hanya berbalut handuk. "Apa Sakura juga ke sini?"

"Tidak, Sakura lebih mementingkan urusan pacarnya daripada aku. Sejak berpacaran dengan Uchiha Sasuke, Sakura sedikit melupakanku. Tapi syukurlah aku punya sahabat baru."

Baik Hinata maupun Naruto berjalan menuju kamar Hinata yang berada di lantai dua. Di setiap dindingnya dihiasi oleh wallpaper cantik bergambar bunga Sakura. Tak hanya itu saja banyak foto-foto Hinata mulai dari kecil sampai dewasa terpampang jelas disetiap sudut ruangan. Mata safir Naruto memandang Hinata yang berada di depannya dengan berbagai pertanyaan. Apakah, Hinata juga selalu berpenampilan seenaknya sendiri di depan Sakura? Jujur saja tubuh Hinata adalah tubuh ideal setiap wanita dan tubuh wanita idaman para pria. Tidak munafik, semua pria juga menyukai perempuan bertubuh sintal, salah satunya Naruto.

"Qi-chan, aku mandi dulu. Kau bersantailah sambil melihat televisi," ucap Hinata.

Naruto mengangguk, ia mengambil remote televisi yang tergeletak dimeja. Ia mengganti saluran berita ke saluran sepak bola. Naruto adalah seorang pria, jadi wajar kalau ia begitu menyukai sepak bola. Kamar mandi Hinata jadi satu dengan kamar tidurnya, dari luar pun Naruto bisa mendengar gemericik air yang membasahi tubuh Hinata. Sepuluh menit berlalu, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka. Spontan mata biru Naruto yang indah melihat ke arah pintu kamar mandi. Pria tampan sekaligus cantik tampak begitu shock melihat Hinata telanjang bulat dihadapannya. Naruto reflek mengalihkan pandangannya. Wajahnya mulai panas dan memerah.

"Hei Hinata, kenapa kau berpenampilan seperti itu dihadapanku? Ayo cepat kenakan handukmu," protes Naruto sambil memalingkan wajah.

"Ehh, kenapa Qi-chan? Kita kan sama-sama perempuan," jawab Hinata enteng. Gadis cantik itu mengambil baju dari almarinya.

"Walaupun begitu, tak seharusnya kau berpenampilan seperti ini dihadapan temanmu."

"Aku sudah terbiasa seperti ini, dihadapan Sakura pun aku juga melakukan hal yang sama. Tapi dia tak pernah protes. Hanya kau yang sedikit cerewet hehehe."

Andai saja Hinata tahu kalau dia adalah seorang laki-laki, Naruto yakin Hinata akan berteriak dan tidak akan pernah melakukan hal seperti ini lagi dihadapannya. Naruto tak ingin selalu seperti ini, cepat atau lambat ia akan mengaku pada Hinata kalau dia adalah laki-laki. Tes… tes… dua tetes darah segar keluar dari lubang hidungnya. Ini sungguh memalukan, kenapa ia harus mimisan setelah melihat seseuatu yang vulgar seperti itu? Naruto mengambil sebuah tissu dari atas meja dan mengusapkan ke lubang hidungnya.

"Hinata, apa kau sudah memakai bajumu?" tanya Naruto.

"Iya sudah, kau ini aneh sekali." Hinata melihat Naruto membalikkan badannya, ia terkejut melihat dua lubang hidung Naruto yang penuah dengan tisu yang sudah berwarna merah. "Qi-chan, kau kenapa? Apa kau sakit?" tanya Hinata polos.

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku memang selalu mimisan setiap waktu, jadi kau jangan khawatir."

ooOOoo

Hari sudah mulai larut, mata Hinata pun sudah mulai mengantuk. Banyak hal yang Hinata dan Naruto lakukan. Mulai dari bermain catur, bermain mahyong dan bermain game bersama. Keduanya terlihat senang, jika mereka mau, mereka bisa melanjutkan permainan sampai pagi tapi kondisi mata sudah tak bisa dikompromi lagi. Hinata sudah beranjak tidur, ia menarik selimutnya yang tebal untuk menghagatkan tubuh.

"Qi-chan," panggil Hinata manja.

"Ada apa?" tanya Naruto.

"Untuk apa kau tidur dibawah? tidurlah disampingku. Aku tidak bisa tidur sendiri, jujur saja ibu selalu menemani aku setiap tidur. Jika aku sudah terlelap, ibuku baru kembali ke kamarnya."

Glek, Naruto mulai menelan ludah. Tidak, ini bisa gawat. Bagaimana bisa insting prianya bertahan lama jika disuguhkan hal-hal seperti ini. Apalagi Hinata hanya mengenakan tanktop merah muda dan celana pendek. Tapi ia kembali ingat bahwa dimata Hinata dirinya adalah seorang perempuan. Baiklah, dia akan melakukan apapun yang Hinata katakan dan tak mungkin pertahanannya akan runtuh hanya sekedar hal-hal seperti ini. Naruto tak banyak bicara, ia mulai menaiki ranjang dan mengenakan selimut yang sama dengan Hinata. Naruto dan Hinata berhadapan, mata indah keduanya saling bertemu. Untuk ke sekian kalinya jantung Hinata berdegup kencang setiap berdekatan dengan Naruto. Wajahnya yang putih pun mulai memerah.

"Dia… Kumaqi-chan, sungguh tampan. Apa dia benar-benar seorang perempuan?" batin Hinata.

"Kumaqi-chan," panggil Hinata lirih. Ingin sekali Hinata bertanya perihal gender Naruto yang sebenarnya. Tapi ia takut jika orang ini akan tersinggung dan marah.

"Ada apa?"

"Tidak apa-apa, sudah malam. Lebih baik tidur."

Hinata memalingkan wajah dan tidur membelakangi Naruto. Sepersekian detik Hinata mencoba mengatur nafas dan jantungnya agar kembali normal. Ia juga mengibas-ibaskan tangan didepan wajahnya untuk menghilangkan rasa panas yang ia rasakan. Selama memejamkan mata, Hinata berkali-kali meyakinkan hatinya jika Naruto yang ia kenal sebagai Kumaqi adalah wanita. Jadi ia tak boleh jatuh cinta pada seorang wanita.

"Tidak boleh, dia itu perempuan, Hinata!" batinnya.

ooOOoo

Suara burung dipagi hari yang cerah menambah keceriaan dunia ditemani sang surya. Gorden jendela Hinata berkibar karena tertiup angin, cahaya matahari menembus lapisan bening di setiap sudut kerangka jendela. Tampaknya sinar matahari membuat Hinata terbangun dari tidurnya yang lelap. Saat matanya terbuka, ia berhadapan langsung dengan wajah Naruto yang tampan. Wajahnya terlihat seperti malaikat jika ia sedang tidur. Ya Tuhan, wanita ini benar-benar tampan. Siapapun perempuan yang ia melihatnya pasti akan jatuh cinta. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang seksi dan merah membuat ia tampak seperti pangeran dari negeri dongeng. Lagi-lagi jantungnya bertingkah abnormal.

Hinata tak mau terlarut dalam perasaannya. Ia segera bangun dan turun dari ranjang. Gadis bersurai ungu berlari menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air berkali-kali. Ia seolah ingin menyadari dirinya sendiri bahwa Kumaqi adalah wanita bukan pria. Tapi sepertinya… sepertinya ia jatuh cinta dengan wanita itu. Hinata kemudian keluar dari kamar mandi, ia menyambar ponselnya. Tangannya menekan beberapa tombol dan melakukan sebuah sambungan. Hinata tak mau Naruto mendengarnya, jadi ia pergi keluar kamar. Tak ada orang lain yang Hinata hubungi kecuali Sakura. Ia ingin mencurahkan segala isi hatinya.

"Halo, Hinata-chan ada apa?"

"Sakura tolong aku. Aku mohon, sepertinya aku mulai tak normal," rengek Hinata sambil menjambak-jambak rambutnya.

"Apanya yang tak normal Hinata? Tolong jelaskan lebih detail."

"Aku jatuh cinta pada Ku…Kumaqi-chan," ucap Hinata malu.

"Apaa?! Hinata kau ini sadar atau tidak, Qi-chan itu perempuan. Bagaimana kau bisa jatuh cinta padanya!" Sakura berteriak histeris, tak percaya.

"Maka dari itu tolong bawa aku ke psikiater Sakura-chan. Dia selalu tampan dimataku. Aku benar-benar gila !"

TO BE CONTINUE