Hallo! Saya mau nitip fanfic alay disini. Buat yang ngefans sama Tenten silahkan merapat :D saya gak tahu ini fanfic bagus atau enggak, tapi mungkin kalian akan tahu setelah membacanya. Buat fanfic yang belum di selesaikan saya mohon ampun:$, tiba-tiba saja otak saya blank dan buntu! Sama sekali gak ada ide untuk melanjutkan fanfic yang itu:" jadi saya pikir mungkin otak saya akan kembali fresh jika sudah mempublish fanfic abal yang satu ini-_- buat typos atau OOC, saya gak akan bosen ngasihtau tentang hal ini, tapi saya juga manusia biasa, jadi pasti ada beberapa typos yang luput dari pandangan mata saya yang minus ini:3. udah deh, langsung dibaca aja biar tahu bagus atau enggaknya. Happy Read^^

KISS FOR MONEY by yumeiko21 fumasaki

Tenten merebahkan tubuh lelahnya diatas futon. Gadis bercepol dua itu memijit pelan pelipisnya. Setelah beberapa menit berbaring, ia meraih tas kecilnya yang tadi dilemparnya sembarangan dan merogoh-rogoh isinya. Tenten mengeluarkan beberapa lembar uang yang diterimanya tadi sore sebagai gajinya dibulan ini dan memasukkannya kedalam tabungan kecil, sedangkan beberapa lembar sisanya ia simpan dibawah lemari untuk keperluan sehari-hari. Memang tidak banyak, gadis berusia 18 tahun itu hanya bekerja sebagai seorang maid disalah satu café di kota Tokyo. Gajinya pun tidak banyak, namun cukup untuk membantu ayahnya yang sehari-hari bekerja sebagai seorang kuli bangunan.

Tenten hanya tinggal berdua bersama ayahnya, karena ibunya sudah meninggal 5 bulan yang lalu. Gadis itu harus melalui masa-masa sulit bersama ayahnya tanpa sosok ibu. Saat itu ibunya menderita kanker paru-paru dan harus segera di operasi dengan biaya yang sangat besar. Setelah berusaha meminjam dana kesana-kemari, akhirnya ayah Tenten berhasil mendapatkan uang pinjaman dari salah satu pemilik perusahaan besar di Tokyo. Untunglah ayah Tenten berhasil membuat orang itu mempercayainya. Mereka tidak memikirkan bagaimana cara melunasi hutang yang sangat banyak itu, saat itu yang ada dipikiran ayahnya adalah: keselamatan Istrinya.

Operasi berjalan dengan lancar. Namun seminggu kemudian ibu Tenten menghembuskan nafas terakhirnya. Mereka sempat berontak dan menuduh sang dokter yang tidak becus melakukan operasi, mereka meminta agar uang mereka dikembalikan. Namun pada akhirnya mereka menerima dengan lapang dada. Menurut Tenten, menuntut sang dokter tidak akan mengembalikan ibunya lagi. Tenten dan ayahnya masih berada dalam suasana duka, tapi mereka harus bekerja lebih keras untuk melunasi semua hutang ayahnya. Meskipun hal itu mungkin akan terjadi bertahun-tahun lagi mengingat pekerjaan mereka sekarang.

"Tousan?" Tenten melongokkan kepalanya keruang tamu. Pukul 16.45 sore. Biasanya pada jam-jam seperti ini ayahnya sudah pulang bekerja dan sedang duduk bersantai diruang tamu. Gadis itu pergi ke kamar ayahnya, mungkin lelaki paruh baya itu lelah dan memutuskan untuk tidur. Namun ketika Tenten membuka pintu kamar ayahnya. Nihil. Lelaki itu tidak ada disana atau dimanapun didalam rumahnya.

Tenten berjalan menuju dapur dan hendak mengambil minuman dari dalam kulkas. Ketika tangannya berhasil meraih pegangan pintu kulkas dan bersiap membukanya, mata hazel coklatnya menangkap sebuah kertas yang ditempel di pintu kulkas. Pasti pesan dari ayahnya. Tenten dan ayahnya memang sering berkomunikasi dengan cara menempelkan kertas berisi pesan pada pintu kulkas. Itu cara mereka jika salah satu dari mereka tidak sempat mengatakannya secara langsung. Menurut ayah Tenten, kulkas adalah benda yang paling sering dikunjungi, sehingga apabila meninggalkan pesan di depan pintu kulkas akan lebih cepat diketahui daripada meninggalkan pesan pada benda-benda lainnya.

Tenten mulai membaca barisan kalimat yang ditulis ayahnya. Pesan kali ini sepertinya lebih panjang daripada yang lainnya. Biasanya ayahnya hanya akan menempel kertas berisi tulisan singkat seperti 'panaskan makanan di dapur' atau 'Tousan akan pulang pukul 9 malam'. Firasat Tenten mengatakan bahwa pesan ini merupakan pesan yang penting.

'Tenten, maaf Tousan pergi tanpa memberitahumu. Tapi Tousan harus melakukannya dan mencari uang yang banyak untuk masa depanmu. Tousan janji akan kembali secepatnya dan segera menebusmu. Jadilah gadis yang mandiri dan tidak bergantung pada siapapun. Berjanjilah pada Tousan kau tidak akan mengecewakan Tousan. Setelah Tousan kembali nanti, kita akan berkumpul seperti dulu lagi dan menjadi keluarga yang majikanmu seperti kau menuruti Tousan. Tousan akan segera kembali dan menebusmu. selama menunggu Tousan, bekerjalah dengan rajin, Tenten. Tousan menyayangimu'.

Tenten menggenggam kertas itu dengan tangan bergetar. Tulisan di dalam kertas terasa seperti melayang-layang tak tentu arah. Mata Tenten berkunang-kunang, kepalanya mendadak terserang pusing hebat. Ia tidak mengerti, apa maksud ayahnya menulis pesan konyol seperti itu? Apa ini sebuah lelucon? Ini bukan bulan april. Lalu apakah ini adalah hari ulangtahunnya? Seingatnya, ulangtahunnya masih empat bulan lagi. Lantas apa tujuan ayahnya menulis pesan seperti ini? Konyol, benar-benar konyol.

"Tousan keluarlah! Ini tidak lucu!" Tenten berteriak didalam rumahnya. Rasa haus yang tadi menjalari lehernya, kini menguap entah kemana.

"baiklah Tousan, kau berhasil mengerjaiku! Bisa kita akhiri permainan bodoh ini sekarang?!" hening. Tidak ada jawaban kecuali suaranya sendiri yang menggema di langit-langit rumahnya.

Gadis itu berlari menuju kamar ayahnya, berharap laki-laki itu sedang berbaring di kasurnya dan mengejutkannya sambil berkata "kena kau!". Tapi ruangan itu tetap kosong, tidak ada perubahan sejak Tenten merapikannya pagi tadi. Itu berarti tadi pagi ayahnya tidak pergi bekerja dan langsung meninggalkannya tanpa kembali kerumah. Mata Tenten mulai berkaca-kaca. Membayangkan hidup sendiri tanpa kedua orangtua yang dicintainya adalah hal yang paling ditakutkannya seumur hidup.

TOKTOKTOK!

Begitu mendengar suara ketukan dari arah pintu depan, gadis itu langsung berlari secepat kilat menghampiri pintu. Wajahnya terlihat harap-harap cemas. Dengan sekali hentakan, pintu itu berhasil dibukanya lebar-lebar. Penuh percaya diri ia mengatakan

"Tousan! Aku tahu kau—" gadis itu tertegun, penuh rasa sedih dan kecewa—juga takut, ketika dilihatnya yang berdiri didepan pintu bukanlah orang yang diharapkannya. Tenten mundur selangkah, lalu tanpa aba-aba ia langsung menutup dengan keras pintu rumahnya. Sebelum pintunya benar-benar menutup, orang yang berdiri di depan pintu rumah Tenten itu langsung menahannya agar tidak tertutup.

"aku tidak menerima tamu!" Tenten berteriak nyaring dari balik pintu, gadis itu harus berjuang keras untuk mendorong pintunya agar tidak terbuka. Apalagi ini? Tamu macam apa yang memaksa tuan rumahnya untuk membuka pintu? Oh Kami-sama, ini benar-benar menjengkelkan! Tapi nyatanya Tenten kalah tenaga, karena orang yang memaksa untuk membuka pintu rumahnya, bukan hanya satu orang.

..

"siapa kalian?" Tenten duduk dengan canggung di sofa ruang tamunya. Ia membalas satu-satu tatapan yang ditujukan padanya. Disekelilingnya berdiri lima orang pria berbadan tegap dan berkacamata hitam, aksen mereka seperti seorang bodyguard. Sementara itu seorang pria muda duduk di sofa yang berhadapan dengan Tenten. Wajahnya datar, kulitnya putih, pakaiannya rapi, dan aromanya harum. Gayanya sangat maskulin. Sejak lima menit yang lalu setelah mereka berhasil menerobos pintu rumah Tenten, tidak ada sepatah katapun terlontar selain tatapan mata yang tajam dan menusuk. Tidak semuanya memberi tatapan dingin, hanya pemuda yang duduk itu saja yang terus memandangi Tenten seakan ia memiliki hutang yang menumpuk. Benar!

"apa yang kalian lakukan? Duduklah! Aku merasa risih jika kalian berdiri mengelilingiku seperti ini!" Tenten menggerutu pada lima pria yang berdiri tegap mengelilinginya, seakan-akan ia adalah barang lelang mahal yang harus dijaga ketat agar tidak disentuh orang-orang. Tidak ada yang menanggapi, mereka semua masih larut dalam keheningan. Bahkan Tenten bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

"hey kau! Dasar tidak sopan! Suruh temanmu untuk duduk juga. Memangnya kau saja yang ingin duduk?" omel Tenten pada pemuda yang duduk di sofa. gadis itu mulai kesal. Tidak ada yang merespon perkataannya. Akhirnya ia menghembuskan nafasnya dengan kuat dan memejamkan matanya. Sungguh ini bukan hari ulangtahunnya. Dasar Tenten! Masihkah ia tidak mengerti?

Pemuda berambut hitam itu mengangkat tangannya dan memberi isyarat, lalu dengan serentak lima pria dewasa berkacamata hitam itu keluar dari rumahnya. "aku datang untuk menagih hutang" ujarnya datar sambil memperhatikan sekeliling rumah Tenten. Tenten membulatkan matanya lebar-lebar.

"hu-hutang? Hutang yang mana?"

"hutang yang dipinjam ayahmu lima bulan yang lalu untuk biaya perobatan istrinya"

"t-tapi, aku tidak tahu sekarang dia ada di—"

"aku tahu. Oleh karena itu aku kesini untuk membawamu"

Kali ini mata Tenten seakan mau melompat dari tempatnya. Ia ingat pesan yang ditulis ayahnya. Jangan-jangan pemuda ini berniat menjadikannya pembantu, atau yang lebih parah dia akan dijadikan—?

"kumohon! Biarkan aku bekerja dan mencari uang untuk melunasinya! Aku janji akan melunasinya dengan cepat" pinta Tenten setengah memohon. Pemuda dihadapannya masih memasang wajah datar, sama sekali tidak tergerak hatinya untuk mempertimbangkan perkataan Tenten.

"untuk melunasi hutang ayahmu, kau memang akan bekerja. Dirumahku, tanpa bayaran" jawabnya dengan dingin. Tenten ingin menyela dan mengatakan sesuatu, namun si pemuda sudah melontarkan kata-katanya lagi, kali ini terdengar seperti perintah yang tidak boleh dibantah.

"ayahmu sudah membuat perjanjian. Jadi kau tidak bisa menolaknya" sang pemuda bangkit dari posisi duduknya, ia menjentikkan jarinya tanpa memberi kesempatan bagi Tenten untuk berbicara. Karena lima pria berkacamata hitam tadi langsung mengelilinginya kembali. "bawa dia" perintah pemuda itu dengan dingin. Mereka langsung memegangi kedua lengan Tenten dan menggiringnya masuk ke dalam mobil hitam yang sangat mengkilat.

"tunggu! Aku mohon! Siapa yang akan mengurus rumahku?" gadis itu mencoba memberontak, namun pegangan di kedua lengannya sangatlah ketat, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut.

..

Rumah besar berwarna biru tua itu dikelilingi pagar beton yang tinggi. Dihalaman rumah terdapat airmancur besar yang disekelilingnya ditumbuhi tanaman hias. Tenten terpana ketika mobil yang ditumpanginya memasuki kawasan rumah. Ternyata rumah itu dikenal dengan nama Uchiha.

Pemuda tadi berjalan di koridor samping rumah yang luas, sementara Tenten bersama para bodyguard berjalan mengikuti dibelakangnya. Di sepanjang halaman koridor, terdapat kebun bunga mawar yang sedang mekar dengan indah. Sore ini banyak pelayan-pelayan yang berlalu lalang atau mengurusi tanaman di halaman. Mereka semua membungkuk hormat ketika pemuda berwajah datar itu lewat. Tenten menjadi malu sendiri jika mengingat perilakunya tadi sore yang tidak sopan.

"Azuka, tolong kau antar gadis ini ke kamarnya. Ia adalah pelayan Sasuke-sama yang baru" salah satu bodyguard berkata pada seorang maid berambut biru muda.

"baiklah. Mari ikut aku" ujar gadis itu dengan sopan. Tenten menurut dan mengikuti Azuka yang hendak menunjukkan kamarnya.

"namamu siapa?" tanya Azuka dengan suara lembut

"Tenten" jawabnya spontan.

Mereka berjalan ke halaman rumah paling belakang. Dihalaman belakang, ternyata terdapat sebuah bangunan cukup besar yang khusus dibangun untuk tempat tinggal para pelayan wanita. Bangunan itu memiliki 3 kamar tidur yang luas, satu kamar tidur bisa memuat hingga 10 orang. Jadi terkesan seperti asrama di sekolah-sekolah. Pada jam-jam seperti ini asrama khusus maid itu kosong, karena semua pelayan wanita nya sedang sibuk bekerja di bangunan utama yang merupakan kediaman sang tuan rumah.

"hhm, kamar nomor 1 sudah penuh. nah Tenten, kau boleh menempati kamar nomor 2, masih ada beberapa kasur yang kosong. Berarti kita sekamar!" kata Azuka dengan ceria, bola mata amethyst nya berbinar-binar. Tenten hanya tersenyum kecil.

"untuk hari ini kau tidak perlu bekerja dulu. Beristirahatlah. Besok pagi baru mulai bekerja. Semoga kau betah ya" setelah mengatakan hal itu, Azuka meninggalkan Tenten menuju bangunan utama.

Tenten menyeret kakinya dan memaksakan untuk melangkah memasuki bangunan. Gadis itu memasuki pintu ruangan yang terletak diantara dua pintu lainnya. Benar kata Azuka, satu kamar bisa menampung hingga 10 orang, kamar pertama sudah penuh, dan kasur kosong yang tersisa di kamar nomor 2 hanya ada 2 kasur, satunya sudah ditempati Tenten yang berarti tersisa satu kasur lagi. Berarti jumlah pelayan wanita di rumah ini adalah 19? Kalau pelayan wanitanya saja sudah banyak, untuk apa pemuda itu menyuruh Tenten menjadi seorang pelayan wanita? Apa tidak ada pekerjaan lain lagi? Gadis itu merapikan sprei di kasur yang hendak ditempatinya. Ia memilih kasur yang berada dekat jendela dan mengarah langsung ke halaman yang terdapat kolam ikan.

Gadis itu berbaring di kasurnya.'Tousan, inikah yang kau maksud dengan Hidup mandiri dan tidak bergantung pada siapapun?' batin Tenten sambil menatap langit-langit kamar. Langit sudah gelap, dan ia tidak tahan untuk tidak memejamkan matanya yang lelah. Gadis itu berniat mengistirahatkan sejenak tubuh dan pikirannya. Karena besok, ia akan memulai hari yang baru.

Tenten membuka matanya yang terasa berat. Ia bergerak dan mencoba bangkit dari kasurnya. Pendengaran gadis itu menangkap suara-suara berisik yang tadi sore tidak didengarnya. Jam menunjukkan pukul setengah 10 malam.

"dia sudah bangun" Tenten mendengar suara seorang gadis yang berseru pelan. Diruangan itu ternyata bukan hanya dirinya seorang seperti tadi sore, namun ada banyak gadis-gadis lain yang rata-rata seumuran dengan dirinya. Ada yang tidur-tiduran ayam di kasurnya, ada yang sedang merapikan rambut, membaca buku, ada yang mendengarkan musik, dan ada yang menyapu ruangan kamar.

"halo! aku dengar dari Azuka, namamu Tenten 'kan?" seorang gadis berambut blueberry menghampiri Tenten dan menyapanya. Tenten hanya mengangguk pelan, sementara gadis yang lain hanya memperhatikannya. "benar" jawabnya sambil mengulas senyum tipis.

"aku Shiiro! Senang berkenalan denganmu, Tenten" ujarnya dengan riang sambil mengulurkan jabatan tangan. Tenten meraih tangan gadis bernama Shiiro itu dan membalas jabatan tangannya. Disusul gadis-gadis lain yang ikut mengenalkan diri kecuali Azuka, ia sudah mengenalnya. Ada Sakura, Ayame, Karin, Amaru, Ino, dan Mizumi. Masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda, dan mereka menyambut kedatangan Tenten dengan hangat. Mungkin ia memang kehilangan keluarga, tapi sebagai gantinya Kami-sama memberinya keluarga baru yang menyenangkan.

Mereka memberitahu Tenten satu-persatu tentang peraturan di kediaman Uchiha. Mereka harus bangun serentak pukul 6 pagi dan mulai membereskan kamar tidur, selanjutnya mereka harus segera bergegas menuju kediaman Sasuke-sama dan mulai bekerja sesuai bagiannya. Para pelayan akan selesai bekerja tepat pukul 7 malam dan kembali ke asrama. Beberapa pelayan wanita yang mendapat shift malam akan bekerja hingga pukul 9 malam. Mereka dilarang memasuki ruangan pribadi Sasuke-sama yaitu ruang kerjanya dan kamar tidurnya. Yang bertugas membersihkan ruang kerja dan kamar tidur Sasuke-sama hanyalah kepala pelayan, yaitu Guuren obaa-san. Mereka juga harus mengenakan pakaian khusus maid yang telah disediakan.

"aku tidak punya pakaian lagi. Aku tidak membawa apa-apa dari rumah" ujar Tenten. Benar, ia memang tidak membawa apa-apa kecuali pakaian yang dipakainya dan tubuhnya sendiri.

"jangan khawatir Tenten-chan! Kau lihat lemari pakaian itu?" ujar Sakura sambil menunjuk sebuah lemari pakaian yang cukup besar. Tenten mengangguk-angguk.

"semua pakaian dalam lemari itu adalah pakaianmu! Ini kuncinya" sambung Sakura lagi sambil menyerahkan kunci lemari. Tenten menerimanya dengan bingung

"b-bagaimana bisa?" tanyanya dengan heran, alisnya berkerut-kerut

"tadi Guuren obaa-san yang menyampaikan pada kami. Ia bilang Sasuke-sama sengaja menyiapkan pakaian satu lemari penuh untuk Tenten! Karena Tenten tidak membawa pakaian lain dari rumah" kali ini Mizumi yang menjawab. Meskipun agak aneh karena Sasuke tidak pernah membelikan pakaian untuk pelayannya, namun mereka tidak berpikir macam-macam tentang Tenten. Mereka menerima gadis itu dengan baik.

"Guuren obaa-san mulai berpatroli! Sebaiknya kita cepat matikan lampu dan pergi tidur" ujar Amaru mengingatkan.

Ayame mematikan lampu dan naik ke atas kasurnya, disusul gadis-gadis lain yang juga melakukan hal sama. Pukul 10 tepat. Tidak ada pelayan yang di izinkan terjaga atau berkeliaran jika sudah memasuki pukul 10 malam. Hal ini dilakukan agar para pelayan mendapatkan istirahat yang cukup dan bisa bekerja dengan giat keesokan harinya. Begitupula dengan Tenten. Ia harus mulai bekerja besok.

"selamat malam Tousan, Kaasan" bisiknya pelan sebelum memejamkan matanya.

..

Tenten terbangun ketika mendengar suara seorang wanita yang berbicara dengan suara tegas. Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan merapikan kasurnya. Gadis-gadis lain juga melakukan hal sama. Didepan pintu kamar yang terbuka lebar, seorang wanita setengah baya berdiri sambil memegang senter, karena langit memang belum menampakkan mataharinya. Tenten berjalan ke arah lemari pakaian dan membuka kuncinya. Didalam lemari sudah disediakan semua pakaian lengkap mulai dari pakaian dalam, handuk, piyama,yukata rumahan, kimono, sampai jubah mandi. Gadis itu merasa malu, siapa yang memilihkan semua pakaian ini untuknya?

Setelah membersihkan diri di toilet yang lebih mirip seperti pemandian umum, mereka bergegas menuju gedung utama dan melaksanakan tugas sesuai bagiannya masing-masing. Tenten bertugas mengurus bagian rumah di lantai tiga bersama Karin dan Amaru.

"aku harap hubungan kerjasama ini dapat berjalan sesuai dengan rencana"

"ya. Semoga bantuanku dapat membawa perusahaanmu kembali lagi ke masa kejayaannya dulu, Sasuke"

"aku harap begitu"

Sasuke menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan seorang investor perusahaannya. Pemuda berambut merah bata tersebut menyambut uluran tangan Sasuke. Perusahaan industri ekspor impor milik Uchiha memang sedang berada dalam keadaan krisis. Untunglah Sabaku Corporation yang berpusat di Suna mau berlapang dada membantu perusahaan Sasuke yang hampir bangkrut.

"jangan khawatir. Ayahku takkan keberatan membantumu sampai kondisi perusahaanmu kembali normal, kau merupakan seorang pebisnis muda yang sukses" ujar pemuda bermarga Sabaku tersebut.

"terimakasih. Tapi aku hanya meneruskan apa yang ditinggalkan oleh keluargaku" Sasuke menanggapi pujiannya dengan datar.

"lebih baik kau langsung beristirahat saja. Pelayanku akan mengantarmu ke kamar tamu, Gaara" Sasuke berujar lagi. Pemuda bernama Gaara tersebut mengangguk sekali. Lalu dengan satu tepukan tangan, Sasuke memanggil salah satu pelayannya untuk mengantar Gaara ke kamar yang akan Sasuke kembali ke ruangan kerjanya untuk mengurus beberapa pekerjaan.

..

"Karin-chan! Apa yang kau lakukan? Kami akan segera turun" gumam Tenten ketika melihat Karin yang sedang memandangi sebuah lukisan berbingkai besar yang dipajang di dinding ruangan. Mereka sudah menyelesaikan pekerjaan di lantai atas dan akan melanjutkan ke bagian halaman depan.

"eh? Tenten-chan? Ano, aku—" wajah Karin bersemu merah ketika Tenten memegokinya. Gadis itu mengalihkan wajahnya pada lukisan besar berbingkai mewah yang tadi dipandangi oleh Karin.

"oh. Bukankah ini lukisan Sasuke-sama?" tanya Tenten dengan polosnya, sementara gadis berambut merah didepannya semakin menjadi salah tingkah.

"etto, hanya saja—dia adalah orang yang kukagumi" pipi Karin semakin merona merah, sementara Tenten hanya memandanginya dengan ekspresi wajah yang tak bisa diungkapkan.

"bukan apa-apa Tenten-chan. Sebaiknya kita segera turun. Amaru-chan pasti sudah menunggu kita dibawah" setelah memperhatikan air muka Tenten, Karin akhirnya sadar apa yang telah dikatakannya dan buru-buru mengalihkan pembicaraan. Mereka akhirnya segera turun kebawah untuk melanjutkan pekerjaan selanjutnya.

Tenten buru-buru berjalan ke halaman depan Mansion. Gadis itu terlalu terburu-buru hingga kurang memperhatikan langkahnya. Ia tidak memperhatikan orang-orang yang berlalulalang di sekitarnya. Hingga sebuah suara yang terdengar familiar berhasil mengentikan langkah gadis bercepol dua tersebut.

"bukankah kau Tenten?" Tenten langsung menolehkan pandangannya pada orang yang menyebut namanya.

"G-Gaara-sama?" gadis itu terbata-bata, mendadak ia merasakan oksigen disekitarnya menipis. Ia gugup, sangat gugup pada orang yang sedang berdiri santai di hadapannya.

"apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Gaara sambil menaikkan sebelah alisnya

"etto, aku..aku harus pergi!"

Sepertinya Tenten tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Tapi Gaara sudah mengerti ketika melihat pakaian maid yang dikenakannya. Hanya saja mungkin ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya.

Gaara merupakan anak dari pemilik café tempat Tenten bekerja dulu. Mereka cukup dekat karena Gaara lah yang menggantikan ayahnya untuk terus memantau perkembangan di café, sementara ayahnya mengurus perusahaan Sabaku Corporation yang berpusat di Sunagakure. Tenten pikir akan sangat memalukan jika ia berhenti bekerja tanpa pemberitahuan dan tiba-tiba malah terpergoki sudah bekerja untuk orang lain. Itu hal yang sangat tidak sopan. Tapi Tenten pun berada di situasi yang sulit.

TO BE CONTINUED

Jengjengjeng! Gimana? Ada yang penasaran? Menurut kalian yang udah baca, ini cerita sebaiknya dihapus aja atau dilanjut? Soalnya ide ini juga melintas gitu aja pas saya lagi mandi *what?!* hehe saya mengharapkan saran dan kritikan yang membangun ya dari agan-agan dan sista-sista yang ganis dan canis :D semoga mau meninggalkan jejak review yang berkesan banget di hati saya :D sekian dan trims XD