Ini adalah versi ff dari manhwa 'untouchable' karya massstar. Maybe this is not as good as the manhwa but hope you like this~

%%%%%%%%%%%%%%^^%%%%%%%%%%%%%

Previous

"Aaaaaaaaaaaaaa" aku berteriak dengan kencang, secara otomatis membuat laki-laki di depan ku membalikkan badannya.

Reflek untuk mencari pegangan, ku uluran tangan ku ke depan. Namun...

Tuk!

"AAAAAHHHHHHHH!"

BRUG!

'Aa! Aku tadi menyentuh 'itu'nya'

MEMALUKAN SEKALI!

"Ma... maaf"

Sehun POV

" Ma.. maafkan aku"

'Masa.. masa yang ku sentuh tadi...? Tidak! Tidak mungkin 'itu'-nya' panikku

'Bertahanlah, tetap tenang?! Dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa! Fighting!' Kuhembuskan nafasku perlahan.

"Anu... aku minta maaf, tadi aku tersandung. Aku ceroboh sekali! Apa kau terluka...?" ucapku (yang untungnya) lancar sambil menyematkan senyum (palsu) manis dibibirku.

"Sudah puas sekarang?" Sinis laki-laki didepanku

"Eh...?" Bingungku

"Selama ini itu kamu kan?" Lanjutnya dengan nada yang makin tidak enak didengar

'Firasatku tidak enak'

"Penguntit mesum yang mengikuti ku ke mana-mana dan menyentuhku!"

'APA?!'

"Kamu sumber bencana! Jangan berpura-pura 'jatuh' atau 'menabrak' ku! Apa kamu pikir aku tidak tahu kamu melakukannya dengan sengaja?" Tuduh laki-laki tersebut seakan-akan aku adalah pencuri yang tertangkap basah.

Aku hanya tertegun syok. Apa dia baru saja menyebutku penguntit?! What the...! Yang benar saja!

"Tu-tunggu sebentar! Kamu keliru?! Maksudku bukan untuk menyentuh itu..."

"Cuma kelihatannya enak... eh! Tidak, bukan itu... maksudku!"

"Intinya! Benar aku memang menyentuhmu dengan sengaja! Tapi tadi itu yang pertama kali!" Kataku mencoba menjelaskan. Tapi...

"..." *krik *krik

'Jadi aku menyentuhnya dengan sengaja' -_-'

"Eeh eeh... maksudku begini..." (Bukan itu maksudku T_T)

"Jangan pernah bertemu denganku lagi" potongnya dingin tanpa mau mendengar penjelasanku (lagi)

"Kalau aku melihatmu lagi, aku akan menganggapmu sebagai penguntit, dan memberitahu seluruh dunia Tentang sifat aslimu agar kamu dipermalukan" ujarnya datar namun syarat akan ancaman.

"Ini terakhir kalinya aku mendiamkan tindakanmu. Kau sudah kuperingatkan" sambungnya lalu melangkah pergi dari toko buku ini.

"Tung.. tunggu... hei" aku memanggilnya, berusaha menjelaskan apa yang terjadi namun ia hanya berlalu pergi.

'Hah...! Apa-apaan ini?! Aku seorang penguntit?! Ini tidak adil!' geramku dalam hati

'AKU BUKAN SEORANG PENGUNTIT!'

%%%%%%%%%%%%%%^^%%%%%%%%%%%%%

"Flat ini baru dibangun dan dilengkapi dengan mebel. Jadi banyak sekali peminatnya. Lingkungannya juga tenang dan bagus" jelas wanita di depanku

Beberapa saat kemudian, kami berhenti di depan sebuah pintu bernomor 302, yeah flat baruku.

"Anda sudah membawa barang-barang anda kemari kan? Silakan melihat-lihat dahulu. Kalau membutuhkan sesuatu, silakan panggil saya" ucap wanita itu sopan

'Ayolah cepat! Aku sudah tak tahan'

"Anda bisa mengisi formulir pendaftaran dikantor nanti. Semoga nasib baik selalu menyertai selama anda tinggal disini. Saya permisi dulu" ujar wanita itu tersenyum dan membungkuk sopan. Aku balas tersenyum.

Melihat wanita itu sudah pergi, lantas cepat-cepat ku tutup pintu flatku. Dan BRUGH! Aku langsung terduduk lemas. Urgh... capeknya... membawa koper sambil memakai hak tinggi itu susah tetapi traumanya lebih parah. Dan lagi apa kau dengar kata wanita tadi? Nasib baik? Bah! Dia tidak tahu apa yang terjadi padaku hari ini.

'Huh! Aku penguntit?' Kutatap tanganku lamat-lamat. Membuat ku teringat kembali kejadian di toko buku tadi saat aku menyentuh it...

BUKAN! BUKAN YANG ITU! (AKU MALAH INGIN MELUPAKANNYA!)

Betul. Pada saat tanganku dan laki-laki itu bersentuhan saat mengambil buku... energi laki-laki itu terasa berbeda. Sangat murni. Belum pernah ku rasakan sebelumnya. Sungguh... dia terasa begitu enak...

"Tapi itu membuatku kesal! Penguntit? Penguntit?! Terus apa? Apa aku puas?! Kamu tidak pernah tau sepopuler apa aku saat disekolah! Kenapa aku harus puas denganmu pria arogan!"

Aku hanya menghela nafas lelah. Lalu ku ambil ponselku dan membuka media sosialku. Yah setidaknya aku harus memperjuangkan nama baikku di media sosial.

Ohsehun sehunoh

Baru saja salah sangka dikira penguntit :(

Ting~

Pcy_chanyeol dobichanyeol

Penguntit apa? Apa kamu sudah selesai beres-beres?

'Wah cepat sekali balasannya... apa hari ini dia libur?' Batinku

"Tapi kenapa dia bisa tau aku pindah rumah ya? Akukan tidak pernah memberitahunya? Ah yaa... pasti dari ibu atau kakakku."

Chanyeol adalah teman masa kecilku. Tapi dia selalu memihak ibuku dan melaporkan setiap gerak-gerikku pada ibuku. Inilah kenapa aku tidak bisa punya rahasia ~T_T~

"Sudah! Ayo bersiap dan mulai meletakkan barang-barang!" ↖(^▽^)↗

Ting tong~

"Ada paket..."

'Barang-barang ku sudah sampai!' Cepat-cepat aku berdiri lalu membuka pintu flatku.

"Apartemen nomor 302, oh sehun. Benar?"

"Iya betul. Terima kasih"

Aku mulai membongkar barang-barangku dari kardus. Sebenarnya aku tidak memperkirakan akan datang secepat ini. Oh ya! Aku harus menelfon ibu.

"Halo? Eomma aku sudah sampai, barang-barangku juga. Disini bagus, bersih dan tidak banyak cahaya matahari" ucapku senang

"Oh ya... bagaimana appa?" Tanyaku sedikit ragu

"Yah.. sebaiknya kamu tidak pulang dulu untuk sementara. Appa bilang kamu akan dihukum sewaktu kamu pulang"

Gulp! Aku menelan ludah ku dengan susah payah.

"Yah, aku mengerti karena aku tidak bilang dulu. Eomma, sampaikan pada Appa aku minta maaf"

"Apa kamu yakin tidak apa-apa? Jangan menyentuh orang yang tidak kamu kenal. Oke?" Ujarnya dengan nada khawatir

"Oke. Tidak usah khawatir. Aku sudah dewasa eomma. Aku akan mengundang eomma kalau semuanya sudah beres. Oke dah!"

Yah. Appa dan eommaku memang terlalu protektif. Padahal mereka tidak seketat itu pada kakak-kakakku. Tapi yah, memang benar sih aku sering membuat masalah. Seperti kejadian hari ini tadi... -,-.

Ibu maafkan aku karena tidak bisa menjadi anak yang baik. Tapi aku tidak bisa menjadi seperti ayah.

Memang benar kami tidak perlu memburu manusia untuk bertahan hidup. Karena kami bisa menyerap energi mereka dengan menyentuh saja dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, kalau harus memilih 'makan untuk hidup' atau 'hidup untuk makan' aku akan memilih pilihan kedua tanpa ragu-ragu.

Semua manusia mempunyai energi dan rasa yang berbeda-beda. Bukankan wajar jika aku ingin merasakan yang lebih enak?

Ya. Aku hidup untuk makan. Dan appa tidak akan pernah mengerti itu.

"Oh tidak! Aku harus cepat-cepat membereskan ini. Kalau tidak akan memakan waktu seharian. Tapi terlalu banyak kardus. Aku tidak tahu yang mana dan apa isinya."

Lantas aku membuka semua kardus itu agar aku bisa tahu barang apa saja yang ada didalamnya. Namun aku terkejut saat membuka salah satu kardus yang berisikan beberapa buku cerita anak-anak. aneh... ini bukan milikku. Ku angkat kardus itu dan mencari nama pemiliknya yang sebenarnya.

Kim jong in

kamar no. 301

Masstar VIi

Distrik XX

Bagian XX, SEOUL

%%%%%%%%%%%%%%^^%%%%%%%%%%%%%

Ting tong~

Ting tong~

Disinilah aku sekarang. Di depan pintu apartemen bernomor 301 untuk mengembalikan barangnya yang tercampur dengan milikku. Yah tidak masalah sih, ini bisa jadi kesempatan untuk berkenalan dengan tetanggaku. Mereka mungkin punya anak kecil karena hampir semua isi kardus itu adalah buku cerita anak-anak. Tapi entah kenapa aku punya firasat buruk tentang tetanggaku ini.

Serrrk

"Ada perlu apa?"

"Oh.. halo. Saya baru saja pindah diruangan sebelah. Ada barang yang salah dikirim. Jadi..."

"Hei! Nona penguntit."

'What the... jangan bilang...'

"Bukankah tadi sudah kuperingatkan?"

'Sebentar masa dia... tidak mungkin!'

"Kau mengikutiku sampai kemari heh?"

'INI TIDAK MUNGKIN!'

"Dan kamu masih mau bilang kamu bukan penguntit?"

TBC

Mind to review?